Oleh
DEDI SAPUTRA
NIM. 1503015046
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
RESPON PERTUMBUHAN MATA TUNAS BIBIT OKULASI
TANAMAN KARET (Hevea Brasiliensis Muell.Arg) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK BIO ORGANIK DAN PANJANG
POTONGAN AKAR BIBIT OKULASI MATA TIDUR (OMT)
Oleh
DEDI SAPUTRA
NIM. 1503015046
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Nim : 1503015046
Jurusan : Agroekoteknologi
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Hj. Yetti Elidar, M.P Dr. Ir. Suria Darma Idris , M.Si
NIP. 19580104 198411 2 001 NIP. 19621112 198903 1 003
Mengetahui :
Dekan
NIM : 1503015046
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari peneliti sendiri. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah saya diperoleh dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di Fakultas
Dedi Saputra
NIM. 1503015046
ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH
NIM : 15030150246
Pertanian, Universitas Mulawarman, tanpa perlu meminta izin dari saya selama
Demikian surat ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
Dedi Saputra
NIM. 1503015046
ABSTRACT
and to compare between the two treatment averages, followed by the Least
Significant Difference (LSD) test at the 5% level.
The results showed that the interaction between the application of BOF
fertilizer and the root length did not have a significant effect on all research
variables. The best dosage of BOF fertilizer, namely the treatment of 36 g BOF gr
/ polybag gave the best growth relative to all research variables. The best length
-1,
of root cut, which was 15cm plant gave the best growth for the variable number
-1,
of petioles, number of leaflets and days of shoots and tended to provide the best
growth for all research variables.
Kata Kunci : Panjang potongan akar, BOF, bibit karet okulasi mata tidur
(OMT).
vi
RIWAYAT HIDUP
Bengkal dan tamat pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
perwujudan Tri Darma Perguruan Tinggi dengan mengikuti Kuliah Kerja Nyata
(KKN) pada bulan Juli hingga Agustus 2018 di Desa Muhuran, Kecamatan Kota
Alhamdulillahhirabil’alamin...
Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat nya
Skripsi ini saya persembahkan kepada seluruh keluarga terutama kepada kedua orang tua saya Bapak
Muhammad Daud dan Ibu Sumarni yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan kasih sayang
yang luar biasa indahnya, dan terimakasih kepada adik saya Sulasmi Wati dan Rasti Andini yang selalu
memberikan semangat dan dukunganya kepada saya, serta teman – teman dan sahabat saya yang sudah
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini semoga apa yang kita lakukan selama ini dapat berguna
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pembelajaran untuk semuanya
Aminn ya rabbalalamin...
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan
Ibunda Sumarni sebagai orang tua penulis yang sangat penulis hormati, sayangi,
dan cintai, yang telah memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materil
studi.
terselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kepada:
3. Ibu Ir. Yetti Elidar, M.P. dan bapak Dr. Ir. Suria Darma Idris, M.Si. selaku
dosen pembimbing I dan II, yang telah berkenan memberikan bantuan moril
dan materil selama penelitian dan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga
dan Dr. Odit Ferry Kurniawan, S.P., M.Si. yang banyak memberikan
masukan, kritik dan saran agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.
Puja Anjelia, Wahyudi, terima kasih atas dukungan dan do’a yang telah
diberikan.
6. Teman-teman KKN Desa Muhuran, terima kasih atas doa dan dukungan yang
diberikan.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Penulis berharap
karya tulis ini dapat bermanfaat dan dapat memberi wawasan bagi pembaca,
Dedi Saputra
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................... iii
HALAMAN PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............... iv
ABSTRACT............................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................. viii
KATA PENGANTAR............................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian................................................................ 4
xi
2. Jumlah Tangkai Daun....................................................... 26
3. Jumlah Anak Daun........................................................... 30
4. Diameter Tunas................................................................ 34
5. Hari Muncul Tunas........................................................... 34
B. Pembahasan
1. Panjang tunas okulasi........................................................ 35
2. Jumlah Tangkai Daun....................................................... 38
3. Jumlah Anak Daun........................................................... 40
4. Diameter Tunas................................................................ 41
5. Hari Muncul Tunas........................................................... 42
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................... 44
B. Saran.................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 45
LAMPIRAN...................................................................................
48
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Panjang tunas okulasi umur 12 MSP dengan perlakuan konsentrasi
1. BOF dan panjang potongan akar...……………...............................
23
Panjang tunas okulasi umur 14 MSP dengan perlakuan konsentrasi
2. BOF dan panjang potongan akar...……………..........,.................... 24
xii
perlakuan konsentrasi BOF dan panjang potongan akar..................
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Penelitian…................................ 14
xiv
9. Sampel tanaman dalam paranet .......................................................
60
Nomor Halaman
1. Jadwal penelitian Respon Pertumbuhan Mata Tunas Bibit
Okulasi Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell.Arg) Terhadap
Pemberian Pupuk Bio Organik Dan Panjang Potongan Akar 48
Bibit Stumb Okulasi Mata Tidur
(OMT)..............................................................................................
xv
Stumb Okulasi Mata Tidur (OMT)...........................
………………….......................................
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
bidang pertanian terutama sub sektor perkebunan. Hal ini didukung oleh Data
penanaman karet, tahun 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, 2018 berturut-turut;
101.158 ha, 113.485 ha, 113.739 ha, 116.689 ha, 115.160 ha, dan 115.082 ha -
Mg ha-1, 63.510 Mg ha-1, dan 57.354 Mg ha-1, fluktuatif dan menurun drastis pada
tahun 2018. Selain direncanakan untuk dijadikan pusat penanaman kelapa sawit
nasional yaitu sebagai pusat Agroindustri dan Energi terkemuka, Kaltim juga
dapat dijadikan salah satu daerah yang memiliki tanaman karet klon unggul
karet yang baik adalah menggunakan bahan tanam (bibit) karet yang berkualitas.
perkebunan karet, maka usaha tani pembibitan bibit berkualitas perlu dilakukan.
Bibit karet berkualitas yang digunakan akan menghasilkan tanaman karet yang
berkualitas pula. Untuk mendapatkan tanaman karet yang berkualitas, dalam hal
ini menghasilkan lateks yang tinggi, tahan terhadap penyakit dengan pertumbuhan
yang seragam diperlukan bibit yang berasal dari klon unggul. Bibit yang unggul
merupakan salah satu cara budidaya yang ramah lingkungan serta sangat berguna
untuk ketersediaan unsur hara dan memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.
Bio Organik fertilizer (BOF) merupakan suatu zat yang digunakan untuk
dekomposisi bahan organik menjadi nutrisi yang tersedia bagi tanaman, dan
OPT. Bio Organik fertilizer yang diaplikasikan pada bibit atau permukaan tanah,
berfungsi sebagai penopang tubuh tanaman berdiri tegak dan penopang tanaman
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Penyerapan air dan unsur hara yang ada
didalam tanah untuk diangkut ke daun dan disalurkan ke seluruh tubuh tanaman.
Begitu pentingnya fungsi akar pada tanaman sehingga perlu untuk diperhatikan
bentuk, panjang dan jenis akar tanaman yang kita budidayakan terutama pada saat
perbanyakan melalui okulasi. Bibit stump karet sangat bergantung pada cadangan
makanan yang ada pada batang terutama akar, untuk menopang pertumbuhan
mata tunas yang diokulasi, panjang akar sangat mempengaruhi pertumbuhan tunas
yang muncul, yang kemudian akan dikembangkan menjadi batang utama untuk
budidaya.
Untuk mendukung narasi di atas, maka dilakukan satu penelitian dengan judu
Terhadap Pemberian Pupuk Bio Organik Dan Panjang potongan Akar Bibit Okulasi
B. Perumusan Masalah
2. Berapakah dosis pupuk Bio Organik fertilizer (BOF) yang dapat memberikan
pertumbuhan terbaik untuik tunas bibit okulasi mata tidur tanaman karet
(Hevea brasiliensis) ?
C. Tujuan Penelitian
panjang akar terhadap pertumbuhan tunas bibit okulasi mata tidur tanaman
2. Untuk mengetahui dosis pupuk BOF terbaik terhadap pertumbuhan tunas bibit
D. Manfaat Penelitian
tentang kandungan dan manfaat unsur hara yang ada di dalam pupuk BOF
terhadap pertumbuhan tunas bibit okulasi mata tidur tanaman karet (Hevea
brasiliensis).
tentang ukuran panjang potongan akar terbaik untuk pertumbuhan tunas bibit
Awalnya karet ditanam di Kebun Raya Bogor untu koleksi. Tahun 1864
Hofland pada tahun tersebut di daerah Pamanukan dan Ciase Jawa Barat. Jenis
karet yang ditanam pertama kali adalah karet rambung atau Ficus Elastica. Jenis
karet Hevea (Hevea Brasiliensis) baru ditanam tahun 1902 di daerah Sumatera
Timur. Jenis ini ditanam di Pulau Jawa pada tahun 1906. Pada masa sebelum
Perang Dunia II hingga tahun 1956 Indonesia menjadi penghasil karet alam
terbesar di dunia. Kebutuhan karet alam dunia yang besar waktu itu sebagian
2. Sistematika
brasiliensis.
6
tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh
diameter batang cukup besar dan tumbuh lurus ke atas dengan percabangan
dibagian atas. Pada batang inilah terkandung getah yang lebih terkenal dengan
Daun karet berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin
berkilat. Petiola tipis, hijau dan berpanjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun
bertangkai pendek dan berbentuk lonjong oblong. Tanaman karet adalah tanaman
berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga
biasanya terletak di antara payung satu dengan payung yang lain dengan
jarakantar payung cukup jauh. Kepala putik pada bunga ini berjumlah tiga buah sedangkan
bunga jantan memiliki sepuluh benang sari yang menyatu (Tim Penulis Penebar Swadaya
2007).
Buah karet memiliki diameter 3-5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga
karet dan memiliki pembagian ruangan yang jelas, biasanya 3-6 ruang. Setiap
ruangan berbentuk setengah bola. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah.
Jadi, jumlah biji biasanya tiga, kadang enam. Ukuran biji besar dengan kulit keras.
4. Syarat Tumbuh
Iklim yang dikehendaki Tanaman karet untuk dapat tumbuh baik dan
berproduksi tinggi pada kondisi iklim sebagai berikut, yaitu dataran rendah
sampai dengan ketinggian 200m DPL, suhu optimal 28oC. Daerah yang cocok
untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15o LU dan 15o LS. Penanaman di
pun lebih lambat (Sianturi 2001). Vegetasi yang sesuai untuk kondisi lintang
tersebut adalah hutan hujan tropis yang disertai dengan suhu panas dan
kelembaban tinggi. Curah hujan rata-rata yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman
karet adalah sekitar 2000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari.
karet syaitu (1) Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat
batu-batuan, (2) Aerasi dan drainase baik, (3) Remah, porus dan dapat
menyimpan air, (4) Tekstur terdiri dari atas 35% liat dan 30% pasir, (5) Tidak
bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm, (6) Kandungan unsur hara
N, P dan K cukup dan tidak berkurang unsur mikro, (7) kemasaman tanah
atas berupa entres dari indukan klon unggul dengan batang bawah dari klon yang
8
sama. Menurut Boerhendhy (2009), kesesuaian batang bawah dengan batang atas
sangat menentukan pertumbuhan dan produksi yang akan dicapai. Oleh karena itu
dianjurkan penggunaan benih (calon batang bawah) yang berasal dari biji pilihan
1. Okulasi
(1995) ada dua yaitu sambungan tunas dan sambungan mata tunas. Okulasi sering
cangkok. Kelebihannya adalah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik dari
perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan
dengan batang atas yang mempunyai keunggulan yang baik seperti produksi yang
perakaran yang baik digunakan sebagai batang bawah. Sedangkan tanaman yang
mempunyai produksi yang tinggi diambil dari mata tunasnya untuk ditempelkan
pada batang bawah yang dikenal dengan nama entres atau batang atas (Wudianto,
2002).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Budiyanto (2013) syarat batang bawah (stump)
antara lain perakaran yang kuat, tahan terhadap busuk akar. Batang diupayakan
berdiameter 3-5 mm, berumur 3-4 bulan, dalam fase pertumbuhan yang optimum,
kambiumnya aktif, sehingga mudah dalam pengupasan dan proses merekat entres.
Syarat entres yang baik adalah cabang sumber entres tidak terlalu tua dan juga
tidak terlalu muda (setengah berkayu). Warna kulitnya coklat muda kehijauan atau
9
abu-abu muda. Entres yang diambil dari cabang yang terlalu tua akan lambat
untuk entres ini harus sebanding dengan dengan besarnya batang bawah. Cabang
entres untuk okulasi sebaiknya tidak berdaun atau daunnya sudah rontok. Entres
yang diambil harus sesuai dengan keinginan pembudidaya produksi tinggi, cepat
Menurut Ashari (1995) pengaruh batang bawah terhadap batang atas antara
lain: (1) mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuknya, (2)
mengontrol pembungaan, jumlah tunas dan hasil batang atas, (3) mengontrol
ukuran buah, kualitas dan kemasakan buah, dan (4) resistensi terhadap hama dan
dengan entres muda selama 90 hari mencapai 1,80 cm, sedangkan yang diokulasi
dengan entres agak tua dan tua bertambah sebanyak 1,20 cm dan 1,10 cm saja.
Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun
pada umumnya efek tersebut timbal balik. Batang bawah asal biji (semai) lebih
batang atas setelah ditanam. Sangat perlu dilakukan seleksi secermat mungkin
Selain pengaruh batang atas dan batang bawah ada faktor penting lain yang
dengan meningkatnya curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Masalah yang
sering timbul dalam pelaksanaan teknik ini adalah sukarnya kulit kayu batang
bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif,
yakni pada saat berpupus atau daun-daunnya belum menua. Sebaiknya okulasi
Persyaratan umum dalam pembibitan tanaman karet yaitu Bibit stum mata
tidur harus memiliki akar tunggang yang tidak bercabang, akar tunggang dipotong
dengan menyisahkan 30-40 cm dan akar lateral disisakan dengan panjang 5 cm.
Funsi akar sudah jelas yaitu sebagai media tanaman untuk mengambil unsur hara
dalam tanah serta menyerap air sebagai pelarut unsur hara yang telah diserap akar
cadangan makanan yang ada pada stump batang tempat mata tunas menempel
serta cadangan makanan yang ada pada akar sebelum akar lateral tumbuh aktif
menyerap unsur hara dan air yang ada pada tanah. Akar akan mulai tumbuh
setelah bibit berumur 3-4 minggu setelah penanaman stump pada media tanam
setelah dicabut dari pembibitan hasil okulasi (Setiawan dan Andoko, 2005).
dengan menekankan pada penggunaan input dari dalam dan menggunakan cara-
cara mekanis, biologis dan kultural. Dalam sistem pertanian organik masukan
(input) dari luar (eksternal) akan dikurangi dengan cara tidak menggunakan pupuk
kimia buatan, pestisida, dan bahan bahan sintetis lainnya. Kekuatan hukum alam
yang harmonis dan lestari akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kuantitas dan
kesuburan tanah dalam sistem pertanian organik sangat penting. Peran mikroba
dalam tanah antara lain adalah daur ulang hara, penyimpan sementara dan
dari berbagai disiplin ilmu secara terpadu. Pakar mikrobiologi tanah mengawali
diperoleh galur yang dikehendaki, karena tidak semua spesies dari suatu populasi
bersifat efektif. Selanjutnya galur yang efektif diisolasi, dan dilakukan pengujian
(Gunalan, 1996).
A. Kerangka Pemikiran
perbanyakan tanaman karet secara vegetatif, yaitu dengan cara okulasi yang
menggunakan bahan tanam berupa entres dan batang bawah dari klon unggul.
okulasi merupakan salah satu alternatif pilihan yang dapat digunakan dalam upaya
menyediakan bibit karet dalam jumlah banyak, cara ini akan menghemat
pengunaan bahan tanam terutama bagian entres serta tanaman yang dihasilkan
memiliki sifat keunggulan yang sangat mirip dengan indukannya, namun perlu
dapat dioptimalkan ke ukuran yang tepat. Oleh karena itu diperlukan ukuran yang
tepat dalam memotong akar bibit OMT agar pertumbuhan tunas lebih cepat dan
tidak terganggu sehingga menghasilkan bibit yang seragam, sehat, dan unggul
adalah dengan mengoptimalkan asupan hara bagi tanaman karet. Pemberian pupuk
bio organik (BOF) selain menyediakan asupan hara bagi stumb bibit karet, BOF
Umur tanaman
b3 : 36 gr BOF
B. Hipotesis
1. Terdapat interaksi antara pemberian dosis Pupuk Bio Organik ( BOF ) Dan
Panjang Akar Bibit Okulasi Mata Tidur (OMT) terhadap pertumbuhan Mata
sampai bulan Maret 2019 di lahan perumahan UNMUL jalan Batu Besaung,
kelurahan Sempaja Utara, kota Samarinda Kalimantan timur. Jenis tanah tempat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Batang bawah dari
kebun bibit karet umur 9 bulan dari klon PB260, Kayu entres dari klon PB260
untuk batang atas, Parafin, pupuk BOF, tanah yang dicampur pupuk organik, air.
polybag, kertas plastik gula 1 kg, meteran pita dan alat-alat tulis.
C. Rancangan Percobaan
Faktor yang pertama adalah dosis pupuk Biofertilizer (BOF). (B) yang
Faktor kedua adalah ukuran panjang akar bibit okulasi mata tidur (M) yang
m1 : panjang akar 10 cm
m2 : panjang akar 15 cm
m3 : panjang akar 20 cm
D. Prosedur Penelitian
1) Persiapan Tempat
2) Media Tanam
Media tanam terdiri dari tanah top soil. Setiap polybag berukuran 30 cm x
40 cm diisi tanah 12 kg yang dicampur merata dengan sekam padi, dan pupuk
Polibag yang sudah terisi media tanam diletakan di tempat datar, jarak
barisan, dimana setiap barisan berisi 12 polybag, jumlah polybag penelitian yaitu
Batang bawah untuk bahan okulasi dalam penelitian ini adalah PB260 yang
telah berumur 9 bulan pada saat penelitian, dengan rata-rata diameter batang
tempat okulasi 2 cm dan warna kulit tempat okulasi kecoklatan sehingga termasuk
Cabang entres yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari klon PB260
yang diambil dari Desa marang kayu. Entres disiapkan dengan cara memotong
Kemudian kulit batang bawah dibuka secara berlahan, dan dipotong ¾ bagian
menempelkan perisai mata entres dari bawah ke atas, dengan sisa daun jendela
sepanjang 2 cm yang ada pada bagian bawah dijepitkan pada perisai mata entres,
kemudian dibalut dengan kertas plastik gula 1 kg yang telah dibelah memanjang
selebar 5cm. Balutan dimulai dari bawah ke atas sampai tertutup semua mata
okulasi.
19
7. Pembukaan Balutan
memotong lilitan sesuai arah lilitan balutan dengan pisau, kemudian diperiksa jika
masih hijau berarti hidup dan jika coklat mengering berarti mati.
c. Penanaman
Bibit tanaman karet yang berupa OMT dengan berbagai perlakuan ukuran
panjang akar yaitu 10 cm, 15 cm, dan 20 cm dimasukan kedalam polybag ukuran
d. Pemeliharaan tanaman
1. Pemupukan
perlakuan.
2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari kecuali jika
3. Penyiangan
4. Pemangkasan
Pemangkasan tunas yang tumbuh bukan pada mata tunas okulasian atau
yang disebut juga dengan wiwilan, dipangkas agar tunas mata okulasi tumbuh
20
normal dan sehat. Tunas wiwilan memiliki sifat mudah tumbuh serta
E. Pengambilan Data
Data yang diamati setelah mendapatkan okulasi mata tidur yang hidup pada
meteran pita dimulai dari jendela okulasi sampai ujung titik tumbuh mata tunas
hingga ujung daun yang terpanjang dalam polybag. Tinggi tunas di ukur
menggunakan meteran pita setiap 2 minggu sekali yaitu pada umur 2 MST
(minggu setelah tanam), namun data yang didimasukan dalam sidik ragam yaitu
data dari minggu ke 12 sampai minggu ke 20. Hal ini karena data minggu ke 12
tangkai daun yang terbentuk dari tunas hasil okulasi. Pengukuran jumlah tangkai
daun dilaksanakan pada minggu ke 14,16,18 dan 20 minggu setelah tanam. Hal ini
dikarenakan tangkai daun sudah terbentuk semua dan pasti jumlahnya pada setiap
helai daun yang terbentuk pada tangkai daun yang terbentuk dari tunas hasil
4. Diameter tunas
tunas yang berada di dekat titik tumbuh mata okulasi dengan menggunakan
jangka sorong. Penelitian ini dilakukan pada minggu ke 20 setelah tanam. Hal ini
karena batang tunas yang tumbuh saat ini sudah keras dan tidak mudah patah
minimalisir.
yag diperlukan dalam proses pecahnya pangkal tunas dan tumbuhnya tunas pada
mata tunas okulasi. Penelitian ini dilaksanakan setiap 2 minggu sekali yaitu pada
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan jika
perlakuan akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata (BNT) pada taraf 5%.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Pupuk Bio Organik Dan Panjang potongan Akar Bibit Okulasi Mata Tidur
(OMT) serta interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas okulasi
pada minggu ke 12 MSP {Fhitung (1,88) < Ftabel 5% (3,42) (Lampiran 4 Tabel 1)}. Hasil
pengamatan rata-rata panjang tunas umur 12 MSP dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 1. Panjang tunas okulasi umur 12 MSP dengan perlakuan konsentrasi BOF
dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B)
Panjang
b0 b1 b2 b3 Rata-rata*
akar (M)
…………………… cm……………………..
m1 22,17 15,30 17,53 26,40 20,35
m2 30,17 29,53 30,63 31,60 30,48
m3 29,43 22,77 23,70 17,40 23,33
Rata- rata* 27,26 22,53 23,96 25,13
Pupuk Bio Organik Dan Panjang potongan Akar Bibit Okulasi Mata Tidur
(OMT) serta interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas okulasi
pada minggu ke 14 MSP {Fhitung (3,19) < Ftabel 5% (3,42) (Lampiran 4 Tabel 2)}. Hasil
24
pengamatan rata-rata panjang tunas umur 14 MSP dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2. Panjang tunas okulasi umur 14 MSP dengan perlakuan konsentrasi BOF
dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B)
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar ( M)
……………………… cm……………………..
m1 26,70 20,10 24,13 27,07 24,50
m2 30,40 29,53 35,80 49,40 36,28
m3 29,43 31,07 31,90 22,17 28,64
Rata- rata* 28,84 26,90 30,61 32,88
Pupuk Bio Organik Dan Panjang potongan Akar Bibit Okulasi Mata Tidur
(OMT) serta interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas okulasi
pada minggu ke 16 MSP {Fhitung (0,79) < Ftabel 5% (3,42) (Lampiran 4 Tabel 3)}. Hasil
pengamatan rata-rata panjang tunas umur 16 MSP dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3. Panjang tunas okulasi umur 16 MSP dengan perlakuan konsentrasi BOF
dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B)
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar (M)
…………………… cm……………………..
m1 29,00 28,50 31,47 38,67 31,91
m2 31,73 31,00 36,83 50,73 37,58
m3 35,07 35,20 35,60 22,17 32,01
Rata- rata* 31,93 31,57 34,63 37,19
Pupuk Bio Organik Dan Panjang potongan Akar Bibit Okulasi Mata Tidur
(OMT) serta interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas okulasi
25
pada minggu ke 18 MSP {Fhitung (2,85) < Ftabel 5% (3,42) (Lampiran 4 Tabel 4)}. Hasil
pengamatan rata-rata panjang tunas umur 18 MSP dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4. Panjang tunas okulasi umur 18 MSP dengan perlakuan konsentrasi BOF
dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B)
Panjang
b0 b1 b2 b3 Rata-rata*
Akar (M)
…………………… cm……………………..
m1 31,67 28,50 31,13 39,00 32,58
m2 32,33 31,67 52,67 58,30 43,74
m3 35,07 35,20 35,60 32,67 34,63
Rata- rata* 33,02 31,79 39,80 43,32
Pupuk Bio Organik Dan Panjang potongan Akar Bibit Okulasi Mata Tidur
(OMT) serta interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas okulasi
pada minggu ke 20 MSP {Fhitung (2,25) < Ftabel 5% (3,42) (Lampiran 4 Tabel 5)}. Hasil
pengamatan rata-rata panjang tunas umur 20 MSP dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
stump OMT berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkai daun pada minggu ke 14
MSP pada taraf 5% {(Fhitung (4,93.) > Ftabel 5% (3,42)}, akan tetapi perlakuan pupuk BOF s
erta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata {(Fhitung (1,04) < Ftabel 5%
Tabel 6. Jumlah tangkai daun tunas okulasi umur 14 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B) Rata-rata*
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar (M)
…………………… tangkai……………..
m1 11,00 12,33 14,00 14,33 12,92a
pupuk BOF berbeda tidak nyata. Sedangkan perlakuan potongan panjang akar (M)
berbeda nyata. Pada perlakuan pupuk BOF, didapat Jumlah rata-rata tangkai daun
umur 14 MSP terbanyak pada perlakuan b3 (15,56 tangkai), terkecil didapat pada
perlakuan b0 (11,78 tangkai), pada perlakuan panjang potongan akar bibit okulasi
mata tidur (OMT), Jumlah rata-rata tangkai daun umur 14 MSP terbanyak pada pe
dang pada interaksi, Jumlah rata-rata tangkai daun umur 14 MSP terbanyak pada
27
perlakuan m2b3 (20,33 tangkai ), terkecil didapat pada perlakuan m3b0 (10,00 tang
kai).
stump OMT berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkai daun pada minggu ke 16
MSP pada taraf 5% {(Fhitung (3,44.) > Ftabel 5% (3,42)}, akan tetapi perlakuan pupuk BOF s
erta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata {(Fhitung (1,50) < Ftabel 5%
Tabel 7. Jumlah tangkai daun tunas okulasi umur 16 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B) Rata-rata*
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar (M)
…………………… tangkai……………..
11,00 12,33 14,00 14,33 12,92a
m1
13,00 14,00 15,33 19,67 15,50b
m2
10,00 10,33 13,33 12,67 11,58a
m3
Rata- rata* 11,33 12,22 14,22 15,56
Keterangan* : = Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan
berpengaruh tidak nyata pada uji BNT 5%. (BNT M=3,13)
pupuk BOF berbeda tidak nyata. Sedangkan perlakuan potongan panjang akar (M)
berbeda nyata. Pada perlakuan pupuk BOF, didapat Jumlah rata-rata tangkai daun
umur 16 MSP terbanyak pada perlakuan b3 (15,56 tangkai), terkecil didapat pada
perlakuan b0 (11,33 tangkai), pada perlakuan panjang potongan akar bibit okulasi
mata tidur (OMT), Jumlah rata-rata tangkai daun umur 16 MSP terbanyak pada pe
dang pada interaksi, rata-rata jumlah tangkai daun umur 16 MSP terbanyak pada p
erlakuan m2b3 (19,67 tangkai ), terkecil didapat pada perlakuan m3b0 (10,00 tangk
ai).
stump OMT berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkai daun pada minggu ke 18
MSP pada taraf 5% {(Fhitung (3,87.) > Ftabel 5% (3,42)}, akan tetapi perlakuan pupuk BOF s
erta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata {(Fhitung (1,82) < Ftabel 5%
(2,51) }( Lampiran 4 Tabel 8 ). Hasil pengamatan rata-rata jumlah tangkai daun tunas
Tabel 8. Jumlah tangkai daun tunas okulasi umur 18 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B) Rata-rata*
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar (M)
…………………… tangkai……………..
m1 11,00 12,33 13,67 14,33 12,83a
pupuk BOF berbeda tidak nyata. Sedangkan perlakuan potongan panjang akar (M)
berbeda nyata. Pada perlakuan pupuk BOF, didapat Jumlah rata-rata tangkai daun
umur 18 MSP terbanyak pada perlakuan b3 (15,44 tangkai), terkecil didapat pada
perlakuan b0 (11,56 tangkai), pada perlakuan panjang potongan akar bibit okulasi
mata tidur (OMT), Jumlah rata-rata tangkai daun umur 18 MSP terbanyak pada pe
29
dang pada interaksi, Jumlah tangkai daun umur 18 MSP terbanyak pada perlakuan
m2b3 (19,67 tangkai), terkecil didapat pada perlakuan m3b0 (10,00 tangkai).
stump OMT berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkai daun pada minggu ke 20
MSP pada taraf 5% {(Fhitung (4,68.) > Ftabel 5% (3,42)}, akan tetapi perlakuan pupuk BOF s
erta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata {(Fhitung (1,50) < Ftabel 5%
Tabel 9. Jumlah tangkai daun tunas okulasi umur 20 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B) Rata-rata*
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar (M)
…………………… tangkai……………..
m1 11,67 12,33 13,67 14,00 12,92a
pupuk BOF berbeda tidak nyata. Sedangkan perlakuan potongan panjang akar (M)
berbeda nyata. Pada perlakuan pupuk BOF, didapat Jumlah rata-rata tangkai daun
umur 20 MSP terbanyak pada perlakuan b3 (15,78 tangkai), terkecil didapat pada
perlakuan b0 (11,89 tangkai), pada perlakuan panjang potongan akar bibit okulasi
mata tidur (OMT), Jumlah rata-rata tangkai daun umur 20 MSP terbanyak pada pe
30
dang pada interaksi, Jumlah tangkai daun umur 20 MSP terbanyak pada perlakuan
m2b3 (21,00 tangkai), terkecil didapat pada perlakuan m3b0 (10,00 tangkai).
stump OMT berpengaruh nyata terhadap jumlah anak daun pada minggu ke 14
MSP pada taraf 5% {(Fhitung (4,63) > Ftabel 5% (3,42)}, akan tetapi perlakuan pupuk BOF s
erta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata {(Fhitung (0,32) < Ftabel 5%
Tabel 10. Jumlah anak daun tunas okulasi umur 14 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B) Rata-rata*
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar (M)
…………………… helai……………..
m1 33,00 37,00 42,00 43,00 38,75a
pupuk BOF berbeda tidak nyata. Sedangkan perlakuan potongan panjang akar (M)
berbeda nyata. Pada perlakuan pupuk BOF, didapat Jumlah anak daun umur 14
MSP terbanyak pada perlakuan b3 (47,33 helai), terkecil didapat pada perlakuan b0
(35,33 helai), pada perlakuan panjang potongan akar bibit okulasi mata tidur (OM
31
T), Jumlah anak daun umur 14 MSP terbanyak pada perlakuan m2 (48,75 helai), te
rkecil didapat pada perlakuan m3 (32,75 helai); sedang pada interaksi, Jumlah
anak daun umur 14 MSP terbanyak pada perlakuan m2b3 (63,00 helai ), terkecil di
stump OMT berpengaruh nyata terhadap jumlah anak daun pada minggu ke 16
MSP pada taraf 5% {(Fhitung (3,71.) > Ftabel 5% (3,42)}, akan tetapi perlakuan pupuk BOF s
erta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata {(Fhitung (1,30) < Ftabel 5%
Tabel 11. Jumlah anak daun tunas okulasi umur 16 MSP dengan perlakuan
panjang akar dan konsentrasi BOF
Konsentrasi BOF (B) Rata-rata*
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar (M)
…………………… helai……………..
m1 33,00 37,00 42,00 43,00 38,75a
pupuk BOF berbeda tidak nyata. Sedangkan perlakuan potongan panjang akar (M)
berbeda nyata. Pada perlakuan pupuk BOF, didapat Jumlah anak daun umur 16
MSP terbanyak pada perlakuan b3 (46,33 helai), terkecil didapat pada perlakuan b0
(30,00 helai), pada perlakuan panjang potongan akar bibit okulasi mata tidur (OM
32
T), Jumlah anak daun umur 16 MSP terbanyak pada perlakuan m2 (47,00 helai), te
rkecil didapat pada perlakuan m3 (34,50 helai); sedang pada interaksi, Jumlah
anak daun umur 16 MSP terbanyak pada perlakuan m2b3 (59,00 helai ), terkecil di
stump OMT berpengaruh nyata terhadap jumlah anak daun pada minggu ke 18
MSP pada taraf 5% {(Fhitung (3,77.) > Ftabel 5% (3,42)}, akan tetapi perlakuan pupuk BOF s
erta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata {(Fhitung (1,29) < Ftabel 5%
Tabel 12. Jumlah anak daun tunas okulasi umur 18 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B) Rata-rata*
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar (M)
…………………… helai……………..
m1 33,00 38,00 41,00 43,00 38,75a
pupuk BOF berbeda tidak nyata. Sedangkan perlakuan potongan panjang akar (M)
berbeda nyata. Pada perlakuan pupuk BOF, didapat Jumlah rata-rata anak daun
umur 18 MSP terbanyak pada perlakuan b3 (46,33 helai), terkecil didapat pada per
lakuan b0 (30,00), pada perlakuan panjang potongan akar bibit okulasi mata tidur
33
(OMT), Jumlah rata-rata anak daun umur 18 MSP terbanyak pada perlakuan m2
(47,00 helai), terkecil didapat pada perlakuan m3 (34,50 helai); sedang pada intera
ksi, Jumlah rata-rata anak daun umur 18 MSP terbanyak pada perlakuan m2b3
stump OMT berpengaruh nyata terhadap jumlah anak daun pada minggu ke 20
MSP pada taraf 5% {(Fhitung (4,71.) > Ftabel 5% (3,42)}, akan tetapi perlakuan pupuk BOF s
erta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata {(Fhitung (1,99) < Ftabel 5%
Tabel 13. Jumlah anak daun tunas okulasi umur 20 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B) Rata-rata*
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar (M)
…………………… helai……………..
m1 35,00 37,00 40,67 42,00 38,67a
pupuk BOF berbeda tidak nyata. Sedangkan perlakuan potongan panjang akar (M)
berbeda nyata. Pada perlakuan pupuk BOF, didapat rata-rata Jumlah anak daun
umur 20 MSP terbanyak pada perlakuan b3 (47,22 helai), terkecil didapat pada perl
akuan b0 (35,56 helai), pada perlakuan panjang potongan akar bibit okulasi mata ti
34
dur (OMT), Jumlah rata-rata anak daun umur 20 MSP terbanyak pada perlakuan
m2 (47,67 helai), terkecil didapat pada perlakuan m3 (34,92 helai); sedang pada int
eraksi, Jumlah daun umur 20 MSP terbanyak pada perlakuan m2b3 (63,00 helai), t
4. Diameter Tunas
Pupuk Bio Organik Dan Panjang potongan Akar Bibit Okulasi Mata Tidur
(OMT) serta interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tunas pada
minggu ke 20 MSP {Fhitung (0,67) < Ftabel 5% (3,42) (Lampiran 4 Tabel 14)}. Hasil
pengamatan rata-rata panjang tunas umur 20 MSP dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 14. Diameter Tunas okulasi umur 20 MSP dengan perlakuan konsentrasi
BOF dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B)
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar (M)
………………………cm……………………..
m1 2,10 2,30 2,10 2,23 2,18
m2 2,30 2,43 2,37 2,57 2,42
m3 2,23 2,20 2,37 2,30 2,28
Rata- rata* 2,21 2,31 2,28 2,37
stump OMT berpengaruh nyata terhadap hari muncul tunas pada taraf 5% {(Fhitung
(4,23.) > Ftabel 5% (3,42)}, akan tetapi perlakuan pupuk BOF serta interaksi antara kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata {(Fhitung (1,23) < Ftabel 5% (2,51)}( Lampiran 4 Tabel
15 ). Hasil pengamatan rata-rata hari muncul tunas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
35
Tabel 15. Hari muncul Tunas okulasi tanaman karet dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang potongan akar.
Konsentrasi BOF (B)
Panjang
b0 b1 b2 b3
Akar (M)
………………………hari……………………..
m1 61,67 51,33 58,67 48,33 55,00a
m2 23,67 62,33 31,67 32,00 37,42a
m3 79,33 63,00 49,33 81,67 68,33b
Rata- rata* 54,89 58,89 46,56 54,00
Keterangan *: = Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan
berpengaruh tidak nyata pada uji BNT 5%. (BNT M=22,01)
BOF berbeda tidak nyata. Sedangkan perlakuan potongan panjang akar (M)
berbeda nyata. Pada perlakuan pupuk BOF, didapat Jumlah hari muncul tunas te
rcepat pada perlakuan b2 (46,56 hari), terlambat didapat pada perlakuan b1 (58,89
hari), pada perlakuan panjang potongan akar bibit okulasi mata tidur (OMT),
Jumlah hari muncul tunas tercepat pada perlakuan m2 (37,42 hari), terlama didapat
pada perlakuan m3 (68,33 hari); sedang pada interaksi, Jumlah hari muncul tunas
tercepat pada perlakuan m2b0 (23,67 hari), terlama didapat pada perlakuan m3b3
(81,67 hari).
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil sidik ragam terhadap data panjang tunas umur 12, 14,
16, 18, dan 20 MSP, perlakuan kombinasi pemberian pupuk bio organik dan
panjang potongan akar bibit okulasi mata tidur (OMT) menunjukkan berbeda
tidak nyata ( Lampiran 4 Tabel 1 sampai 5 ). Hal ini diduga karena cadangan
makanan yang tersimpan dalam batang bawah tanaman karet masih mencukupi
pada stek, dimana stek yang lebih panjang dan berdiameter cukup besar memiliki
okulasi sampai dengan stadia satu payung daun, energi dipasok dari cadangan
makanan yang ada pada batang bawah. Sampai dengan stadia tersebut, akar
tanaman (terutama jika berasal dari stumb OMT) belum berkembang sempurna
memberikan pentumbuhan tertinggi pada tunas tanaman karet dan terendah pada
perlakuan panjang akar 20 cm. Hal ini ditunjukan dalam rekapituasi data
pertumbuhan rata-rata panjang tunas karet mulai dari minggu ke 2 sampai dengan
minggu ke 8 pertumbuhan panjang tunas masih konstan, hal ini disebabkan karena
akar sekunder tanaman belum tumbuh dan berfungsi sebagai mana mestinya
pertambahan panjang tunas, ini disebabkan karena akar tanaman karet sudah
berfungsi menyerap unsur hara dari perlakuan pupuk BOF yang diberikan, namun
tunas yang tumbuh pada stek cabang, maka kebutuhan nutrisi yang diperlukan
semakin besar. Selain itu, stump pada panjang akar 15 cm ini juga memiliki
diameter yang cukup besar dibandingkan dengan perlakuan panjang akar lainnya,
sehingga cadangan makanan yang terdapat dalam batang stumb masih mencukupi
nutrisi yang diperlukan tanaman sampai akar sekunder dan rambut akar yang baru
muncul pada akar bisa untuk mencari asupan air dan hara pada media tanam yang
tanaman karet hasil okulasian. Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan dengan
tanaman karet dibandingkan dengan dosis yang lainnya. Hal ini disebabkan Hal
pertumbuhan panjang tunas meskipun unsur hara yang terkandung dalam pupuk
BOF belum mampu diserap secara maksimal. Unsur hara yang terkandung dalam
jangka waktu tertentu. Sesuai dengan pendapat Musnamar (2003), bahwa pupuk
organik termasuk slow release, yaitu unsur hara akan dilepaskan secara perlahan
Menurut analisis tanah yang diambil dari sampel tanah untuk penelitian
tanaman, salah satunya yaitu kandungan N yang sedang (lampiran 3). Nitrogen di
bagi tumbuhan misalnya asama-asam amino, protein dan enzim. Unsur hara yang
tersedia tersebut dimanfaatkan akar sekunder yang mulai tumbuh pada akar
dalam pembelahan dan pembesaran sel-sel yang terjadi pada meristem apikal
Berdasarkan hasil sidik ragam terhadap data jumlah tangkai daun tanaman
umur 14, 16, 18 dan 20 MSP, perlakuan panjang potongan akar bibit okulasi mata
tidur (OMT) berpengaruh nyata, akan tetapi perlakuan pupuk BOF serta interaksi
terhadap jumlah tangkai daun umur 14,16,18,20 MSP. Hal tersebut karena Untuk
menumbuhkan tunas okulasi sampai dengan stadia satu payung daun, energi
dipasok dari batang bawah. Sampai dengan stadia tersebut, biasanya akar tanaman
(terutama jika berasal dari stumb OMT) belum berkembang sempurna seperti
yang diungkapkan koesriningrum dan harjadi (1974) bahwa cadangan stek yang
pembelahan sel dan akan membentuk sel-sel baru dalam jaringan dan
dibandingkan dengan panjang akar lainnya. Hal ini ditunjukan dalam rekapituasi
data jumlah rata-rata terbaik pada tangkai daun dari minggu ke 14 sampai minggu
yang terendah pada minggu ke 14 perlakuan m3 yaitu 10,91 tangkai. Pada minggu
tangkai.
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tangkai daun umur 14,16,18,20 MSP.
Hal tersebut karena dosis yang diberikan masih belum cukup untuk memacu
bahwa apabila semua unsur yang dibutuhkan tanaman, terutama unsur nitrogen,
fosfor dan kalium cukup tersedia di dalam tanah sesuai dengan kebutuhan
tanaman, maka pertumbuhan tanaman dapat berjalan lancar dan normal. Namun
tanaman karet seperti data rerata yang diperoleh pada minggu ke 14,16,18 dan 20
karena penyakit tanaman. Hal tersebut terjadi karena aktifitas hormon pada
tanaman. Seperti Asam absisat adalah hormon yang pada awalnya dikenal sebagai
dormin karena menyebabkan terjadinya dormansi pada daun serta dapat memacu
senyawa ini sama dengan senyawa yang menyebabkan daun gugur (absisi)
pemisahan bagian atau organ tanaman dari bagian tanaman secara alami, seperti
tanaman karet (Hevea brasiliensis) berpengaruh nyata pada umur 14, 16, 18 dan
anak daun mengikuti jumlah tangkai daun. Pada umur 14 minggu akar tanaman
sudah tumbuh terutama pada akar-akar sekunder dan rambut akar sehingga
perkembangan akar yang baik menyebabkan akar lebih mudah menyerap air dan
dibandingkan dengan panjang akar lainnya. Hal ini ditunjukkan dalam rekapituasi
data jumlah rata-rata terbaik pada jumlah anak daun dari minggu ke 14 sampai
pada perlakuan m2 yaitu 47,00 helai, sedangkan yang terendah pada minggu ke 16
pada perlakuan m2 yaitu 47,00 helai, sedangkan yang terendah pada minggu ke 18
dosis yang lainnya. Namun tidak pengaruh nyata untuk pertambahan jumlah
tangkai daun. Interaksi pupuk BOF dengan akar tanaman tidak lepas kaitannya
dalam pertumbuhan bibit karet. Petumbuhan payung pertama pada bibit karet
lebih banyak berpengaruh pada cadangan makanan yang ada pada batang dan akar
stump.
d. Diameter Tunas
Berdasarkan hasil sidik ragam terhadap data diameter tunas umur 20 MSP,
perlakuan kombinasi pemberian pupuk bio organik dan panjang potongan akar
bibit okulasi mata tidur (OMT) berpengaruh tidak nyata ( Lampiran 4 Tabel 14 ).
Hal ini disebabkan karena unsur hara yang diperlukan dalam pembesaran diameter
tunas belum mencukupi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Harjadi (1996),
dalam paranet membuat persentase cahaya mata hari yang masuk juga terbatas
menghindari terjadinya patah atau rusak pada batang tunas yang akan
terbaik terhadap diameter tunas okulasi tetapi belum berpengaruh nyata. Hal
tersebut karena Pertumbuhan tunas yang baik memerlukan unsur hara sebagai
42
nutrisi untuk pembentukan sel-sel tanaman, dan tersedia dalam jumlah yang
cukup. Menurut Tjitrosoepomo dan Sutarmi (2004), serapan unsur hara P dan Ca
Berdasarkan hasil sidik ragam terhadap data hari tumbuh tunas pada stumb
OMT umur 14, 16, 18 dan 20 MSP, perlakuan panjang potongan akar bibit okulasi
mata tidur (OMT) berpengaruh nyata, akan tetapi perlakuan pupuk BOF serta inte
terhadap data hari tumbuh tunas. Hal ini disebabkan karena cadangan makanan
tinggi dan panjang akar stump akan mempengaruhi lamanya masa pecah tunas
faktor utama untuk perkembangan primordia tunas dan akar (Wahid, 1990).
Dengan cadangan makanan yang cukup, stek akan mampu membentuk tunas lebih
cukup, juga akan memacu pertumbuhan tunas (Malaysia, 1989). Perlakuan Akar
hari muncul tunas yaitu 37,42 hari, sedangkan yang terlambat dicapai pada
perlakuan 20 cm (m3) yaitu 68,33 hari. Hal tersebut dikarenkan besarnya diameter
berpengaruh tidak nyata terhadap data hari tumbuh tunas. Hal tersebut karena
awal pertumbuhan tunas pada tanaman hasil stek hanya mengandalkan cadangan
pertumbuhan dapat dimulai dari perkecambahan biji atau bahan tanaman lain
untuk mendukung aktivitas embrio atau tunas membentuk bakal tanaman yang
dan akar. Pembentukan awal dari organ-organ ini, kemudian tergantung dari
cadangan karbohidrat dan unsur hara dalam biji atau stek serta efisiensi
A. Kesimpulan
tanaman karet (Hevea Brasiliensis) terhadap pemberian pupuk bio organik dan
panjang potongan akar bibit stumb okulasi mata tidur (OMT) diambil beberapa
1. Interaksi yang terjadi antara pemberian pupuk BOF dengan ukuran panjang
pertumbuhan terbaik bagi variabel jumlah tangkai daun , jumlah anak daun
dan hari muncul tunas dan cenderung memberikan pertumbuhan terbaik bagi
B. Saran
15cm hal tersebut dapat meminimalisir penggunaan polybag yang sangat besar
dan efisien terhadap tenaga dan waktu saat pendongkelan bibit dipembibitan.
45
DAFTAR PUSTAKA
.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia press,
Jakarta.
Aziz SA. 1999. Studi pembiakan vegetatif bambu betung (Dendrocalamus asper
(Schult. F.) Backer ex Heyne) dan bambu ampel hijau (Bambusa vulgaris
Schrad.) dengan setek buluh dan kultur in vitro [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Danu, Putri KP. 2014. Pengaruh sifat fisik media dan zat pengatur tumbuh IBA
pada pertumbuhan stek kayu bawang (Azadirachta excelsa L.). Jurnal
Perbenihan Tanaman Hutan. 2(2):89-98.
https://www.generasibiologi.com/2016/10/proses-mekanisme-absisi-daun.html
Koesriningrum, Harjadi SS. 1974. Pembiakan vegetatif. Bogor:Departemen
Agronomi ,Institut Pertanian Bogor.
46
Nazarudin dan paimin 2006. Budidaya dan Pengolahan Karet. Penebar Swadaya,
Jakarta. Hal 6.
Santoso, B. 2006. Variasi Pertumbuhan jati Muda hasil Okulasi. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman, 3 (3): 165-173.
Sitompul S.M. dan Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press
Sumarsono, L. 2002. Teknik Okulasi Bibit Durian pada Stadia Entres dan Model
Mata Tempel yang Berbeda. Jurnal Teknik Pertanian, (7) 1.
Sutejo, M.M., dan Kartasapoetra , A.G., 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan.
Rineka Cipta, Jakarta.
LAMPIRAN
Persiapan
media tanam
Pemupukan
sp 36
Pemupukan
NPK
Pemberian
Trichoderma
sp.
Perlakuan
pupuk Bio
Organik
Perlakuan
Pemotongan
Panjang akar
Penanaman
Pemeliharaan
Pengamatan
Keterangan : = Terlaksana
49
u = ulangan (3 ulangan)
Lampiran 4. Hasil sidik ragam Respon Pertumbuhan Mata Tunas Bibit Okulasi
Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell.Arg) Terhadap
Pemberian Pupuk Bio Organik Dan Panjang Potongan Akar Bibit
Stumb Okulasi Mata Tidur (OMT).
51
Tabel 1. Sidik Ragam Tinggi tunas okulasi umur 12 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar.
SK db JK KT F hit F tabel
5% 1%
M 2 651,11 325,55 1,88 3,42 5,61
B 3 107,69 35,90 0,21 3,01 4,72
MxB 6 445,44 74,24 0,43 2,51 3,67
Galat 24 4161,79 173,41
Total 35,00
KK 53,27 %
Keterangan : tn= Berbeda tidak nyata
Tabel 2. Sidik Ragam . Tinggi tunas okulasi umur 14 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar.
SK db JK KT F hit F tabel
5% 1%
M 2 857,58 428,79 3,19 3,42 5,61
B 3 175,08 58,36 0,43 3,01 4,72
MxB 6 1027,29 171,21 1,27 2,51 3,67
Galat 24 3224,84 134,37
Total 35,00
KK 38,89 %
Keterangan : tn= Berbeda tidak nyata
Tabel 3. Sidik Ragam Tinggi tunas okulasi umur 16 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar
SK Db JK KT F hit F tabel
5% 1%
M 2 252,44 126,22 0,79 3,42 5,61
B 3 185,83 61,94 0,39 3,01 4,72
MxB 6 1338,87 223,15 1,40 2,51 3,67
Galat 24 3820,62 159,19
Total 35,00
KK 37,29%
Keterangan : tn= Berbeda tidak nyata
Tabel 4. Sidik Ragam Tinggi tunas okulasi umur 18 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar
SK Db JK KT F hit F tabel
5% 1%
M 2 847,57 423,79 2,85 3,42 5,61
B 3 817,09 272,36 1,83 3,01 4,72
MxB 6 1900,97 316,83 2,13 2,51 3,67
Galat 24 3570,06 148,75
52
Total 35,00
KK 32,97 %
Keterangan : tn= Berbeda tidak nyata
Tabel 5. Sidik Ragam Tinggi tunas okulasi umur 20 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar.
SK Db JK KT F hit F tabel
5% 1%
M 2 726,04 363,02 2,25 3,42 5,61
B 3 354,53 118,18 0,73 3,01 4,72
MxB 6 1450,95 241,82 1,50 2,51 3,67
Galat 24 3868,20 161,17
Total 35,00
KK 31,69%
Keterangan : tn= Berbeda tidak nyata
Tabel 6. Sidik Ragam Jumlah tangkai daun umur 14 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar.
F tabel
SK db JK KT F hit
5% 1%
M 2 162,89 81,44 4,93 * 3,42 5,61
B 3 78,31 26,10 1,58 tn 3,01 4,72
MxB 6 106,08 17,68 1,07 tn 2,51 3,67
Galat 24 396,36 16,52
Total 35,00
KK 27,14%
Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5%
tn = Berbeda tidak nyata
Tabel 7. Jumlah Tangkai Daun tunas okulasi umur 16 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar
F tabel
SK db JK KT F hit
5% 1%
M 2 95,17 47,58 3,44 * 3,42 5,61
B 3 98,67 32,89 2,38 tn 3,01 4,72
MxB 6 124,17 20,69 1,50 tn 2,51 3,67
53
Tabel 8. Jumlah Tangkai Daun tunas okulasi umur 18 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar
F tabel
SK db JK KT F hit
5% 1%
M 2 108,67 54,33 3,87 * 3,42 5,61
B 3 85,11 28,37 2,02 tn 3,01 4,72
MxB 6 111,33 18,56 1,32 tn 2,51 3,67
Galat 24 336,89 14,04
Total 35,00
KK 24,98%
Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5%
tn = Tidak berbeda nyata
Tabel 9. Jumlah Tangkai Daun tunas okulasi umur 20 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar
F tabel
SK db JK KT F hit
5% 1%
M 2 114,50 57,25 4,68 * 3,42 5,61
B 3 92,11 30,70 2,51 tn 3,01 4,72
MxB 6 144,50 24,08 1,97 tn 2,51 3,67
Galat 24 293,89 12,25
Total 35,00
KK 23,04%
Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5%
tn = Tidak berbeda nyata
Tabel 10. Jumlah anak Daun tunas okulasi umur 14 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar
F tabel
SK db JK KT F hit
5% 1%
M 2 1568,00 784,00 4,63 * 3,42 5,61
B 3 788,75 262,92 1,55 tn 3,01 4,72
MxB 6 328,00 54,67 0,32 tn 2,51 3,67
Galat 24 4068,00 169,50
54
Total 35,00
KK 28,87%
Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5%
tn = Tidak berbeda nyata
Tabel 11. Jumlah anak Daun tunas okulasi umur 16 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar
F tabel
SK db JK KT F hit
5% 1%
M 2 969,50 484,75 3,71 * 3,42 5,61
B 3 780,75 260,25 1,99 tn 3,01 4,72
6 1019,2 169,88 1,30 tn 2,51 3,67
MxB
5
24 3137,2 130,72
Galat
5
Total 35,00
KK 25,35%
Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5%
tn = Tidak berbeda nyata
Tabel 12. Jumlah anak Daun tunas okulasi umur 18 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar
F tabel
SK db JK KT F hit
5% 1%
M 2 969,50 484,75 3,77 * 3,42 5,61
B 3 746,75 248,92 1,94 tn 3,01 4,72
MxB 6 995,25 165,88 1,29 tn 2,51 3,67
3087,2
Galat 24 128,64
5
Total 35,00
KK 25,15%
Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5%
tn = Tidak berbeda nyata
Tabel 13. Jumlah anak Daun tunas okulasi umur 20 MSP dengan perlakuan
konsentrasi BOF dan panjang akar
F tabel
SK db JK KT F hit
5% 1%
1030,5
M 2 515,25 4,71 3,42 5,61
0
B 3 820,75 273,58 2,50 3,01 4,72
55
1304,2
MxB 6 217,38 1,99 2,51 3,67
5
2625,2
Galat 24 109,39
5
Total 35,00
KK 25,87%
Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5%
tn = Tidak berbeda nyata
Tabel 14. Diameter Tunas okulasi umur 20 MSP dengan perlakuan konsentrasi
BOF dan panjang akar
F tabel
SK Db JK KT F hit
5% 1%
M 2 0,33 0,17 0,66 tn 3,42 5,61
B 3 0,11 0,04 0,15 tn 3,01 4,72
MxB 6 0,14 0,02 0,09 tn 2,51 3,67
Galat 24 6,06 0,25
Total 35,00
KK 21,93%
Keterangan : tn= Berbeda tidak nyata
Tabel 15. Hari muncul Tunas okulasi tanaman karet dengan perlakuan konsentrasi
BOF dan panjang akar
F tabel
SK db JK KT F hit
5% 1%
5,6
M 2 5771,17 2885,58 4,05 * 3,42
1
4,7
B 3 714,75 238,25 0,33 tn 3,01
2
3,6
MxB 6 4314,17 719,03 1,01 tn 2,51
7
Galat 24 17084,67 711,86
Total 35,00
sKK 49,79%
Keterangan : * = Berbeda nyata pada taraf 5%
tn = Berbeda tidak nyata
Lampiran 5. Rekapitulasi hasil penelitian Pertumbuhan Mata Tunas Bibit Okulasi Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell.Arg)
Terhadap Pemberian Pupuk Bio Organik Dan Panjang Potongan Akar Bibit Stumb Okulasi Mata Tidur (OMT).
Hari
Diamete
Tinggi Tunas (cm) Jumlah tangkai Daun Jumlah anak Daun Tumbuh Data sump
Perlakuan r Tunas
Tunas
2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP 10 MSP 12 MSP 14 MSP 16 MSP 18 MSP 20 MSP 14 MSP 16 MSP 18 MSP 20 MSP 14 MSP 16 MSP 18 MSP 20 MSP 20 MSP 20 MSP Panjang Diameter
Panjang Akar (M) tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn * * * * * * * * tn *
m1 0,02 0,45 2,94 7,96 17,13 20,35 24,50 31,91 32,58 37,13 12,91a 12,91ab 12,83ab 12,91a 38,75a 38,75ab 38,75ab 38,66a 2,18 55,00 a 24,23 5,31
m2 1,63 3,13 4,23 10,56 26,14 30,48 36,28 37,58 43,74 46,40 16,08ab 15,50b 15,66b 15,91ab 48,75ab 47,00b 47,00b 47,66ab 2,42 37,42 ab 24,69 5,85
m3 0,02 0,58 3,97 10,43 18,68 23,33 28,64 32,01 34,63 36,63 10,91a 11,58a 11,50a 11,66a 32,75a 34,50a 34,50a 34,91a 2,28 68,33 b 23,61 5,43
Nilai BNT 3,42 3,13 3,16 2,95 9,85 9,63 9,56 8,81 8,65
Konsentrasi BOF (B) tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
b0 1,33 1,81 6,00 13,44 23,92 27,26 28,84 31,93 33,02 37,69 11,78 11,33 11,56 11,89 35,33 34,67 34,67 35,56 2,21 54,89 72,23 16,03
b1 0,02 0,53 1,94 7,02 18,06 22,53 26,90 31,57 31,79 36,53 12,22 12,22 12,22 12,11 36,67 36,67 37,00 36,33 2,31 58,89 71,80 16,17
b2 0,18 1,78 4,11 11,69 20,64 23,96 30,61 34,63 39,80 41,58 13,67 14,22 14,11 14,22 41,00 42,67 42,33 42,56 2,28 46,56 69,70 17,07
b3 0,69 1,42 2,80 6,43 19,98 25,13 32,88 37,19 43,32 44,42 15,56 15,56 15,44 15,78 47,33 46,33 46,33 47,22 2,37 54,00 76,33 17,10
Nilai BNT
Interaksi (MxB) tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn *
m1b0 0,00 0,20 5,47 12,27 21,83 22,17 26,70 29,00 31,67 37,67 11,00 11,00 11,00 11,67 33,00 33,00 33,00 35,00 2,10 61,67 24,33 5,40
m1b1 0,07 1,60 4,23 6,53 11,83 15,30 20,10 28,50 28,50 37,40 12,33 12,33 12,33 12,33 37,00 37,00 38,00 37,00 2,30 51,33 22,83 4,37
m1b2 0,00 0,00 1,17 6,90 17,40 17,53 24,13 31,47 31,13 34,13 14,00 14,00 13,67 13,67 42,00 42,00 41,00 40,67 2,10 58,67 23,50 5,60
m1b3 0,00 0,00 0,90 6,13 17,47 26,40 27,07 38,67 39,00 39,33 14,33 14,33 14,33 14,00 43,00 43,00 43,00 42,00 2,23 48,33 26,23 5,87
m2b0 4,00 5,17 5,70 13,90 27,40 30,17 30,40 31,73 32,33 38,00 14,33 13,00 13,67 14,00 43,00 41,00 41,00 41,67 2,30 23,67 23,83 5,60
m2b1 0,00 0,00 0,40 9,33 24,27 29,53 29,53 31,00 31,67 35,00 14,00 14,00 14,00 13,00 42,00 42,00 42,00 39,00 2,43 62,33 25,67 6,30
m2b2 0,47 3,10 3,40 7,00 21,30 30,63 35,80 36,83 52,67 51,33 15,67 15,33 15,33 15,67 47,00 46,00 46,00 47,00 2,37 31,67 23,00 5,53
m2b3 2,07 4,27 7,43 12,00 31,60 31,60 49,40 50,73 58,30 61,27 20,33 19,67 19,67 21,00 63,00 59,00 59,00 63,00 2,57 32,00 26,27 5,97
m3b0 0,00 0,07 6,83 14,17 22,53 29,43 29,43 35,07 35,07 37,40 10,00 10,00 10,00 10,00 30,00 30,00 30,00 30,00 2,23 79,33 24,07 5,03
m3b1 0,00 0,00 1,20 5,20 18,07 22,77 31,07 35,20 35,20 37,20 10,33 10,33 10,33 11,00 31,00 31,00 31,00 33,00 2,20 63,00 23,33 5,50
m3b2 0,07 2,23 7,77 21,17 23,23 23,70 31,90 35,60 35,60 39,27 11,33 13,33 13,33 13,33 34,00 40,00 40,00 40,00 2,37 49,33 23,20 5,93
m3b3 0,00 0,00 0,07 1,17 10,87 17,40 22,17 22,17 32,67 32,67 12,00 12,67 12,33 12,33 36,00 37,00 37,00 36,67 2,30 81,67 23,83 5,27
Lampiran 6. Dokumentasi Respon Pertumbuhan Mata Tunas Bibit Okulasi
Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell.Arg) Terhadap
Pemberian Pupuk Bio Organik Dan Panjang Potongan Akar Bibit
Stumb Okulasi Mata Tidur (OMT).