Anda di halaman 1dari 61

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

JAGUNG MANIS (Zea mays) TERHADAP PEMBERIAN


BERBAGAI KONSENTRASI PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) AKAR BAMBU (Bambusa vulgaris Schrad)
PADA LAHAN TADAH HUJAN

Oleh
RENI PARAMITA
NIM. 20165421100009

HALAMAN JUDUL

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN


BERAU
2021
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
JAGUNG MANIS (Zea mays) TERHADAP PEMBERIAN
BERBAGAI KONSENTRASI PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) AKAR BAMBU (Bambusa vulgaris Schrad)
PADA LAHAN TADAH HUJAN

Oleh
RENI PARAMITA
NIM. 20165421100009

Skripsi merupakan sebagian persyaratan untuk meraih


Derajat Sarjana Pertanian
Pada
Program Studi Agroteknologi
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Berau

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN


BERAU
2021
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung


Manis (Zea mays) Terhadap Pemberian Berbagai
Konsentrasi PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) Akar Bambu (Bambusa vulgaris
Schrad) Pada Lahan Tadah Hujan
Nama Mahasiswa : Reni Paramita
NIM : 20165421100009
Jurusan : Agroteknologi
Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. H. A. Syamad Ramayana, MP Hj. Sulaminingsih, SP, MM


NIDN. 0021086107 NIDN.1128037101
Tanggal : 3 November 2021 Tanggal : 3 November 2021

Mengetahui
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Berau

H. Ardiansyah, L.,SIP., MM.


NIDN. 1120045801

Lulus Ujian Tanggal : 3 November 2021


Penyerahan SkripsI Tanggal : 26 Maret 2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibwah ini :

Nama : Reni Paramita

NIM : 20165421100009

Program studi/Jurusan : Agroteknologi

Judul skripsi : Respon Pertumbuhan Tanaman Dan Hasil

Tanaman Jagung Manis (Zae mays) Terhadap


Pemberian Berbagai Konsentrasi PGPR (Plant
Growth Promoting Rhizobacteria) Akar Bambu
(Bambusa Vulgaris Schrad) Pada Lahan Tada Hujan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini berdasarkan hasil


penelitian,pemikiran dan hasil dari penelitian sendiri. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari
penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila


dikemudian hari terdapat penyimpangan dari ketidak benaran dalam pernyataan
ini,maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah di peroleh dari sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di
Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Berau.

Berau, 3 November 2021


Yang membuat pernyataan

Reni Paramita
NIM: 2016542110009
HALAMAN PERNYATAAN PERSTUJUAN PUBLIKASI
KARYA TULIS ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Reni Paramita

NIM : 20165421100009

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis


(Zae mays) Terhadap Pemberian Berbagi Konsentrasi
PGPR (Plant Growht Promoting Rhizobacteria) akar
bambu (Bambusa vulgaris schrad) Pada Lahan Tada
Hujan.

Menyatakan bahwa saya menyetujui untuk memberikan hak


penyimpanan,mengalihmediakan/mengalihinformasikan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (data base), mempublikasikan untuk kepentingan akademis kepada
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Berau, tanpa perlu meminta izin kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti /pencipta.

Demikian surat pernytaan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Berau, 3 November 2021


Yang membuat pernyataan

Reni Paramita
NIM: 20165421100009
ABSTRACT

RENI PARAMITA. Response of Growth and Yield of Sweet Corn (Zae


mays) to Sharing Concentration of PGPR (Plant Growht Promoting
Rhizobacteria) bamboo roots (Bambusa vulgaris schrad) in Rainfed Land.
Berau College of Agricultural Sciences, 2021 (Under the guidance of H. A.
Syamad Ramayana, and Hj. Sulaminingsih).

This study aims to determine the response of bamboo root PGPR to growth and
yield of sweet corn (Zea mays) on rainfed land and to determine the right
concentration for growth and yield of sweet corn (Zea mays) on rainfed land.
This research was conducted in Gunung Panjang, Tanjung Redeb District, Berau
Regency. East Kalimantan, for approximately 5 months starting from February to
June 2020. This study used a Randomized Block Design (RAK) consisting of four
replications and six levels, namely: Control, 5 ml.l -1, 7.5 ml.l-1, 10 ml.l-1,
12.5 ml.l-1, 15 ml.l-1. Data analysis used variance, if there was a significant
difference, then continued using Duncan's test at 5% level.
The results showed that the concentration of bamboo root PGPR was not
significantly different in plant height, number of leaves, 80% flowering time,
length of the ear, and number of rows of seeds in the cob, except for the diameter
of the ear and potential yield. The best yield potential was obtained in the 10 ml.l-1
(P3) treatment, which was 12.8 mg.ha-1.
Keywords: Sweet Corn (Zea mays), Plant Growth Promoting Rhizobacteria,
Bamboo Root, Concentration.

 
ABSTRAK

RENI PARAMITA. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung


Manis (Zae mays) Terhadap Pemberian Berbagi Konsentrasi PGPR (Plant
Growht Promoting Rhizobacteria) akar bambu (Bambusa vulgaris schrad)
Pada Lahan Tadah Hujan. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Berau, tahun 2021
(Dibawah bimbingan Dr. Ir. H. A. Syamad Ramayana, MP dan Hj.
Sulaminingsih, SP, MM).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon PGPR biang akar bambu
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays) pada lahan
tadah hujan dan untuk mengetahui konsentrasi yang tepat untuk pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung manis (Zea mays) pada lahan tadah hujan.
Penelitian ini dilaksanakan di Gunung Panjang, Kecamatan Tanjung Redeb,
Kabupaten Berau. Kalimantan Timur, selama kurang lebih 5 bulan terhitung dari
bulan Februari sampai Juni 2020. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang terdiri dari empat ulangan dan enam taraf yaitu : Kontrol,
5 ml.l-1, 7,5 ml.l-1, 10 ml.l-1, 12,5 ml.l-1, 15 ml.l-1. Analisis data menggunakan
sidik ragam, jika terdapat beda nyata, maka dilanjutkan menggunakan uji Duncan
taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi PGPR biang akar bambu
tidak berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah helai daun, waktu berbunga
80%, panjang tongkol, dan jumlah baris biji dalam tongkol, kecuali diameter
tongkol dan potensi hasil. Potensi hasil terbaik diperoleh pada perlakuan 10 ml-1
(P3) yaitu 12,8 mg.ha-1.

Kata Kunci : Jagung Manis (Zea mays), Plant Growht Promoting Rhizobacteria,
akar bambu, Konsentrasi.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

RENI PARAMITA lahir pada tanggal 06 mei 1996 di


Merancang ilir Provinsi Kalimantan timur, merupakan
anak ke tiga dari tiga bersaudara dari bapak H. Bintang dan
Ibu Hj. Darawia. Pendidikan formal dimulai pada tahun
2002 di sekolah Dasar Negeri 001 merancang ilir dan
tamat pada tahun 2008, pada tahun yang sama melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 07 Merancang Ilir dan tamat
pada tahun 2011. Kemudian melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan Persada pada tahun 2012. Dan melaksanakan Praktek Kerja Industri
(Prakerin) selama dua bulan di Rumah Sakit Abdul Rivai Tanjung Redeb, Berau.
Dan tamat pada tahun 2015. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2016 di
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Berau dengan Jurusan Agroteknologi, Program
Studi Agroteknologi

Yang pada semester 5 menjadi bendahara di Himpunan Mahasiswa Agroteknologi


selama 1 periode lamanya. Dan mengikuti berbagai macam organisasi baik
internal kampus maupun eksternal kampus. Pada bulan Juni-Agustus tahun 2019
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Bumi Jaya,
Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Pada Bulan Januari-
Februari Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UPT. Balai
Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provonsi Sulawesi Selatan (UPT.
BPTPH SULSEL) Kabupaten Maros.
Bismillahhirrahmanirrahim

“Dan seandainya semua pohon yang ada di bumi dijadikan pena, dan lautan
dijadikankan tinta, ditambah lagi tujuan lautan sesudah itu, maka belum akan
habislah kalimat-kalimat Allah Yang akan dituliskan,sesungguhnya Allah maha
perkasa Lagi maha bijaksana”

(QS. Lukman:27)

Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah banyak kesabaran yang kau jalani,
yang membuatmu terpana hingga kau lupa berapa pedihnya rasa sakit” (Ali Bin
Abi Thalib)

"Betapa aku senang, jika semua ilmu yang aku ketahui dimengerti oleh semua
orang. Maka dengannya aku mendapat pahala, meskipun mereka tidak
memujiku." (Imam syafi’i)

"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

“Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang”


(Imam syafi’i)

Alhamdulillah ya Allah
Kini telah sampai dimana masa itu telah kulewati
Dengan kerendahan hati dan atas izin dan ridhoMu
Skripsi ini kupersembahkan tidak lain hanya untuk kedua orangtuaku tercinta.
(setiap langkahku, urusanku dan keberhasilanku tak lepas semua itu atas berkat
doa kedua orangtuaku)
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah


yang maha kuasa karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya  sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin sebagai salah satu persyratan
meraih gelar SP. Shalawat serta salam senantiasa tak lupa kami panjatkan kepada
Nabi akhir zaman Baginda Nabi besar Muhammad S.A.W yang telah membawa
perubahan peradaban kehidupan manusia yang telah membimbing kita dari zaman
jahiliyah hingga zaman yang terang benderah. Adapun penelitian ini dengan judul
“Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays)
Terhadap Pemberian Berbagai Konsentrasi PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) Akar Bambu (Bambu savulgaris Schrad) Pada Lahan Tadah
Hujan ”.
Selama proses pembuatan skripsi ini tidak sedikit penulis mengalami
kesulitan dan hambatan yang dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis
sebagai manusia biasa.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan
penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
moril maupun materil terkhusus kepada ayahanda H. Bintang dan ibunda Hj.
Darawia, Ramli, Reno serta Kerabat yang telah memberikan doa restu dan
motivasi serta bantuan materi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan
terima kasih ini penulis tujukan kepada :.
1. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Berau.
2. Ketua Jurusan Agroteknologi.
3. Bapak Dr. Ir. H. A. Syamad Ramayana, MP selaku Pembimbing 1 yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan motivasi serta
bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Hj. Sulaminingsih, SP, MM selaku Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan motivasi serta bimbingan
selama proses penyusunan skripsi ini.

x
5. Seluruh dosen dan Staff STIPER BERAU yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan serta kerjasamanya dalam proses perkuliahan hingga penyusunan
skripsi ini.
6. Rekan-rekan seperjuangan terutama kepada Dewi Fatmawati, Suryanti, Fenny
Alvionita Amd, P. Alfian. SP. Dan lain sebagainya yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan semangat motivasi
saran serta dukungan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi
maupun dalam mengembangkan ide selama proses penyusunan skripsi ini.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI...............................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN...........................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSTUJUAN PUBLIKASI KARYA
TULIS ILMIAH.......................................................................................................v
ABSTRACT............................................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................viii
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................2
D. Manfaat Penelitian......................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................2
A. Deskripsi Tanaman Jagung (Zea mays saccharata sturt)..........................2
B. Bambu........................................................................................................5
C. Plant Growth Promoting Rhizobakteria (PGPR).......................................6
D. Lahan Tadah Hujan....................................................................................9
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS..............................................4
A. Kerangka Pemikiran...................................................................................4
B. Hipotesis...................................................................................................13
IV. METODE PENELITIAN...............................................................................14
A. Waktu dan Tempat...................................................................................14
B. Bahan dan Alat.........................................................................................14
C. Rancangan Percobaan...............................................................................14

xii
D. Prosedur Penelitian...................................................................................14
E. Parameter Pengamatan.............................................................................16
F. Metode Analisis........................................................................................17
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................................18
A. Hasil Penelitian.........................................................................................18
B. Pembahasan..............................................................................................23
VI. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................29
A. Kesimpulan...............................................................................................29
B. Saran.........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
LAMPIRAN...........................................................................................................32

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tinggi Tanaman Minggu ke-Empat.........................................................18


Tabel 2. Tinggi Tanaman Minggu Ke Delapan....................................................18
Tabel 3. Tinggi Tanaman Minggu Ke Sebelas.....................................................19
Tabel 4. Jumlah Helai Daun Minggu Ke Empat....................................................19
Tabel 5. Jumlah Helai Daun Minggu Ke Delapan.................................................20
Tabel 6. Jumlah Helai Daun Minggu Ke Sebelas..................................................20
Tabel 7. Umur Berbunga 80% (Hari)....................................................................21
Tabel 8. Parameter Panjang Tongkol (cm)............................................................21
Tabel 9. Diameter Tongkol (cm)...........................................................................22
Tabel 10. Jumlah Baris Biji dalam Tongkol..........................................................22
Tabel 11. Potensi Hasil (Ton)................................................................................23

DAFTAR GAMBAR

xiv
Gambar 1. Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata sturt).............................2
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian....................................................................13
Gambar 3. Layout Penelitian.................................................................................34
Gambar 4. Denah Satu Plot Tanaman....................................................................35
Gambar 5. Tanaman jagung umur 2 MST (a) tanaman jagung umur 6 MST (b). .41
Gambar 6. Tanaman Jagung Umur 7 MST (ab)....................................................41
Gambar 7. Berbunga Total Keseluruhan (ab)........................................................42
Gambar 8. Gambar akar P0 (Kontrol) (a) Gambar akar P1 (b).............................42
Gambar 9. Gambar akar P2 (a) Gambar akar P3 (b)..............................................43
Gambar 10. Gambar akar P4 (a) Gambar akar P5 (b)............................................43

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Jagung Manis Bonanza F1................................................32

xv
Lampiran 2. Jadwal Penelitian...............................................................................33
Lampiran 3. Denah Penelitian................................................................................34
Lampiran 4. Sampel Dalam Satu Plot....................................................................35
Lampiran 5. Tinggi Tanaman................................................................................36
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian.....................................................................41

xvi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan penting karena
berfungsi sebagai sumber pangan, pakan, dan bahan baku industri. Komoditi ini
memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional dan masyarakat yang
berdaya saing pada kualitas hasil produksi.
Permintaan jagung terus meningkat dari tahun ke tahun sebagai akibat
tingginya laju pertambahan penduduk dunia yang mencapai 1,4% per tahun.
Kemajuan di bidang industri pengolahan makanan, dan meningkatnya kebutuhan
bahan baku pakan ternak khususnya unggas yang berasal dari jagung juga
berkontribusi pada meningkatnya konsumsi jagung nasional maupun dunia. Pada
saat ini, produksi jagung nasional belum mencukupi kebutuhan sehingga
Indonesia masih melakukan impor dengan volume mencapai 1 juta ton per tahun
(Nasution, 2012) .
Pada era modern saat ini sudah menyadari akan dampak negatif dari
penggunaan pupuk kimia terhadap lingkungan. Selain mencemari air, udara dan
tanah pertanian, juga berdampak pada keberlangsungan berbagai jenis makhluk
hidup.
Upaya untuk meningkatkan produksi jagung perlu adanya pemanfaatan
pupuk organik dan perlu teknologi masukan pada tanaman agar diperoleh hasil
yang optimal dan ramah lingkungan dengan memberikan Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (PGPR) yang berperan meningkatkan ketahanan
tanaman dari serangan pathogen, meningkatkan kesuburan tanah serta
meningkatkan hasil tanaman.
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan bakteri yang
berkoloni dengan perakaran. Dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman berkat kemampuannya dalam menghasilkan zat pengatur
tumbuh (ZPT) dan biokatalis untuk mendukung tersedianya NPK dan asam-asam
organik penting lainnya bagi tanaman. PGPR sebagai agen pelestarian
lingkungan, menjaga biodiversitas mikroba perakaran guna mendukung pertanian
ramah lingkungan yang dapat meningkatkan hasil pertanian. Hal ini sangat
2

penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan sesuai


yang dicanangkan oleh pemerintah (Arfandi, 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana respon pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea
mays) terhadap pemberian PGPR biang akar bambu pada lahan tadah
hujan.
2. Berapa konsentrasi yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung manis (Zea mays) pada lahan tadah hujan.

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui respon PGPR biang akar bambu terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung manis (Zea mays) pada lahan tadah hujan.
2. Mengetahui konsentrasi yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung manis (Zea mays) pada lahan tadah hujan.

D. Manfaat Penelitian
Menjadi bahan rekomendasi dan informasi tentang pemanfaatan PGPR
sebagai pupuk hayati bagi tanaman budidaya yang ramah lingkungan. Dapat
menambah wawasan secara luas lagi bagi penulis dan pembaca tentang
pemanfaatan PGPR biang akar bambu.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Tanaman Jagung (Zea mays saccharata sturt)


Menurut Suprapto. H.S dalam Dewi, 2017. Taksonomi tumbuhan,
klasifikasi tanaman jagung manis (Zea mays saccharata sturt) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays saccharata sturt.

Gambar 1. Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata sturt)

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya


diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generative
(Bahrum, 2018).
1. Morfologi Jagung Manis (Zea mays saccharata sturt)
a. Batang
Bentuknya beruas-ruas dengan jumlah ruas antara 10-40 ruas. Tidak
bercabang. Tinggi tanaman berkisar antara 1,5-2,5 m dan terbungkus pelepah
daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap buku, dan
4

buku batang tersebut mudah dilihat. Ruas bagian atas batang berbentuk silindris
dan ruas bagian bawah batang berbentuk bulat agak pipih (Dewi, 2017).
b. Daun
Memiliki kedudukan daun distik, yaitu terdiri dari dua baris daun tunggal
yang keluar dan berkedudukan berselang. Daun terdiri atas pelepah daun dan
helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung meruncing dengan pelepah
daun yang berselang-seling. Antara pelepah daun dibatasi spikula yang berguna
untuk menghalangi masuknya air hujan dan embun ke dalam pelepah (Dewi,
2017).
c. Bunga
Memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman
(monoecious). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga. Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina terletak
diantara batang dan pelepah daun pada bagian tengah (Dewi, 2017).
d. Tongkol dan Biji
Merupakan perkembangan dari bunga yang tumbuh dari buku, di antara
batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.
Biji terletak pada tongkol (janggel) yang tersusun memanjang. Pada tongkol
tersimpan biji-biji jagung manis yang menempel erat, sedangkan pada buah
terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus
(klobot). Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif (Dewi, 2017).
e. Akar
Tergolong akar serabut yang sebagian besar berada pada kisaran 2cm.
Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Dewi,
2017).
2. Iklim
Menurut Purwono (dalam Fitrianti, 2016) Secara umum dapat tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 0-1.300 mdpl dan dapat hidup baik di daerah
panas maupun dingin. Selama pertumbuhannya, tanaman jagung harus
5

mendapatkan sinar matahari yang cukup karena sangat mempengaruhi


pertumbuhannya. Selain itu, Iklim diakhir bulan kering akan berpengaruh oleh
kemampuan tanah menahan air sehingga air tersedia untuk kebutuhan tanaman
dan evaporasi. Umumnya tanah di lahan kering berupa ultisol atau oksisol
memiliki kemampuan menahan air rendah, sehingga cekaman kekeringan juga
menjadi kendala.
Wakman dan Burhanuddin dalam Fitrianti, 2016. Menjelaskan untuk
pertumbuhan optimalnya jagung menghendaki penyinaran matahari yang penuh.
Di tempat-tempat yang teduh pertumbuhan jagung akan merana dan 21 tidak
mampu membentuk buah. Di Indonesia suhu semacam ini terdapat di daerah
dengan ketinggian antara 0 - 600 m dpl dan curah hujan optimal yang dihendaki
antara 85 - 100 mm per bulan merata sepanjang pertumbuhan tanaman.
Menurut Rinaldi dalam Fitrianti, 2016. Tanah yang baik untuk
pertumbuhan adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerase
dan drainasenya baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah
asalkan mendapatkan pengolahan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung
berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Tanah-tanah dengan tekstur
berat masih dapat ditanami dengan hasil yang baik bila pengelolaan tanah
dikerjakan secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air di dalam tanah
berada dalam kondisi baik. Kemasaman tanah (pH) yang baik untuk pertumbuhan
adalah berkisar antara 5,6 – 7,5.
Wakman dan Burhanuddin dalam Fitrianti, 2016. Menjelaskan jumlah
radiasi surya yang diterima tanaman selama fase pertumbuhan merupakan faktor
yang penting untuk penentuan jumlah biji. Intensitas cahaya merupakan faktor
penting dalam pertumbuhan oleh sebab itu harus mendapatkan cahaya matahari
langsung. Bila kekurangan cahaya batangnya akan kurus, lemah, dan tongkol kecil
serta hasil yang didapatkan rendah.

B. Bambu
Tumbuh dengan membentuk rumpun dan tersedia secara melimpah ,
sebagai bahan kerajianan. Jenisnya yang dikenal masyarakat adalah bambu Apus
(Gigantochola apus). Jenis ini banyak tumbuh di sekitar lingkungan masyarakat.
Umumnya digunakan untuk tali, bahan bagunan dan kerajinan alat rumah tangga
6

maupun hiasan rumahan. Setelah pemanfaatan batang sering kali akar terabaikan
bahkan tidak dimanfaatkan karena dapat menghasilkan tanaman yang baru (Elsa
yulistiana dkk. 2020).
Selain hal tersebut akarnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk alami
karena terkoloni banyak bakteri di rizhosfer yaitu daerah perakaran yang dapat
membantu tanaman untuk meningkatkan pertumbuhannya. Secara morfologi
mempunyai batang beruas dan berbuku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang
yang berukuran kecil dari pada batangnya, tumbuh tegak, terdapat pelepah yang
memruakan modifikasi daun yang menepel pada setiap ruas. Pelepah ini berfungsi
menutupi batang ketika muda. Sedangkan daun memiliki urat daun sejajar seperti
rumput, setiap daunnya mempunyai tulang utama yang menonjol. Akar memiliki
rimpang, rimpang merupakan batang di dalam tanah, sebagian kuncup pada
rimpang muncul kepermukaan menjadi buluh. Kuncup yang tumbuh dari rimpang
akar akan menjadi rebung yang lambat laun kan menjadi buluh (Elsa yulistiana
dkk. 2020).

C. Plant Growth Promoting Rhizobakteria (PGPR)


Menurut Wahyudi dalam Widyaningrum, 2017. Rizobakteri pemacu
tumbuh tanaman yang lebih popular disebut Plant Growth Promoting merupakan
kelompok bakteri menguntungkan yang secara aktif mengkolonisasi rizosfir.
Berperan penting dalam meningkatkan perkembangan perakran yang berdampak
pada pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan.
Menurut Rahmi dalam Widyaningrum, 2017. Tanaman yang perakarannya
berkembang dengan baik akan efisien menyerap unsur hara sehingga tanaman
tidak mudah terserang pathogen. Selain itu, peningkatan pertumbuhan tanaman
(khususnya tanaman jagung) oleh PGPR dapat terjadi melalui satu atau lebih
mekanisme yang terkait dengan karakter fungsionalnya dan kondisi lingkungan
rizosfir.
Plant Growth Promoting  Rhizobacteria merupakan bakteri yang
berkoloni dengan perakaran, dapat memberikan keuntungan untuk mendukung
kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan tanaman berkat kemampuannya
dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT), biokatalis untuk mendukung
tersedianya NPK dan asam-asam organik penting lainnya bagitanaman.
7

Sebagaiagen pelestarian lingkungan,  menjaga biodiversitas mikroba perakaran


guna mendukung pertanian ramah lingkungan yang yang dapat meningkatkan
hasilpertanian. Hal inisangat penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional
yang berkelanjutan sesuai yang dicanangkan oleh pemerintah (Nurasiah, 2016).
Mikroorganisme memainkan peranan penting dalam sistem pertanian,
terutama sebagai kelompok (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yang saat ini
banyak dipelajari karena berpotensi meningkatkan produksi tanaman. PGPR
memiliki 3 karakter yaitu: bersifat biofertilizer, Bio-stimulant, Bio-protectantdan
bersifat sebagai agen biokontrol yang berfungsi untuk melindungi tanaman
melalui sistem fito-patogenik organisme (Salamiah, 2014).
Dapat berperan sebagai bio-fertilizer (pupuk hayati) karena
kemampuannya untuk mentransformasi sumber nutrien (hara) yang ada di alam
atau pupuk sintetik yang diaplikasikan menjadi mudah tersedia dan terserap oleh
perakaran tanaman melalui enzim atau senyawa lainnya yang dihasilkan oleh
bakteri tersebut.  Beberapa kemampuan antaranya sebagai pupuk hayati yaitu :
memfiksasi N dan melarutkan fosfat (P) sehingga tersedia bagi tanaman. 
Beberapa PGPR mampu menghasilkan senyawa siderofor yang dapat mengikat
unsur besi (Fe3+) ketika jumlahnya terbatas (misal karena pH >7) dan dialihkan ke
tanaman.  Karena kemampuan menghasilkan siderofor tersebut, PGPR juga akan
menghambat perkembangan mikroba patogenik tanaman yang juga memerlukan
unsur besi (Fe3+) (Putri, 2014).
Juga mampu berperan dalam melindungi tanaman dari serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT), hama atau patogen tanaman.  Mekanisme
perlindungannya dapat bersifat langsung yaitu dengan menghasilkan senyawa
anti-mikroba (antibiotik) atau enzim litik yang menghancurkan sel patogen, atau
tidak langsung dengan mengaktifkan tanaman untuk memproduksi senyawa
pertahanan (induksi ketahanan).  Perlu diketahui juga, meskipun PGPR hidupnya
berada disekitar perakaran tanaman, karena kemampuannya menginduksi
ketahanan, efek perlindungan oleh PGPR tertentu tersebut juga dapat ke bagian
tanaman di atas permukaan tanaman (Harjadi S.S., 2016).
Plant Growth Promoting Rhizobacteria dapat dipakai dalam program
intensifikasi pertanian karena merupakan bakteri di sekitar perakaran dan hidup
8

berkoloni menyelimuti akar yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan


tanaman yaitu sebagai merangsang pertumbuhan (biostimulants) dengan
mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh seperti
giberellin, asam indol asetat, etilen, dan sitokinin, sebagai penyedia hara dengan
mengikat N2 di udara secara asimbiosis dan melarutkan hara P dalam tanah, dan
sebagai pengendali patogen tanah (bioprotectants) dengan cara menghasilkan
berbagai metabolit anti patogen seperti siderophore, kitinase, β1,3- glukanase,
sianida, dan antibiotic (Marom,Rizal, dan Bintoro dkk. 2017).
Secara umum, fungsinya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
yaitu: (1) sebagai pemacu/ perangsang pertumbuhan (biostimulan) dengan
mensintesis dan mengatur berbagai zat pengatur tumbuh (fitohormon) seperti
asam indolat asetat (AIA), giberelin, dan sitokinin dalam lingkungan akar, (2)
sebagai penyedia hara dengan menambat N2, dari udara secara simbiosis dan
melarutkan hara P yang terikat dalam tanah dan sebagai penyedia hara, penambat
N2 dan perangsang pertumbuhan yang menjadi satu kesatuan yang tidak
dipisahkan (Fitri, 2018).
Pengaruh PGPR secara langsung langsung dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman terjadi melalui berbagai mekanisme, diantaranya fiksasi
nitrogen bebas yang ditransfer ke dalam tanaman, produksi siderofor mengkhelat
besi (Fe) dan membuatnya tersedia bagi akar tanaman, melarutkan mineral seperti
fosfor dan sintesis fitohormon seperti auksin. Pengaruh tidak langsung dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman terjadi melalui penekanan dari fitopatogen
yang dilakukan melalui mekanisme yang berbeda. Ini termasuk kemampuan
dalam memproduksi siderofor yang mengkhelat Fe, menjadikannya tidak tersedia
bagi patogen, kemampuan dalam mensintesis metabolit anti jamur seperti
antibiotik, yang menekan pertumbuhan patogen jamur, kemampuan untuk
bersaing secara sukses dengan patogen untuk nutrisi atau unsur hara atau tempat
khusus dalam perakaran tanaman, dan kemampuannya dalam menimbulkan
resistensi sistemik (Fitri, 2018).
Menurut Asniah, dkk dalam Fitri, 2018. Rhizobakteri memiliki potensi
sebagai deleterious rhizosbacteria yaitu rizobakteri yang bersifat memacu
pertumbuhan tanaman sekaligus sebagai bioherbisida dalam pengendalian gulma.
9

Hajoeningtijas dalam Fitri, 2018 menambahkan, bakteri dari genus Pseudomonas,


Azotobacter, Bacillus, dan Seratia diidentifikasi sebagai PGPR penghasil
fitohormon yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
Menurut Rahni (2012). Beberapa kelompok bakteri yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan produksi tanaman adalah 10 Rhizobium, Azotobacter,
Azospirillum, Bacillus subtilis, Bacillus polymixa, Clostridium, Pseudomonas
fluorescens dan Pseudomonas putia.
Prinsip kerja PGPR adalah; (1) memproduksi antibiotik untuk melindungi
tanaman dengan cara menghambat pertumbuhan penyakit perakaran; (2) menjadi
pesaing patogen penyebab penyakit dalam mendapatkan makanan disekitar
perakaran sehingga pertumbuhan patogen merugikan menjadi berkurang; (3)
merangsang pembentukan hormon atau ZPT Auksin, Sitokinin dan Giberellin
sehingga tanaman terlihat lebih subur; (4) menghambat produksi etylen (zat yang
menyebabkan tanaman cepat tua dan mati); (5) meningkatkan penyerapan dan
pemanfaatan unsur N oleh tanaman; (6) meningkatkan kemampuan tanaman
dalam menyerap unsur Fe, dan s (7) meningkatkan ketersediaan unsur P dan Mn
(Agens Hayati UPT BPTPH, 2016 dalam Arfandi 2018).
Mikroorganisme hidup bersimbiosis dengan tanaman bambu dimanfaatkan
oleh mikroorganisme tersebut sebagai energinya untuk tumbuh dan berkembang,
menyelimuti akar dan menjadi penghalang terhadap patogen yang menginfeksi
akar, sementara keuntungan bagi akar bambu tersedianya unsur hara phosfat hasil
kerja bacilllus sp yang dapat mendegradasi dari phosfat dalam keadaan terikat
sehingga terurai dan dapat diserap oleh tanaman (Wicaksono, 2008).

D. Lahan Tadah Hujan


Lahan tadah hujan adalah lahan yang sistem pengairannya sangat
mengandalkan curah hujan. Petani umumnya mengusahakan lahannya saat air
tidak cukup di musim penghujan. Di musim kering lahan ini dibiarkan tidak
diolah karena air sulit didapat atau tidak ada sama sekali. Sawah tadah hujan
umumnya hanya dipanen setahun sekali. Intensitas penggunaan tenaga kerja di
sawah tadah hujan lebih tinggi karena petani harus menyulam (menanam kembali)
lebih sering dibandingkan sawah beririgasi, akibat suplai air yang tidak stabil
(Suastika, 2018).
1
0

Lahan tadah hujan, yang relatif baru dibuka, pada umumnya memiliki
kandungan bahan organik yang rendah, sehingga kondisi lahan kurang kondusif
untuk pertumbuhan yang optimal. Upaya perbaikan kondisi lahan yang dilakukan
dengan aplikasi pembenah tanah merupakan upaya penting untuk meningkatkan
produktivitas lahan marginal yang pada umumnya memiliki kesuburan tanah yang
relatif kurang/rendah. Bahan pembenah tanah yang bisa diaplikasikan sangat
bervariasi, seperti limbah pertanian meliputi sisa panen, kotoran ternak, dll

(Suastika, 2018).
Budidaya tanaman baik pangan maupun hortikultura di lahan sawah hujan
memerlukan pendekatan khusus, misalnya bercocok tanam jagung di perbukitan
dengan tipe lahan sawah tadah hujan tentu memerlukan siasat tersendiri agar
berhasil. Dengan hanya mengandalkan curahan air hujan untuk kebutuhan
pengairan, diperlukan pengelolaan tanaman yang tepat agar bisa mengoptimalkan
sumber daya yang terbatas itu. Di saat menjelang musim hujan, petani jagung di
lahan sawah tadah hujan Enrekang biasanya mulai menanam benih jagung mereka
dengan sistem tanpa olah tanah (TOT) (Anonim 2017). Artinya, lahan yang
hendak mereka tanami jagung cukup dibersihkan dari gulma dengan
menggunakan herbisida lantas benih ditanam mengikuti arah kontur lahan yang

sebagian besar berupa perbukitan (Suastika, 2018).


Mewujudkan swasembada pangan dan sekaligus memantapkan ketahanan
pangan nasional yang berkelanjutan melalui peningkatan produksi merupakan
tantangan pembangunan pertanian masa depan. Peningkatan produksi pertanian
tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan/atau perluasan
areal lahan budidaya baik untuk tanaman pangan maupun hortikultura. (Suastika,
2018).
Jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Hasil studi Mink et
al. (1987) menunjukkan bahwa sekitar 79% areal pertanaman jagung terdapat di
lahan kering, 11% terdapat di lahan sawah irigasi, dan 10% di sawah tadah hujan.
Saat ini data tersebut telah mengalami pergeseran (Suastika, 2018). Berdasarkan
estimasi Kasryno (dalam Suastika, 2018), pertanaman jagung di lahan sawah
irigasi dan sawah tadah hujan meningkat berturut-turut menjadi 10-15% dan 20-
1
1

30%, terutama di daerah produksi jagung komersial. Sekitar 57% produksi biji
jagung di Indonesia dihasilkan dari pertanaman pada musim hujan (MH), 24%
pada musim kemarau (MK I), dan 19% pada MK II. Pertanaman jagung pada MH
umumnya diusahakan pada lahan kering, sedangkan pada MK diusahakan pada
sawah tadah hujan dan sawah irigasi.
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Pemikiran
Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan
tingkat keanekaragaman jenis flora yang tergolong tinggi, khususnya padi dan
palawija, diantaranya yaitu jagung. Jagung merupakan komoditas pangan dan
sumber kalori.
Pemerintah Daerah Kabupaten Berau menetapkan kebijakan
meningkatkan produksi jagung sejak tahun 2000.
Laju produktivitas komoditi jagung di Kalimantan Timur cenderung
menurun. Rendahnya produktivitas jagung terutama disebabkan oleh 1). Benih
berlabel bebas, 2). Pemupukan dan ameliorasi belum sesuai rekomendasi, 3).
Serangan OPT, serta 4). Pengelolahan tanah, penanaman, dan panen belum
diterapkan dengan baik. Lahan tadah hujan merupakan sumberdaya yang sangat
potensial untuk pengembangan jagung manis karena sebagian besar diantaranya
belum dimanfaatkan secara optimal.
PGPR merupakan kelompok bakteri yang menguntungkan bagi tanaman
dan berperan penting dalam meningkatkan perkembangan perakaran dan yang
berdampak pada pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan.
Sebagai upaya memenuhi kebutuhan jagung manis, maka perlu
meningkatkan produksinya. Salah satu upaya meningkatkan ialah dengan
pemberian PGPR. Diharapkan dengan berbagai macam perlakuan berupa
pemberian PGPR ini dapat meningkatkan produks jagung manis. Adapun
kerangka berfikirnya dapat dilihat pada gambar 2.
13

Budidaya Jagung Manis


(Zea mays)

Kebutuhan Jagung Manis

Aplikasi PGPR

Konsentrasi PGPR
Terdiri dari 6 taraf
P0 = Kontrol
P1= 5ml/ltr
P2= 7,5ml/ltr
P3= 10ml/ltr
P4= 12,5ml/ltr
P5= 15ml/ltr

Hasil yang meningkat

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian

B. Hipotesis
1. Terdapat respon PGPR biang akar bambu terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung manis (Zea mays) pada lahan tadah hujan.
2. Aplikasi PGPR dengan konsentrasi 12,5ml/ltr berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays) yang optimal pada lahan
tadah hujan.
14

IV. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan di Gunung Panjang, Kecamatan Tanjung
Redeb, Kabupaten Berau. Kalimantan Timur, selama kurang lebih 5 bulan
terhitung dari bulan Februari sampai Juni 2020.

B. Bahan dan Alat


Bahan : Akar bambu, dedak, terasi, gula, kapur, air bersih, pupuk kompos.
Alat : cangkul, parang, ajir, jeriken/ember, gembor, wadah fermentasi, Meteran,
gelas ukur, alat tulis menulis, kertas label, kamera, mistar dan tali raffia.

C. Rancangan Percobaan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu pemberian
berbagai konsentrasi PGPR biang akar bambu. Rancangan ini terdiri dari 6 taraf
perlakuan dan 4 ulangan yaitu :
P0 = Kontrol
P1 = 5ml/ltr
P2 = 7,5ml/ltr
P3 = 10ml/ltr
P4 = 12,5ml/ltr
P5 = 15ml/ltr
Berdasarkan jumlah percobaan, maka diperoleh 6 perlakuan. Setiap
perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Sehingga terdapat 24 unit percobaan atau
bedengan.

D. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan PGPR
Rendam akar bambu dalam air yang telah dimasak/air bersih dalam
keadaan dingin selama tiga malam, saring dan ambil airnya sebagai biang PGPR.
Setelah biangnya siap, campurkan semua bahan kecuali biang, kemudian
didihkan. Setelah dingin tapis buang ampasnya, masukkan dalam wadah
15

jeriken/ember lalu campurkan 1 liter biang PGPR tutup rapat. Diamkan satu
15

hingga dua minggu dengan menggunakan alat fermentor sederhana dari jeriken
dan selang udara.
Fermentor adalah sebuah peralatan atau sistem yang mampu menyediakan
sebuah sistem yang biologis yang dapat menunjang terjadikan reaksi biokimia dari
bahan mentah menjadi bahan yang di kehendaki . Larutan siap pakai.
2. Pembuatan konsentrasi larutan PGPR
Pembuatan konsentrasi PGPR biang akar bambu terdiri atas 6 konsentrasi,
yaitu 0 (kontrol), 5, 7,5, 10, 12,5 dan 15. Sebelum diaplikasikan ke lahan PGPR
biang akar bambu sebaiknya dahulu diencerkan dengan 0 tanpa perlakuan,
5ml/liter air dan seterusnya untuk setiap konsentrasi.
3. Aplikasi PGPR akar bambu
Aplikasi PGPR biang akar bambu dilakukan di perendaman benih kurang
lebih 15 menit, diberikan ke lahan 3 hari sebelum tanam, dan disiram dengan
tanaman secara merata dengan waktu 7, 14, 21, 28 hst dengan cara pengaplikasian
penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dengan menyiram disekitar
area akar tanaman.
4. Persiapan lahan
Lahan dibersikan dari gulma selanjutnya lahan diolah dan di gemburkan
dengan menggunakan cangkul. Dan dibuat plot sesuai ukuran yang dibutuhkan
1,5m x 1,5m.
5. Persiapan benih
Benih di rendam dengan rendaman PGPR biang akar bambu dengan
konsentrasi tanaman hortikultura dan palawija larutan 15 ml PGPR dalam 1 liter
air.
6. Penanaman benih
Benih ditanam secara tugal sebanyak 2 butir per lubang tanam lalu ditutup
kembali dengan tanah.
7. Pemberian label sampel
Pemberian label pada petak dilakukan sebelum pemberian perlakuan.
Pemberian label bertujuan untuk membedakan perlakuan yang akan diberikan
pada masing-masing tanaman tomat. Setelah diberi label, perlakuan disusun sesuai
dengan bagan percobaan.
16

8. Pemeliharaan
a. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari tergantung pada kondisi cuaca,
apabila terjadi hujan maka penyiraman tidak dilakukan.
b. Penyulaman dilakukan pada minggu kedua dengan mengganti tanaman yang
tidak tumbuh.
c. Penyiangan gulma dan pengendalian hama penyakit dilakukan apabila
dilahan/bedengan terdapat gulma yang sifatnya menganggu tanam maka
segera dikendalikan secara fisik/dicabut, begitu pula dengan pengenalian hama
dan penyakit apabila di lahan/bedengan terdapat Opt segera dikendalikan
dengan cara mekanik.
9. Panen
Pemanenan dilakukan apabila jagung manis dikategorikan siap panen dengan
kreteria rambut jagung mulai mengering dan berwarna kecoklatan.

E. Parameter Pengamatan
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah pangkal batang hingga titik
tumbuh teratas yang dilakukan 4, 8, 11 MST sampai mencapai masa generative
(pembentukan bunga). Pengukuran dilakukan dalam satuan sentimeter (cm)
dengan menggunakan alat ukur berupa meteran.
2. Jumlah helai daun (helai)
Pengamatan Jumlah helai daun jagung manis dilakukan dengan cara
menghitung semua helai daun dimulai dari 4, 8, 11 MST hingga masa generatif.
3. Waktu berbunga 80% (hari)
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung umur tanaman dari saat
tanam sampai tanaman membentuk bunga yaitu 80% dari populasi pada setiap
petak perlakuan.
4. Panjang tongkol
Panjang tongkol dihitung dari ujung tongkol hingga ujung tongkol dengan
menggunakan alat ukur satuan sentimeter (cm).
5. Diameter tongkol
Diameter tongkol jagung manis dihitung dengan mengunakan jangka
sorong.
17

6. Jumlah baris biji dalam tongkol


Pengamatan jumlah baris biji dalam tongkol dilakukan setelah panen
dengan cara menghitung total jumlah larikan dalam 1 tongkol.
7. Hasil
Potensi hasil yang diteliti dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Perhitungan berat per petak (kg) dilakukan pada semua petak penelitian
(24 petak dengan ukuran 150 cm x 150 cm).

F. Metode Analisis
Analisis data menggunakan sidik ragam. Jika terdapat beda nyata, maka
dilanjutkan menggunakan uji Duncan taraf 5%.
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Tinggi tanaman (cm)
a. Tinggi Tanaman 4 MST
Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke empat menunjukan
bahwa pemberian konsentrasi PGPR akar Bambu berbeda tidak nyata (Lampiran
4, Tabel 1). Data hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tinggi Tanaman Minggu ke-Empat


Perlakuan Kelompok Rata-rata

1 2 3 4

P0 25,25 31,5 22 35,4 28,537


P1 27,5 35,5 35,5 35,5 33,5
P2 21,25 40,25 25 35,25 30,437
P3 31,25 31,25 22,75 30 28,812
P4 20,25 21 18 35 23,562
P5 23 23 40,5 18,25 26,187

b. Tinggi Tanaman 8 MST


Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke delapan menunjukan
bahwa pemberian konsentrasi PGPR akar Bambu berbeda tidak nyata (Lampiran
4, Tabel 2). Dari data hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 2.

Tabel 2. Tinggi Tanaman Minggu Ke Delapan

Perlakuan Kelompok Rata-rata

1 2 3 4

P0 103,5 101,5 68,75 110,25 96


P1 128,25 112,25 130 82,75 113,312
P2 83,5 143 77,5 108 103
P3 105,15 136,5 69,5 80 97,787
P4 76,5 82,5 81,75 88 82,187
P5 116 72,75 135,25 53 94,25
19

c. Tinggi Tanaman 11 MST


Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman minggu ke sebelas menunjukan
bahwa pemberian konsentrasi PGPR akar Bambu berbeda tidak nyata (Lampiran
4, Tabel 3). Dari data hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel 3. Tinggi Tanaman Minggu Ke Sebelas

Perlakuan Kelompok Rata-rata

1 2 3 4

P0 153,5 167,5 157,5 145,5 156

P1 176,5 160,35 187,75 140,5 166,275

P2 149 185 142,5 165,5 160,5

P3 159,75 177,75 154 152,75 161,062

P4 145 142,5 112,5 170,25 142,562

P5 159,05 158 178 97,75 148,2

2. Jumlah Daun (Helai)


a. Jumlah Daun ( Helai) 4 MST
Hasil analisis sidik ragam jumlah helai daun minggu ke empat
menunjukan bahwa pemberian konsentrasi PGPR akar Bambu berbeda tidak nyata
(Lampiran 4, Tabel 4). Dari data hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Helai Daun Minggu Ke Empat


Perlakuan Kelompok Rata-rata

1 2 3 4

P0 5,5 5,5 6 7,5 6,125

P1 7 5,5 7,5 6 6,5

P2 5 8 5,5 5,5 6

P3 6 8 6 5,5 6,375

P4 5 5 5 7 5,5

P5 4,5 6,5 5 5 5,25


20

b. Jumlah Daun (Helai) 8 MST


Hasil analisis sidik ragam jumlah helai daun minggu ke delapan
menunjukan bahwa pemberian konsentrasi PGPR akar Bambu berbeda tidak nyata
(Lampiran 4, Tabel 5). Dari data hasil pengamatan dapat di lihat pada tabael 5.

Tabel 5. Jumlah Helai Daun Minggu Ke Delapan


Perlakuan Kelompok Rata-rata

1 2 3 4

P0 7 7 7 8,5 7,375
P1 9 7 10,5 7,5 8,5
P2 6,5 10 7 7 7,625
P3 7,5 9,5 7 7 7,75
P4 6,5 7 6,5 7,5 6,875
P5 6 7,5 11 6,5 7,75

c. Jumlah Daun (Helai) 11 MST


Hasil analisis sidik ragam jumlah helai daun minggu ke sebelas
menunjukan bahwa pemberian konsentrasi PGPR akar Bambu berbeda tidak nyata
(Lampiran 4, Tabel 6). Dari data hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Helai Daun Minggu Ke Sebelas


Perlakuan Kelompok Rata-rata

1 2 3 4

P0 8 8,5 7 8 7,875
P1 8,5 8,5 10 7 8,5
P2 7 10,5 8 7,5 8,25
P3 8 9 7,5 8,5 8,25
P4 8 8 6 9 7,75
P5 7 8,5 8,5 7 7,75
21

3. Waktu Berbunga 80% (Hari)


Hasil analisis sidik ragam umur berbunga 80% menunjukan bahwa
pemberian konsentrasi PGPR akar Bambu berbeda tidak nyata (Lampiran 4, Tabel
7). Dari data hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 7.

Tabel 7. Umur Berbunga 80% (Hari)


Perlakuan Kelompok Rata-rata

1 2 3 4

P0 50 50 50 50 50

P1 50 50 50 50 50

P2 50 47 50 50 49,25

P3 50 50 50 50 50

P4 50 50 50 50 50

P5 50 50 50 50 50

4. Panjang Tongkol (cm)


Hasil analisis sidik ragam panjang tongkol menunjukan bahwa pemberian
konsentrasi PGPR akar Bambu berbeda tidak nyata (Lampiran 4, Tabel 8). Dari
data hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 8.

Tabel 8. Parameter Panjang Tongkol (cm)


Perlakuan Kelompok Rata-rata

1 2 3 4

P0 14 18 18,75 18,25 17,25


P1 18,25 18,75 20,5 19,5 19,25
P2 18,25 19,25 19,65 18,75 18,975
P3 20,5 21 13,25 18,5 18,312
P4 12,5 17,5 11,95 13,75 13,925
P5 18 14,6 19,25 12,2 16,012
22

5. Diameter Tongkol (cm)


Hasil analisis sidik ragam diameter tongkol menunjukan bahwa pemberian
konsentrasi PGPR akar Bambu berbeda nyata (Lampiran 4, Tabel 9). Dari data
hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 9.

Tabel 9. Diameter Tongkol (cm)


Perlakuan Kelompok Rata-rata
1 2 3 4
P0 13,95 15,75 15,5 16,15 15,337 b
P1 15 16,75 16,25 16,15 16,037 b
P2 16,5 16 15 15 15,625 b
P3 15,5 16 13,75 16 15,312 b
P4 14 13,75 12,75 13,75 13,562 a
P5 16,25 14,5 15,75 14 15,125 b
Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%.

6. Jumlah Baris Dalam Tongkol


Hasil analisis sidik ragam jumlah baris dalam tongkol menunjukan bahwa
pemberian konsentrasi PGPR akar Bambu berbeda tidak nyata (Lampiran 4,
Tabel 10). Dari data hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Baris Biji dalam Tongkol


Perlakuan Kelompok Rata-rata

1 2 3 4

P0 15 13,5 14 14 14,125
P1 13 14 15 13 13,75
P2 14 13,5 13 13 13,375
P3 14 14 14 14 14
P4 14 13,5 11,5 13 13
P5 13 14 13 14 13,5
23

7. Potensi Hasil (Ton)


Hasil analisis sidik ragam potensi hasil menunjukan bahwa pemberian
konsentrasi PGPR akar Bambu berbeda nyata (Lampiran 4, Tabel 11). Dari data
hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 11.

Tabel 11. Potensi Hasil (Ton)


Perlakuan Kelompok Rata-rata

1 2 3 4

P0 11,6 11,1 8,5 10,9 10,525 c

P1 12,2 9,4 11,6 10,4 10,9 c

P2 11,9 8,4 10,3 11,7 10,575 c

P3 12,3 13,2 13,3 12,4 12,8 c

P4 4,6 4,6 3,9 4,1 4,3 a

P5 11,7 4,2 10,7 3,7 7,575 b

Rata-rata 10,716 8,483 9,716 8,866 9,445

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%.

B. Pembahasan
Karakter tanaman jangung dipengaruhi oleh faktor genetis dan
lingkungannya (biotik dan abiotik), yang dimana apabila keduanya saling
terpenuhi maka akan menghasilkan interaksi yang baik. Begitupun sebaliknya
apabila salah satu tidak terpenuhi akan berdampak pada tanaman tersebut yakni
ketidakseimbangan antara yang diberikan dengan kebutuhan tanaman.
1. Tinggi tanaman (cm)
Berdadarkan tabel 1, 2 dan 3 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
tinggi tanaman akan tetapi tidak berbeda nyata. Pemberian konsentrasi PGPR akar
Bambu dengan konsentrasi yang semakin meningkat justru sifatnya lebih
cenderung menghambat pertumbuhan tinggi tanaman.
Menurut Rahmi tanaman yang perakarannya berkembang dengan baik
akan efisien menyerap unsur hara sehingga tanaman tidak mudah terserang
pathogen. Selain itu, peningkatan pertumbuhan tanaman (khususnya tanaman
jagung) oleh PGPR dapat terjadi melalui satu atau lebih mekanisme yang terkait
24

dengan karakter fungsionalnya dan kondisi lingkungan rizosfir (Widyaningrum,


2017).
Hal ini juga bisa diakibatkan kebutuhan tanaman sudah terpenuhi pada
perlakuan P1 dan respon P1 justru lebih baik jika di bandingkan dengan
konsentrasi yang lebih tinggi atau kontrol.
Berdasarkan data ansira peningkatan konsentrasi PGPR sifatnya
cenderung menghambat pertumbuhan tinggi. Hal ini juga berpengaruh pada
pemberian konsentrasi yang dimana PGPR yang telah diaplikasikan ikut larut
bersama gengan air banjir dan respon P1 justru lebih baik jika di bandingkan
dengan konsentrasi yang lebih tinggi hal ini bisa dikarenakan kebutuhan PGPR
maksimal atau sudah terpenuhi berada pada P1. Diduga pada perlakuan P1
mempunyai ketersediaan pupuk organik sebagai penyuplai unsur hara yang
berasal perlakuan pemberian pupuk homogen dan ketersediaan pupuk hayati
sebagai penyuplai mikroorganisme yang cukup sehingga keduanya saling
mendukung.
2. Jumlah Daun (Helai)
Berdasarkan tabel 4,5 dan 6 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
jumlah helai daun akan tetapi tidak berbeda nyata pada minggu ke empat, delapan
hingga minggu kesebelas dan pemberian konsentrasi PGPR akar Bambu dengan
konsentrasi P1 justru mendapatkan hasil respon terbaik dari perlakuan lainnya.
Pada perlakuan lainnya saling memberikan memanfaat dalam suatu lingkungan
tetapi kurang ideal atau kurang seimbang Hal ini bisa di karnakan kebutuhan
tanaman maksimal sudah terpenuhi pada konsentrasi P1. pada P1 mempunyai
ketersediaan pupuk organik sebagai penyuplai unsur hara yang berasal dari
perlakuan pupuk homogen dan ketersediaan pupuk hayati sebagai penyuplai
mikroorganisme yang cukup sehingga keduanya saling mendukung, kombinasi.
Plant Growth Promoting  Rhizobacteria merupakan bakteri yang
berkoloni dengan perakaran, dapat memberikan keuntungan untuk mendukung
kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan tanaman berkat kemampuannya
dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT), biokatalis untuk mendukung
tersedianya NPK dan asam-asam organik penting lainnya bagitanaman.
Sebagaiagen pelestarian lingkungan,  menjaga biodiversitas mikroba perakaran
25

guna mendukung pertanian ramah lingkungan yang yang dapat meningkatkan


hasilpertanian. Hal inisangat penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional
yang berkelanjutan sesuai yang dicanangkan oleh pemerintah (Nurasiah, 2016).
Perlakuan PGPR pada tanaman akan memberikan pertumbuhan akar yang
lebih sehat, panjang dan lebih banyak dibandingkan tanpa perlakuan PGPR.
Perakaran yang sehat menyebabkan penyerapan unsur hara yang diperlukan bagi
tanaman akan semakin banyak. Sehingga pertumbuhan tanaman juga lebih bagus.
Disamping itu perakaran yang dikoloni oleh bakteri PGPR umumnya lebih tahan
terhadap infeksi patogen tanaman yang disebabkan kemapuan bakteri
pseudomonas sp PGPR menghasilkan siderofor dan antibiotik untuk mencegah
perkembangan patogen tanaman (Metode hayati, 2017).
Prinsip pemberian PGPR adalah meningkatkan jumlah bakteri yang aktif
disekitar perakaran tanamansehingga memberikan keuntungan bagi tanaman,
keuntungan menggunkan PGPR adalah meningkatkan kadar mineral dan nitrogen,
memberikan toleransi tanaman terhadap cekaman lingkungan, sebagai
biofertiliser, agen biologi kontrol, melindungitanaman dari patogen tumbuhan
(Figueredo., dkk).
3. Waktu berbunga 80%
Berdasarkan tabel 7. Menunjukkan hasil bahwa waktu berbunga 80%
berbeda tidak nyata tetapi waktu berbunga tercepat pada P2. hal tersebut bisa
dikarnakan terdapat respon PGPR dan faktor genetik tanaman sehingga
pertumbuhan dan waktu berbunga seragam.
Pertumbuhan vegetatif yang mempengaruhi umur berbunga pada tanaman
tidak hanya tidak hanya dipengaruhi oleh satuperlakuan saja tetapi juga
dipengaruhi oleh lingkungan tempatnya hiidup. Selain faktor lingkungan, genetik
dan faktor tanah ketersediaan air, cahaya, maupun unsur hara juga berperan dalam
memicu pembungaan. Kerersediaan unsur hara bagi tanaman jagung akan
mempengaruhi terhadap pertumbuhan fase vegetatif. Umur berbunga tanaman
jagung paling cepat adalah P2, hal ini diduga dengan pemberian PGPR dengan
dapat mempercepat pembungaan. Menurut Azzamy, (2015) dan (Lindung, 2014)
menyatakan bahawa bakteri PGPR berfungsi melarutkan dan meningkatkan
keterseeiaan unsur P. Hal ini didukung oleh pernyataan Aiman et, al., (2015),
26

menyatakan bahwa dengan ketersediaannya unsur hara fosfor maka akan


mempercepat pembungaan. Dapat disimpulkan Kekurangan P pada tanah yang
miskin unsur P akan mempengaruhi umur berbunga pada tanaman .
4. Panjang tongkol (cm)
Berdasarkan tabel 8. Terdapat perbedaan panjang tongkol akan tetapi tidak
berbeda nyata. Peningkatan konsentrasi PGPR yang tinggi justru menghambat
panjang tongkol jagung manis. Hal ini juga di pengaruhi unsur P dapat
berakibatkan hasil tanaman waktu berbunga dan buah akan menurun, karena unsur
P berperan penting dalam proses pembelahan sel, pemasakan buah, atau
pembentukan biji dan sebagai penyusun lemak dan protein (setyamidjaja dalam
Nurfira Dkk, 2020).
Hal ini juga berpengaruh pada pemberian konsentrasi yang dimana
pemberian konsentrasi PGPR yang lebih tinggi justru mengurangi rerata panjang
tongkol jagung manis. Respon P1 justru lebih baik jika dibandingkan dengan
konsentrasi lebih tinggi atau konsentrasi lebih rendah, hal ini bisa dikarnakan
kebutuhan PGPR maksimal sudah terpenuhi pada P1.
Khan et al., (2017) fotosistan optimal menghasilkan peningkatan hasil
tanaman, panjang tongkol, dan berat tongkol didukung dengan tingkat kesuburan
lingkungan. Menurut Wahyudi dan Yuwariah (2017) jarak tanaman yang lebar
akan mengurangi adanya persaingan hara, cahaya, air sehingga dalam
pembentukan tongkol dan pengisian biji tongkol akan lebih optimal. Abuzar
(2011) menambahkan bahwa kerapatan jarak tanam mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman serta pengaruh produksi karbohidrat.
5. Diameter tongkol (cm)
Berdasarkan tabel 9. Terdapat perbedaan diameter tongkol. Respon P1
justru lebih baik jika dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Hal ini
kebutuhan maksimal PGPR sudah terpenuhi pada P1 dan apabila pemberian
konsentrasi melebihi kapasitas maksimal akan berpengaruh dan berefek pada
tanaman tersebut, begitupun sebaliknya apabila kekurangan konsentrasi yang
diberikan pada tanaman akan berpengaruh dan berefek pada tanaman tersebut.
Plant Growth Promoting Rhizobacteria dapat dipakai dalam program
intensifikasi pertanian karena merupakan bakteri di sekitar perakaran dan hidup
27

berkoloni menyelimuti akar yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan


tanaman yaitu sebagai merangsang pertumbuhan (biostimulants) dengan
mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh seperti
giberellin, asam indol asetat, etilen, dan sitokinin, sebagai penyedia hara dengan
mengikat N2 di udara secara asimbiosis dan berperan dalam peningkatan diameter
tongkol, dan sebagai pengendali patogen tanah (bioprotectants) dengan cara
menghasilkan berbagai metabolit anti patogen seperti siderophore, kitinase, β1,3-
glukanase, sianida, dan antibiotic (Marom,Rizal, dan Bintoro dkk. 2017).
Secara umum, fungsinya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
yaitu: (1) sebagai pemacu/ perangsang pertumbuhan (biostimulan) dengan
mensintesis dan mengatur berbagai zat pengatur tumbuh (fitohormon) seperti
asam indolat asetat (AIA), giberelin, dan sitokinin dalam lingkungan akar, (2)
sebagai penyedia hara dengan menambat N2, dari udara secara simbiosis dan
melarutkan hara P yang terikat dalam tanah dan sebagai penyedia hara, penambat
N2 dan perangsang pertumbuhan yang menjadi satu kesatuan yang tidak
dipisahkan (Fitri, 2018).
6. Jumlah baris dalam tongkol
Berdasarkan tabel 10. Terdapat perbedaan jumlah baris dalam tongkol
akan tetapi tidak berbeda nyata, namun jumlah baris biji terbanyak pada P3 bukan
pada P1 yang sebelumnya P1 selalu menghasilkan hasil yang terbaik. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah baris secara signifikan walaupun tidak berbeda nyata
akan mempengaruhi potensi hasil berikutnya.
Menurut Asniah, dkk dalam Fitri, 2018. Rhizobakteri memiliki potensi
sebagai deleterious rhizosbacteria yaitu rizobakteri yang bersifat memacu
pertumbuhan tanaman sekaligus sebagai bioherbisida dalam pengendalian gulma.
Hajoeningtijas dalam Fitri, 2018 menambahkan, bakteri dari genus Pseudomonas,
Azotobacter, Bacillus, dan Seratia diidentifikasi sebagai PGPR penghasil
fitohormon yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
Menurut Rahni (2012). Beberapa kelompok bakteri yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan produksi tanaman adalah 10 Rhizobium, Azotobacter,
Azospirillum, Bacillus subtilis, Bacillus polymixa, Clostridium, Pseudomonas
fluorescens dan Pseudomonas putia.
28

7. Potensi hasil (Ton)


Berbadarkan tabel asnira diatas. Menunjukkan berbeda nyata P1, P3, P4,
dan P5 jika dibandingkan dengan kontrol. Adapun yang terbaik pada potensi hasil
adalah perlakukan P3, hal ini berhubungan dengan jumlah baris biji per tongkol
dimana perlakuan P3 memberikan hasil lebih baik dibanding perlakuan lainnya.
Jumlah baris biji yang besar dan banyak akan berpengaruh pada berat buah.
Sehingga hal ini singnifkan pada jumlah baris biji dan potensi hasil.
Kandungan PGPR seperti IAA, Giberelin, Sitokinin dan Etilen merupakan
bentuk aktif hormon auksin yang dijumpai pada tanaman dan berperan
meningkatkan kualitas dan hasil panen. Fungsi hormon tersebut antara lain
meningkatkan perkembangan sel, merangsang pembentukan akar baru, memacu
pertumbuhan, merangsang pembungaan dan meningkatkan aktivitas enzim
(Rahni, 2012).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan penelitian ini adalah :
1. Respon pertumbuhan dan hasil menunjukkan semua parameter perlakuan
berbeda tidak nyata kecuali pada parameter diameter tongkol dan potensi hasil

2. Konsentrasi P3 (10 ml.l air-1) memberikan hasil tertinggi yaitu 12,8 mg.ha-1.

B. Saran
Penulis menyarankan untuk menggunakan konsentrasi PGPR Akar Bambu
dengan konsentrasi 10 ml.l air-1.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim. 2017. Mengoptimalkan Lahan Tadah Hujan Dengan Varietas Jagung
Yang Tepat Dan Tangguh..(http://www.tanindo.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=557:mengoptimalkan-lahan-tadah-
hujan-dengan-varietas-jagung-yang-tepat-dan-
tangguh&catid=577:mengoptimalkan-lahan-tadah-hujan-dengan-varietas-
j&Itemid=156). 28 Agustus 2017
[2] Arfandi. 2018. Pengaruh Beberapa Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(Pgpr) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine
max L. Merill). Universitas Muslim Maros.
[3] Bahrum, S. 2018. Makalah Jagung Manis. Universitas Lancang Kuning.
[4] Dewi, R. K. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung
Manis (Zea Mays L. Saccarhata Sturt) Terhadap Aplikasi POC Limbah
Kubis-Kubisan (Brassicaceae) dan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit.
[5] Figueredo.M.,L. Araujo.F.& Mariano.R (2010). Plant Growth Promoting
Rhizobakteria : Fundamentals And Aplication, Microbiology Monographs
(18).
[6] Fitri, R. 2018. Isolasi dan Karakterisasi Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (Pgpr) Dari Rizosfer Tanaman Durian (Durio Zibethinus
Murr.) (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau).
[7] Fitrianti, I. 2016. Uji Konsentrasi Formulasi Bacillus subtilis BNt8 Terhadap
Pertumbhan Benih Jagung (Zea mays L.) Secara In vitro (Doctoral
dissertation, Univeritas Islam Negeri Alauddin Makassar).
[8] Harjadi,S.S., 2012. Pengantar Agronomi Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
[9] Liputan6.com. (2018, 14 Oktober). RI Impor Jagung 72.710 ton pada
September 2018. Diakses pada 26 Agustus 2020, dari
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3667941/ri-impor-jagung-72710-ton-
pada-september-2018
[10] Marom, N., Rizal, F. N. U., & Bintoro, M. 2017. Uji Efektivitas Saat
Pemberian dan Konsentrasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)
terhadap Produksi dan Mutu Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).
Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences, 1(2), 174-184.
[11] Metode hayati,2017. Nutrisi tanaman (interaksi bakteri nutrisi
tanaman).Metode Hayati Indonesia.
[12] Nur Fira Mita Fitri, Dkk (2017). Uji konsentrasi PGPR asal akar Bambu
dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays
L). Universitas Islam Kuantan Singingi.
[13] Nurasiah D. 2016.Interaksi bakteri antogonis dengan tanaman pangan. Balai
penelitian serealia.
31

[14] Putri Acne. 2014. Pengaruh Pemberian plant growth promoting rhizobakteria
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada ( lactuca sativa l.)
universitas muhammadiyah sumatera barat payakambuh
[15] Rahni, N.M. 2012.Efek Fitohormon PGPR Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Kedelai.J Agribisnis dan pengembangan wilayah.
2(2):27-35.
[16] Sairul, H. 2019. Rspon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea
mays L.) Terhdap Pemberian Pupuk Organik Kandang Ayam dan Limbah
Cair Kelapa Sawit. Universitas Medan Raya.
[17] Salamiah WR., 2014.Pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(PGPR) dalam Pengendalian Penyakit Tungro padaPadi Lokal Kalimantan
Selatan.
[18] Suastika. 2018. Sistem Pengelolaan Lahan Tadah Hujan Mendukung
Pengembangan Kawasan Pangan dan Hortikultura. Balai Penelitian Tanah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian.
[19] Wicaksono, 2008. Morfologi tanaman bambu. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
[20] Widodo. 2016. Pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacter(PGPR)
dalam pengendalian Penyakit Tungro pada Padi Lokal. Kalimantan Selatan.
[21] Widyaningrum, A. 2017. Pengaruh aplikasi pgpr (plant growth promoting
rhizobacteria) dan kompos azolla terhadap mutu bibit asal stek kopi robusta.
Universitas Jember.
[22] Yulistian, E., Widowati, H., & Sutanto, A. 2020. Plant growth promoting
rhizobacteria (pgpr) dari akar bambu apus (Gigantochola apus)
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Universitas Muhammadiyah Metro.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Jagung Manis Bonanza F1

Nomor SK Kementan : 2071/Kpts/SR.120/5/2009


Rekomendasi Dataran : Rendah - Menengah
Ketahanan Penyakit* :-
Umur Panen (HST)* : 70 - 85
Bobot per Buah (g)* : 300 - 400
Potensi Hasil (ton/ha)* : 14 - 18
PVT :-
Nama : Jagung manis hibrida,
Tinggi : Sedang
Warna Bulir : Kuning tua
Rasa : Manis dan lembut
Bobot Tongkol : 270 - 300 gram
Umur Panen : Pada umur 63 HSS,
Hasil Segar : 13 - 15 ton per hektar.
Vigour Tanaman : Sangat vigour (skala : 8)
Tinggi Tanaman : 175 ~ 200 cm
Warna Daun : Hijau (skala : 7)
Klobot : Hijau muda (skala : 5), tipis
Ukuran Tongkol : Lebih besar (skala : 8)
Bobot Tongkol : 475 g
Kernel : Kecil (skala : 5), lebih kuning (8), full-tip
Daya Simpan Tongkol : 4 ~ 6 hari
Rasa : Manis (brix 12)
Ketahanan Kresek : Cukup (skala : 5)
Baby Corn : Kernel bulat-putih tidak pecah
Potensi : Hingga 400 kg/1 kg benih
33

Lampiran 2. Jadwal Penelitian

Bulan
NO Jenis Kegiatan Februari Maret April Mei Juni

1 Persiapan dan pengolahan


lahan

2 Penanaman

3 Pemeliharaan

4 Pencegahan hama penyakit

5 Pengamatan/pengumpulan
data

6 Panen

7 Pengolahan data
34

Lampiran 3. Denah Penelitian

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

P1K1 P3K2 P1K3 P2K4

P2K1 P2K2 P5K3 P3K4

P5K1 P0K2 P2K3 P0K4

P3K1 P1K2 P0K3 P1K4

P0K1 P5K2 P3K3 P4K4

P4K1 P4K2 P4K3 P5K4

Gambar 3. Layout Penelitian

Keterangan :
P = Konsentrasi PGPR akar bambu
P0 = Kontrol
P1 = 5ml/ltr
P2 = 7,5ml/ltr
P3 = 10ml/ltr
P4 = 12,5/ltr
P5 = 15ml/ltr

K = Ulangan
K1 = Ulangan 1
K2 = Ulangan 2
K3 = Ulangan 3
K4 = Ulangan 4
35

Lampiran 4. Sampel Dalam Satu Plot


Dalam satu plot ukuran dengan Lebar 150m dan Panjang 150m (1,5m x
1,5m). Dengan jarak tanam 40cm x 50cm dan dalam satu plot terdapat ada 12
tanaman. Untuk sampel dalam satu bedengan terdapat 2 tanaman, maka jumlah
seluruh tanaman 288 tanaman.
25 cm

15 cm 40 cm 15 cm
X X X X
50 cm

X X1 X2 X

X X X X

25 cm 25 cm
Gambar 4. Denah
Gambar Satu Plot
3. Denah SatuTanaman
Plot Tanaman

Keterangan

X = petak produksi

X1, X2, = tanaman sampel


36

Lampiran 5. Tinggi Tanaman

Tabel 1. Ansira Tinggi Tanaman Minggu ke-4

Sumber F Tabel
Keragaman DB JKT KTG F Hitung 5%
Perlakuan 5 448.619 89.724 2.598 2.90
Kelompok 3 403.080 134.360 3.890* 3.29
Galat 15 518.102 34.540
Total 23 1369.801
Kesimpulan: tidak berbeda nyata
*= berbeda nyata
Tabel 2. Ansira Tinggi Tanaman Minggu ke-8

Sumber F Tabel
Keragaman DB JKT KTG F Hitung 5%
Perlakuan 5 2109.036 421.807 .595 2.90
Kelompok 3 1544.211 514.737 .726 3.29
Galat 15 10633.94 708.930
9
Total 23 14287.19
7
Kesimpulan: tidak berbeda nyata

Tabel 3. Ansira Tinggi Tanaman Minggu ke-11


37

Sumber F Tabel
Keragaman DB JKT KTG F Hitung 5%
Perlakuan 5 1570.137 314.027 .661 2.90
Kelompok 3 1192.089 397.363 .836 3.29
Galat 15 7128.067 475.204
Total 23 9890.293
Kesimpulan: tidak berbeda nyata

Jumlah Helai Daun


Tabel 4. Ansira Jumlah Helai Daun Minggu Ke-4

Sumber F Tabel
Keragaman DB JKT KTG F Hitung 5%
Perlakuan 5 4.833 .967 .857 2.90
Kelompok 3 2.708 .903 .800 3.29
Galat 15 16.917 1.128
Total 23 24.458
Kesimpulan: tidak berbeda nyata

Tabel 5. Ansira Jumlah Helai Daun Minggu Ke-8

Sumber F Tabel
Keragaman DB JKT KTG F Hitung 5%
Perlakuan 5 5.677 1.135 .529 2.90
Kelompok 3 4.865 1.622 .755 3.29
Galat 15 32.198 2.147
Total 23 42.740
Kesimpulan: tidak berbeda nyata

Tabel 6. Ansira Jumlah Helai Daun Minggu Ke-11


38

Sumber F Tabel
Keragaman DB JKT KTG F Hitung 5%
Perlakuan 5 1.969 .394 .360 2.90
Kelompok 3 4.781 1.594 1.457 3.29
Galat 15 16.406 1.094
Total 23 23.156
Kesimpulan: tidak berbeda nyata

Waktu Berbunga 80% (Hari)


Tabel 7. Ansira Waktu Berbunga 80%
Sumber F Tabel
Keragaman DB JKT KTG F Hitung 5%
Perlakuan 5 1.875 .375 1.000 2.90
Kelompok 3 1.125 .375 1.000 3.29
Galat 15 5.625 .375
Total 23 8.625
Kesimpulan: tidak berbeda nyata

Panjang Tongkol (cm)


Tabel 8. Ansira Panjang Tongkol
Sumber F Tabel
Keragaman DB JKT KTG F Hitung 5%
Perlakuan 5 82.733 16.547 2.512 2.90
Kelompok 3 6.947 2.316 .352 3.29
Galat 15 98.787 6.586
Total 23 188.466
Kesimpulan: tidak berbeda nyata

Diameter Tongkol (cm)


39

Tabel 9. Ansira Diameter Tongkol


Sumber F Tabel
Keragaman DB JKT KTG F Hitung 5%
Perlakuan 5 14.376 2.875 3.427* 2.90
Kelompok 3 1.184 .395 .471 3.29
Galat 15 12.583 .839
Total 23 28.143
Kesimpulan: *= berbeda nyata

Baris Biji dalam Tongkol


Tabel 10. Ansira Baris Biji
Sumber F Tabel
Keragaman DB JKT KTG F Hitung 5%
Perlakuan 5 3.500 .700 1.248 2.90
Kelompok 3 .708 .236 .421 3.29
Galat 15 8.417 .561
Total 23 12.625
Kesimpulan: tidak berbeda nyata

Potensi Hasil (Ton)

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Potensi_Hasil
Type III Sum
Source of Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected 200.838 a
8 25.105 6.857 .001
Model
Intercept 2141.370 1 2141.370 584.848 .000
Perlakuan 183.137 5 36.627 10.004 .000
Kelompok 17.701 3 5.900 1.612 .229
Error 54.921 15 3.661
Total 2397.130 24
Corrected Total 255.760 23
a. R Squared = .785 (Adjusted R Squared = .671)

Tabel 11. Ansira Potensi Hasil


40

Sumber F Tabel
Keragaman DB JKT KTG F Hitung 5%
Perlakuan 5 183.137 36.627 10.004* 2.90
Kelompok 3 17.701 5.900 1.612 3.29
Galat 15 54.921 3.661
Total 23
Kesimpulan: *= berbeda nyata
41

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

(a) (b)

Gambar 5. Tanaman jagung umur 2 MST (a) tanaman jagung umur 6


MST (b)

(a) (b)

Gambar 6. Tanaman Jagung Umur 7 MST (ab)


42

(b)
(a)

Gambar 7. Berbunga Total Keseluruhan (ab)

(a) (b)

Gambar 8. Gambar akar P0 (Kontrol) (a) Gambar akar P1 (b)


43

(a) (b)

Gambar 9. Gambar akar P2 (a) Gambar akar P3 (b)

(a) (b)

Gambar 10. Gambar akar P4 (a) Gambar akar P5 (b)


44

Anda mungkin juga menyukai