ABSTRAK
PENDAHULUAN
Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.) adalah produk petani olahan dari daun
tanaman dalam jenis Nicotiana yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tembakau dapat
dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat, dapat
digunakan dalam beberapa obat- obatan (Anonim, 2012).
Tembakau merupakan bahan baku pembuatan rokok yang telah menjadi sumber
penerimaan negara yang diandalkan. Cukai hasil tembakau termasuk dalam penyumbang
besar untuk penerimaan negara. Sepanjang kuartal I/2021, realisasi penerimaan cukai hasil
tembakau adalah 48,22 triliun atau 27,65% dari target (Prakoso, 2021).
Penanaman dan penggunaan tembakau di Indonesia sudah dikenal sejak lama.
Komoditi tembakau mempunyai arti yang cukup penting, tidak hanya sebagai sumber
pendapatan bagi para petani, tetapi juga bagi negara. Tanaman Tembakau merupakan
tanaman semusim, tetapi di dunia pertanian termasuk dalam golongan tanaman
perkebunan dan tidak termasuk golongan tanaman pangan. Tembakau (daunnya)
digunakan sebagai bahan pembuatan rokok (Ali, 2018).
1
Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi penghasil tembakau, dari beberapa
kabupaten yang ada di Sumatera Barat, Kabupaten Lima Puluh Kota adalah salah
satunya. Di Kabupaten Lima Puluh Kota tedapat 3 varietas tembakau yang dibudidayakan
petani yaitu, varietas Rudau Teleng, varietas Rudau Sendok dan varietas Taram.
Adapun varietas yang banyak dibudidayakan adalah varietas Rudau Teleng. Tembakau
varietas Rudau Teleng, varietas Rudau
Gadang dan varietas Taram tergolong kedalam tembakau asli/rajangan. Sedangkan
secara umum, Tembakau terdiri dari 4 jenis yaitu tembakau cerutu, tembakau pipa,
tembakau sigaret dan tembakau asli/rajangan. Tembakau asli/rajangan terdiri atas banyak
varietas sesuai dengan daerah pengembangannya (Suwarto, Octaviani dan Hermawati,
2014).
Berdasarkan Badan Pusat statistik melaporkan nilai ekspor tembakau nasional pada
Januari-Desember 2021 mencapai US$ 73,84 juta atau sekitar Rp 1,06 triliun. Nilai itu
meningkat 16% dibandingkan penjualan pada periode Selma satu tahun sebelumnya, yaitu
US$63,65 juta atau sekitar Rp 914,09 miliar (Badan Pusat Statistik, 2021)
Dikutip dari naskah publikasi (Kabupaten Lima Puluh Kota dalam Angka 2019)
Pada tahun 2017 luas areal pertanaman tembakau di Kecamatan Harau adalah 4,5 Ha
dengan hasil produksi yaitu 2,5 Ton (0,555 ton/ha). Sedangkan pada tahun 2018 luas
areal pertanaman tembakau yang ada di Kecamatan Harau menurun yaitu 1,5 Ha dengan
produksi yang dihasilkan 1,52 Ton (1,013 Ton/Ha).
Salah satu alternatif yang bisa dilakukan yaitu dengan memanfaatkan bahan
organik sebagai sumber unsur hara bagi tanaman. Penggunaan pupuk pada kegiatan
budidaya tanaman tembakau bertujuan untuk memenuhi unsur hara tanaman. Pemberian
pupuk berimbang dan rasional serta berkelanjutan sangat dianjurkan dengan
memperhatikan jenis pupuk yang digunakan, dosis pupuk, waktu pemberian serta cara
pemberian pupuk, sehingga tercapai produksi dan kualitas yang baik dari tanaman yang
dipupuk (Asmoro, 2019).
Penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan dapat mengganggu dan merusak
kesuburan tanah jika di gunakan secara terus menerus dalam waktu
yang lama. Oleh karena itu salah satu alternatif dalam pengurangan penggunaan pupuk
anorganik seperti Urea dan NPK yaitu dengan penggunaan daun dari tumbuhan gamal
(Gliricidia sepium) sebagai pupuk cair organik pada tembakau (Novriani, 2016).
Gamal merupakan tanaman jenis perdu kerabat polong-polongan (suku Fabaceae
atau Leguminosae). Penyebaran alami tidak jelas karena telah dibudidayakan sejak lama,
tetapi bukti kuat menunjukkan bahwa penyebarannya terbatas pada hutan musim kering
gugur daun di dataran rendah pesisir Pasifik dan beberapa lembah pedalaman di
Amerika Tengah dan Meksiko. Tanaman ini sekarang sudah menyebar di seluruh daerah
tropika termasuk Indonesia (Hesty,Natalia. et. al. 2009).
Pupuk organik cair memiliki kandungan unsur nitrogen berfungsi menyusun semua
protein, asam amino dan klorofil daun. Ada beberapa penelitian menyatakan penggunaan
pupuk organik cair memberi dampak positif untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan
pupuk cair terpenting harus memperhatikan pada konsentrasi atau dosis yang digunakan
untuk tanaman. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman dapat mengaplikasikan pupuk
hijau, pupuk hayati, pupuk kompos, ekstrak daun (Masluki, 2015).
Penggunaan daun gamal sebagai pupuk organik cair merupakan cara yang efektif
mengingat keberadaan daun gamal cukup tersedia dan banyak mengandung unsur organik
yang terdapat pada daun gamal tersebut, kandungan- kandungan itu sangat berperan aktif
pada tanaman yang memerlukan pertumbuhan vegetative. Kandungan unsur yang terdapat
pada daun gamal berupa protein 25,7 Nitrogen 70% penggunaan pupuk cair daun
2
gamal sangat
baik digunakan bagi tanaman yang sementara dalam masa pertumbuhan vegetatif
umumnya tanaman yang mengalami fase tersebut pada saat tanaman masih kecil atau
dalam masa pertumbuhan vegetatif (Pracaya, 2007).
Berdasarkan uraian tersebut, dalam upaya memanfaatkan daun gamal sebagai
pupuk organik cair (POC) maka penulis akan melakukan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini
dengan Judul “Budidaya Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.) dengan
Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Daun Gamal (Gliricidia sepium)”.
METODE PELAKSANAAN
Alat yang telah digunakan dalam Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini yaitu, cangkul,
parang, ember, ember bertutup, selang 1/2 inchi, gembor, meteran 50 m, knapsack sprayer,
garu, pisau cutter dan cup.
Bahan yang telah digunakan yaitu, bibit tembakau varietas rudau gadang, daun
gamal, air beras, air kelapa muda, tali raffia, EM-4, dithane M-45, decis, pupuk kandang,
perekat, ZA, SP 36 dan KCl.
Pelaksanaan Proyek
Penelitian yang telah dilakukan meliputi kegiatan yaitu peninjauan dan pengukuran
lokasi lahan, persiapan bahan tanam, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanaman,
pemberian pupuk dasar, pembuatan pupuk organik cair, penanaman, penyiraman,
penyulaman, penyiangan dan pembumbunan, pemupukan anorganik dan pupuk organik
cair, pengendalian hama dan penyakit, pengamatan pertumbuhan vegetatif, pemangkasan
serta panen dan pemasaran.
Peninjauan dan pengukuran lahan
Penentuan lokasi lahan pertanaman ditentukan oleh UPT Farm selaku penanggung
jawab kebun percobaan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Kegiatan ini
dilaksanakan pada minggu pertama jadwal kegiatan budidaya. Lahan tersebut kemudian
diukur menggunakan meteran 50 m dengan luasan yang diberikan adalah 148 m2 (panjang
13,5 m, lebar 11 m). Persiapan, peninjauan dan pengukuran lahan ini dilakukan 3 minggu
sebelum penanaman.dapat di lihat pada Lampiran 1.A.
Pengolahan tanah
Cara pembuatan pembuatan pupuk organik cair (POC) daun gamal sebagai
berikut :
a. Air cucian beras dimasukkan sebanyak 15 liter ke dalam drum plastik yang telah
disediakan.
b. Daun gamal ditimbang seberat 10 kg kemudian dicincang halus dengan menggunakan
parang, dan dimasukan ke dalam drum.
c. Masukkan juga air kelapa muda sebanyak 2 liter, dan EM-4 sebanyak 125 ml ke
dalam drum plastik.
d. Lalu drum ditutup dengan plastik hitam dan ikat dengan tali rafia, beri Kemudian
semua bahan-bahan tersebut dicampurkan ke dalam drum, dan diaduk hingga tercampur
rata selama 5-10 menit.
e. lubang sesuai ukuran slang plastik, masukan slang ke dalam drum tersebut dan
jangansampai masuk sampah-sampah ke dalam drum tersebut.
f. Selang ½ inci sepanjang ½ meter dihubungkan dengan dengan botol air kemasan
kapasitas 1 liter yang telah diisi air setengahnya.
g. Kemudian menunggu proses difermentasi selama 20 hari.
h. Pembuatan POC dinilai berhasil jika hasil fermentasi mengeluarkan bau
harum yang khas seperti wangi tapai atau alkohol. Kemudian disaring.
i. Untuk diaplikasikan sebagai pupuk organik cair, POC dicampurkan dengan air dengan
perbandingan 1 : 8 (1 liter mol dicampurkan/dilarutkan dalam 8 liter air).
j. Pengaplikasiannya yaitu dengan cara disemprotkan atau disiram dengan cup.
Pupuk organik cair daun gamal yang sudah jadi dan siap diaplikasikan ke lapangan
ditandai dengan semakin lunak dan membusuknya daun, berubahnya warna endapan daun
gamal dai hijau menjadi kecoklatan dan muculnya aroma alkohol serta terdapat lapisan
putih pada permukaan pupuk cair.diberikan setelaah tanaman berumur 3 dan 6 MST
dengan dosis 33cc /tanaman dengan cara di cor ketanaman.
Penanaman
4
Penanaman bibit tembakau dilakukan dengan cara membenamkannya ke dalam
lubang tanam sedalam leher akar. Bibit tembakau dari polybag dimasukkan ke dalam
lubang tanam beserta tanahnya kecuali polybag dikumpulkan untuk dibuang pada tempat
sampah. Kemudian, lubang tanam tersebut ditutup dengan tanah dan ditekan-tekan sedikit
agar tanaman dapat berdiri kuat dan tegak. Kegiatan ini dilakukan satu minggu setelah
pembuatan lubang tanam.dapat di lihat pada Lampiran 1.E.
Pemeliharaan
A. Penyiraman
Penyiraman intensif yang telah dilakukan yaitu pada waktu setelah tanam di
lapangan hingga minggu ke-3 setelah penanaman dilakukan. Penyiraman dilakukan
dengan selang waktu 2 hari sekali, dengan pertimbangan pada waktu
2 bulan awal pelaksanaan budidaya sering terjadi hujan sehingga keadaan tanah di
lapangan cukup lembab.dapat di lihat pada Lampiran 1.F.
B. Penyulaman
Penyulaman yang dilakukan yaitu pada minggu pertama setelah tanam di lapangan
hingga terkhir pada minggu ke-3 setelah tanam di lapangan. Bibit tanaman tersebut
diambil dari cadangan bibit sulaman yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu sebanyak
17 batang yang di sulam.
C. Penyiangan
Aplikasi pupuk organik cair daun gamal dilakukan dengan cara penyiraman dengan
menggunakan cup kecil di sekitar pangkal batang tanaman. Aplikasi dilakukan sebanyak 2
kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman telah berumur 3 minggu dan
aplikasi kedua dilakukan saat tanaman telah berumur 6 minggu. Larutan pupuk organik
cair yang diaplikasikan dengan dosis 33 cc per tanaman/2 kali aplikasi atau 16,5 cc per
tanaman/1 kali aplikasi. Waktu pemberian dilakukan pada pagi hari atau sore hari.
Untuk penghitungan dosis pupuk organik cair daun gamal sebagai berikut :
Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada usia 7 HST dan 28 HST. Pada
pemupukan 7 HST pupuk yang diberikan yaitu ZA (5 gram/tanaman), KCl (2,5
gram/tanaman) dan SP36 (5 gram/tanaman). Pada pemupukan 28 HST pupuk yang
diberikan hanya KCL (2,5 gram/tanaman). Pupuk diberikan dengan cara ditebar sekeliling
batang kemudian ditutup sedikit dengan tanah, pupuk N diletakkan terpisah dari pupuk P
dan K. Dengan penggunaan POC daun gamal, maka dosis pupuk Za yang diaplikasikan
cukup 5 gram/tanaman yang aturannya 10 gram/tanaman.dapat di lihat pada lampiran 2.J.
G. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan 10% tanaman berbunga atau ketika tanaman berumur 60-65
hari. pemangkasan ada 2 jenis yaitu pemangkasan pucuk dan pemangkasan tunas ketiak.
Pemangkasan pucuk dilakukan saat tanaman sudah berbunga sedangkan pemangkasan
tunas ketiak dilakukan setelah pemangkasan pucuk yaitu dengan memonitoring tunas
ketiak yang dtumbuh pada tanaman
setiap 5-7 hari sekali.dapat di lihat pada Lampiran 1.K.
1. Ulat daun
Gejala serangannya yaitu daun tembakau berlobang lobang karena ulat memakan
pucuk daun dan daun atas. Cara pengendaliannya dengan menyemprotkan
insektisida ( decis ).
2. Ulat tanah
Gejala serangannya yaitu aunn terserang berlubang lobang terutama daun muda
sehingga ada tangkai daun rebah. Cara pengendaliannya dengan menyemprotkan
insektisida ( decis ).
3. Ulat penggerek pucuk
1. Hangus batang
Gejala serangannnya sangat mirip dengan lanas namu daun membusuk. Cara
pengendaliannya dengan fungisida ( dithane M-45 ).
Layu bakteri
Gejala serangannya munculnya bercak hijau mua dan hijau tua serta membuat
pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Cara pengendaliannya dengan fungisida (
dithane M-45 ).
Dapat di lihat pada Lampiran 1.E.
Pengukuran tinggi tanaman tembakau dimulai dari pangkal batang tanaman yang
dijadikan sampai pada titik tumbuh atau pengukurannya dimulai dari permukaan tanah
sampai dengan titik tumbuh ditambah 10 cm. Penambahan 10 cm untuk batang tanaman
yang tertimbun dari permukaan tanah.
b. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung mulai dari daun paling bawah yang ada pada tanaman
tembakau sampai daun termuda yang telah menjadi daun sempurna.
c. Lebar daun terlebar (cm)
Lebar daun dihitung dari bagian daun yang terlebar, daun yang dijadikan sampel
adalah daun dengan kondisi yang bagus.
d. Panjang daun terpanjang (cm)
Panjang daun diukur dari pangkal ketiak daun hingga ujung daun. Daun yang diukur
adalah daun yang terpanjang yang dijadikan sampel.
e. Diameter batang (mm)
Diameter batang tanaman yang diukur adalah batang bagian bawah setelah
pembumbunan yang dijadikan sampel, tandai bagian yang diukur menggunakan spidol
agar hasil pengamatan lebih akurat.
f. Produksi berat basah daun (gram)
7
Berat basah daun ditimbang saat panen pada tanaman yang dijadikan sampel dengan
menimbang semua daun pada tanaman.
Panen dan pemasaran
Panen dilakukan langsung oleh toke tembakau dengan sistem penjualan borongan
dengan mematokkan penjualan pada satuan luasan yaitu dengan melihat
keseragaman tanaman dan jumlah populasi tanaman yang bisa untuk dipanen.
Hasil Pengamatan
Rata rata
100 88,6
Tinggi Tanaman (cm)
80
57,5
60
gambar 2. Rata-rata tinggi tanaman tembakau.
33,1
40
19,7
20 11,3 Rata rata
20 18
0 16
Jumlah Daun (Lembar)
1 2 143 4 5
15
Pengamatan Ke
10
10 7
0
1 2 3 4 5
Pengamatan Ke
8
Rata rata
35
29
30
Rata rata
25 21
20 18
Lebar Daun (cm)
15,5
13,7
15 11,1
10
0
1 2 3 4 5
Pengamatan Ke
9
Rata rata
25
19,7
Kesimpulan
10
yang terserang virus mosaik tembakau, jangan kontak secara langsung
dengan tanaman yang masih sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2012.http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-3-prod-lsareal-prodvitas-
bun.pdf
Elevitch. C.R dan Francis, J.K (2006) Gliricidia sepium. Spesies Profilles for
pacificIsland Agroforestry. 2 (1). Hlm 10-18.
Masluki. 2015. Penggunaan pupuk cair daun gamal (Gliricidia sepium). Untuk
pertumbuhan bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L.).Jurnal Pertanian
Berkelanjutan. Vol. 4, No. 1.
Novriani. 2016 . Pemanfaatan daun gamal sebagai pupuk organik cair (POC)
untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kubis bunga
(Brassica oleracea L.) Pada tanah podsolik.Jurnal klorofil, Vol. 9 No. 1,
2016.
Pracaya. 2007. Hama dan penyakit tanaman (Edisi Revisi), Penebar Swadaya,
Jakarta
Sundari, Elmi.; Ellyta. S.; Riko R.: 2012. Pembuatan pupuk organik cair
menggunakan bioaktivator biosca dan EM-4, Prosiding SNTK TOPI UBH.
Padang
12
Susilowati. E.Y. 2006. Identifikasi nikotin dari aun tembakau (Nicotiana
tabacum) kering dan uji efektivitas ekstrak daun tembakau sebagai
insektisida penggerek batang padi (Scirpophaga innonata). Skripsi tidak
dipublikasikan. Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang.
Wahyudi. M dan Ingan. P.T. 2005. Budidaya gambir dan tembakau. Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati.
Yuniawati.M. 2012. Optimasi proses pembuatan pupuk organik cair dengan cara
fermentasi menggunakan EM-4.Jurnal Teknologi 5(2) : 172-181.
13