DISERTASI
Oleh
DISERTASI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Program
Doktor Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjana Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Universitas
Sumatera Utara Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum
Oleh
NIM : 098104017
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Chairani Hanum, MS Dr. Ir. Lollie A.P. Putri, M.Si
Co-Promotor Co-Promotor
3
Diuji pada Ujian Disertasi Terbuka (Promosi Doktor)
Tanggal: 12 Mei 2016
Pemimpin Sidang:
Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum (Rektor USU)
4
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa disertasi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada Program Studi Doktor (S3) Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjana Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil
karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas
sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan
hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5
SUMMARY
Wheat is a cereal crop that comes from subtropical region, so its development
in Indonesia is still focused in the highlands. Limited wheat that can be planted in
certain areas and the increasing needs make the crops continue to be cultivated, one
of them through extensification (expansion of planting area) by adapting the existing
wheat type. Growth and production of wheat are influenced by genetic and
environmental factors (such as temperature and rainfall) so it is necessary to pay
attention on planting time and proper planting location. The objective of this study
was to obtain the best adaptability of wheat genotypes on growth and production
basis at the three different planting times and altitude.
The research was conducted in three locations (Sibolangit 800 m asl, Tigapanah
1100 m asl and Berastagi 1400 m asl) and three times of planting (March-July 2012,
July-November 2012, November 2012-March 2013). Design of each study site is Non
Factorial Randomized Block Design with 3 replications. Wheat used is 12 types,
namely 10 wheat genotypes (A=OASIS/SKAUZ//4*BCN; B=HP1744;
C=LAJ3302/2*MO88; D=RABE/2*MO88; E=H-21; F=G-21; G=G-18;
H=MENEMEN; I=BASRIBEY; J=ALIBEY) and two varieties (K = SELAYAR and
L = DEWATA).
The results of morphological character of wheat genotype at difference planting
time for the three elevation is planting time 1 (March-July 2012) have better effect
than other time, as indicated by plant height, flowering age, harvest age, weight of
seeds per panicle, weight of seeds per plant and weight of 1000 seeds. Altitude at
1400 m asl gives a better effect than the other altitude, as shown by plant height,
length of panicle, number of seeds per panicle, number of spikelet per panicle, weight
of seed per panicle, weight of seed per plant and weight of 1000 seeds. The L variety
(DEWATA) has better response to altitude and planting time than other genotypes, as
shown by panicle length, number of seeds per panicle, number of spikelet per panicle,
seed weight per panicle, weight of seed per plant and weight of 1000 seeds. However,
genotypes C, G and F also show good responses (long panicle characters); Genotypes
E, F, G and K (number of seeds per panicle); Genotypes A, E and G (number of
spikelet per panicle); Genotype E, F and G (weight of seed per panicle); Genotypes
C, E, G and H (weight of seeds per plant); Genotype H and I (weight of seed per
panicle). The high of seed weight per plant of L varieties (DEWATA) at planting
time 1 (March-July 2012) and altitude of 1400 m asl is shown by panicle length and
seed weight per panicle. The heritability value of morphological characters observed
at altitude of 1400 m asl has the highest value for all characters. The heritability value
of morphological characters observed at 1100 m asl has high values for plant height,
flowering age, harvest age, panicle length, number of spikelet per panicle and seed
weight per panicle. While the heritability value of morphological characters observed
at 800 m asl has high value for plant height, flowering age, harvest age, panicle
length, number of spikelet per panicle.
i
The results of physiological characteristic of wheat genotype at the different
planting time for three altitude show that at planting time 1 (March-July 2012) show
better effect than other planting time, as indicated by physiology character of
chlorophyll a, chlorophyll b, total chlorophyll, net assimilation rate, growth rate and
relative growth rate. The altitude of 1400 m asl places a better effect than the height
of the other site, supported by physiological characteristics of chlorophyll a,
chlorophyll b, total chlorophyll, net assimilation rate, plant growth rate and relative
growth rate. Variety L (DEWATA) provides better response to the effect of planting
time and altitude compared to other genotypes, supported by character physiology of
chlorophyll a, chlorophyll b, total chlorophyll, net assimilation rate, plant growth rate
and relative growth rate.
The result of biochemical characteristic of wheat genotype at the different
planting time for three altitude show that planting time 2 (July-November 2012) has
better effect than other planting time as shown by starch content and wheat grain
gluten content. Altitude at 1400 m asl show better effect than other places on starch
content and wheat gluten content. Variety L (DEWATA) provides better response to
the effect of planting time and altitude compared to other genotypes as indicated by
the highest starch content and gluten.
The results of stability and adaptation analysis of wheat genotype at three
planting time and altitude using Additive Main Effect and Multiplicative Interaction
(AMMI) Method show that the stable genotype at three altitude is genotype D
(RABE/2*MO88) closest to axis point. Other genotypes are unstable but specific in
specific locations, namely : genotype A (OASIS/SKAUZ//4*BCN), genotype B
(HP1744), genotype I (BASRIBEY) and genotype F (G-21) for Sibolangit
(Bandarbaru = 800 m asl ); Genotype E (H-21), genotype G (G-18) and variety K
(SELAYAR) is specific at Tigapanah (1100 m asl) and Genotype C
(LAJ3302/2*MO88), genotype H (MENEMEN), genotype J (ALIBEY) and variety L
(DEWATA) is specific for Berastagi location (1400 m asl). Stable wheat at three
planting times is Genotype C (LAJ3302/2*MO88) and D (RABE/2*MO88), closest
to the axis point. Genotype F (G-21), genotype G (G-18), genotype H (MENEMEN)
and variety L (DEWATA) is specific for planting time 1 (March-July 2012).
Genotype E (H-21), genotype I (BASRIBEY) and K (SELAYAR) is specific for
planting time 2 (July-November 2012). Genotype A (OASIS/SKAUZ//4*BCN),
genotype B (HP1744) and genotype J (ALIBEY) is specific for planting time 3
(November 2012-March 2013). The stable wheat at the whole environment is the
genotype D (RABE/2*MO88), while genotype J (ALIBEY) is the most stable at the
environmental combination and closest to the axis point. Genotype C
(LAJ3302/2*MO88), genotype E (H-21), genotype H (MENEMEN) and variety L
(DEWATA) is specific at L7 environment (1400 m asl/March-July 2012), variety K
(SELAYAR) is specific at L5 environment (1100 m asl/July-November 2012) and L8
(1400 m asl/July-November 2012). Genotype A (OASIS/SKAUZ//4*BCN), genotype
B (HP1744), genotype F (G-21), genotype G (G-18) and genotype I (BASRIBEY)
have not shown to be environmentally specific. Genotype D (RABE/2*MO88) show
the most stable yield at the three planting time and altitude.
ii
RINGKASAN
Gandum merupakan tanaman serealia yang berasal dari daerah subtropis yang
bersuhu dingin, sehingga pengembangannya di Indonesia masih terfokus di dataran
tinggi. Masih sedikitnya jenis gandum yang dapat ditanam di daerah tertentu serta
meningkatnya kebutuhan masyarakat membuat tanaman gandum terus
dibudidayakan, salah satunya melalui ekstensifikasi (perluasan areal penanaman)
dengan melakukan adaptasi jenis gandum yang ada. Pertumbuhan dan produksi
gandum dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan (antara lain suhu dan curah hujan)
sehingga perlu diperhatikan waktu tanam dan lokasi penanaman yang tepat. Tujuan
penelitian ini adalah mendapatkan genotipe gandum yang memiliki adaptasi terbaik
berdasarkan pertumbuhan dan produksi di ketiga waktu tanam dan ketinggian tempat
berbeda serta kestabilan hasil genotipe gandum.
Penelitian dilakukan di tiga lokasi (Sibolangit 800 mdpl, Tigapanah 1100 mdpl
dan Berastagi 1400 mdpl) dan masing-masing lokasi dilakukan tiga kali waktu
penanaman (Maret-Juli 2012; Juli-Nopember 2012; Nopember 2012-Maret 2013).
Setiap lokasi penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial
dengan 3 ulangan. Gandum yang digunakan sebanyak 12 jenis yaitu 10 genotipe
gandum (A=OASIS/SKAUZ//4*BCN; B=HP1744; C=LAJ3302/2*MO88;
D=RABE/2*MO88; E=H-21; F=G-21; G=G-18; H=MENEMEN; I=BASRIBEY;
J=ALIBEY) dan dua varietas (K=SELAYAR dan L=DEWATA).
Hasil penelitian keragaan karakter morfologi genotipe gandum pada perbedaan
waktu tanam di tiga ketinggian tempat diperoleh waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan waktu tanam lainnya, didukung
oleh karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, panjang malai, bobot biji
per malai, bobot biji per tanaman dan bobot 1000 biji. Ketinggian tempat 1400 mdpl
memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan ketinggian tempat lainnya,
didukung oleh karakter tinggi tanaman, panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah
spikelet per malai, bobot biji per malai, bobot biji per tanaman dan bobot 1000 biji.
Varietas L (DEWATA) memberikan respons yang lebih baik terhadap ketinggian
tempat dan waktu tanam dibandingkan genotipe lainnya, didukung oleh karakter
panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah spikelet per malai, bobot biji per malai,
bobot biji per tanaman dan bobot 1000 biji. Namun genotipe C, G dan F juga
menunjukkan respons yang baik (karakter panjang malai); genotipe E, F, G dan K
(karakter jumlah biji per malai); genotipe A, E dan G (karakter jumlah spikelet per
malai); genotipe E, F dan G (karakter bobot biji per malai); genotipe C, E, G dan H
(karakter bobot biji per tanaman); genotipe H dan I (karakter bobot biji per malai).
Tingginya Bobot biji per tanaman varietas L (DEWATA) di waktu tanam 1 (Maret-
Juli 2012) dan ketinggian tempat 1400 mdpl didukung oleh komponen hasil panjang
malai dan bobot biji per malai. Nilai heritabilitas karakter morfologi yang diamati
untuk ketinggian tempat 1400 mdpl memiliki nilai yang tinggi untuk semua karakter.
iii
Nilai heritabilitas karakter morfologi yang diamati untuk ketinggian tempat 1100
mdpl memiliki nilai yang tinggi untuk karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur
panen, panjang malai, jumlah spikelet per malai dan bobot biji per malai. Sedangkan
nilai heritabilitas karakter morfologi yang diamati untuk ketinggian tempat 800 mdpl
memiliki nilai yang tinggi untuk karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur
panen, panjang malai, jumlah spikelet per malai.
Hasil penelitian keragaan karakter fisiologi genotipe gandum pada perbedaan
waktu tanam di tiga ketinggian tempat diperoleh waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan waktu tanam lainnya, didukung
oleh karakter fisiologi klorofil a, klorofil b, klorofil total, laju asimilasi bersih.
Ketinggian tempat 1400 mdpl memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan
ketinggian tempat lainnya, didukung oleh karakter fisiologi klorofil a, klorofil b,
klorofil total, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan tanaman dan laju tumbuh relatif.
Varietas L (DEWATA) memberikan respons yang lebih baik terhadap pengaruh
waktu tanam dan ketinggian tempat dibandingkan genotipe lainnya, didukung oleh
karakter karakter fisiologi klorofil a, klorofil b, klorofil total, laju asimilasi bersih,
laju pertumbuhan tanaman dan laju tumbuh relatif.
Hasil penelitian keragaan karakter biokimia genotipe gandum pada perbedaan
waktu tanam di tiga ketinggian tempat diperoleh waktu tanam 2 (Juli-Nopember
2012) memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan waktu tanam lainnya
terhadap kadar pati dan kadar gluten biji gandum. Ketinggian tempat 1400 mdpl
memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan ketinggian tempat lainnya
terhadap kadar pati dan kadar gluten biji gandum.Varietas L (DEWATA)
memberikan respons yang lebih baik terhadap pengaruh waktu tanam dan ketinggian
tempat dibandingkan genotipe lainnya yang memiliki kadar pati dan kadar gluten biji
gandum tertinggi.
Hasil analisis stabilitas hasil dan adaptasi genotipe gandum di tiga waktu tanam
dan ketinggian tempat menggunakan Metode Additive Main Effect And
Multiplicative Interaction (AMMI) diperoleh gandum yang stabil pada tiga lokasi
adalah genotipe D (RABE/2*MO88) yang paling dekat dengan titik sumbu. Genotipe
lainnya tidak stabil namun spesifik di lokasi tertentu yaitu genotipe A
(OASIS/SKAUZ//4*BCN), genotipe B (HP1744), genotipe I (BASRIBEY) dan
genotipe F (G-21) spesifik lokasi Sibolangit (Bandarbaru = 800 mdpl). Genotipe E
(H-21), genotipe G (G-18) dan varietas K (SELAYAR) spesifik lokasi Tigapanah
(1100 mdpl). Genotipe C (LAJ3302/2*MO88), genotipe H (MENEMEN), genotipe J
(ALIBEY) dan varietas pembanding L (DEWATA) spesifik lokasi Berastagi (1400
mdpl). Gandum yang stabil pada tiga waktu tanam adalah genotipe C
(LAJ3302/2*MO88) dan D (RABE/2*MO88) yang paling dekat dengan titik sumbu.
Genotipe F (G-21), genotipe G (G-18), genotipe H (MENEMEN) dan varietas L
(DEWATA) spesifik waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012). Genotipe E (H-21), genotipe I
(BASRIBEY) dan varietas K (SELAYAR) spesifik waktu tanam 2 (Juli-Nopember
2012). Genotipe A (OASIS/SKAUZ//4*BCN), genotipe B (HP1744) dan genotipe J
(ALIBEY) spesifik waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013). Gandum yang
stabil pada seluruh lingkungan adalah genotipe D (RABE/2*MO88), sedangkan
genotipe J (ALIBEY) paling stabil pada kombinasi lingkungan dan yang paling dekat
iv
dengan titik sumbu. Genotipe C (LAJ3302/2*MO88), genotipe E (H-21), genotipe H
(MENEMEN) dan varietas L (DEWATA) spesifik di lingkungan L7 (1400
mdpl/Maret-Juli 2012). Varietas K (SELAYAR) spesifik di lingkungan L5 (1100
mdpl/Juli-Nopember 2012) dan L8 (1400 mdpl/ Juli-Nopember 2012). Sedangkan
genotipe A (OASIS/SKAUZ//4*BCN), genotipe B (HP1744), genotipe F (G-21),
genotipe G (G-18) dan genotipe I (BASRIBEY) belum menunjukkan ke arah spesifik
lingkungan. Berdasarkan stabilitas hasil gandum di tiga waktu tanam dan ketinggian
tempat diperoleh genotipe D (RABE/2*MO88) yang stabil.
Kata kunci : adaptasi, stabil, waktu tanam, ketinggian tempat, genotipe gandum.
v
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
disertasi ini.
memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Doktor Ilmu
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS, selaku Promotor dan Ibu Dr. Ir. Chairani
Hanum, MS beserta Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si selaku Co-
Promotor.
5. Ibu Dr. Dra. Nur Sahara Pasaribu, MS., Ibu Dr. Dra. Fauziyah Harahap, M.Si dan
Bapak Luthfi A.M. Siregar, M.Sc, Ph.D., selaku penguji luar komisi.
6. Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP, selaku Pudek-I Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
7. Ibu Dr. Lisnawita, S.P., M.Si, selaku Sekretaris Program Doktor Ilmu Pertanian
vi
8. Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS., selaku Dosen Program Doktor Ilmu
9. Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP., selaku Dosen Program Doktor Ilmu
10. Bapak Dr. Agussani, MAP., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.
11. Bapak Prof. Dr. Folkard Asch, terimakasih atas dukungan dan kesempatan
12. Pemerintah Indonesia melalui Ditjen DIKTI yang telah memberikan bantuan
14. Seluruh staf pengajar Program Doktor Ilmu Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
15. Seluruh staf dan pegawai Pascasarjana dan Program Doktor Ilmu Pertanian
Utara khususnya rekan-rekan seangkatan 2009, Dr. Nini Rahmawati, S.P., M.Si.,
Syarifa Melly Dachban, S.P., MP., Dr. Ir. Lamria Sidauruk, M.P., terimakasih
atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis menempuh
Sumatera Utara yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
vii
18. Unit Pelaksana Teknis Balai Benih Induk Kutagadung, Berastagi, terimakasih
atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melakukan
penelitian.
19. Bapak Dr. Muhammad Azrai, S.P., MP, selaku Kepala Balai Penelitian Tanaman
20. Suamiku tercinta dan terkasih Drs. Syahdian Rambe, M.Si dan anak-anakku
Dianputra Rambe yang telah setia mendampingi dengan penuh kesabaran dan
kasih sayang serta tetap memberikan do’a dan semangat kepada penulis untuk
21. Ayahanda H. Ismail Tarigan (Alm) dan Ibunda Hj. Nurminah Meliala (Almh)
terimakasih ananda ucapkan atas usaha dan do’a yang telah kalian curahkan
dan terimakasih untuk seluruh keluarga yang telah memberikan do’a, dukungan
dan semangat.
Penulis menyadari disertasi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Harapan penulis semoga disertasi ini bermanfaat kepada seluruh pihak
yang membutuhkan. Semoga kiranya Tuhan yang Maha Esa memberkati kita semua.
Amin.
Penulis,
viii
RIWAYAT HIDUP
Ayahanda bernama H. Ismail Tarigan (Alm) dan Ibunda Hj. Nurminah Meliala
(Almh). Penulis merupakan anak ke tujuh dari tujuh bersaudara dan telah menikah
dengan Drs. Syahdian Rambe, M.Si serta memiliki dua orang putra, yaitu:
Penulis lulus Sekolah Dasar pada SD Negeri 060899 Medan tahun 1984, lulus
Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 2 Medan tahun 1987, lulus Sekolah
Menengah Atas dari SMA Negeri 5 Medan tahun 1990, lulus Sarjana Pertanian tahun
Sumatera Utara dan lulus Magister SDAL tahun 2001 dari Program Pascasarjana
Medan. Pada tahun 2004 diterima sebagai staf pengajar Kopertis Wilayah I dpk di
Pertanian Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2009. Penulis mendapat bantuan
ix
DAFTAR ISI
SUMMARY ................................................................................................... i
RINGKASAN ................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Perumusan Masalah .................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
x
BAB V. KERAGAAN KARAKTER BIOKIMIA GENOTIPE
GANDUM PADA PERBEDAAN WAKTU TANAM DI TIGA
KETINGGIAN TEMPAT
Abstrak ........................................................................................................ 85
Pendahuluan ................................................................................................ 85
Bahan dan Metode ...................................................................................... 87
Hasil dan Pembahasan ................................................................................ 89
Kesimpulan ................................................................................................. 94
xi
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
xii
15. Jumlah anakan produktif beberapa genotipe gandum di tiga
ketinggian tempat pada waktu tanam 3 (Nopember-Maret 2013) ...... 42
xiii
30. Bobot biji per tanaman beberapa genotipe gandum di tiga
ketinggian tempat pada waktu tanam 3 (Nopember-Maret) .............. 54
xiv
45. Jumlah Klorofil total beberapa genotipe gandum di tiga
ketinggian tempat pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember) ................ 71
xv
61. Kadar gluten beberapa genotipe gandum di tiga
ketinggian tempat pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember) ................ 93
64. Bobot biji per tanaman beberapa genotipe gandum dengan waktu
tanam dan ketinggian tempat ........................................................... 98
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
4. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas matahari (%)
harian bulan Maret-Juli 2012 (waktu tanam 1) di ketinggian tempat
800 mdpl (Sibolangit) ........................................................................ 128
5. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas matahari (%)
harian bulan Juli-Nopember 2012 (waktu tanam 2) di ketinggian
tempat 800 mdpl (Sibolangit) ............................................................ 130
6. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas matahari (%)
harian bulan Nopember 2012-Maret 2013 (waktu tanam 3) di
ketinggian tempat 800 mdpl (Sibolangit) .......................................... 132
7. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas matahari (%)
harian bulan Maret-Juli 2012 (waktu tanam 1) di ketinggian tempat
1100 mdpl (Tigapanah) ...................................................................... 134
8. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas matahari (%)
harian bulan Juli –Nopember 2012 (waktu tanam 2)
di ketinggian tempat 1100 mdpl (Tigapanah) .................................... 134
9. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas matahari (%)
harian bulan Nopember 2012-Maret 2013 (waktu tanam 3) di
ketinggian tempat 1100 mdpl (Tigapanah) ........................................ 138
10. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas matahari (%)
harian bulan Maret-Juli 2012 (waktu tanam 1) di ketinggian tempat
1400 mdpl (Berastagi) ....................................................................... 140
11. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas matahari (%)
harian bulan Juli-Nopember 2012 (waktu tanam 2) di ketinggian
tempat 1400 mdpl (Berastagi) ........................................................... 142
xviii
12. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas matahari (%)
harian bulan Nopember 2012-Maret 2013 (waktu tanam 3) di
ketinggian tempat 1400 mdpl (Berastagi) ......................................... 144
25. Analisis ragam model AMMI (genotipe x waktu tanam) .................. 152
xix
26. Analisis ragam model AMMI (genotipe x lingkungan) .................... 153
xx
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
meningkat. Pada tahun 2020 impor gandum diperkirakan akan mencapai 8,5 juta ton,
hal ini tentu saja memerlukan devisa yang tidak sedikit (Puslitbang Tanaman Pangan,
2008). Menurut Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia Welirang
(2015) bahwa kebutuhan gandum nasional hampir seluruhnya dipenuhi dari impor,
sehingga Indonesia kini menjadi negara pengimpor gandum terbesar ketiga setelah
Mesir dan Sudan dengan total impor 7,2 juta ton/tahun pada tahun 2014 dan angka ini
terus meningkat dengan laju 5-7 % per tahun. Dengan kebutuhan yang sangat besar
di dalam negeri.
sudah biasa menanam gandum, sedangkan daerah bukaan baru lebih di fokuskan
gandum dapat belajar tentang budidaya gandum. Peningkatan areal tanam gandum ini
2010).
73.455 hektar yang tersebar di 15 propinsi, yang terluas di Provinsi Bengkulu seluas
30.800 hektar dan terkecil di Sumatera Barat seluas 125 hektar. Sehingga peluang
Sedangkan untuk Sumatera Utara luas dataran rendah 24.921,99 km2, dataran tinggi,
2
sedang dan pantai barat seluas 46.758,69 km2 (Bapeda, 2008) yang sebagian dapat
dikenal secara luas oleh masyarakat, sedangkan lahan yang dapat digunakan serta
iklim yang sesuai untuk budidaya gandum cukup tersedia. Ini merupakan peluang
Pertanian dengan mengintroduksikan galur atau varietas gandum dari negara lain
terkonsentrasi di dataran tinggi yang luasnya juga terbatas di satu daerah. Oleh karena
itu, salah satu program pemerintah diarahkan pada adaptasi gandum dibeberapa
Adaptasi gandum perlu dilakukan sebagai salah satu cara tanaman gandum
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup dan
dalam meningkatkan produktivitas gandum yang secara genetik berdaya hasil tinggi
Pangan, 2008) yang umumnya berada di dataran tinggi dengan ketinggian diatas
800 mdpl.
lingkungan secara optimal. Oleh karena itu, Ambarwati dan Yudono (2003)
3
menyatakan bahwa ketersediaan varietas yang sesuai dengan lingkungan setempat dan
berpotensi hasil tinggi merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi daya
hasil dan adaptasi varietas terhadap lingkungan, khususnya pada penelitian ini adalah
suhu, lama penyinaran dan curah hujan yang berbeda untuk setiap ketinggian tempat
pertumbuhan daun, inisiasi organ reproduktif. Bila suhu terlalu tinggi pada fase
anthesis maka reproduksi tanaman akan terganggu. Selain suhu, Lama penyinaran
malai per satuan luas, jumlah bulir isi per malai, rata-rata bobot bulir (Acevedo et al.
berbunga dan berbuah bila periode penyinaran lebih panjang daripada periode kritis.
Sedangkan Curah hujan berhubungan dengan ketersediaan air bagi tanaman. Bila
terjadi kekurangan air pada fase pertumbuhan maka akan mempengaruhi produksi
tanaman, terutama pada fase awal pertumbuhan, pembentukan bunga dan pengisian
Perumusan Masalah
karena komoditas pangan subtropis ini belum berkembang di dalam negeri. Bila
konsumsi gandum terus meningkat dengan harga yang terus merangkak naik di pasar
dunia, diperkirakan akan terjadi kelangkaan terigu di pasar dalam negeri. Hal ini tentu
akan menjadi kendala bagi keberlanjutan industri pangan sehingga perlu dicari jalan
penyelesaiannya.
4
merupakan negara tropis antara lain adalah masalah iklim terutama suhu dan curah
hujan serta belum adanya varietas yang adaptif dataran rendah. Oleh karena itu
terkonsentrasi pada dataran tinggi (diatas 800 mdpl) yang mendekati iklim subtropik.
di beberapa propinsi walaupun masih banyak daerah lain yang berpotensi untuk
tanam yang tepat dengan melihat fluktuasi cuaca harian, ketersediaan varietas dan
pemilihan lokasi seperti ketinggian tempat serta suhu. Pemilihan waktu tanam yang
tepat sangat berhubungan dengan curah hujan dalam satu periode tanam dan ini perlu
dilakukan karena tanaman gandum sangat sensitif dengan keadaan air di lingkungan
tumbuhnya terutama pada fase awal pertumbuhan, pembungaan dan pengisian malai.
Selain itu penentuan lokasi tanam berupa ketinggian tempat berhubungan dengan
suhu yang berpengaruh pada fase perkecambahan serta pertumbuhan selanjutnya dari
tanaman.
Sumatera Utara salah satu propinsi yang memiliki areal penanaman yang cukup
luas untuk budidaya gandum berdasarkan dari ketinggian tempat diantaranya dataran
tinggi yang mendekati iklim daerah subtropis. Namun hingga sekarang belum ada satu
genotipe gandum pun yang dibudidayakan di daerah ini. Maka perlu dilakukan suatu
upaya penelitian untuk mendapatkan genotipe gandum yang sesuai pada ketinggian
tempat dan waktu tanam tertentu melalui adaptabilitas dan stabilitas hasil di Sumatera
Utara.
5
daratan digolongkan menjadi tiga: dataran tinggi > 700 m dpl, dataran menengah
400-700 m dpl, dataran rendah < 400 m dpl, perbedaan ketinggian tempat ini dapat
digunakan untuk uji multilokasi suatu jenis tanaman. Dari pra penelitian yang telah
dilakukan di dataran tinggi (> 700 mdpl) dan rendah, penanaman gandum dataran
rendah (dibawah 400 mdpl) Sumatera Utara tidak memberikan hasil yang
pertumbuhan kerdil, bahkan 60 persen tanaman mati. Sedangkan untuk dataran tinggi,
Oleh karena itu dilakukan penelitian penanaman gandum di tiga lokasi dataran
tinggi yang memiliki perbedaan ketinggian tempat yaitu Sibolangit (800 mdpl),
Tigapanah (1100 mdpl) dan Berastagi (1400 mdpl) serta di tiga waktu tanam yaitu
awal musim hujan sampai musim kemarau (Maret–Juli 2012), musim kemarau sampai
saat musim hujan (Juli–Nopember 2012) dan saat musim hujan sampai menjelang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menentukan genotipe gandum yang sesuai
pada ketinggian tempat dan waktu tanam tertentu berdasarkan pertumbuhan dan
produksi terbaik.
2. Dapat digunakan untuk rekomendasi genotipe gandum yang berdaya hasil tinggi
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Gandum
Gramineae, dan genus Triticum. Terdapat dua spesies utama yang dibudidayakan
yaitu : Triticum durum Desf. Atau dikenal sebagai gandum makaroni dan Triticum
yang memiliki dua macam akar, yaitu: akar kecambah dan akar adventif. Akar
kecambah berfungsi mengambil air dan nutrisi selama pertumbuhan tingkat awal,
anakan (tiller) dalam suatu rumpun. Ruas-ruasnya pendek dan buku-bukunya pada
umumnya berongga. Posisi batang tegak dan batang induknya dapat membentuk
tunas yang dapat menjadi individu baru dan membentuk sistem perakaran sendiri
(Smith, 1990). Daun terdiri dari tangkai pelepah, helai daun dan ligula dengan dua
pasang daun telinga pada dasar helai daun. Bunga gandum berada pada ujung-
Malai tersusun dari buku dan ruas yang pendek dan menyempit pada
pangkal dan ujungnya melebar. Ujung bulir membentuk rambut yang panjang
bervariasi. Bentuk bulir gabah dari lonjong sampai agak bundar (Kirby, 2002).
8
debu yang apabila terkena air akan menjadi liat dan tidak mudah pecah.
Kebanyakan protein yang terkandung dalam bran adalah protein larut yaitu
yang banyak mengandung protein, pati, dan air. Pada proses penggilingan, bagian
inilah yang akan diambil sebanyak-banyaknya untuk diubah menjadi tepung terigu
dengan tingkat kehalusan tertentu. Pada bagian ini juga terdapat zat abu yang
kandungannya akan semakin kecil jika mendekati inti dan akan semakin besar jika
periode siklus hidupnya (Lampiran 28) yang sangat dipengaruhi oleh faktor iklim,
dan perkembangan tanaman gandum adalah suhu dan curah hujan terutama
perkembangan gandum:
a. Suhu
Gandum adalah tanaman subtropik dan iklim sedang maka untuk daerah
tropik tanaman gandum lebih sesuai ditanam di daerah pegunungan yang memiliki
suhu udara menyamai daerah subtropik. Suhu udara merupakan faktor pembatas
terutama bila suhu udara yang ekstrim terjadi bertepatan dengan fase kritis
perkembangan tanaman (Mohsen dan Yamada, 1991; You et al., 2009; Wang et
al., 2011) Sedangkan menurut Schoffl et al. (1999) suhu yang sangat tinggi
menyebabkan kerusakan parah dan bahkan kematian sel dapat terjadi dalam
beberapa menit.
b. Curah Hujan
Gandum adalah tanaman mesophyta yang dapat tumbuh dengan baik pada
humid. Curah hujan optimum yang diinginkan gandum di Indonesia adalah sekitar
600 – 825 mm/tahun, namun di beberapa tempat petani menanam gandum pada
curah hujan tahunan 1500 mm, 2000 mm di Jawa Timur, dan di atas 2000 mm di
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Johanes (1996) menyatakan bahwa stress air pada
fase sebelum anthesis dapat menyebabkan penurunan biomas bulir sekitar 58-94%
dibandingkan dengan tanaman yang cukup memperoleh air. Curah hujan optimal
untuk tanaman gandum berkisar antara 250 – 500 mm selama musim tanam.
c. Intensitas Matahari
pertumbuhan, jumlah malai per satuan luas, jumlah biji per malai, dan bobot biji.
tinggi intensitas matahari akan meningkatkan pembentukan malai, selain itu juga
10
per hari.
d. Kelembaban Udara
rata diatas 80% dalam musim hujan dan rata-rata 80% dalam musim kemarau
tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut. Suhu menurun sekitar 0.6 oC
setiap ketinggian tempat naik 100 meter (Lakitan, 2002). Menurut Hidayati (2001)
karena Indonesia berada di wilayah tropis maka selisih suhu siang dan suhu
malam hari lebih besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau
dan musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu
musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada suhu harian.
intensitas radiasi matahari serta intensitas sinar ultraviolet menjadi kuat. Selain itu
11
dikendalikan oleh enzim. Pada fase pembungaan jika suhu terlalu tinggi
dalam beberapa menit (Schoffl et al., 1999). Suhu tinggi pada fase akhir
pertumbuhan (terminal heat stress atau post-anthesis heat stress) sering menjadi
faktor pembatas pada produksi gandum di beberapa negara (Yang et al., 2002).
perkembangan bulir pada serealia meliputi laju perkembangan bulir yang lebih
cepat, penurunan bobot bulir, biji keriput, berkurangnya laju akumulasi pati dan
hasil genotipe gandum dipengaruhi oleh suhu tinggi. Selain itu genotipe yang
berbeda juga menunjukkan respon yang bervariasi terhadap suhu tinggi. (Rahman
et al., 2009; Laghari et al., 2012; Bhandari, 2013). Temperatur tinggi selama
Ismangil, 2004). Bagian tanaman utama yang melakukan fotosintesis adalah daun,
dimana dapat diketahui laju asimiliasi bersih (LAB) yang merupakan hasil
12
asimilasi pada proses fotosintesis per satuan luas dan waktu. Investasi hasil
Sedang respirasi gelap pada daun akan meningkat dengan semakin tinggi suhu
udara, artinya akan mengurangi laju pembentukan karbohidrat dan protein. Pada
suhu daun diatas 30 oC, fotorespirasi akan mengurangi fotosintesis bersih pada
akibat dari kejadian tersebut tanaman akan tumbuh pendek dan jumlah malai
waktu antar fase tersebutlah yang selanjutnya akan menentukan periode akumulasi
melainkan juga kualitas hasil tanaman (Salisbury dan Ross, 1995; Acevedo et al.,
2002).
Curah hujan sangat berhubungan dengan ketersediaan air bagi tanaman yang
dan produksi yang tinggi. Jadwal tanam yang dimundurkan beberapa hari dari
jadwal optimum akan menurunkan hasil, baik persen hasil biji maupun biomassa
13
tanaman di atas tanah. Oleh karena itu untuk menghindari resiko kegagalan panen
yang besar, pemilihan waktu tanam suatu jenis tanaman dan varietasnya harus
tepat, terutama untuk tanaman pangan. Pemilihan saat dan masa tanam yang baik
didasarkan pada indikator indeks kecukupan air (water satisfaction) yang dikenal
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut
waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor
Waktu yang paling baik dalam menanam gandum adalah menjelang musim
hujan sehingga fase pematangan jatuh pada musim kemarau, karena pada bulan
pertama dan kedua diperlukan air yang merata dan cukup jumlahnya dalam
pembentukan tunas dan primordial. Sedangkan pada bulan ketiga mulai fase
Kebutuhan air untuk setiap tanaman dipengaruhi oleh jenis tanaman, kadar
air tanah dan iklim, selain itu juga tergantung pada fase pertumbuhannya. Periode
kritis tanaman gandum bila mengalami kekurangan air terjadi pada beberapa fase
anakan. Selanjutnya pada fase periode pembentukan bunga bila terjadi defisit air
akan mempengaruhi jumlah biji per malai. Sedangkan apabila defisit air terjadi
pada fase awal pengisian biji mengakibatkan tidak sempurnanya pengisian malai,
14
jumlah biji per malai menurun, berat biji menurun yang berhubungan dengan
rendahnya produksi.
setiap stadia pertumbuhan dan lamanya hari pertumbuhan menurut Zadoks dapat
normalnya adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara gen dan faktor
lingkungan tumbuh sangat berbeda, respon uji genotipe akan berbeda-beda untuk
untuk mengidentifikasi genotipe yang terbaik, baik itu selama pemilihan atau
genotipe relatif dalam tes dasarnya tergantung pada kondisi lingkungan yang
yang lain menjadi tidak konsisten, yang ditunjukkan oleh perubahan relative
dapat digunakan untuk menentukan lokasi pengujian, untuk seleksi adaptasi luas
atau adaptasi spesifik lingkungan atau musim tanam serta dapat menentukan
pengujian multilokasi untuk jumlah genotipe yang banyak atau sedikit (Yan et al.,
pemuliaan tanaman untuk merakit suatu genotipe atau varietas unggul. Genotipe
ketika memutuskan pemilihan genotipe terbaik atau varietas (Yan, 2002). Ini
pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan interaksi
terbaik.
Wilayah penanaman dibagi ke dalam beberapa area kecil pada suatu mega-
pemulia untuk mencapai tujuan lebih cepat, potensi daya saing produsen benih
lebih kuat, dan hasil yang tinggi di tingkat pengguna (Gauch dan Zobel, 1997).
component analysis) (Carver et al., 1987; Geng et al., 1990; Kearsey dan Pooni,
1996) dan model additive main effect and multiplicative interactions (AMMI)
16
Selanjutnya, lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan mikro dan
dapat berupa kesuburan tanah, suhu, kelembaban, unsur iklim lainnya, serangan
lingkungan dalam arti luas meliputi lokasi, musim dan tahun (Perkins dan Jinks,
1968).
anakan, jumlah malai, dll) serta hasil, sering berubah dari satu lingkungan ke
lingkungan lain, karena adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan. Dengan
adanya interaksi ini maka suatu genotipe akan berubah dari tempat ke tempat lain
maupun dari musim ke musim. Oleh karena itu, perlu dilakukan stabilitas karakter
membantu proses identifikasi genotipe unggul. Cara yang umum digunakan untuk
mengenali genotipe ideal adalah dengan menguji seperangkat genotipe atau galur
17
(Lin et al., 1986) karena stabilitas penampilan pada suatu kisaran lingkungan
tergantung dari besarnya interaksi GXE. Jika tidak terjadi interaksi GXE
penentuan genotipe ideal akan sangat mudah dilakukan, yaitu dengan memilih
genotipe-genotipe dengan rata-rata hasil yang lebih tinggi. Namun apabila terjadi
interaksi GxE, genotipe yang diuji di berbagai lokasi kemampuan daya hasilnya
berbeda pada setiap lokasi pengujian. Hal ini berarti juga hasil tertinggi suatu
genotipe pada suatu lingkungan tertentu belum tentu memberikan hasil tertinggi
pula pada lingkungan yang berbeda. Hal yang demikian akan menyulitkan dalam
pemilihan genotipe ideal yang beradaptasi dan stabil pada semua lingkungan
(Finlay dan Wilkinson, 1963; Eberhart dan Russell, 1966; Perkins dan Jinks,
1968).
Suatu galur dapat stabil karena galur tersebut mampu membentuk sejumlah
dapat berperan dengan baik sebagai penyangga. Dengan demikian stabilitas hasil
ditentukan oleh komposisi genetik galur dengan reaksi genotipe secara individu
Menurut Nor dan Cady (1979) pengertian adaptabilitas dan stabilitas adalah
adalah ragam hasil lintas lokasi sepanjang waktu (kemampuan tanaman untuk
musim pada lokasi yang berbeda, namun dapat juga dilakukan pada berbagai
lokasi tanam dengan hanya sekali tanam (Singh dan Chaudary, 1979).
dianggap stabil jika responnya terhadap lingkungan sejajar dengan respon rata-
rata semua genotipe dalam satu percobaan; 3) suatu genotipe dikatakan stabil bila
Beberapa metode yang sering digunakan untuk menguji daya adaptasi dan
stabilitas hasil suatu varietas adalah metode Finlay dan Wilkinson (1963) serta
Eberhart dan Russell (1966). Parameter adaptabilitas dan stabilitas hasil yang
2
digunakan adalah koefisien regresi (βi), simpangan regresi (δi ) dan rata-rata hasil
suatu genotipe yang didasarkan atas nilai koefisien regresi (βi) dan rata-rata
hasilnya. Genotipe dengan nilai koefisien regresi (βi) < 1 berarti genotipe
19
tinggi. Nilai βi = 1 dan genotipe memiliki rata-rata hasil di atas rata-rata umum
umum berarti genotipe tersebut beradaptasi jelek pada semua lingkungan dan peka
atau musim memberikan informasi kuantitatif dari suatu lingkungan. Dari hasil
analisis dapat diketahui apakah genotip tersebut adaptif pada lingkungan yang
bahkan genotip tersebut dapat beradaptasi pada lingkungan yang luas (Finlay dan
stabilitas hasil suatu genotipe menurut Eberhart dan Russell (1966) adalah nilai
2
koefisien regresi (βi) dan simpangan regresi (δi ). Suatu genotipe dikatakan stabil
2
jika mempunyai koefisien regresi (βi) sebesar 1 dan simpangan regresi (δi ) sama
dengan nol. Genotipe yang mempunyai koefisien regresi (βi) > 1 akan beradaptasi
dengan baik pada lingkungan yang produktif dan genotipe dengan koefisien
regresi (βi) < 1 akan beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang marginal.
20
Hasil dari analisis AMMI digambarkan dalam bentuk biplot yang memperlihatkan
(IPCA). Gauch dan Zobel (1996) menunjukkan bahwa model AMMI 1 dengan
IPCA 1 dan AMMI 2 dengan IPCA 1 dan IPCA 2 biasa digunakan dan model
identifikasi genotipe yang stabil untuk budidaya. Sehingga model AMMI lebih
efektif dalam pemilihan genotipe stabil (Crossa et al., 1991; Yan dan Hunt, 2001).
tepat digunakan untuk analisis statistik daya hasil, karena menyediakan alat
analisis untuk mendiagnosa model lain sebagai sub kasus ketika model-model
tersebut lebih baik untuk set data tertentu (Gauch, 1988). Kedua, AMMI
hubungan genotipe dan lingkungan (Zobel et al., 1988; Crossa, 1990). Ketiga,
untuk meningkatkan akurasi dalam estimasi hasil. Jika akurasi estimasi hasil
meningkat, hal ini setara dengan meningkatkan jumlah ulangan (Zobel et al.,
genotipe dengan lingkungan dan efisien dalam menganalisis pola interaksi (Zobel
21
memisahkan pengaruh utama dan interaksi serta model yang sering memberikan
komponen utamanya.
Pada biplot AMMI, genotipe dan lingkungan diplotkan pada diagram yang
genotipe tersebut adaptasinya luas. Genotipe yang memiliki skor IPCA 1 besar,
dan antara genotipe dengan lingkungan. Biplot menyajikan nilai komponen utama
pertama dan rataan. Biplot antara nilai komponen utama kedua dan nilai
komponen utama pertama bisa ditambahkan jika komponen utama kedua tersebut
Kerangka Konseptual
kebutuhan ini dipenuhi melalui impor dari berbagai negara, antara lain Australia
yang bersuhu dingin. Di Indonesia, ada daerah yang diharapkan mampu dijadikan
tempat pembudidayaan gandum, hal ini dilihat dari kondisi suhu, curah hujan,
dataran tinggi yang diharapkan dapat digunakan sebagai lahan budidaya gandum.
Namun hingga saat ini belum ada informasi tentang genotipe maupun varietas
keragamannya tinggi.
dengan tetap menanam 12 jenis gandum di tiga waktu tanam berbeda, yaitu awal
musim hujan sampai musim kemarau = Maret–Juli 2012, musim kemarau sampai
saat musim hujan = Juli–Nopember 2012 dan saat musim hujan sampai menjelang
berbeda pula, yaitu Sibolangit (800 mdpl), Tigapanah (1100 mdpl) dan Berastagi
(1400 mdpl).
menghasilkan dan memperoleh gandum yang spesifik waktu tanam dan ketinggian
23
tempat tertentu serta jenis gandum yang memiliki stabilitas hasil di ketiga waktu
Hipotesis Penelitian
1. Diperoleh genotipe gandum yang memiliki produksi lebih baik pada ketinggian
tempat tertentu.
2. Ada genotipe gandum yang memiliki produksi lebih baik pada waktu tanam
tertentu.
3. Ada genotipe gandum yang memiliki produksi lebih baik di ketinggian tempat
4. Ada genotipe gandum yang memiliki stabilitas hasil pada tiga ketinggian
Keterbatasan lokasi dan genotipe gandum yang sesuai ditanam di suatu daerah
dan waktu tanam tertentu merupakan kendala bagi pengembangan gandum. Oleh
karena itu dilakukan penelitian untuk mendapatkan keragaan karakter morfologi
genotipe gandum pada waktu tanam berbeda di tiga ketinggian tempat. Penelitian ini
menggunakan 10 genotipe gandum dan 2 varietas yaitu A=OASIS/SKAUZ//4*BCN;
B=HP1744; C=LAJ3302/2*MO88; D=RABE/2*MO88; E=H-21; F=G-21; G=G-18;
H=MENEMEN; I=BASRIBEY; J=ALIBEY serta varietas K=SELAYAR dan
L=DEWATA yang di tanam pada tiga waktu tanam (Maret 2012-Juli, Juli-Nopember
dan Nopember-Maret 2013), pada tiga lokasi (800 mdpl Sibolangit, 1100 mdpl
Tigapanah dan 1400 mdpl Berastagi). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Acak kelompok Non Faktorial untuk setiap lokasi dan RAK faktorial untuk analisis
gabungan serta nilai heritabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tanam
1 (Maret-Juli) memberikan pengaruh yang lebih baik didukung oleh karakter tinggi
tanaman, umur berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah
spikelet per malai, bobot biji per malai, bobot biji per tanaman dan bobot 1000 biji.
Ketinggian tempat 1400 mdpl memberikan pengaruh yang lebih baik didukung oleh
karakter tinggi tanaman, panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah spikelet per
malai, bobot biji per malai, bobot biji per tanaman dan bobot 1000 biji. Varietas L
(DEWATA) memberikan respons yang lebih baik didukung oleh karakter panjang
malai, jumlah biji per malai, jumlah spikelet per malai, bobot biji per malai, bobot
biji per tanaman dan bobot 1000 biji. Nilai heritabilitas karakter morfologi yang
diamati untuk ketinggian tempat 1400 mdpl memiliki nilai yang tinggi untuk semua
karakter. Nilai heritabilitas karakter morfologi yang diamati untuk ketinggian tempat
1100 mdpl memiliki nilai yang tinggi untuk karakter tinggi tanaman, umur berbunga,
umur panen, panjang malai, jumlah spikelet per malai dan bobot biji per malai.
Sedangkan nilai heritabilitas karakter morfologi yang diamati untuk ketinggian
tempat 800 mdpl memiliki nilai yang tinggi untuk karakter tinggi tanaman, umur
berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah spikelet per malai
Kata kunci: karakter morfologi, genotipe gandum, waktu tanam, ketinggian tempat,
heritabilitas
Pendahuluan
atau varietas yang sesuai di daerah tertentu menjadi kendala utama perkembangan
26
memiliki ketinggian tempat ≥ 700 mdpl. Pada peneliti an ini penanaman gandum
dilakukan di tiga ketinggian tempat Kabupaten Karo yang memiliki ketinggian 800
mdpl, 1100 mdpl dan 1400 mdpl di tiga waktu tanam yang berbeda untuk
tanami gandum. Menurut Braak (1929) bahwa setiap kenaikan 100 m diatas
Oleh karena belum tersedianya gandum yang sesuai dibudidayakan maka perlu
gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam yang berbeda untuk
Penentuan waktu tanam serta lokasi penanaman yang tepat pada budidaya
optimal. Hal ini menjadikan waktu tanam dan lokasi penanaman merupakan salah
lingkungan yang berbeda, antara lain suhu, curah hujan dan kelembaban yang akan
mempengaruhi produktivitas (Faki et al. 1990; Said et al. 2012). Dengan adanya
perbedaan curah hujan dan temperatur udara di suatu lokasi akan mempengaruhi
waktu tanam dimana kita akan melakukan budidaya tanaman. Sejalan dengan
pendapat Doorenbos dan Kassam (1979) yang menyatakan bahwa untuk mencapai
hasil dan pertumbuhan yang maksimal, selain ditentukan oleh faktor genetik, juga
Penelitian ini dilaksanakan di tiga ketinggian tempat 800 m dpl, 1100 mdpl dan 1400
mdpl pada beberapa periode penanaman yang ditentukan berdasarkan pola curah
hujan selama lima tahun sebelum penelitian dilakukan serta laboratorium Asianagri
Tabel 1. Periode penanaman gandum dalam satu tahun (Maret 2012 – Maret 2013)
Periode Penanaman Simbol
awal musim hujan sampai musim kemarau (Maret–Juli 2012) M1
musim kemarau sampai saat musim hujan (Juli–Nopember 2012) M2
saat musim hujan sampai menjelang kemarau (Nopember 2012–Maret 2013) M3
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang, Urea,
SP36, KCl, herbisida, fungisida, insektisida, sepuluh genotipe dan dua varietas
gandum.
timbangan analitik, meteran, cangkul, gembor, label nama, alat tulis, pH meter.
28
Metode Penelitian
10 genotipe dan 2 varietas gandum dengan 3 ulangan untuk setiap ketinggian tempat
dan waktu tanam serta analisis data gabungan. Dengan demikian terdapat 12 x 3 = 36
satuan percobaan pada tiap ketinggian tempat dan waktu tanam. Data di analisis
dengan menggunakan program statistik SAS 9.1. Jika diperoleh sidik ragam yang
nyata, maka dilanjutkan dengan analisis lanjutan menggunakan Uji Jarak Ganda
Duncan (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf α = 5 % (Steel dan Torrie,
1995).
Pelaksanaan Penelitian
Lahan yang digunakan datar, tersedia fasilitas pengairan dan tidak ternaungi.
diratakan. Pada lahan yang sudah diolah dibuat 36 plot untuk 3 ulangan, masing-
masing plot berukuran 1,5 m x 5 m, jarak antar plot 50 cm dan jarak antar
ulangan 1 m.
Penanaman
25 cm dengan kedalaman 3 cm. Benih sebanyak 12,5 gram disebar merata sepanjang
larikan dan ditutup dengan tanah. Tidak dilakukan penyulaman bagi tanaman yang
tidak tumbuh.
29
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebelum tanam atau pada saat tanam sebagai pupuk
dasar. Pupuk pertama diberikan TSP dan KCl serta sebagian pupuk N. Dosis anjuran
pemupukan untuk tanaman gandum, pupuk organik 10 ton/ha, pupuk anorganik 150
kg Urea/ha, 200 kg SP36/ha dan 100 kg KCl/ha. Pemberian pupuk Urea diberikan 2-
3 kali.
Pemberian I: Sepertiga bagian bersama dengan pupuk P dan K dalam bentuk pupuk
majemuk.
Pemberian II: Sepertiga bagian pada saat bertunas sekitar 25-30 hari setelah tanam.
Pemberian III: Sisanya pada saat pembentukan primordia bunga untuk mendorong
Pemeliharaan
kecambah.
Panen
Gandum yang siap panen apabila tanaman telah berumur ± 107 hari untuk
dataran menengah dan ± 112 hari untuk dataran tinggi. Sedangkan ciri-ciri tanaman
2. Sekam (lemma dan palea) yang menutupi biji gandum telah berwarna kuning dan
mengering
thresher, kemudian dikeringkan. Apabila masih ada yang menyatu dengan malai,
dengan cara diinjak-injak, setelah itu biji dikeringkan dibawah sinar matahari.
Peubah Amatan
Karakter Morfologi:
tengah plot.
Jumlah hari dari waktu tanam sampai lebih dari 50 % tanaman telah
Jumlah hari dari waktu tanam sampai lebih dari 50 % tanaman telah
Jumlah anakan yang memiliki malai pada 15 tanaman sampel dalam 1 ubin
diukur mulai dari lingkaran cincin sampai ujung malai tidak termasuk
Pengamatan dilakukan pada 15 tanaman sampel dalam 1 ubin setiap plot dan
dirata-ratakan.
Pengamatan dilakukan pada 15 tanaman sampel dalam 1 ubin setiap plot dan
dirata-ratakan.
dan dirata-ratakan.
Pengamatan dilakukan pada 15 tanaman sampel dalam 1 ubin disetiap plot dan
dirata-ratakan.
Biji diambil secara acak pada setiap plot dan dihitung Bobot 1000 biji.
Parameter Genetik
refleksi dari genotipe. Heritabilitas biasanya dinyatakan dalam satuan persen (%).
32
Tabel 3. Analisis varian pengujian galur di satu waktu tanam pada beberapa lokasi
Sumber Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Kuadrat Tengah Harapan
Tengah
Lokasi (L) ℓ–1
Ulangan/Waktu (r) ℓ (r – 1)
Genotip (G) g–1 M3 σ2e+r(σ2gm+σ2gℓm)+rℓ(σ2g+σ2gℓ)
Lokasi x Genotip (ℓ – 1)(g – 1) M2 σ2e+r(σ2gm+σ2gℓm)
Galat ℓ(g – 1)(r – 1) M1 σ2e
Ragam fenotipik (σ2p), ragam genotipik (σ2g) dan ragam interaksi (σ2gm) menurut
σ2 p = σ g+ (σ gm / m) + (σ e / rm)
2 2 2
σ2 g = (M3 – M2) / rm
σ gm = (M2 – M1) / r
2
σ2 e = M1
Nilai heritabilitas dalam arti luas dihitung berdasarkan rumus:
σ2 g
2
h (bs) = x 100 %
σ 2
p
a. Tinggi Tanaman
ketinggian tempat 1400 mdpl di tiga waktu tanam (Tabel 4, 5 dan 6).
peningkatan respons tinggi tanaman pada 1100 mdpl namun menurun di ketinggian
33
1400 mdpl. Sedangkan sepuluh genotipe lainnya menunjukkan respons yang terus
Tabel 4. Tinggi beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu
tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- cm ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 57.31 a’ 73.13 s 85.58 k 72.01
B (HP1744) 49.24 e’ 67.10 w 81.42 p 65.92
C (LAJ3302/2*MO88) 41.27 f’ 84.51 m 107.53 a 77.77
D (RABE/2*MO88) 28.31 j’ 68.27 u 89.43 h 62.00
E (H-21) 50.05 d’ 76.60 r 104.22 b 76.96
F (G-21) 58.22 z 90.23 g 84.47 n 77.64
G (G-18) 38.17 i’ 95.27 f 100.49 d 77.98
H (MENEMEN) 55.61 b’ 65.19 x 81.28 q 67.36
I (BASRIBEY) 51.24 c’ 70.00 t 85.47 l 68.90
J (ALIBEY) 40.32 g’ 95.84 e 88.43 i 74.86
K (SELAYAR) 39.53 h’ 64.74 y 84.07 o 62.78
L (DEWATA) 68.16 v 88.18 j 104.19 c 86.84
Rataan M 48.12 78.26 91.38
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
1400 mdpl. Sedangkan sepuluh genotipe lainnya menunjukkan respons yang terus
Tabel 5. Tinggi beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu
tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- cm ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 48.68 f’ 83.40 k 74.27 t 68.78
B (HP1744) 49.25 e’ 73.73 u 78.21 q 67.06
C (LAJ3302/2*MO88) 50.23 c’ 83.93 g 103.94 a 79.37
D (RABE/2*MO88) 28.27 j’ 69.13 v 83.79 h 60.40
E (H-21) 50.05 d’ 88.20 e 97.79 c 78.68
F (G-21) 57.83 z 77.34 r 78.87 o 71.35
G (G-18) 38.23 i’ 82.13 m 96.93 d 72.43
H (MENEMEN) 55.66 a’ 79.94 n 82.27 l 72.62
I (BASRIBEY) 51.12 b’ 65.79 x 83.66 i 66.86
J (ALIBEY) 40.29 g’ 83.59 j 76.53 s 66.80
K (SELAYAR) 39.47 h’ 61.00 y 78.81 p 59.76
L (DEWATA) 68.17 w 83.94 f 102.47 b 84.86
Rataan M 48.10 77.68 86.46
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
34
dan L menunjukkan peningkatan respons tinggi tanaman di 1100 mdpl dan menurun
Tabel 6. Tinggi beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu
tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- cm ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 41.16 f’ 65.01 u 69.13 q 58.43
B (HP1744) 49.21 e’ 64.53 x 82.79 h 65.51
C (LAJ3302/2*MO88) 58.23 z 88.21 b 89.27 a 78.57
D (RABE/2*MO88) 28.23 j’ 72.07 o 77.33 l 59.21
E (H-21) 50.08 d’ 77.46 k 79.93 j 69.16
F (G-21) 57.43 a’ 83.87 e 83.01 g 74.77
G (G-18) 38.20 i’ 73.19 n 83.60 f 65.00
H (MENEMEN) 55.60 b’ 64.91 w 65.80 s 62.10
I (BASRIBEY) 51.12 c’ 64.99 v 61.01 y 59.04
J (ALIBEY) 40.31 g’ 70.33 p 82.12 i 64.25
K (SELAYAR) 39.50 h’ 65.66 t 73.73 m 59.63
L (DEWATA) 68.20 r 87.79 c 83.93 d 79.97
Rataan M 48.11 73.17 77.64
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Secara umum rataan tertinggi peubah amatan tinggi tanaman dari dua belas
genotipe yang dicobakan berada pada penanaman di ketinggian 1400 mdpl pada
waktu tanam Maret-Juli 2012 (Tabel 4). Hal ini diduga disebabkan oleh suhu udara
tempat yang lebih rendah. suhu udara berpengaruh terhadap laju metabolisme,
fotosintesis, respirasi, dan transpirasi tanaman, maka apabila Suhu udara terlalu
sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak berjalan baik, kondisi ini
didukung data iklim Bulan Maret-Juli 2012 dengan suhu 18,3-19oC dan curah hujan
216 mm selama musim tanam yang mendekati keadaan iklim optimal yang
diinginkan tanaman gandum (Lampiran 10). Menurut Fitter dan Hay (1991) bahwa
ketersediaan air dan suhu merupakan faktor pembatas utama dari pertumbuhan dan
35
produktifitas tanaman. Selain itu Nur et al. (2010) juga menyatakan bahwa setiap
Akibat adanya perubahan lingkungan tumbuh dari dataran tinggi ke dataran yang
lebih rendah menyebabkan terjadinya penurunan daya kecambah benih dan tinggi
tanaman. Menurut hasil penelitian Subagyo (2001) di dataran tinggi, tinggi tanaman
gandum dapat mencapai 102 cm dan lebih tinggi dibanding di dataran rendah.
dicobakan pada waktu tanam dan ketinggian tempat yang berbeda juga disebabkan
oleh sifat genetik gandum. Hal ini sejalan dengan pendapat Baihaki et al. (1976) dan
Blumer ( 1997) menyatakan bahwa perbedaan lingkungan dan genetik serta interaksi
(2012) juga menemukan ada perbedaan respons lima kultivar gandum (Al Nilein,
Debiera, Imam, Sasaraib dan Wad el Neil) di waktu tanam yang sama pada karakter
b. Umur Berbunga
peningkatan respons umur berbunga pada 1100 mdpl namun menurun di ketinggian
Tabel 7. Umur berbunga beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- hari ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 45.00 u 50.33 p 56.67 i 50.67
B (HP1744) 41.00 x 47.00 s 53.67 l 47.22
C (LAJ3302/2*MO88) 40.67 y 46.00 t 41.67 w 42.78
D (RABE/2*MO88) 42.00 v 47.00 s 57.67 f 48.89
E (H-21) 48.00 r 54.00 k 57.67 f 53.22
F (G-21) 53.00 m 59.00 c 55.67 j 55.89
G (G-18) 53.00 m 60.00 b 64.67 a 59.22
H (MENEMEN) 47.00 s 54.00 k 64.67 a 55.22
I (BASRIBEY) 50.00 q 57.33 g 56.67 i 54.67
J (ALIBEY) 42.00 v 47.00 s 52.33 n 47.11
K (SELAYAR) 50.67 o 57.00 h 58.67 d 55.45
L (DEWATA) 48.00 r 54.00 k 58.33 e 53.44
Rataan M 46.70 52.72 56.53
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
umur berbunga yang terus meningkat seiring dengan naiknya ketinggian tempat.
menunjukkan peningkatan respons umur berbunga pada 1100 mdpl namun menurun
Tabel 8. Umur berbunga beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- hari ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 63.67 f 65.33 c 64.33 d 64.44
B (HP1744) 63.67 f 65.33 c 62.00 k 63.67
C (LAJ3302/2*MO88) 43.33 x 44.00 w 48.67 t 45.33
D (RABE/2*MO88) 47.67 u 56.00 o 54.33 q 52.67
E (H-21) 65.33 c 62.67 i 63.33 g 63.78
F (G-21) 63.67 f 63.67 f 62.00 k 63.11
G (G-18) 66.67 b 63.67 f 67.67 a 66.00
H (MENEMEN) 63.33 g 64.00 e 63.00 h 63.44
I (BASRIBEY) 62.33 j 63.67 f 61.67 l 62.56
J (ALIBEY) 44.67 v 56.67 n 53.67 r 51.67
K (SELAYAR) 60.67 m 55.33 p 62.67 i 59.56
L (DEWATA) 62.67 i 51.67 s 65.33 c 59.89
Rataan M 58.97 59.33 60.72
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
37
Tabel 9. Umur berbunga beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- hari ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 43.67 w 55.00 m 62.33 g 53.67
B (HP1744) 42.00 y 51.67 q 63.00 f 52.22
C (LAJ3302/2*MO88) 41.00 a’ 51.00 s 57.33 k 49.78
D (RABE/2*MO88) 43.00 x 52.33 p 61.33 h 52.22
E (H-21) 47.33 v 64.33 d 65.67 b 59.11
F (G-21) 51.67 q 61.33 h 63.00 f 58.67
G (G-18) 53.33 o 63.33 e 64.67 c 60.44
H (MENEMEN) 47.67 u 63.00 f 60.67 i 57.11
I (BASRIBEY) 51.33 r 61.33 h 61.33 h 58.00
J (ALIBEY) 41.67 z 56.67 l 60.33 j 52.89
K (SELAYAR) 52.33 p 54.33 n 64.33 d 57.00
L (DEWATA) 48.67 t 60.33 j 67.00 a 58.67
Rataan M 46.97 57.89 62.58
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Secara umum rataan tercepat peubah amatan umur berbunga dari dua belas
genotipe yang dicobakan berada pada penanaman di ketinggian 800 mdpl pada waktu
tanam Maret-Juli 2012 (Tabel 7). Hal ini diduga disebabkan oleh suhu udara yang
bahwa pengaruh suhu dan ketersediaan air terhadap induksi bunga cukup kompleks
dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman. Sehingga setiap waktu tanam yang
genotipe gandum. Suhu yang tinggi akan meningkatkan aktivitas metabolik dalam
tubuh tanaman yaitu fotosintesis, asimilasi dan akumulasi makanan untuk mensuplai
energi pembungaan.
Hasil penelitian Laghari et al. (2012) menyatakan bahwa setiap sifat genetik
tanaman memberikan respons berbeda terhadap perubahan suhu dan unsur iklim
38
lainnya. Selain itu perbedaan ketinggian tempat dan waktu tanam dapat
menyebabkan karakter umur berbunga yang berbeda. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Nur et al. (2010) yang menunjukkan bahwa gandum yang ditanam di
Bogor (< 400 mdpl) berbunga lebih cepat dibandingkan dengan yang ditanam di
Cipanas (> 1000 mdpl). Begitu juga dari hasil penelitian Aqil et al. (2011)
membuktikan bahwa gandum di dataran yang lebih rendah dapat berbunga lebih
cepat 35-51 HST dibandingkan dengan gandum di dataran tinggi yaitu 55-60 HST.
c. Umur Panen
dibandingkan dengan sebelas genotipe lainnya pada ketinggian tempat 800 mdpl di
peningkatan respons umur panen pada 1100 mdpl namun menurun di ketinggian
1400 mdpl. Genotipe G dan J menunjukkan respons penurunan umur panen pada
1100 mdpl namun meningkat di ketinggian 1400 mdpl. Sedangkan enam genotipe
lainnya menunjukkan respons umur panen yang terus meningkat seiring dengan
Tabel 10. Umur panen beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L) Rataan G
Genotipe (G) 800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- hari ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 90.00 s 101.00 c 95.67 j 95.56
B (HP1744) 87.21 t 91.33 r 94.08 k 90.87
C (LAJ3302/2*MO88) 84.67 y 87.00 w 94.05 m 88.57
D (RABE/2*MO88) 87.16 v 93.33 o 98.00 f 92.83
E (H-21) 92.00 q 96.67 h 99.00 e 95.89
F (G-21) 94.00 n 96.00 i 105.00 b 98.33
G (G-18) 99.00 e 97.00 g 105.33 a 100.44
H (MENEMEN) 90.00 s 101.00 c 96.00 i 95.67
I (BASRIBEY) 92.67 p 100.33 d 99.00 e 97.33
J (ALIBEY) 87.18 u 86.67 x 94.06 l 89.30
K (SELAYAR) 90.00 s 99.00 e 96.00 i 95.00
L (DEWATA) 92.00 q 97.00 g 99.00 e 96.00
Rataan M 90.49 95.53 97.93
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
39
respons umur panen yang terus meningkat mulai dari ketinggian 800 mdpl hingga
1400 mdpl.
Tabel 11. Umur panen beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- hari ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 89.67 a’ 99.33 r 110.00 k 99.67
B (HP1744) 87.35 c’ 98.00 s 110.33 j 98.56
C (LAJ3302/2*MO88) 87.14 e’ 94.00 v 106.67 l 95.94
D (RABE/2*MO88) 87.33 d’ 99.67 q 111.33 h 99.44
E (H-21) 91.33 z 101.67 p 113.00 f 102.00
F (G-21) 93.00 w 115.67 b 113.67 d 107.45
G (G-18) 96.33 u 117.67 a 112.33 g 108.78
H (MENEMEN) 92.33 y 103.67 n 113.00 f 103.00
I (BASRIBEY) 92.67 x 103.00 o 110.67 i 102.11
J (ALIBEY) 88.67 b’ 97.33 t 111.33 h 99.11
K (SELAYAR) 91.33 z 99.33 r 114.33 c 101.66
L (DEWATA) 93.00 w 104.67 m 113.33 e 103.67
Rataan M 90.85 102.83 111.67
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
menurun di ketinggian 1100 mdpl namun meningkat di 1400 mdpl. Sedangkan tujuh
genotipe lainnya menunjukkan respons yang terus meningkat seiring dengan naiknya
ketinggian tempat.
Tabel 12. Umur panen beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- hari ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 92.33 y 115.67 b 110.33 h 106.11
B (HP1744) 90.33 b’ 98.33 t 106.67 l 98.44
C (LAJ3302/2*MO88) 86.67 g’ 88.67 e’ 102.33 n 92.56
D (RABE/2*MO88) 89.00 d’ 100.33 r 106.33 m 98.55
E (H-21) 91.00 a’ 116.67 a 112.67 e 106.78
F (G-21) 95.00 v 114.67 c 108.67 j 106.11
G (G-18) 97.33 u 99.00 s 112.67 e 103.00
H (MENEMEN) 92.33 y 114.33 d 112.00 f 106.22
I (BASRIBEY) 93.33 x 100.67 q 109.33 i 101.11
J (ALIBEY) 89.33 c’ 87.00 f’ 111.33 g 95.89
K (SELAYAR) 91.67 z 101.67 o 108.67 j 100.67
L (DEWATA) 94.33 w 101.00 p 108.00 k 101.11
Rataan M 91.89 103.17 109.08
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
40
Secara umum rataan tercepat peubah amatan umur panen dari dua belas
genotipe yang dicobakan berada pada penanaman di ketinggian 800 mdpl pada waktu
tanam Maret-Juli 2012 (Tabel 10). Hal ini diduga disebabkan suhu udara lebih tinggi
pemanenan.
Ghazi (2012) bahwa siklus hidup tanaman gandum berlangsung lebih cepat bila
lingkungan dalam kondisi sedikit air namun suhu udara cukup tinggi.
tempat dan waktu tanam. Genotipe H (MENEMEN) pada waktu tanam 1 (Maret-Juli
sebelas genotipe lainnya pada ketinggian tempat 1400 mdpl (Tabel 13). Sedangkan
seluruh genotipe gandum menunjukkan respons jumlah anakan produktif yang terus
Tabel 13. Jumlah anakan produktif beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian
tempat pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
-------------------------- anakan -------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 2.82 w 3.40 s 3.80 l 3.34
B (HP1744) 1.36 d’ 3.85 k 4.42 f 3.21
C (LAJ3302/2*MO88) 1.31 e’ 2.70 x 4.75 c 2.92
D (RABE/2*MO88) 1.60 b’ 3.22 u 4.04 j 2.95
E (H-21) 0.67 i’ 3.31 t 4.34 g 2.77
F (G-21) 2.22 z 3.49 r 4.22 h 3.31
G (G-18) 0.78 h’ 3.50 q 4.69 d 2.99
H (MENEMEN) 1.49 c’ 3.75 o 4.91 a 3.38
I (BASRIBEY) 2.22 z 3.52 p 3.78 m 3.17
J (ALIBEY) 1.13 f’ 2.91 v 4.57 e 2.87
K (SELAYAR) 1.82 a’ 3.76 n 4.82 b 3.47
L (DEWATA) 1.11 g’ 2.67 y 4.13 i 2.64
Rataan M 1.54 3.34 4.37
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
41
lainnya pada ketinggian tempat 1100 mdpl (Tabel 14). Genotipe J dan L
menunjukkan respons jumlah anakan produktif yang terus meningkat seiring dengan
peningkatan respons jumlah anakan produktif pada ketinggian 1100 mdpl namun
Tabel 14. Jumlah anakan produktif beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian
tempat pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
-------------------------- anakan -------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 2.51 y 2.99 u 4.66 c 3.39
B (HP1744) 1.35 d’ 2.67 w 4.06 j 2.69
C (LAJ3302/2*MO88) 1.06 f’ 3.39 q 4.87 b 3.11
D (RABE/2*MO88) 1.41 b’ 3.92 n 4.39 f 3.24
E (H-21) 1.02 g’ 3.53 p 5.07 a 3.21
F (G-21) 2.51 y 3.02 s 4.27 g 3.27
G (G-18) 0.86 h’ 3.00 t 4.48 d 2.78
H (MENEMEN) 1.36 c’ 4.13 i 4.27 g 3.25
I (BASRIBEY) 2.56 x 3.94 m 4.42 e 3.64
J (ALIBEY) 1.54 a’ 3.27 r 2.93 v 2.58
K (SELAYAR) 1.69 z 4.02 k 4.14 h 3.28
L (DEWATA) 1.25 e’ 3.95 l 3.71 o 2.97
Rataan M 1.59 3.49 4.27
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
dengan sebelas genotipe lainnya pada ketinggian tempat 1100 mdpl (Tabel 15).
yang meningkat pada ketinggian 1100 mdpl namun menurun di 1400 mdpl.
Secara umum jumlah anakan produktif terbanyak terdapat pada gandum yang
ditanam di ketinggian 1400 mdpl pada waktu tanam Maret-Juli 2012 (Tabel 13). Hal
ini diduga disebabkan oleh suhu yang mendukung dibanding ketinggian tempat
lainnya yang memiliki suhu udara lebih tinggi. Suhu tinggi dapat mengakibatkan
Tabel 15. Jumlah anakan produktif beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian
tempat pada waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
------------------------- anakan --------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 1.92 x 2.47 n 3.00 f 2.46
B (HP1744) 1.77 c’ 1.81 b’ 2.41 o 2.00
C (LAJ3302/2*MO88) 2.03 t 2.33 q 2.93 g 2.43
D (RABE/2*MO88) 1.96 v 2.27 r 2.73 j 2.32
E (H-21) 1.62 d’ 2.67 l 3.13 e 2.47
F (G-21) 1.84 z 2.68 k 3.27 b 2.60
G (G-18) 1.93 w 2.33 q 3.26 c 2.51
H (MENEMEN) 1.77 c’ 2.53 m 3.27 b 2.52
I (BASRIBEY) 1.82 a’ 2.47 n 3.19 d 2.49
J (ALIBEY) 1.93 w 2.34 p 3.40 a 2.56
K (SELAYAR) 1.86 y 2.33 q 2.86 i 2.35
L (DEWATA) 2.01 u 2.21 s 2.92 h 2.38
Rataan M 1.87 2.37 3.03
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Sejalan dengan hasil penelitian Nur et al. (2010) bahwa jumlah anakan
produktif gandum di dataran tinggi Cipanas (> 1000 mdpl) lebih banyak dibanding
dengan dataran rendah Bogor (< 400 mdpl) untuk semua genotipe yang
diadaptasikan.
e. Panjang Malai
tempat dan waktu tanam. Varietas L (DEWATA) adalah genotipe tertinggi panjang
peningkatan respons panjang malai pada ketinggian 1100 mdpl namun menurun di
1400 mdpl. Sedangkan tujuh genotipe lainnya menunjukkan respons panjang malai
Tabel 16. Panjang malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- cm ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 7.54 z 8.83 s 9.27 o 8.55
B (HP1744) 5.85 c’ 9.65 l 9.33 n 8.28
C (LAJ3302/2*MO88) 4.79 f’ 9.70 j 11.49 b 8.66
D (RABE/2*MO88) 8.95 r 9.14 q 8.23 x 8.77
E (H-21) 5.52 d’ 10.29 f 10.85 c 8.89
F (G-21) 7.57 y 9.94 g 9.26 p 8.92
G (G-18) 3.63 i’ 9.42 m 10.67 d 7.91
H (MENEMEN) 7.39 a’ 8.57 t 9.79 h 8.58
I (BASRIBEY) 4.62 g’ 8.46 v 9.76 i 7.61
J (ALIBEY) 4.93 e’ 9.33 n 8.49 u 7.58
K (SELAYAR) 4.27 h’ 8.37 w 9.69 k 7.44
L (DEWATA) 7.38 b’ 10.32 e 11.59 a 9.76
Rataan M 6.04 9.34 9.87
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
menunjukkan peningkatan respons panjang malai pada ketinggian 1100 mdpl namun
panjang malai yang terus meningkat seiring dengan naiknya ketinggian tempat.
Tabel 17. Panjang malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- cm ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 7.29 z 9.24 s 9.68 k 8.74
B (HP1744) 6.04 b’ 9.44 n 9.89 i 8.46
C (LAJ3302/2*MO88) 4.91 e’ 10.51 c 10.02 h 8.48
D (RABE/2*MO88) 9.24 s 9.20 t 9.02 w 9.15
E (H-21) 5.54 c’ 10.03 g 10.41 e 8.66
F (G-21) 7.32 y 9.65 l 9.41 p 8.79
G (G-18) 4.14 h’ 10.06 f 10.43 d 8.21
H (MENEMEN) 7.67 x 9.19 u 9.10 v 8.65
I (BASRIBEY) 4.95 d’ 9.42 o 9.80 j 8.06
J (ALIBEY) 4.81 f’ 9.24 s 9.29 r 7.78
K (SELAYAR) 4.23 g’ 9.32 q 9.45 m 7.67
L (DEWATA) 7.20 a’ 11.25 b 11.76 a 10.07
Rataan M 6.11 9.71 9.86
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
44
respons panjang malai yang terus meningkat seiring dengan naiknya ketinggian
tempat.
Tabel 18. Panjang malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- cm ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 7.45 x 9.66 m 9.52 n 8.88
B (HP1744) 5.96 a’ 9.74 k 8.37 v 8.02
C (LAJ3302/2*MO88) 4.95 c’ 10.17 e 9.52 n 8.21
D (RABE/2*MO88) 9.12 r 8.52 u 8.87 t 8.84
E (H-21) 5.64 b’ 9.95 i 10.09 g 8.56
F (G-21) 7.43 y 9.35 p 10.60 c 9.13
G (G-18) 3.53 f’ 10.29 d 10.01 h 7.94
H (MENEMEN) 7.60 w 9.19 q 9.07 s 8.62
I (BASRIBEY) 4.69 d’ 9.41 o 9.12 r 7.74
J (ALIBEY) 4.95 c’ 9.19 q 10.12 f 8.09
K (SELAYAR) 4.27 e’ 9.67 l 9.88 j 7.94
L (DEWATA) 7.30 z 11.00 b 11.27 a 9.86
Rataan M 6.07 9.68 9.70
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Secara umum rataan terpanjang peubah amatan panjang malai dari dua belas
genotipe yang dicobakan berada pada penanaman di ketinggian 1400 mdpl pada
waktu tanam Maret-Juli 2012 (Tabel 16). Hal ini diduga disebabkan keadaan iklim
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian di Cipanas (> 1000 mdpl) panjang malai
gandum lebih panjang dibandingkan dengan di Bogor (< 400 mdpl) untuk semua
genotipe (Nur et al., 2010). Subagyo (2001) juga menyatakan bahwa di daerah tropis,
ketinggian tempat memberi pengaruh pada panjang malai. Semakin tinggi tempat
Selanjutnya pendapat Ibrahim dan Kittani (2009); Ali et al. (2010); Aslani dan
Mehrvar (2012) bahwa setiap genotipe akan berbeda menanggapi waktu tanam untuk
45
semua perubahan fenologi terutama komponen hasil panjang malai dan jumlah
spikelet per malai. Hal ini menunjukkan bahwa adanya keragaman genetik pada
dibandingkan dengan sebelas genotipe lainnya pada ketinggian tempat 1400 mdpl di
respons jumlah biji per malai pada ketinggian 1100 mdpl namun menurun di 1400
mdpl. Sedangkan sebelas genotipe lainnya menunjukkan respons jumlah biji per
Tabel 19. Jumlah biji per malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- biji ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 30.27 a’ 35.75 v 46.33 n 37.45
B (HP1744) 24.67 c’ 35.67 w 49.59 k 36.64
C (LAJ3302/2*MO88) 14.53 e’ 36.14 u 45.80 p 32.16
D (RABE/2*MO88) 9.07 i’ 39.75 q 50.47 i 33.10
E (H-21) 13.61 f’ 45.85 o 54.87 c 38.11
F (G-21) 27.32 b’ 50.71 h 48.47 l 42.17
G (G-18) 13.07 g’ 46.41 m 53.96 d 37.81
H (MENEMEN) 15.93 d’ 37.35 t 50.33 j 34.54
I (BASRIBEY) 32.93 y 38.57 r 51.87 f 41.12
J (ALIBEY) 7.87 j’ 38.18 s 51.05 g 32.37
K (SELAYAR) 12.73 h’ 35.15 x 53.41 e 33.76
L (DEWATA) 32.66 z 55.48 b 77.27 a 55.14
Rataan M 19.56 41.25 52.79
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
menunjukkan peningkatan respons jumlah biji per malai pada ketinggian 1100 mdpl
respons jumlah biji per malai yang terus meningkat seiring dengan naiknya
ketinggian tempat.
46
Tabel 20. Jumlah biji per malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- biji ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 28.80 z 51.73 j 45.51 r 42.01
B (HP1744) 24.72 b’ 45.01 s 41.09 w 36.94
C (LAJ3302/2*MO88) 16.66 c’ 44.80 u 54.33 f 38.60
D (RABE/2*MO88) 9.54 h’ 49.79 l 50.55 k 36.63
E (H-21) 12.93 g’ 55.01 e 53.78 g 40.57
F (G-21) 25.07 a’ 46.86 q 57.31 c 43.08
G (G-18) 13.19 e’ 48.67 m 55.47 d 39.11
H (MENEMEN) 15.86 d’ 48.67 m 53.44 h 39.32
I (BASRIBEY) 33.67 x 46.92 p 47.58 o 42.72
J (ALIBEY) 7.93 i’ 43.67 v 44.85 t 32.15
K (SELAYAR) 13.07 f’ 53.33 i 47.73 n 38.04
L (DEWATA) 32.81 y 60.61 a 59.91 b 51.11
Rataan M 19.52 49.59 50.96
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
ketinggian 1100 mdpl namun menurun di 1400 mdpl. Sedangkan enam genotipe
lainnya menunjukkan respons jumlah biji per malai yang terus meningkat seiring
Tabel 21. Jumlah biji per malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- biji ----------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 29.47 z 49.67 e 47.40 h 42.18
B (HP1744) 24.80 b’ 46.67 i 35.13 w 35.53
C (LAJ3302/2*MO88) 17.07 c’ 45.60 k 50.01 d 37.56
D (RABE/2*MO88) 9.68 h’ 32.20 y 42.93 l 28.27
E (H-21) 12.60 f’ 39.27 q 37.33 s 29.73
F (G-21) 26.53 a’ 35.53 u 48.12 g 36.73
G (G-18) 13.13 e’ 35.40 v 39.86 o 29.46
H (MENEMEN) 15.73 d’ 41.62 m 36.99 t 31.45
I (BASRIBEY) 33.47 x 46.27 j 39.46 p 39.73
J (ALIBEY) 7.87 i’ 38.87 r 41.32 n 29.35
K (SELAYAR) 12.47 g’ 51.73 b 48.40 f 37.53
L (DEWATA) 32.20 y 50.67 c 51.87 a 44.91
Rataan M 19.59 42.79 43.24
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Secara umum rataan terbanyak peubah amatan jumlah biji per malai dari dua
belas genotipe yang dicobakan berada pada penanaman di ketinggian 1400 mdpl
47
pada waktu tanam Maret-Juli 2012 (Tabel 19). Hal ini diduga disebabkan keadaan
iklim lingkungan percobaan lebih sesuai dibandingkan dengan ketinggian tempat dan
Ketersediaan air yang cukup pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012) di saat atau
setelah periode bunga mekar tidak hanya membuat tanaman meningkatkan laju
karbohidrat untuk pembentukan biji (Zhang dan Oweis, 1998). Selain itu pendapat
Zecevic et al. (2010) dan Mohamed (2013) yang menyatakan bahwa interaksi
jumlah biji per malai dan komponen hasil lainnya. Ashari (1998) juga menyatakan
bahwa tingginya curah hujan dan rendahnya suhu saat pembungaan mengakibatkan
proses pembungaan akan terganggu, tepung sari menjadi busuk dan tidak memiliki
viabilitas, sedangkan kepala putik dapat membusuk karena kelembaban yang tinggi
Sejalan dengan hasil penelitian Nur et al. (2010) yang menyatakan bahwa
jumlah biji per malai untuk semua genotipe gandum di dataran tinggi Cipanas lebih
banyak dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah Bogor. Barnabas et al.
(2008) juga menjelaskan bahwa suhu yang tinggi menyebabkan penurunan fertilitas
mikrogametogenesis.
Tabel 22. Jumlah spikelet per malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian
tempat pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
------------------------ spikelet ------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 13,44 x 14,62 w 21,01 d 16,36
B (HP1744) 8,60 e’ 16,50 s 19,20 h 14,77
C (LAJ3302/2*MO88) 9,93 b’ 15,23 v 18,81 l 14,66
D (RABE/2*MO88) 9,53 c’ 16,36 t 18,27 n 14,72
E (H-21) 6,67 f’ 20,32 f 19,20 h 15,40
F (G-21) 10,93 z 20,33 e 19,13 i 16,80
G (G-18) 5,37 h’ 18,74 m 21,40 c 15,17
H (MENEMEN) 15,47 u 17,62 o 18,81 l 17,30
I (BASRIBEY) 8,89 d’ 17,17 q 19,40 g 15,15
J (ALIBEY) 6,18 g’ 17,27 p 18,93 k 14,13
K (SELAYAR) 10,69 a’ 16,90 r 19,07 j 15,55
L (DEWATA) 12,27 y 22,73 b 24,60 a 19,87
Rataan M 9,83 17,82 19,82
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
peningkatan respons jumlah spikelet per malai pada ketinggian 1100 mdpl namun
jumlah spikelet per malai yang terus meningkat seiring dengan naiknya ketinggian
tempat.
Tabel 23. Jumlah spikelet per malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian
tempat pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
------------------------ spikelet ------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 12.60 a’ 18.46 s 19.10 l 16.72
B (HP1744) 9.00 c’ 17.53 u 18.73 o 15.09
C (LAJ3302/2*MO88) 6.22 g’ 16.95 v 16.54 w 13.24
D (RABE/2*MO88) 6.93 e’ 17.80 t 18.72 p 14.48
E (H-21) 8.20 d’ 19.73 g 21.62 c 16.52
F (G-21) 13.67 z 19.19 k 19.21 j 17.36
G (G-18) 5.23 i’ 20.46 e 20.66 d 15.45
H (MENEMEN) 12.27 b’ 19.67 h 18.73 o 16.89
I (BASRIBEY) 14.93 y 18.92 n 19.59 i 17.81
J (ALIBEY) 5.47 h’ 18.59 r 18.93 m 14.33
K (SELAYAR) 6.73 f’ 20.27 f 18.67 q 15.22
L (DEWATA) 15.87 x 24.22 a 22.84 b 20.98
Rataan M 9.76 19.32 19.45
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
menunjukkan peningkatan respons jumlah spikelet per malai pada ketinggian 1100
49
menunjukkan respons jumlah spikelet per malai yang terus meningkat seiring dengan
Tabel 24. Jumlah spikelet per malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian
tempat pada waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
------------------------ spikelet ------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 13.06 b’ 16.62 u 19.33 g 16.34
B (HP1744) 9.07 d’ 16.53 v 18.07 n 14.56
C (LAJ3302/2*MO88) 6.61 h’ 17.20 r 19.47 f 14.43
D (RABE/2*MO88) 7.07 g’ 16.31 x 18.40 l 13.93
E (H-21) 8.20 e’ 18.58 j 20.20 d 15.66
F (G-21) 13.73 a’ 17.96 p 18.73 i 16.81
G (G-18) 4.74 j’ 20.04 e 21.13 c 15.30
H (MENEMEN) 11.41 c’ 18.04 o 18.33 m 15.93
I (BASRIBEY) 14.80 z 17.73 q 18.47 k 17.00
J (ALIBEY) 5.33 i’ 16.40 w 17.14 s 12.96
K (SELAYAR) 7.73 f’ 17.07 t 19.21 h 14.67
L (DEWATA) 15.73 y 22.84 b 23.27 a 20.61
Rataan M 9.79 17.94 19.31
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
ketinggian 1100 mdpl namun menurun di 1400 mdpl. Sedangkan sebelas genotipe
lainnya menunjukkan respons jumlah spikelet per malai yang terus meningkat seiring
Secara umum rataan terbanyak peubah amatan jumlah spikelet per malai dari
dua belas genotipe yang dicobakan berada pada penanaman di ketinggian 1400 mdpl
pada waktu tanam Maret-Juli 2012 (Tabel 22). Hal ini diduga disebabkan keadaan
iklim lingkungan percobaan lebih sesuai dibandingkan dengan ketinggian tempat dan
waktu tanam lainnya. Pemilihan waktu tanam yang tepat sangat berhubungan dengan
keadaan iklim di satu lokasi penanaman yang dapat mempengaruhi ekspresi genotipe
dan varietas tanaman. Unsur iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
Menurut Khokhar et al. (2010) bahwa waktu tanam optimal adalah salah satu
faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil gandum menjadi lebih
baik. Selain itu El-Nakhlawy et al. (2015) juga menyatakan bahwa interaksi waktu
tanam dengan genotipe berpengaruh secara signifikan terhadap panjang malai dan
jumlah spikelet per malai. Selanjutnya menurut Bowden et al. (2008) air yang cukup
pada pembungaan sampai pengisian biji akan menghasilkan jumlah spikelet yang
dibandingkan dengan sebelas genotipe lainnya pada ketinggian tempat 1400 mdpl di
bobot biji per malai yang terus meningkat seiring dengan naiknya ketinggian tempat,
Tabel 25. Bobot biji per malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 0.99 z 1.47 r 1.92 j 1.46
B (HP1744) 0.67 a’ 1.38 u 1.74 o 1.26
C (LAJ3302/2*MO88) 0.56 f’ 1.32 w 2.16 g 1.35
D (RABE/2*MO88) 0.65 c’ 1.45 s 2.17 f 1.42
E (H-21) 0.44 g’ 1.73 p 2.36 c 1.51
F (G-21) 1.07 x 1.89 k 2.38 b 1.78
G (G-18) 0.34 i’ 1.83 m 2.30 d 1.49
H (MENEMEN) 0.58 e’ 1.67 q 2.19 e 1.48
I (BASRIBEY) 1.03 y 1.79 n 2.13 h 1.65
J (ALIBEY) 0.38 h’ 1.33 v 2.01 i 1.24
K (SELAYAR) 0.63 d’ 1.42 t 1.89 k 1.31
L (DEWATA) 0.66 b’ 1.84 l 2.55 a 1.68
Rataan M 0.67 1.59 2.15
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
51
respons bobot biji per malai yang terus meningkat seiring dengan naiknya ketinggian
Tabel 26. Bobot biji per malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 1.14 x 1.52 n 1.69 i 1.45
B (HP1744) 0.73 y 1.34 s 1.69 i 1.25
C (LAJ3302/2*MO88) 0.38 e’ 1.32 t 1.68 j 1.13
D (RABE/2*MO88) 0.67 z 1.48 o 1.69 i 1.28
E (H-21) 0.42 d’ 1.60 l 1.96 c 1.33
F (G-21) 1.16 w 1.31 u 1.62 k 1.36
G (G-18) 0.27 g’ 1.45 p 1.87 g 1.20
H (MENEMEN) 0.49 c’ 1.44 q 1.88 f 1.27
I (BASRIBEY) 1.30 v 1.54 m 1.94 e 1.59
J (ALIBEY) 0.32 f’ 1.42 r 1.98 b 1.24
K (SELAYAR) 0.52 b’ 1.83 h 1.88 f 1.41
L (DEWATA) 0.64 a’ 1.95 d 2.53 a 1.71
Rataan M 0.67 1.52 1.87
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
dan F menunjukkan peningkatan respons bobot biji per malai pada ketinggian 1100
menunjukkan respons bobot biji per malai yang terus meningkat seiring dengan
Tabel 27. Bobot biji per malai beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 1.14 q 1.27 l 1.71 b 1.37
B (HP1744) 0.70 u 1.07 s 1.63 e 1.13
C (LAJ3302/2*MO88) 0.38 z 1.67 c 1.38 f 1.14
D (RABE/2*MO88) 0.75 t 1.16 p 1.07 s 0.99
E (H-21) 0.43 y 1.13 r 1.23 n 0.93
F (G-21) 1.16 p 1.29 j 1.16 p 1.20
G (G-18) 0.26 b’ 1.34 h 1.67 c 1.09
H (MENEMEN) 0.49 x 1.21 o 1.31 i 1.00
I (BASRIBEY) 1.28 k 1.28 k 1.64 d 1.40
J (ALIBEY) 0.31 a’ 1.13 r 1.28 k 0.91
K (SELAYAR) 0.53 w 1.25 m 1.67 c 1.15
L (DEWATA) 0.65 v 1.36 g 1.74 a 1.25
Rataan M 0.67 1.26 1.46
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
52
Secara umum rataan terbanyak peubah amatan bobot biji per malai dari dua
belas genotipe yang dicobakan berada pada penanaman di ketinggian 1400 mdpl
pada waktu tanam Maret-Juli 2012 (Tabel 25). Hal ini diduga disebabkan oleh
ketersediaan air yang cukup serta suhu udara yang mendukung proses pengisian biji
dibandingkan dengan ketinggian tempat yang lebih rendah yang memiliki suhu udara
lebih tinggi berdasarkan data iklim (Lampiran 4, 7 dan 10). Sejalan dengan pendapat
Wheeler et al. (1996) yang menyatakan bahwa lamanya pengisian biji sangat
ditentukan oleh suhu lingkungan, semakin tinggi suhu udara maka semakin singkat
periode pengisian bijinya. Disamping itu suhu yang tinggi dapat menyebabkan
akumulasi asimilat menjadi kurang efisien karena diubah menjadi energi akibat laju
respirasi meningkat.
Selanjutnya menurut Salter dan Goode (1967); Lopez et al. (2003) bahwa fase
perkembangan periode kritis dalam hubungannya dengan ketersediaan air dan suhu
adalah pada masa awal pembungaan, pembentukan bulir dan fase matang fisiologis.
dibandingkan dengan sebelas genotipe lainnya pada ketinggian tempat 1400 mdpl di
bobot biji per tanaman yang terus meningkat seiring dengan naiknya ketinggian
Tabel 28. Bobot biji per tanaman beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian
tempat pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 2.50 y 4.99 t 7.31 l 4.93
B (HP1744) 0.91 d’ 5.30 s 7.71 k 4.64
C (LAJ3302/2*MO88) 0.76 f’ 3.56 x 10.28 d 4.87
D (RABE/2*MO88) 1.04 c’ 4.66 v 8.76 i 4.82
E (H-21) 0.29 i’ 4.92 u 10.23 e 5.15
F (G-21) 2.41 z 5.72 q 10.05 f 6.06
G (G-18) 0.27 j’ 6.39 n 10.53 c 5.73
H (MENEMEN) 0.85 e’ 6.26 p 10.78 b 5.96
I (BASRIBEY) 2.35 a’ 6.34 o 8.03 j 5.57
J (ALIBEY) 0.43 h’ 3.87 w 9.18 g 4.49
K (SELAYAR) 1.15 b’ 5.34 r 9.16 h 5.22
L (DEWATA) 0.73 g’ 6.62 m 10.81 a 6.05
Rataan M 1.14 5.33 9.40
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
menunjukkan respons bobot biji per tanaman yang terus meningkat seiring dengan
peningkatan respons bobot biji per tanaman pada ketinggian 1100 mdpl namun
Tabel 29. Bobot biji per tanaman beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian
tempat pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 2.87 y 7.09 g 5.07 s 5.01
B (HP1744) 0.98 z 5.44 r 4.53 u 3.65
C (LAJ3302/2*MO88) 0.40 g’ 6.44 m 5.69 o 4.18
D (RABE/2*MO88) 0.94 a’ 6.49 k 6.45 l 4.63
E (H-21) 0.43 f’ 6.45 l 6.95 h 4.61
F (G-21) 3.28 x 5.58 q 4.91 t 4.59
G (G-18) 0.23 h’ 6.51 j 5.62 p 4.12
H (MENEMEN) 0.66 d’ 6.15 n 7.78 c 4.86
I (BASRIBEY) 3.32 w 6.82 i 7.68 d 5.94
J (ALIBEY) 0.50 e’ 4.17 v 6.49 k 3.72
K (SELAYAR) 0.88 b’ 7.57 e 7.55 f 5.33
L (DEWATA) 0.81 c’ 8.13 b 9.99 a 6.31
Rataan M 1.28 6.40 6.56
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
B menunjukkan peningkatan respons bobot biji per tanaman pada ketinggian 1100
54
menunjukkan respons bobot biji per tanaman yang terus meningkat seiring dengan
Tabel 30. Bobot biji per tanaman beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian
tempat pada waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 2.81 t 4.23 b 3.82 h 3.62
B (HP1744) 1.24 b’ 2.95 s 2.57 v 2.25
C (LAJ3302/2*MO88) 0.77 e’ 3.22 o 3.42 l 2.47
D (RABE/2*MO88) 1.47 z 2.44 w 3.53 k 2.48
E (H-21) 0.70 f’ 3.29 n 3.96 e 2.65
F (G-21) 2.14 y 3.11 q 4.23 b 3.16
G (G-18) 0.50 h’ 2.71 u 3.68 i 2.29
H (MENEMEN) 0.87 d’ 3.32 m 3.95 f 2.71
I (BASRIBEY) 2.34 x 4.04 d 4.11 c 3.50
J (ALIBEY) 0.60 g’ 3.01 r 3.85 g 2.49
K (SELAYAR) 0.99 c’ 3.59 j 4.04 d 2.87
L (DEWATA) 1.30 a’ 3.16 p 4.36 a 2.94
Rataan M 1.31 1.74 5.31
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Secara umum rataan terberat peubah amatan bobot biji per tanaman dari dua
belas genotipe yang dicobakan berada pada penanaman di ketinggian 1400 mdpl
pada waktu tanam Maret-Juli 2012 (Tabel 28). Hal ini diduga disebabkan oleh
ketersediaan air yang cukup serta suhu udara yang mendukung proses pengisian biji
dibandingkan dengan ketinggian tempat yang lebih rendah yang memiliki suhu udara
lebih tinggi.
Sejalan dengan pendapat Salter dan Goode (1967); Lopez et al. (2003) bahwa
fase perkembangan periode kritis dalam hubungannya dengan ketersediaan air dan
suhu adalah pada masa awal pembungaan, pembentukan bulir dan fase matang
fisiologis sehingga akan mempengaruhi hasil panen dan efisiensi penggunaan air
oleh tanaman (Kattge dan Knorr, 2007; Yang et al. 2011). Selanjutnya menurut
Ghazi (2012) bahwa dibawah tekanan suhu tinggi maka siklus hidup tanaman
pertumbuhan tanaman menjadi lebih pendek, jumlah hari untuk akumulasi asimilat
dibandingkan dengan sebelas genotipe lainnya pada ketinggian tempat 1400 mdpl di
Tabel 31. Bobot 1000 biji beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 30.30 s 29.45 a’ 44.17 c 34.64
B (HP1744) 25.16 f’ 29.52 z 42.73 h 32.47
C (LAJ3302/2*MO88) 28.41 c’ 31.21 n 39.29 l 32.97
D (RABE/2*MO88) 26.10 e’ 29.84 x 43.20 e 33.05
E (H-21) 21.85 i’ 29.96 w 43.09 f 31.63
F (G-21) 28.96 b’ 30.17 t 42.17 i 33.77
G (G-18) 21.43 j’ 31.20 o 43.03 g 31.89
H (MENEMEN) 30.15 u 29.57 y 41.14 k 33.62
I (BASRIBEY) 30.40 r 30.04 v 45.18 b 35.21
J (ALIBEY) 24.62 g’ 30.92 p 43.92 d 33.15
K (SELAYAR) 28.29 d’ 30.86 q 41.19 j 33.45
L (DEWATA) 22.50 h’ 35.79 m 46.28 a 34.86
Rataan M 26.51 30.71 42.95
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
bobot 1000 biji yang terus meningkat seiring dengan naiknya ketinggian tempat,
Tabel 32. Bobot 1000 biji beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 30.32 a’ 31.87 s 35.91 b 32.70
B (HP1744) 27.33 f’ 33.61 k 33.23 l 31.39
C (LAJ3302/2*MO88) 30.57 z 31.13 x 33.82 j 31.84
D (RABE/2*MO88) 28.13 e’ 30.05 c’ 32.78 o 30.32
E (H-21) 23.80 g’ 31.29 w 34.92 e 30.00
F (G-21) 31.32 v 30.79 y 31.81 t 31.31
G (G-18) 21.45 j’ 33.07 n 33.95 i 29.49
H (MENEMEN) 30.17 b’ 32.01 r 34.36 h 32.18
I (BASRIBEY) 32.56 q 35.90 c 34.54 g 34.33
J (ALIBEY) 21.63 i’ 31.55 u 33.10 m 28.76
K (SELAYAR) 28.33 d’ 34.90 f 32.70 p 31.98
L (DEWATA) 22.51 h’ 35.23 d 37.83 a 31.86
Rataan M 27.34 32.62 34.08
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
56
peningkatan respons bobot 1000 biji pada ketinggian 1100 mdpl namun menurun di
1400 mdpl. Genotipe F menunjukkan penurunan bobot 1000 biji pada ketinggian
1100 mdpl namun meningkat di 1400 mdpl. Sedangkan delapan genotipe lainnya
menunjukkan respons bobot 1000 biji yang terus meningkat seiring dengan naiknya
ketinggian tempat.
I menunjukkan peningkatan respons bobot 1000 biji pada ketinggian 1100 mdpl
1000 biji pada ketinggian 1100 mdpl namun meningkat di 1400 mdpl. Sedangkan
tujuh genotipe lainnya menunjukkan respons bobot 1000 biji yang terus meningkat
Tabel 33. Bobot 1000 biji beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 24.01 f’ 31.46 j 31.64 h 29.04
B (HP1744) 20.39 j’ 26.95 y 31.59 i 26.31
C (LAJ3302/2*MO88) 27.26 w 29.96 n 29.45 q 28.89
D (RABE/2*MO88) 25.40 b’ 28.05 s 29.17 r 27.54
E (H-21) 27.39 v 23.38 g’ 29.71 p 26.83
F (G-21) 24.73 e’ 30.98 l 31.94 f 29.22
G (G-18) 26.59 z 22.93 h’ 30.99 k 26.84
H (MENEMEN) 26.43 a’ 31.97 e 32.45 c 30.28
I (BASRIBEY) 27.92 t 32.46 b 32.10 d 30.83
J (ALIBEY) 25.31 c’ 27.10 x 29.82 o 27.41
K (SELAYAR) 21.15 i’ 30.05 m 31.65 g 27.62
L (DEWATA) 27.55 u 25.25 d’ 32.96 a 28.59
Rataan M 25.34 28.38 31.12
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Secara umum rataan terberat peubah amatan bobot 1000 biji dari dua belas
genotipe yang dicobakan berada pada penanaman di ketinggian 1400 mdpl pada
waktu tanam Maret-Juli 2012 (Tabel 31). Hal ini diduga disebabkan oleh
ketersediaan air yang cukup serta suhu udara yang mendukung proses pengisian biji
57
dibandingkan dengan ketinggian tempat yang lebih rendah yang memiliki suhu udara
lebih tinggi.
Sejalan dengan pendapat Salter dan Goode (1967); Lopez et al. (2003) bahwa
fase perkembangan periode kritis dalam hubungannya dengan ketersediaan air dan
suhu adalah pada masa awal pembungaan, pembentukan bulir dan fase matang
fisiologis. Selain itu Ortiz (2012) juga menyatakan bahwa suhu dan curah hujan
adalah faktor paling penting untuk meningkatkan produksi gandum, terutama pada
Selanjutnya menurut Ghazi (2012) bahwa dibawah tekanan suhu tinggi maka
siklus hidup tanaman gandum berlangsung lebih cepat daripada kondisi normal
menyebabkan stadia pertumbuhan tanaman menjadi lebih pendek, jumlah hari untuk
Parameter Genetik
Nilai heritabilitas
heritabilitas yang tinggi berkisar antara 0,71-0,99. Pada Tabel 35 menunjukkan nilai
heritabilitas tinggi pada karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen,
panjang malai, jumlah spikelet per malai dan bobot biji per malai.
Tabel 34. Nilai heritabilitas genotipe gandum di tiga waktu tanam pada ketinggian
tempat 800 mdpl
Peubah Amatan Heritabilitas (H) Kriteria
Tinggi tanaman (cm) 0,96 Tinggi
Umur berbunga (hari) 0,74 Tinggi
Umur panen (hari) 0,97 Tinggi
Jumlah anakan produktif (anakan) 0,71 Tinggi
Panjang malai (cm) 0,99 Tinggi
Jumlah spikelet per malai (spikelet) 0,89 Tinggi
Jumlah biji per malai (biji) 0,99 Tinggi
Bobot biji per malai (g) 0,98 Tinggi
Bobot biji per tanaman (g) 0,96 Tinggi
Bobot 1000 biji (g) 0,97 Tinggi
≤ H ≤ 0,5; rendah = H < 0,2 (Mc.
Keterangan: Kriteria heritabilitas tinggi = H > 0,5; sedang = 0,2
Whirter, 1979)
58
tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, panjang malai dan jumlah spikelet per
malai. Data ini menunjukkan bahwa nilai duga heritabilitas suatu karakter tanaman
perlu diketahui apakah karakter tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik atau
Hasil penelitian beberapa peneliti antara lain Laghari et al. (2010) menyatakan
heritabilitas tinggi terdapat pada karakter tinggi tanaman, panjang malai, jumlah biji
per malai dan bobot biji per malai. Khan dan Naqvi (2011) juga melaporkan
heritabilitas tinggi terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah spikelet, panjang
malai dan jumlah biji per malai. Baloch et al. (2013) menyatakan heritabilitas tinggi
pada karakter tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang malai, jumlah spikelet per
malai, jumlah biji per malai dan bobot biji per malai. Febrianto et al. (2015)
menyatakan heritabilitas tinggi pada karakter tinggi tanaman, jumlah anakan, umur
berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah spikelet, jumlah biji per malai, bobot
biji per malai, bobot biji per tanaman dan jumlah floret hampa.
Tabel 35. Nilai heritabilitas genotipe gandum di tiga waktu tanam pada ketinggian
tempat 1100 mdpl
Peubah Amatan Heritabilitas Kriteria
Tinggi tanaman (cm) 0,78 Tinggi
Umur berbunga (hari) 0,77 Tinggi
Umur panen (hari) 0,63 Tinggi
Jumlah anakan produktif (anakan) 0,14 Rendah
Panjang malai (cm) 0,74 Tinggi
Jumlah spikelet per malai (spikelet) 0,89 Tinggi
Jumlah biji per malai (biji) 0,28 Sedang
Bobot biji per malai (g) 0,59 Tinggi
Bobot biji per tanaman (g) 0,45 Sedang
Bobot 1000 biji (g) 0,50 Sedang
≤ H ≤ 0,5;
Keterangan: Kriteria heritabilitas tinggi = H > 0,5; sedang = 0,2 rendah = H < 0,2 (Mc.
Whirter, 1979)
59
Selain itu beberapa penelitian tentang gandum yang lain juga menunjukkan
bahwa nilai duga heritabilitas tinggi pada tinggi tanaman dan jumlah anakan
produktif (Khan et al., 2003), panjang malai dan bobot 1000 biji (Eid, 2009), jumlah
Tabel 36. Nilai heritabilitas genotipe gandum di tiga waktu tanam pada ketinggian
tempat 1400 mdpl
Peubah Amatan Heritabilitas Kriteria
Tinggi tanaman (cm) 0,93 Tinggi
Umur berbunga (hari) 0,81 Tinggi
Umur panen (hari) 0,78 Tinggi
Jumlah anakan produktif (anakan) 0,21 Sedang
Panjang malai (cm) 0,92 Tinggi
Jumlah spikelet per malai (spikelet) 0,92 Tinggi
Jumlah biji per malai (biji) 0,44 Sedang
Bobot biji per malai (g) 0,29 Sedang
Bobot biji per tanaman (g) 0,40 Sedang
Bobot 1000 biji (g) 0,43 Sedang
≤ H ≤ 0,5; rendah = H < 0,2 (Mc.
Keterangan: Kriteria heritabilitas tinggi = H > 0,5; sedang = 0,2
Whirter, 1979)
Kesimpulan
umur berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah
spikelet per malai, bobot biji per malai, bobot biji per tanaman dan bobot 1000
biji.
malai, jumlah biji per malai, jumlah spikelet per malai, bobot biji per malai,
lainnya, didukung oleh karakter panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah
spikelet per malai, bobot biji per malai, bobot biji per tanaman dan bobot 1000
biji.
60
(Maret-Juli 2012) pada ketinggian tempat 1400 mdpl didukung oleh komponen
hasil panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah spikelet per malai dan bobot
5. Nilai heritabilitas karakter morfologi yang diamati untuk ketinggian tempat 1400
mdpl memiliki nilai yang tinggi untuk semua karakter. Nilai heritabilitas
karakter morfologi yang diamati untuk ketinggian tempat 1100 mdpl memiliki
nilai yang tinggi untuk karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen,
panjang malai, jumlah spikelet per malai dan bobot biji per malai. Sedangkan
nilai heritabilitas karakter morfologi yang diamati untuk ketinggian tempat 800
mdpl memiliki nilai yang tinggi untuk karakter tinggi tanaman, umur berbunga,
BAB IV
Keterbatasan lokasi dan genotipe gandum yang sesuai ditanam di suatu daerah
dan waktu tanam tertentu merupakan kendala bagi pengembangan gandum. Oleh
karena itu dilakukan penelitian untuk mendapatkan keragaan karakter fisiologi
genotipe gandum pada waktu tanam berbeda di tiga ketinggian tempat. Penelitian ini
menggunakan 10 genotipe gandum dan 2 varietas yaitu A=OASIS/SKAUZ//4*BCN;
B=HP1744; C=LAJ3302/2*MO88; D=RABE/2*MO88; E=H-21; F=G-21; G=G-18;
H=MENEMEN; I=BASRIBEY; J=ALIBEY serta varietas K=SELAYAR dan
L=DEWATA yang di tanam pada tiga waktu tanam (Maret-Juli 2012, Juli-Nopember
2012 dan Nopember 2012-Maret 2013), pada tiga lokasi (800 mdpl Sibolangit, 1100
mdpl Tigapanah dan 1400 mdpl Berastagi). Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak kelompok Non Faktorial untuk setiap lokasi dan RAK faktorial
untuk analisis gabungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Waktu tanam 1
(Maret-Juli 2012) memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan waktu tanam
lainnya, didukung oleh karakter fisiologi klorofil a, klorofil b, klorofil total, laju
asimilasi bersih. Ketinggian tempat 1400 mdpl memberikan pengaruh yang lebih
baik dibandingkan ketinggian tempat lainnya, didukung oleh karakter fisiologi
klorofil a, klorofil b, klorofil total, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan tanaman
dan laju tumbuh relatif. Varietas L (DEWATA) memberikan respons yang lebih baik
dibandingkan genotipe lainnya, didukung oleh karakter karakter fisiologi klorofil a,
klorofil b, klorofil total, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan tanaman dan laju
tumbuh relatif.
Kata kunci: karakter fisiologi, genotipe gandum, waktu tanam, ketinggian tempat
Pendahuluan
atau varietas yang sesuai di daerah tertentu menjadi kendala utama perkembangan
memiliki ketinggian tempat ≥ 700 mdpl. Pada penelitian ini penanaman gandum
dilakukan di tiga ketinggian tempat Kabupaten Karo yang memiliki ketinggian 800
62
mdpl, 1100 mdpl dan 1400 mdpl di tiga waktu tanam yang berbeda untuk
ditanami gandum. Menurut Braak (1929) bahwa setiap kenaikan 100 m diatas
Oleh karena belum tersedianya gandum yang sesuai dibudidayakan maka perlu
gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam yang berbeda untuk
Penentuan waktu tanam serta lokasi penanaman yang tepat pada budidaya
optimal. Hal ini menjadikan waktu tanam dan lokasi penanaman merupakan salah
lingkungan yang berbeda, antara lain suhu, curah hujan dan kelembaban yang akan
mempengaruhi produktivitas (Faki et al. 1990; Said et al. 2012). Dengan adanya
perbedaan curah hujan dan temperatur udara di suatu lokasi akan mempengaruhi
waktu tanam dimana kita akan melakukan budidaya tanaman. Sejalan dengan
pendapat Doorenbos dan Kassam (1979) yang menyatakan bahwa untuk mencapai
hasil dan pertumbuhan yang maksimal, selain ditentukan oleh faktor genetik, juga
Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret-Juli 2012, Juli-Nopember 2012 dan
Nopember-Maret 2013.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah setiap tanaman gandum
(data destruktif) umur 2 MST, 6 MST, 10 MST dan 14 MST (analisis tumbuh), 10
MST (jumlah klorofil) dari tiga ketinggian tempat dan waktu tanam, aseton, aquades.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, timbangan
analitik, mortar, tabung microsentrifuge, sentrifuge, pipet tetes, pipet ukur, leaf area
v9.1. Jika diperoleh sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan dengan analisis
64
lanjutan menggunakan Uji Jarak Ganda Duncan (Duncan Multiple Range Test)
Pelaksanaan Penelitian
Karakter Fisiologi:
Laju Asimilasi Bersih (LAB) atau Net Assimilation Rate (NAR) adalah
tiap satuan luas daun, tiap satuan waktu. Nilai LAB, LPT dan LTR dihitung
W2 – W1 ln A2 – ln A1
LAB = ×
T2 – T1 A2 – A1
LPT = 1 x W2 – W1
Ga T2-T1
LTR = ln W2 – ln W1
T2 – T1
dimana:
W1 dan W2 = bobot kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2
A1 dan A2 = luas daun pengamatan ke-1 dan ke-2
T1 dan T2 = waktu pengamatan ke-1 dan ke-2
Ga = luas lahan
a. Jumlah Klorofil a
ketinggian tempat di setiap waktu tanam (Lampiran 18). Selanjutnya pada Tabel 38,
39 dan 40 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan respons jumlah klorofil a di setiap
waktu tanam dan ketinggian tempat. Pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012), varietas
Tabel 38. Jumlah klorofil a beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
---------------------------mg/g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 8.31 y 26.97 p 29.89 i 21.72
B (HP1744) 4.50 j’ 25.63 s 30.33 e 20.15
C (LAJ3302/2*MO88) 6.52 a’ 16.75 x 27.06 o 16.78
D (RABE/2*MO88) 5.47 g’ 25.12 u 29.24 k 19.94
E (H-21) 6.71 z 26.91 q 30.39 d 21.34
F (G-21) 6.10 c’ 23.81 v 27.70 n 19.20
G (G-18) 6.03 d’ 28.25 l 30.43 c 21.57
H (MENEMEN) 5.82 f’ 30.18 g 29.53 j 21.84
I (BASRIBEY) 6.35 b’ 28.04 m 30.59 b 21.66
J (ALIBEY) 5.43 h’ 25.85 r 29.92 h 20.40
K (SELAYAR) 5.84 e’ 23.52 w 30.23 f 19.86
L (DEWATA) 4.86 i’ 25.55 t 30.64 a 20.35
Rataan M 6.00 25.55 29.66
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
ketinggian tempat 1100 mdpl memiliki jumlah klorofil a tertinggi yaitu 22,18 mg/g.
yaitu 25,50 mg/g. Namun secara keseluruhan jumlah klorofil a tertinggi pada waktu
tanam 1 (Maret-Juli 2012) di ketinggian tempat 1400 mdpl untuk semua genotipe.
Tabel 39. Jumlah klorofil a beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- mg/g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 11.29 y 16.09 p 18.26 i 15.21
B (HP1744) 9.44 c’ 15.63 r 18.05 l 14.37
C (LAJ3302/2*MO88) 12.53 w 12.37 x 12.85 v 12.58
D (RABE/2*MO88) 9.75 b’ 20.23 d 22.14 b 17.37
E (H-21) 11.09 z 16.97 n 18.65 g 15.57
F (G-21) 7.43 g’ 13.20 u 13.39 t 11.34
G (G-18) 8.76 d’ 19.96 e 19.14 f 15.95
H (MENEMEN) 6.89 h’ 15.99 q 18.23 j 13.70
I (BASRIBEY) 10.38 a’ 18.12 k 20.57 c 16.36
J (ALIBEY) 6.36 i’ 17.31 m 18.46 h 14.04
K (SELAYAR) 8.39 f’ 13.20 u 16.26 o 12.62
L (DEWATA) 8.65 e’ 13.90 s 22.18 a 14.91
Rataan M 9.25 16.08 18.18
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
67
Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan air dan suhu sangat mendukung
proses pembentukan klorofil mulai dari awal pertumbuhan hingga saat pengukuran
pengaruh yang berbeda terhadap jumlah klorofil a genotipe yang sama maupun yang
Tabel 40. Jumlah klorofil a beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- mg/g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 2.47 c’ 7.83 p 15.31 g 8.54
B (HP1744) 1.07 j’ 9.22 l 19.07 c 9.79
C (LAJ3302/2*MO88) 2.11 f’ 8.96 m 20.04 b 10.37
D (RABE/2*MO88) 3.47 y 7.65 q 12.53 h 7.88
E (H-21) 1.77 h’ 6.15 v 15.61 e 7.84
F (G-21) 2.16 e’ 8.91 n 10.52 k 7.20
G (G-18) 1.66 i’ 7.50 r 11.23 j 6.80
H (MENEMEN) 2.25 d’ 8.01 o 6.61 t 5.62
I (BASRIBEY) 2.74 b’ 4.98 x 15.57 f 7.76
J (ALIBEY) 2.88 a’ 5.92 w 15.67 d 8.16
K (SELAYAR) 3.18 z 6.36 u 11.69 i 7.08
L (DEWATA) 2.03 g’ 7.36 s 25.50 a 11,63
Rataan M 2.32 7.40 14.95
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
temperatur (Wright et al., 2010), air (Demirel et al., 2010) dan cahaya (Khan et al.,
2000 dan Dai et al., 2009). Selanjutnya menurut Hendriyani dan Setiari (2009)
bahwa temperatur yang tinggi akan mempengaruhi laju transpirasi tanaman dan
air pada media tanam dapat menghambat sintesis klorofil pada daun akibat laju
b. Jumlah Klorofil b
ketinggian tempat di setiap waktu tanam (Lampiran 18). Selanjutnya pada Tabel 41,
42 dan 43 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan respons jumlah klorofil b di setiap
waktu tanam dan ketinggian tempat. Pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012), varietas
Tabel 41. Jumlah klorofil b beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- mg/g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 7.78 y 21.94 p 26.84 g 18.85
B (HP1744) 0.85 j’ 20.64 s 27.33 d 16.27
C (LAJ3302/2*MO88) 4.87 a’ 11.68 x 24.06 m 13.54
D (RABE/2*MO88) 2.68 g’ 20.15 u 26.23 i 16.35
E (H-21) 4.96 z 21.90 e 27.42 c 18.09
F (G-21) 3.62 c’ 18.82 v 24.72 k 15.72
G (G-18) 3.58 d’ 23.25 n 27.43 b 18.09
H (MENEMEN) 3.43 f’ 25.19 j 26.48 h 18.37
I (BASRIBEY) 4.41 b’ 23.01 o 24.15 l 17.19
J (ALIBEY) 2.57 h’ 20.86 r 26.88 f 16.77
K (SELAYAR) 3.45 e’ 18.48 w 27.24 e 16.39
L (DEWATA) 1.67 i’ 20.55 t 27.64 a 16.62
Rataan M 3.66 20.54 26.37
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
ketinggian tempat 1100 mdpl memiliki jumlah klorofil b tertinggi yaitu 22,54 mg/g.
yaitu 19,48 mg/g. Namun secara keseluruhan jumlah klorofil b tertinggi pada waktu
tanam 1 (Maret-Juli 2012) di ketinggian tempat 1400 mdpl untuk semua genotipe.
Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan air dan suhu sangat mendukung proses
pembentukan klorofil mulai dari awal pertumbuhan hingga saat pengukuran klorofil.
69
Tabel 42. Jumlah klorofil b beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- mg/g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 8.36 z 12.09 s 20.27 d 13.57
B (HP1744) 6.48 d’ 11.61 t 20.03 g 12.71
C (LAJ3302/2*MO88) 9.51 v 8.41 y 14.87 o 10.93
D (RABE/2*MO88) 6.75 c’ 16.27 l 17.56 k 13.53
E (H-21) 8.09 a’ 13.01 r 20.68 b 13.93
F (G-21) 4.43 h’ 9.24 w 15.43 n 9.70
G (G-18) 5.75 e’ 15.99 m 20.19 f 13.98
H (MENEMEN) 3.89 i’ 22.54 a 20.23 e 15.55
I (BASRIBEY) 7.43 b’ 14.16 p 18.23 i 13.27
J (ALIBEY) 3.38 j’ 13.31 q 20.44 c 12.38
K (SELAYAR) 5.44 g’ 9.23 x 18.31 h 10.99
L (DEWATA) 5.71 f’ 9.91 u 18.02 j 11.21
Rataan M 6.27 13.26 18.69
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
pengaruh yang berbeda terhadap jumlah klorofil b genotipe yang sama maupun yang
Gond et al. (2012) bahwa sifat genetik tanaman dan lingkungan merupakan faktor
Tabel 43. Jumlah klorofil b beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- mg/g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 4.49 u 5.51 n 9.27 f 6.42
B (HP1744) 1.91 g’ 8.03 g 12.05 c 7.33
C (LAJ3302/2*MO88) 3.75 y 7.54 h 14.07 b 8.45
D (RABE/2*MO88) 3.89 x 5.23 p 6.56 j 5.23
E (H-21) 3.09 a’ 2.46 c’ 9.58 e 5.04
F (G-21) 6.35 k 7.50 i 4.56 t 6.14
G (G-18) 2.90 b’ 4.93 r 5.35 o 4.39
H (MENEMEN) 4.17 w 2.14 d’ 0.71 i’ 2.34
I (BASRIBEY) 4.88 s 1.35 h’ 9.65 d 5.29
J (ALIBEY) 5.19 q 2.05 e’ 9.65 d 5.63
K (SELAYAR) 5.75 m 2.01 f’ 19.48 a 9.08
L (DEWATA) 3.68 z 4.21 v 5.95 l 4.61
Rataan M 4.17 4.41 8.91
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Selain itu Hendriyani dan Setiari (2009) juga menyatakan bahwa sintesis
klorofil dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti cahaya, gula atau karbohidrat, air,
70
temperatur, faktor genetik, unsur-unsur hara seperti N, Mg, Fe, Mn, Cu, Zn, S dan O.
Hal ini didukung pula dari hasil analisis tanah (Lampiran 3) yang menunjukkan tanah
di ketinggian tempat 1400 mdpl lebih subur. Harjadi dan Yahya (1988) melaporkan
Jumlah klorofil total secara nyata dipengaruhi oleh interaksi genotipe dengan
ketinggian tempat di setiap waktu tanam (Lampiran 18). Selanjutnya pada Tabel 44,
45 dan 46 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan respons jumlah klorofil total di
setiap waktu tanam dan ketinggian tempat. Pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012),
Tabel 44. Jumlah klorofil total beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- mg/g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 16.07 y 48.88 l 50.13 j 38.36
B (HP1744) 5.32 j’ 46.24 q 50.33 i 33.96
C (LAJ3302/2*MO88) 11.37 a’ 28.12 x 41.91 w 27.13
D (RABE/2*MO88) 8.13 g’ 45.24 s 47.27 o 33.55
E (H-21) 11.65 z 48.79 m 51.06 f 37.17
F (G-21) 9.70 c’ 42.60 u 43.11 t 31.80
G (G-18) 9.59 d’ 51.47 e 51.61 d 37.56
H (MENEMEN) 9.22 f’ 54.72 b 49.75 k 37.89
I (BASRIBEY) 10.75 b’ 51.02 g 53.17 c 38.31
J (ALIBEY) 7.98 h’ 46.69 p 50.35 h 35.01
K (SELAYAR) 9.26 e’ 42.01 v 48.50 n 33.26
L (DEWATA) 6.50 i’ 46.08 r 55.34 a 35.97
Rataan M 9.63 45.99 49.38
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
ketinggian tempat 1100 mdpl memiliki jumlah klorofil total tertinggi yaitu 52,71
ketinggian tempat 1400 mdpl memiliki jumlah klorofil total tertinggi yaitu 44,95
71
mg/g. Namun secara keseluruhan jumlah klorofil total tertinggi pada waktu tanam 1
Tabel 45. Jumlah klorofil total beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- mg/g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 19.58 z 28.16 s 48.12 g 31.95
B (HP1744) 15.91 d’ 27.22 t 48.30 f 30.48
C (LAJ3302/2*MO88) 22.01 x 20.76 y 39.90 m 27.56
D (RABE/2*MO88) 16.48 c’ 36.48 n 40.39 l 31.12
E (H-21) 19.16 a’ 29.95 r 49.05 d 32.72
F (G-21) 11.83 h’ 22.42 v 41.10 k 25.12
G (G-18) 14.49 e’ 35.91 o 49.59 c 33.33
H (MENEMEN) 10.76 i’ 52.71 a 47.69 h 37.05
I (BASRIBEY) 17.79 b’ 32.26 p 51.13 b 33.73
J (ALIBEY) 9.72 j’ 30.59 q 48.32 e 29.54
K (SELAYAR) 13.81 g’ 22.41 w 47.47 i 27.90
L (DEWATA) 14.33 f’ 23.79 u 45.27 j 27.80
Rataan M 15.49 30.22 46.36
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan air dan suhu sangat mendukung
proses pembentukan klorofil mulai dari awal pertumbuhan hingga saat pengukuran
klorofil. Sejalan dengan pendapat Hendriyani dan Setiari (2009) yang menyatakan
apabila kurangnya ketersediaan air akan menghambat sintesis klorofil pada daun
akibat laju fotosintesis yang menurun dan terjadinya peningkatan temperatur dan
Selain itu Dwidjoseputro (1994) dan Gond et al. (2012) menyatakan bahwa
pembentukan klorofil. Selain itu Van der Mescht et al. (1999) dan Nio (2011) juga
total pada daun kentang dan tanaman menurun disaat ketersediaan air tidak
tercukupi.
72
Tabel 46. Jumlah klorofil total beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat
pada waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Genotipe (G) Ketinggian Tempat (L) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- mg/g ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 5.20 c’ 17.32 j 24.55 g 15.69
B (HP1744) 2.97 j’ 17.23 k 31.09 c 17.10
C (LAJ3302/2*MO88) 4.54 f’ 16.47 m 34.08 b 18.36
D (RABE/2*MO88) 4.64 e’ 12.85 p 19.06 h 12.18
E (H-21) 3.99 h’ 8.59 t 25.17 f 12.58
F (G-21) 6.78 x 16.39 n 15.05 o 12.74
G (G-18) 3.82 i’ 12.40 q 16.54 l 10.92
H (MENEMEN) 4.86 d’ 10.12 s 7.29 w 7.42
I (BASRIBEY) 5.56 b’ 6.31 y 25.19 e 12.35
J (ALIBEY) 5.78 a’ 7.94 v 25.28 d 13.00
K (SELAYAR) 6.24 z 8.36 u 44.95 a 19.85
L (DEWATA) 4.48 g’ 11.55 r 17.60 i 11.21
Rataan M 4.91 12.13 23.82
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Analisis ragam Interaksi genotipe gandum pada tiga waktu tanam dan
asimilasi bersih (Lampiran 18). Pada Tabel 47, 48 dan 49 diketahui LAB1 (2-6
MST), LAB2 (6-10 MST) dan LAB3 (10-14 MST) varietas L (DEWATA) memiliki
laju asimilasi bersih tertinggi untuk tiga waktu tanam di ketinggian tempat 1400
mdpl. Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan air dan suhu yang mendukung
peningkatan laju asimilasi bersih mulai dari awal pertumbuhan hingga pengukuran.
Selain itu ada perbedaan kemampuan setiap genotipe melakukan fotosintesis untuk
Ross (1995) bahwa kemampuan tanaman dalam fotosintesis dipengaruhi oleh faktor
dan faktor eksternal (suhu, curah hujan, kelembaban udara, cahaya, konsentrasi CO2
dan O2). Suhu tinggi yang melebihi suhu optimum akan meningkatkan laju
1993).
73
Tabel 47. Laju asimilasi bersih beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Laju Asimilasi Bersih (LAB)
LAB1 LAB2 LAB3
Genotipe (G)
800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl
(L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3)
------------------------------------------------------------ g/cm2/minggu ---------------------------------------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 0.0009 c’ 0.0012 b’ 0.0095 i 0.0145 n 0.0044 j’ 0.0151 l 0.0125 j 0.0022 a’ 0.0121 k
B (HP1744) 0.0017 y 0.0020 w 0.0046 r 0.0186 d 0.0062 g’ 0.0187 c 0.0156 c 0.0020 b’ 0.0060 v
C (LAJ3302/2*MO88) 0.0026 v 0.0026 v 0.0103 f 0.0158 j 0.0057 i’ 0.0163 i 0.0138 g 0.0013 c’ 0.0143 f
D (RABE/2*MO88) 0.0060 n 0.0057 p 0.0120 b 0.0207 b 0.0080 d’ 0.0176 e 0.0177 b 0.0010 e’ 0.0150 d
E (H-21) 0.0015 a’ 0.0051 q 0.0089 k 0.0088 b’ 0.0060 h’ 0.0144 o 0.0057 w 0.0027 y 0.0114 n
F (G-21) 0.0113 e 0.0114 d 0.0117 c 0.0116 v 0.0173 f 0.0168 g 0.0098 q 0.0020 b’ 0.0148 e
G (G-18) 0.0057 p 0.0058 o 0.0069 m 0.0107 w 0.0103 z 0.0120 u 0.0077 u 0.0023 z 0.0089 s
H (MENEMEN) 0.0019 x 0.0016 z 0.0102 g 0.0125 s 0.0077 e’ 0.0157 k 0.0094 r 0.0012 d’ 0.0127 i
I (BASRIBEY) 0.0027 u 0.0030 t 0.0091 j 0.0138 q 0.0067 f’ 0.0140 p 0.0118 l 0.0010 e’ 0.0110 o
J (ALIBEY) 0.0097 h 0.0097 h 0.0097 h 0.0164 h 0.0105 x 0.0146 m 0.0133 h 0.0033 x 0.0116 m
K (SELAYAR) 0.0040 s 0.0040 s 0.0075 l 0.0104 y 0.0097 a’ 0.0124 t 0.0084 t 0.0060 v 0.0094 r
L (DEWATA) 0.0027 u 0.0027 u 0.0154 a 0.0132 r 0.0087 c’ 0.0218 a 0.0105 p 0.0027 y 0.0188 a
Rataan M 0.0042 0.0046 0.0097 0.0140 0.0084 0.0157 0.0114 0.0023 0.0121
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada kelompok yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan
Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
74
Tabel 48. Laju asimilasi bersih beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Laju Asimilasi Bersih (LAB)
LAB1 LAB2 LAB3
Genotipe (G)
800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl
(L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3)
------------------------------------------------------------ g/cm2/minggu ---------------------------------------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 0.0091 n 0.0126 f 0.0057 t 0.0226 f 0.0178 i 0.0140 t 0.0109 p 0.0149 i 0.0024 d’
B (HP1744) 0.0136 d 0.0131 e 0.0059 s 0.0297 d 0.0182 h 0.0131 w 0.0157 f 0.0154 g 0.0121 n
C (LAJ3302/2*MO88) 0.0108 k 0.0095 m 0.0051 w 0.0098 b’ 0.0159 p 0.0167 l 0.0057 z 0.0133 m 0.0068 w
D (RABE/2*MO88) 0.0088 o 0.0121 h 0.0035 z 0.0093 c’ 0.0165 m 0.0210 g 0.0063 y 0.0136 l 0.0041 a’
E (H-21) 0.0037 y 0.0122 g 0.0032 a’ 0.0135 v 0.0172 j 0.0113 a’ 0.0093 s 0.0153 h 0.0013 f’
F (G-21) 0.0066 r 0.0066 r 0.0054 u 0.0387 b 0.0128 x 0.0153 r 0.0200 d 0.0106 q 0.0067 x
G (G-18) 0.0004 b’ 0.0066 r 0.0066 r 0.0048 e’ 0.0127 y 0.0137 u 0.0005 g’ 0.0097 r 0.0081 t
H (MENEMEN) 0.0069 q 0.0131 e 0.0053 v 0.0119 z 0.0171 k 0.0163 o 0.0073 v 0.0141 k 0.0118 o
I (BASRIBEY) 0.0163 c 0.0116 i 0.0035 z 0.0157 q 0.0167 l 0.0113 a’ 0.0080 u 0.0136 l 0.0037 b’
J (ALIBEY) 0.0113 j 0.0171 b 0.0053 v 0.0386 c 0.0226 f 0.0157 q 0.0225 b 0.0196 e 0.0019 e’
K (SELAYAR) 0.0049 x 0.0103 l 0.0037 y 0.0091 d’ 0.0164 n 0.0147 s 0.0019 e’ 0.0144 j 0.0067 x
L (DEWATA) 0.0083 p 0.0035 z 0.0186 a 0.0119 z 0.0238 e 0.0567 a 0.0030 c’ 0.0208 c 0.0313 a
Rataan M 0.0084 0.0120 0.0047 0.0214 0.0173 0.0149 0.0112 0.0146 0.0061
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada kelompok yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan
Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
75
Tabel 49. Laju asimilasi bersih beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Laju Asimilasi Bersih (LAB)
LAB1 LAB2 LAB3
Genotipe (G)
800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl
(L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3)
------------------------------------------------------------ g/cm2/minggu ---------------------------------------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 0.0052 e 0.0038 l 0.0026 q 0.0079 j 0.0075 l 0.0068 p 0.0006 c’ 0.0035 j 0.0030 l
B (HP1744) 0.0023 t 0.0011 y 0.0032 n 0.0150 b 0.0037 z 0.0066 q 0.0025 o 0.0009 z 0.0018 u
C (LAJ3302/2*MO88) 0.0015 w 0.0043 j 0.0060 b 0.0049 y 0.0081 i 0.0075 l 0.0008 a’ 0.0041 g 0.0038 i
D (RABE/2*MO88) 0.0007 z 0.0031 o 0.0011 y 0.0085 h 0.0066 q 0.0062 t 0.0006 c’ 0.0025 o 0.0005 d’
E (H-21) 0.0019 v 0.0032 n 0.0024 s 0.0057 w 0.0086 g 0.0066 q 0.0013 w 0.0047 e 0.0023 p
F (G-21) 0.0030 p 0.0047 f 0.0046 g 0.0119 d 0.0051 x 0.0081 i 0.0011 x 0.0021 r 0.0049 d
G (G-18) 0.0045 h 0.0042 k 0.0030 p 0.0061 u 0.0072 m 0.0071 n 0.0010 y 0.0032 k 0.0039 h
H (MENEMEN) 0.0021 u 0.0037 m 0.0055 c 0.0134 c 0.0068 p 0.0078 k 0.0015 v 0.0028 m 0.0046 f
I (BASRIBEY) 0.0038 l 0.0031 o 0.0025 r 0.0071 n 0.0061 u 0.0069 o 0.0006 c’ 0.0021 r 0.0025 o
J (ALIBEY) 0.0025 r 0.0055 c 0.0055 c 0.0078 k 0.0092 f 0.0063 s 0.0007 b’ 0.0052 c 0.0020 s
K (SELAYAR) 0.0026 q 0.0054 d 0.0026 q 0.0064 r 0.0062 t 0.0092 f 0.0053 b 0.0022 q 0.0027 n
L (DEWATA) 0.0014 x 0.0044 i 0.0066 a 0.0099 e 0.0059 v 0.0179 a 0.0009 z 0.0019 t 0.0059 a
Rataan M 0.0026 0.0039 0.0038 0.0097 0.0068 0.0071 0.0014 0.0029 0.0032
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada kelompok yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan
Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
76
Analisis ragam Interaksi genotipe gandum pada tiga waktu tanam dan
pertumbuhan tanaman (Lampiran 18). Pada Tabel 50, 51 dan 52 diketahui LPT1
(2-6 MST), LPT2 (6-10 MST) dan LPT3 (10-14 MST) varietas L (DEWATA)
ketinggian tempat 1400 mdpl. Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan air dan
suhu yang mendukung peningkatan laju pertumbuhan tanaman mulai dari awal
curah hujan, kelembaban udara, cahaya, konsentrasi CO2 dan O2). Suhu tinggi
yang melebihi suhu optimum akan meningkatkan laju fotorespirasi yang akan
memperlambat proses fotosintesis pada tanaman (Lakitan, 1993). Selain itu Jaleel
kadar air, penyusutan potensial air daun dan tekanan turgor, penutupan stomata
fotosintesis akan ikut menurunkan laju pertumbuhan tumbuhan selain akibat dari
Tabel 50. Laju pertumbuhan tanaman beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT)
LPT1 LPT2 LPT3
Genotipe (G)
800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl
(L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3)
------------------------------------------------------------ g/m2/minggu ---------------------------------------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 0.0135 h’ 0.1423 t 0.2907 h 0.1567 d’ 0.5067 q 2.8000 c 0.1467 w 0.0600 e’ 1.0567 j
B (HP1744) 0.0300 f’ 0.2230 l 0.3893 f 0.2633 x 0.4300 s 1.3900 j 0.2533 n 0.1333 y 2.0367 e
C (LAJ3302/2*MO88) 0.0350 d’ 0.1477 q 0.5850 b 0.2400 y 0.3867 v 2.2467 e 0.2300 p 0.0367 f’ 2.4333 c
D (RABE/2*MO88) 0.0850 z 0.1010 w 0.1427 s 0.2067 a’ 0.7467 m 3.1933 b 0.1967 s 0.0800 c’ 1.0567 j
E (H-21) 0.0135 h’ 0.1600 p 0.2183 m 0.1500 e’ 0.3867 v 1.3900 j 0.1400 x 0.3300 l 1.0700 i
F (G-21) 0.0233 g’ 0.1797 o 0.4897 d 0.1567 d’ 0.3467 w 1.1500 k 0.1467 w 0.2467 o 2.4367 b
G (G-18) 0.1030 u 0.2097 n 0.3047 g 0.1433 f’ 0.5133 o 1.8367 h 0.1200 z 0.2233 q 2.0567 d
H (MENEMEN) 0.0327 e’ 0.1473 r 0.5687 c 0.1133 g’ 0.5100 p 1.7267 i 0.1067 a’ 0.0600 e’ 2.0233 f
I (BASRIBEY) 0.0597 b’ 0.0597 b’ 0.2623 k 0.1967 b’ 0.4233 t 2.0000 f 0.1867 t 0.1800 u 1.9933 g
J (ALIBEY) 0.0933 x 0.2627 j 0.4833 e 0.2200 z 0.6200 n 1.9433 g 0.2100 r 0.0733 d’ 0.9800 k
K (SELAYAR) 0.0647 a’ 0.1020 v 0.2863 i 0.8633 l 0.4000 u 2.5333 d 0.0833 b’ 0.2900 m 1.7833 h
L (DEWATA) 0.0533 c’ 0.0887 y 0.6903 a 0.1700 c’ 0.4533 r 3.2600 a 0.1600 v 0.0800 c’ 3.1100 a
Rataan M 0.0506 0.1520 0.3926 0.2400 0.4770 2.1225 0.1650 0.1494 1.8364
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada kelompok yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan
Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
78
Tabel 51. Laju pertumbuhan tanaman beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT)
LPT1 LPT2 LPT3
Genotipe (G)
800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl
(L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3)
------------------------------------------------------------ g/m2/minggu ---------------------------------------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 0.0947 f’ 0.3027 n 0.2727 q 0.7600 f 0.7333 h 0.3300 a’ 0.3567 u 0.3500 v 0.3067 y
B (HP1744) 0.1450 b’ 0.3947 g 0.3833 h 0.2167 h’ 0.4033 u 0.4300 q 0.5000 m 0.4300 p 0.3933 q
C (LAJ3302/2*MO88) 0.1880 x 0.2373 t 0.2213 v 0.2567 g’ 0.7533 g 0.5933 i 1.0133 e 0.5033 l 0.5600 i
D (RABE/2*MO88) 0.1547 a’ 0.2747 p 0.3083 l 0.0967 i’ 0.4200 s 0.3567 x 2.7133 c 0.3067 y 0.3300 w
E (H-21) 0.1053 e’ 0.4297 e 0.4600 d 0.3400 z 0.9633 d 0.5100 m 0.1367 e’ 0.4500 o 0.4800 n
F (G-21) 0.1080 c’ 0.2273 u 0.4130 f 0.3100 d’ 0.4567 p 0.4633 o 1.4100 d 0.3233 x 0.4300 p
G (G-18) 0.0133 i’ 0.2470 s 0.2747 p 0.0933 j’ 0.4800 n 0.3267 b’ 0.0600 g’ 0.2667 b’ 0.3000 z
H (MENEMEN) 0.0633 g’ 0.3043 m 0.3263 k 0.3867 v 0.5667 j 0.3767 w 0.5767 h 0.5000 m 0.3600 t
I (BASRIBEY) 0.2027 w 0.1630 z 0.3550 j 0.2733 f’ 0.3200 c’ 0.4067 t 0.2600 c’ 0.2067 d’ 0.3733 s
J (ALIBEY) 0.1680 y 0.2990 o 0.5200 b 0.5300 l 0.7767 e 0.5600 k 0.2833 a’ 0.5567 j 0.5433 k
K (SELAYAR) 0.0330 h’ 0.2703 r 0.3733 i 2.1733 b 0.3433 y 0.4267 r 2.7767 b 0.6167 g 0.3900 r
L (DEWATA) 0.1077 d’ 0.4707 c 0.5427 a 0.2900 e’ 1.0533 c 3.3633 a 0.0767 f’ 0.7033 f 3.2133 a
Rataan M 0.1153 0.3017 0.3709 0.7347 0.6058 0.4211 1.0931 0.4345 0.3939
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada kelompok yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan
Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
79
Tabel 52. Laju pertumbuhan tanaman beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret
2013)
Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT)
LPT1 LPT2 LPT3
Genotipe (G)
800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl
(L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3)
------------------------------------------------------------ g/m2/minggu ---------------------------------------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 0.0135 j’ 0.2077 g 0.2380 d 0.7433 g 0.3667 x 0.3767 w 0.1067 w 0.2200 p 0.3767 j
B (HP1744) 0.0533 c’ 0.0503 d’ 0.1353 r 1.1533 b 0.1900 i’ 0.7000 i 0.3867 i 0.0267 c’ 0.1267 u
C (LAJ3302/2*MO88) 0.0300 f’ 0.2363 e 0.2053 i 0.3567 y 0.2900 e’ 0.6300 m 0.0933 z 0.1267 u 0.8967 c
D (RABE/2*MO88) 0.0167 i’ 0.2700 b 0.1230 w 0.4533 u 0.3233 a’ 0.2633 g’ 0.0767 a’ 0.4500 g 0.0967 y
E (H-21) 0.0257 g’ 0.1537 q 0.1330 u 0.6500 l 0.5333 q 0.4900 s 0.1633 r 0.5033 f 0.6033 e
F (G-21) 0.0600 a’ 0.1920 m 0.2057 h 0.8833 c 0.5200 r 0.6900 j 0.1333 t 0.3333 k 0.6100 d
G (G-18) 0.0733 x 0.1850 o 0.2407 c 0.4167 v 0.3000 d’ 0.5800 o 0.1100 v 0.2233 o 0.9033 b
H (MENEMEN) 0.0333 e’ 0.1607 p 0.2023 k 0.7833 d 0.3567 y 0.7500 f 0.1267 u 0.0967 y 0.1933 q
I (BASRIBEY) 0.0657 y 0.1333 t 0.1350 s 0.5467 p 0.2233 h’ 0.4800 t 0.0767 a’ 0.2467 m 0.3300 l
J (ALIBEY) 0.0573 b’ 0.2140 f 0.1853 n 0.7267 h 0.3167 b’ 0.3300 z 0.1100 v 0.0500 b’ 0.2333 n
K (SELAYAR) 0.0653 z 0.2027 j 0.1293 v 0.5933 n 0.3100 c’ 0.7733 e 0.0767 a’ 0.4367 h 0.1000 x
L (DEWATA) 0.0253 h’ 0.1923 l 0.3157 a 0.6767 k 0.2800 f’ 1.3300 a 0.0967 y 0.1567 s 0.9633 a
Rataan M 0.0433 0.1832 0.1874 0.7219 0.3342 0.5594 0.1297 0.2392 0.4528
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada kelompok yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan
Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
80
Analisis ragam Interaksi genotipe gandum pada tiga waktu tanam dan
tumbuh relatif (Lampiran 18). Pada Tabel 53, 54 dan 55 diketahui LTR1 (2-6
MST), LTR2 (6-10 MST) dan LTR3 (10-14 MST) varietas L (DEWATA)
memiliki laju relatif tertinggi untuk tiga waktu tanam di ketinggian tempat 1400
mdpl. Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan air dan suhu yang mendukung
pengukuran. Selain itu ketersediaan air yang cukup tinggi akan mempengaruhi
turgor sel dan turgor sel akan mempengaruhi pembentangan sel sehingga akan
Menurut Gardner et al. (1991) bahwa proses pembesaran dan pembentangan sel,
selain dipengaruhi oleh faktor hormon, juga dipengaruhi oleh turgor sel. Laju
suatu interval waktu dibandingkan dengan berat tanaman awal dan laju
Ahmed dan Farooq (2013); Alam et al. (2006) juga menyatakan bahwa
perbedaan varietas gandum dan waktu tanam mempengaruhi nilai laju tumbuh
tanaman dan laju tumbuh relatif. Nilai laju tumbuh tersebut berbeda secara
signifikan selama tahap pertumbuhan kultivar gandum yang optimal pada awal
Verma (2011) juga menyatakan bahwa sebagian besar pertumbuhan dan karakter
fisiologis akan menurun dengan menanam pada waktu yang tidak tepat yang
Tabel 53. Laju tumbuh relatif beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Laju Tumbuh Relatif (LTR)
LTR1 LTR2 LTR3
Genotipe (G)
800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl
(L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3)
------------------------------------------------------------ g/g/minggu ---------------------------------------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 0.4367 r 0.0233 e’ 0.7500 j 0.9467 l 0.6567 v 1.0567 i 0.0367 f’ 0.3633 r 0.7967 g
B (HP1744) 0.6700 n 0.0467 c’ 0.8700 e 0.4933 d’ 0.7667 q 2.0367 e 0.0667 y 0.2633 w 0.7233 k
C (LAJ3302/2*MO88) 0.6933 l 0.0133 h’ 1.0233 c 0.2033 i’ 0.6333 w 2.4333 c 0.0500 d’ 0.2800 v 0.7700 j
D (RABE/2*MO88) 0.7000 k 0.0267 d’ 0.6833 m 0.5367 a’ 0.5167 c’ 0.7367 r 0.0633 z 0.4967 n 0.5767 m
E (H-21) 0.3000 v 0.1167 y 0.7833 i 0.6933 t 0.7067 s 1.0567 i 0.0500 d’ 0.2967 t 0.8167 e
F (G-21) 0.4633 q 0.0933 z 1.0500 b 0.8267 n 0.8067 o 2.4367 b 0.0633 z 0.2600 x 0.8567 b
G (G-18) 0.3900 s 0.0667 b’ 0.8633 f 0.5967 y 0.5433 z 2.0567 d 0.0567 a’ 0.3033 s 0.7767 i
H (MENEMEN) 0.5567 p 0.0200 f’ 0.6700 n 0.6067 x 1.0233 j 2.0233 f 0.0520 c’ 0.3733 q 0.8533 c
I (BASRIBEY) 0.3800 t 0.0800 a’ 0.8300 g 0.4400 g’ 0.3333 h 1.9933 g 0.0467 e’ 0.4900 o 0.8300 d
J (ALIBEY) 0.5900 o 0.0233 e’ 0.9767 d 0.4600 e’ 0.7767 p 0.9800 k 0.0567 a’ 0.2933 u 0.8133 f
K (SELAYAR) 0.2600 w 0.1967 x 0.7933 h 0.9333 m 0.6733 u 1.7833 h 0.0533 b’ 0.3867 p 0.7800 h
L (DEWATA) 0.3300 u 0.0167 g’ 1.1367 a 0.4433 f’ 0.5267 b’ 3.1100 a 0.0467 e’ 0.6067 l 0.8633 a
Rataan M 0.4808 0.0603 0.8692 0.5983 0.6636 1.8086 0.0535 0.3678 0.7881
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada kelompok yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan
Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
82
Tabel 54. Laju tumbuh relatif beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Laju Tumbuh Relatif (LTR)
LTR1 LTR2 LTR3
Genotipe (G)
800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl
(L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3)
------------------------------------------------------------ g/g/minggu ---------------------------------------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 0.3133 d’ 0.8100 f 0.7800 j 0.5867 z 0.9300 g 0.9433 f 0.0567 d’ 0.8200 a 0.6000 p
B (HP1744) 0.4867 a’ 0.8300 d 0.6767 t 0.8167 t 0.9467 e 0.8233 s 0.0343 e’ 0.8467 d 0.3833 t
C (LAJ3302/2*MO88) 0.6433 v 0.8033 h 0.7600 m 0.7067 w 0.9033 j 0.8567 o 0.2133 z 0.8133 h 0.3800 u
D (RABE/2*MO88) 0.6300 w 0.7800 j 0.7300 p 0.8533 p 0.8700 l 0.8667 m 0.7033 l 0.7833 i 0.7733 j
E (H-21) 0.2767 e’ 0.7400 o 0.7667 l 0.4533 c’ 0.8633 n 0.9167 i 0.0600 c’ 0.7833 i 0.6833 m
F (G-21) 0.2567 f’ 0.9133 b 0.8000 i 0.6567 y 0.9733 c 0.9467 e 0.6100 o 0.9067 b 0.3000 y
G (G-18) 0.1300 g’ 0.7167 r 0.7033 s 0.1800 e’ 0.8333 r 0.8467 q 0.0300 f’ 0.7533 k 0.4800 s
H (MENEMEN) 0.5033 z 0.8633 c 0.8233 e 0.5300 a’ 0.9767 b 0.9533 d 0.0767 b’ 0.8900 c 0.3533 v
I (BASRIBEY) 0.7233 q 0.6600 u 0.8033 h 0.9467 e 0.7467 u 0.9200 h 0.8138 g 0.6767 n 0.5633 r
J (ALIBEY) 0.5833 x 0.8067 g 0.7700 k 0.7400 v 0.9167 i 0.8900 k 0.0833 a’ 0.8367 e 0.3333 x
K (SELAYAR) 0.4567 c’ 0.7800 j 0.7467 n 0.4133 d’ 0.8900 k 0.8700 l 0.6767 n 0.8900 c 0.5667 q
L (DEWATA) 0.5233 y 0.4600 b’ 1.1167 a 0.4767 b’ 0.6967 x 1.2033 a 0.0767 b’ 0.3367 w 1.1033 a
Rataan M 0.4606 0.8183 0.7350 0.6133 0.9211 0.8775 0.2862 0.8419 0.4794
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada kelompok yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan
Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
83
Tabel 55. Laju tumbuh relatif beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Laju Tumbuh Relatif (LTR)
LTR1 LTR2 LTR3
Genotipe (G)
800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl
(L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3) (L1) (L2) (L3)
------------------------------------------------------------ g/g/minggu ---------------------------------------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 0.6167 b 0.0500 c’ 0.4433 g 0.8567 c 0.6100 w 0.7067 n 0.0333 x 0.3600 d 0.1767 m
B (HP1744) 0.4567 f 0.0100 g’ 0.2767 r 0.7433 i 0.3133 g’ 0.7133 l 0.0700 t 0.2367 k 0.3300 e
C (LAJ3302/2*MO88) 0.3867 j 0.0367 d’ 0.3433 o 0.6067 x 0.7467 h 0.7667 e 0.0533 u 0.1300 q 0.1800 l
D (RABE/2*MO88) 0.2767 r 0.1233 z 0.2300 v 0.6933 o 0.9000 b 0.4967 e’ 0.0367 w 0.2400 j 0.0300 z
E (H-21) 0.3133 q 0.1433 y 0.3767 k 0.6733 q 0.7667 e 0.7333 j 0.0300 z 0.4867 b 0.1700 o
F (G-21) 0.5600 c 0.2233 w 0.3533 m 0.6533 t 0.7500 g 0.6700 r 0.0333 x 0.1667 p 0.1800 l
G (G-18) 0.5300 d 0.0700 a’ 0.2567 s 0.4467 f’ 0.5333 d’ 0.8167 d 0.0533 u 0.3200 f 0.1733 n
H (MENEMEN) 0.3467 n 0.0300 e’ 0.3767 k 0.7567 f 0.6133 v 0.6667 s 0.0367 w 0.3600 d 0.0467 v
I (BASRIBEY) 0.3167 p 0.2300 v 0.3567 l 0.5400 b’ 0.5367 c’ 0.5433 a’ 0.0300 z 0.2833 h 0.1067 r
J (ALIBEY) 0.3933 i 0.0133 f’ 0.2433 u 0.6033 y 0.6833 p 0.6133 v 0.0308 y 0.3700 c 0.0900 s
K (SELAYAR) 0.4200 h 0.1467 x 0.4700 e 0.5333 d’ 0.7100 m 0.6433 u 0.0367 w 0.2433 i 0.0367 w
L (DEWATA) 0.2467 t 0.0533 b’ 0.6700 a 0.7233 k 0.5900 z 0.9167 a 0.0333 x 0.2867 g 0.6167 a
Rataan M 0.4347 0.0942 0.3370 0.6728 0.6461 0.6703 0.0398 0.3308 0.1375
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada kelompok yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Duncan
Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
84
Kesimpulan
klorofil total, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan tanaman dan laju tumbuh
relatif.
BAB V
KERAGAAN KARAKTER BIOKIMIA GENOTIPE GANDUM
PADA PERBEDAAN WAKTU TANAM DI TIGA KETINGGIAN
TEMPAT
Abstrak
Keterbatasan lokasi dan genotipe gandum yang sesuai ditanam di suatu daerah
dan waktu tanam tertentu merupakan kendala bagi pengembangan gandum. Oleh
karena itu dilakukan penelitian untuk mendapatkan keragaan karakter biokimia
genotipe gandum pada waktu tanam berbeda di tiga ketinggian tempat. Penelitian ini
menggunakan 10 genotipe gandum dan 2 varietas yaitu A=OASIS/SKAUZ//4*BCN;
B=HP1744; C=LAJ3302/2*MO88; D=RABE/2*MO88; E=H-21; F=G-21; G=G-18;
H=MENEMEN; I=BASRIBEY; J=ALIBEY serta varietas K=SELAYAR dan
L=DEWATA yang di tanam pada tiga waktu tanam (Maret-Juli 2012, Juli-Nopember
2012 dan Nopember 2012-Maret 2013), pada tiga lokasi (800 mdpl Sibolangit, 1100
mdpl Tigapanah dan 1400 mdpl Berastagi). Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak kelompok Non Faktorial untuk setiap lokasi dan RAK faktorial
untuk analisis gabungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Waktu tanam 2 (Juli-
Nopember 2012) memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan waktu tanam
lainnya terhadap kadar pati dan kadar gluten biji gandum. Ketinggian tempat 1400
mdpl memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan ketinggian tempat lainnya
terhadap kadar pati dan kadar gluten biji gandum. Varietas L (DEWATA)
memberikan respons yang lebih baik terhadap pengaruh waktu tanam dan ketinggian
tempat dibandingkan genotipe lainnya yang memiliki kadar pati dan kadar gluten
biji gandum tertinggi.
Kata kunci: karakter biokimia, genotipe gandum, waktu tanam, ketinggian tempat
Pendahuluan
atau varietas yang sesuai di daerah tertentu menjadi kendala utama perkembangan
memiliki ketinggian tempat ≥ 700 mdpl. Pada penelitian ini penanaman gandum
dilakukan di tiga ketinggian tempat Kabupaten Karo yang memiliki ketinggian 800
mdpl, 1100 mdpl dan 1400 mdpl di tiga waktu tanam yang berbeda untuk
86
tanami gandum. Menurut Braak (1929) bahwa setiap kenaikan 100 m diatas
lingkungan tersebut maka perlu dilakukan penelitian uji adaptasi dengan melakukan
penanaman beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada waktu tanam
yang berbeda untuk mendapatkan karakter biokimia yang dapat digunakan sebagai
Penentuan waktu tanam serta lokasi penanaman yang tepat pada budidaya
optimal. Hal ini menjadikan waktu tanam dan lokasi penanaman merupakan salah
lingkungan yang berbeda, antara lain suhu, curah hujan dan kelembaban yang akan
mempengaruhi produktivitas (Faki et al. 1990; Said et al. 2012). Dengan adanya
perbedaan curah hujan dan temperatur udara di suatu lokasi akan mempengaruhi
waktu tanam dimana kita akan melakukan budidaya tanaman. Sejalan dengan
pendapat Doorenbos dan Kassam (1979) yang menyatakan bahwa untuk mencapai
hasil dan pertumbuhan yang maksimal, selain ditentukan oleh faktor genetik, juga
Muhammadiyah Sumatera Utara pada bulan Juli, Nopember 2012 dan April 2013.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquades, asam per klorat,
anthrone, larutan glukosa, biji gandum setiap jenis tanaman di tiga ketinggian tempat
glass.
Metode Penelitian
9.1. Jika diperoleh sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan dengan analisis lanjutan
menggunakan Uji Jarak Ganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf
Pelaksanaan Penelitian
Karakter Biokimia:
1. Kadar Pati
air mendidih selama 15 menit kemudian ditambah 2 ml asam per klorat 9,2 N.
dalam labu ukur 50 ml. Residu yang ada pada tabung sentrifuge ditambahkan
supernatan yang tadi dan diencerkan sampai volume 50 ml. Supernatan yang
telah siap, diambil 5 ml dan diencerkan lagi sampai 100 ml, diambil lagi dan
pada air mendidih selama 7,5 menit, didinginkan kembali pada air dingin dan
Perhitungan:
Abs. contoh
x 0,9
Abs. 1 ppm 100
% Pati = x pengenceran x
Berat contoh 100 – Ka
89
Ka = kadar air
Abs = absorbansi
2. Kadar Gluten
Pertama sekali diambil gandum yang telah dibuat menjadi tepung sebanyak
tersebut direndam dengan air hangat selama 30 menit didalam bekker glass.
terbentuk gluten yang sempurna, lalu adonan dicuci hingga pati dalam
tepungnya hilang. Setelah itu gluten tersebut dikeringkan dengan kain kering.
terlebih dahulu, selanjutnya gluten diatas kertas tersebut ditimbang, dan kadar
gluten dapat dihitung dengan rumus (Proses Martin dalam Buckle et al.,
1997):
a. Kadar Pati
Kadar pati secara nyata dipengaruhi oleh interaksi genotipe dengan ketinggian
tempat di setiap waktu tanam (Lampiran 19). Selanjutnya pada Tabel 57, 58 dan 59
dapat dilihat varietas L (DEWATA) menunjukkan respons tertinggi untuk kadar pati
yang berbeda nyata dengan genotipe lainnya pada ketinggian tempat 1400 mdpl di
tiga waktu tanam. Secara keseluruhan kadar pati gandum yang ditanam di ketinggian
tertinggi. Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan air dan suhu di waktu tanam 2
dan ketinggian tempat 1400 mdpl mendukung tingginya kadar pati pada biji gandum
90
adalah suhu, air, konsentrasi ion-ion H+ dan konsentrasi gula (Dwidjoseputro, 1994).
Tabel 57. Kadar pati beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- % ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 51.69 c’ 69.64 j 74.51 d 65.28
B (HP1744) 49.54 f’ 67.38 s 71.38 h 62.77
C (LAJ3302/2*MO88) 52.34 b’ 68.98 n 73.79 e 65.04
D (RABE/2*MO88) 50.52 e’ 65.68 u 69.27 m 61.82
E (H-21) 50.83 d’ 66.21 t 69.38 l 62.14
F (G-21) 48.69 h’ 70.89 i 73.26 f 64.28
G (G-18) 52.75 a’ 68.62 p 69.40 k 63.59
H (MENEMEN) 51.69 c’ 68.78 o 72.68 g 64.38
I (BASRIBEY) 56.47 x 65.43 v 68.22 q 63.37
J (ALIBEY) 49.35 g’ 64.57 w 67.61 r 60.51
K (SELAYAR) 53.27 z 72.68 g 77.06 b 67.67
L (DEWATA) 55.89 y 74.62 c 78.65 a 69.72
Rataan M 51.92 68.62 72.10
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Ketersediaan air yang cukup dan suhu yang rendah juga akan menambah
dalam tumbuh-tumbuhan. Hal ini juga didukung dari hasil laju fotosintesis pada
penelitian ini yang menunjukkan varietas L (DEWATA) pada waktu tanam 1 (Maret-
Juli 2012) di ketinggian tempat 1400 mdpl dengan suhu dan curah hujan yang
Tabel 58. Kadar pati beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- % ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 55.66 b’ 67.47 q 73.47 f 65.53
B (HP1744) 54.56 h’ 65.22 s 71.69 i 63.82
C (LAJ3302/2*MO88) 55.78 a’ 67.13 r 74.79 d 65.90
D (RABE/2*MO88) 54.93 e’ 63.37 w 70.82 j 63.04
E (H-21) 55.63 c’ 63.87 v 69.73 k 63.08
F (G-21) 54.75 g’ 69.54 l 74.58 e 66.29
G (G-18) 53.19 j’ 62.53 x 68.40 n 61.37
H (MENEMEN) 55.03 d’ 67.48 p 73.29 g 65.27
I (BASRIBEY) 58.76 y 64.25 t 69.51 m 64.17
J (ALIBEY) 54.51 i’ 63.97 u 68.15 o 62.21
K (SELAYAR) 54.76 f’ 71.75 h 76.15 b 67.55
L (DEWATA) 58.37 z 74.89 c 78.53 a 70.60
Rataan M 55.49 66.79 72.43
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
91
bahwa kadar protein, gluten dan pati dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, genotipe
dan interaksi keduanya. Selain itu semakin tinggi suhu maka kadar pati makin rendah
karena suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya leaching atau
rusaknya molekul pati. Menurut Santoso et al. (1997) bahwa suhu tinggi dapat
mengubah bentuk pati menjadi pati tergelatinisasi sehingga granula pati yang rusak
Tabel 59. Kadar pati beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- % ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 52.62 a’ 69.53 j 70.34 h 64.16
B (HP1744) 50.47 i’ 67.35 m 64.36 x 60.73
C (LAJ3302/2*MO88) 51.70 e’ 70.77 g 70.85 f 64.44
D (RABE/2*MO88) 50.96 f’ 65.26 t 66.78 n 61.00
E (H-21) 51.76 c’ 65.38 r 65.69 q 60.94
F (G-21) 50.83 g’ 69.31 k 71.57 e 63.90
G (G-18) 50.22 j’ 65.37 s 66.34 p 60.64
H (MENEMEN) 52.05 b’ 68.70 l 70.28 i 63.68
I (BASRIBEY) 55.70 y 65.24 u 66.47 o 62.47
J (ALIBEY) 50.67 h’ 64.56 w 65.11 v 60.11
K (SELAYAR) 51.75 d’ 74.11 c 73.09 d 66.32
L (DEWATA) 54.39 z 75.64 b 76.51 a 68.85
Rataan M 51.93 68.44 68.95
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Grafik rata-rata suhu dan curah hujan di setiap waktu tanam dan ketinggian
24,40 M1 (Maret-Juli)
23,00 M2 (Juli-Nopember)
Suhu (oC)
21,60 M3 (Nopember-Maret)
20,20
18,80
17,40
16,00
800 1100 1400
Gambar 2. Grafik rata-rata suhu di setiap waktu tanam dan ketinggian tempat
92
akan menurun untuk setiap waktu tanam dan keadaan ini mempengaruhi karakter
biokimia gandum. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian kadar pati dan kadar
gluten gandum yang semakin meningkat bila ditanam di dataran yang lebih tinggi.
370,00
350,00
Curah Hujan (mm)
330,00
310,00
290,00 M1 (Maret-Juli)
270,00
250,00 M2 (Juli-Nopember)
230,00 M3 (Nopember-Maret)
210,00
190,00
170,00
800 1100 1400
Ketinggian Tempat (mdpl)
Gambar 3. Grafik rata-rata curah hujan di setiap waktu tanam dan ketinggian tempat
hujan meningkat untuk setiap waktu tanam dan keadaan ini mempengaruhi karakter
biokimia gandum. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian kadar pati dan kadar
gluten gandum yang semakin meningkat bila ditanam di dataran yang lebih tinggi
b. Kadar Gluten
ketinggian tempat di setiap waktu tanam (Lampiran 19). Selanjutnya pada Tabel 60,
kadar gluten yang berbeda nyata dengan genotipe lainnya pada ketinggian tempat
1400 mdpl di tiga waktu tanam. Secara keseluruhan kadar gluten gandum yang
93
Tabel 60. Kadar gluten beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- % ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 54.03 f’ 57.52 p 55.04 e’ 55.53
B (HP1744) 57.72 n 53.89 g’ 55.12 d’ 55.58
C (LAJ3302/2*MO88) 53.03 i’ 56.86 s 61.92 c 57.27
D (RABE/2*MO88) 55.93 b’ 56.26 x 58.01 k 56.73
E (H-21) 56.33 w 57.59 o 58.45 h 57.46
F (G-21) 49.80 j’ 56.84 t 58.28 i 54.97
G (G-18) 56.81 u 56.12 y 57.85 l 56.93
H (MENEMEN) 55.98 a’ 56.64 v 57.82 m 56.81
I (BASRIBEY) 60.96 e 58.11 j 56.05 z 58.37
J (ALIBEY) 59.72 g 57.49 q 63.03 b 60.08
K (SELAYAR) 53.33 h’ 55.88 c’ 61.71 d 56.97
L (DEWATA) 57.24 r 60.35 f 63.42 a 60.34
Rataan M 55.91 56.96 58.89
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan air dan suhu di waktu tanam 2 dan
ketinggian tempat 1400 mdpl mendukung tingginya kadar gluten pada biji gandum
varietas L (DEWATA) dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. Menurut Jiang et al.
Tabel 61. Kadar gluten beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- % ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 53.73 e’ 55.02 c’ 55.07 b’ 54.61
B (HP1744) 56.10 u 55.12 a’ 55.13 z 55.45
C (LAJ3302/2*MO88) 53.83 d’ 61.87 e 61.82 f 59.17
D (RABE/2*MO88) 51.91 g’ 58.03 p 58.03 p 55.99
E (H-21) 58.48 l 58.44 m 58.44 n 58.45
F (G-21) 55.65 y 58.30 n 58.26 o 57.40
G (G-18) 58.26 o 57.81 s 57.84 q 57.97
H (MENEMEN) 55.67 x 57.82 r 57.80 t 57.10
I (BASRIBEY) 59.02 k 56.04 v 63.05 c 59.37
J (ALIBEY) 61.15 j 63.02 d 56.03 w 60.07
K (SELAYAR) 53.21 f’ 61.72 g 61.70 h 58.88
L (DEWATA) 61.55 i 63.40 b 63.53 a 62.83
Rataan M 56.55 58.88 58.89
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
94
kekeringan selama periode pembungaan dan pengisian biji merupakan kendala utama
untuk komposisi dan kandungan protein gandum yang terdiri dari gluten. Hal ini juga
didukung oleh penelitian Fergany et al. (2014) yang menyatakan bahwa waktu tanam
(kadar gluten) dan kualitas genotipe gandum. Selanjutnya Surma et al. (2012);
Beckles dan Thitisaksaku (2013) menyatakan bahwa kadar protein, gluten dan pati
Tabel 62. Kadar gluten beberapa genotipe gandum di tiga ketinggian tempat pada
waktu tanam 3 (Nopember 2012-Maret 2013)
Ketinggian Tempat (L)
Genotipe (G) Rataan G
800 mdpl (L1) 1100 mdpl (L2) 1400 mdpl (L3)
--------------------------- % ---------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 57.31 k 58.93 h 56.58 l 57.61
B (HP1744) 51.12 i’ 55.60 q 56.19 m 54.30
C (LAJ3302/2*MO88) 53.51 v 53.31 x 53.49 w 53.44
D (RABE/2*MO88) 59.20 e 51.51 h’ 59.19 f 56.63
E (H-21) 59.60 d 61.48 c 52.33 c’ 57.80
F (G-21) 58.27 j 59.05 g 58.36 i 58.56
G (G-18) 54.04 u 54.20 t 54.66 s 54.30
H (MENEMEN) 55.94 o 55.56 r 55.99 n 55.83
I (BASRIBEY) 52.60 b’ 52.15 d’ 55.93 p 53.56
J (ALIBEY) 52.80 a’ 51.84 f’ 54.04 u 52.89
K (SELAYAR) 52.03 e’ 51.58 g’ 52.90 z 52.17
L (DEWATA) 53.09 y 63.04 b 63.44 a 59.86
Rataan M 54.96 55.69 56.09
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Duncan Multiple Range Test pada taraf α = 5%.
Kesimpulan
waktu tanam lainnya terhadap kadar pati dan kadar gluten biji gandum.
ketinggian tempat lainnya terhadap kadar pati dan kadar gluten biji gandum.
95
BAB VI
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan genotipe dan varietas gandum yang
stabil atau adaptif berdasarkan hasil (berat biji per tanaman) di tiga waktu tanam dan
ketinggian tempat dengan menggunakan data gabungan dari sepuluh genotipe gandum
A=OASIS/SKAUZ//4*BCN; B=HP1744; C=LAJ3302/2*MO88; D=RABE/2*MO88;
E=H-21; F=G-21; G=G-18; H=MENEMEN; I=BASRIBEY; =ALIBEY dan dua
varietas (K=Selayar dan L=Dewata) yang di tanam pada tiga waktu tanam (Maret-Juli
2012, Juli-Nopember 2012 dan Nopember 2012-Maret 2013), pada tiga lokasi (800
mdpl Sibolangit, 1100 mdpl Tigapanah dan 1400 mdpl Berastagi) dengan menggunakan
analisis AMMI (Additive Main Effect and Multiplicative Interaction) yang
diinterpretasikan dalam grafik biplot. Dari hasil analisis AMMI diperoleh genotipe D
stabil di tiga ketinggian tempat, spesifik di lokasi tertentu yaitu genotipe A, genotipe B,
genotipe I dan genotipe F spesifik di lokasi 800 mdpl. Genotipe E, genotipe G dan
varietas K spesifik di lokasi 1100 mdpl. Genotipe C, genotipe H, genotipe J dan varietas
pembanding L spesifik di lokasi 1400 mdpl. Stabil pada tiga waktu tanam adalah
genotipe C dan D. Sedangkan genotipe F, genotipe G, genotipe H dan varietas L
spesifik waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012). Genotipe E, genotipe I dan varietas K
spesifik waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012). Genotipe A, genotipe B dan genotipe J
spesifik waktu tanam 3 (saat Nopember 2012-Maret 2013). Jenis gandum yang stabil
pada seluruh lingkungan adalah genotipe D dan yang paling stabil adalah genotipe J.
Genotipe A dan genotipe I spesifik lingkungan L1 (BBT1), L2 (BBT2), L3 (BBT3) dan
L9 (BRT3). Genotipe F spesifik lingkungan L4 (TPT1). Genotipe E, genotipe G dan
genotipe H spesifik lingkungan L6 (TPT3). Genotipe B dan varietas L spesifik di
lingkungan L7 (BRT1). Sedangkan varietas K spesifik di lingkungan L8 (BRT2) dan L5
(TPT2).
Kata kunci: AMMI, stabil, adaptip, genotipe gandum, waktu tanam, ketinggian tempat
Pendahuluan
kontribusi genetik dalam penampilan akhir tanaman (Gomez dan Gomez, 1985).
Sehingga menurut Tariq et al. (2003) dan Min dan Saleh (2003) bahwa kajian uji
97
salah satu metode yang digunakan untuk menjelaskan tanggap genotipe terhadap variasi
lingkungan yang ditampilkan secara grafik dalam bentuk biplot (Yan et al., 2007).
Biplot AMMI meringkas pola hubungan antar genotipe, antar lingkungan serta antar
(Tabel 63).
Tabel 63. Analisis varian pengujian galur di beberapa lokasi dan beberapa waktu tanam
Sumber Derajat Bebas Kuadrat Nilai Harapan Kuadrat Tengah (EMS)
Variasi (db) Tengah
(SV) (MS)
Waktu (M) (m – 1)
Lokasi (L) (l – 1)
MxL (m – 1)(l – 1)
R/M/L ml(r – 1)
2 2 2
Genotipe (G) (g – 1) M5 σe2 + rσ2GLM + rmσGL + rlσGM + rlmσG
2 2 2
GxM (g – 1)(m – 1) M4 σe + rσGLM + rlσGM
2 2 2
GxL (g – 1)(l – 1) M3 σe + rσGLM + rmσGL
2 2
GxMxL (g – 1)(m – 1)(l – 1) M2 σe + rσGLM
2
Galat (glm – 1)(r – 1) M1 σe
(Mangoendidjojo, 2003).
Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data dari tiga waktu tanam dan
ketinggian tempat. Data yang telah diperoleh digabungkan untuk dilakukan analisis
tanaman gandum. Analisis statistik gabungan yang digunakan berupa program SAS 9.1,
jika diperoleh sidik ragam yang nyata maka dilanjutkan dengan analisis lanjutan
98
menggunakan Uji Jarak Ganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf
metode AMMI.
Interaksi genotipe gandum, waktu tanam dan ketinggian tempat secara nyata
mempengaruhi bobot biji per tanaman (Lampiran 21). Pada Tabel 64 diperoleh interaksi
varietas L (DEWATA) dengan waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012) dan ketinggian tempat
1400 mdpl memiliki bobot biji per tanaman paling tinggi yaitu 10,81 g yang berbeda
nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya. Sedangkan bobot biji per tanaman paling
rendah pada interaksi genotipe G (G-18) dengan waktu tanam 2 (Juli-Nopember 2012)
Tabel 64. Bobot biji per tanaman beberapa genotipe gandum dengan waktu tanam dan
ketinggian tempat
Ketinggian Tempat (L)
Waktu
Genotipe (G) 800 mdpl 1100 mdpl 1400 mdpl
Tanam
(Sibolangit) (Tigapanah) (Berastagi)
------------------------ g ------------------------
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 2,50 j’-n’ 4,99 r-u 7,31 f-i
B (HP1744) 0,91 o’-r’ 5,30 rst 7,71 efg
C (LAJ3302/2*MO88) 0,76 o’-r’ 3,56 a’-g’ 10,28 ab
D (RABE/2*MO88) 1,04 o’-r’ 4,66 t-x 8,76 cd
Mar-Jul E (H-21) 0,29 r’ 4,92 s-v 10,23 ab
(M1) F (G-21) 2,41 k’-n’ 6,62 i-l 10,05 b
G (G-18) 0,27 r’ 6,39 j-n 10,53 a
H (MENEMEN) 0,85 o’-r’ 6,26 k-p 10,78 a
I (BASRIBEY) 2,35 l’m’n’ 6,34 j-o 8,03 ef
J (ALIBEY) 0,43 q’r’ 3,87 y-e’ 9,18 c
K (SELAYAR) 1,15 o’p’q’ 5,34 rst 9,16 c
L (DEWATA) 0,73 o’-r’ 5,72 m-r 10,81 a
A (OASIS/SKAUZ//4*BCN) 2,87 n’ 7,09 g-j 5,07 r-u
B (HP1744) 0,98 o’-r’ 5,44 qrs 4,53 u-y
C (LAJ3302/2*MO88) 0,40 q’r’ 6,44 j-m 5,69 n-r
D (RABE/2*MO88) 0,94 o’-r’ 6,49 jkl 6,45 j-m
Jul-Nov E (H-21) 0,43 q’r’ 6,45 j-m 6,95 h-k
(M2) F (G-21) 3,28 c’-i’ 5,58 p-s 4,91 s-w
G (G-18) 0,23 r’ 6,51 jkl 5,62 o-s
H (MENEMEN) 0,66 p’q’r’ 6,15 l-q 7,78 efg
I (BASRIBEY) 3,32 c’-h’ 6,82 i-l 7,68 efg
J (ALIBEY) 0,50 p’q’r’ 4,17 w-b’ 6,49 jkl
K (SELAYAR) 0,88 o’-r’ 7,57 e-h 7,55 e-h
L (DEWATA) 0,81 o’-r’ 8,13 de 9,99 b
99
yang ditandai tingginya suhu udara maka semakin rendah bobot biji per tanaman.
Sejalan dengan pendapat Wheeler et al. (1996) bahwa lamanya pengisian biji gandum
sangat ditentukan suhu lingkungan dan semakin tinggi suhu udara maka semakin
pendek periode pengisian biji. Hal ini disebabkan akumulasi asimilat menjadi kurang
efisien karena saat suhu tinggi maka laju transpirasi juga tinggi yang mengakibatkan
Tingginya bobot biji per tanaman berhubungan dengan panjang malai, jumlah biji
per malai dan bobot biji per malai. Sesuai dengan hasil analisis korelasi (Lampiran 27)
ada hubungan yang sangat kuat antara panjang malai, jumlah biji per malai, bobot biji
per malai dengan bobot biji per tanaman. Sedangkan arah hubungannya positif yang
berarti semakin tinggi panjang malai maka semakin meningkat jumlah biji per malai,
adaptabilitas dan stabilitas hasil suatu genotipe maupun varietas dan dapat diterangkan
dengan menggunakan model analisis ragam AMMI (Lampiran 24, 25 dan 26) yang
menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara genotipe dengan lokasi, interaksi antara
genotipe dengan waktu tanam dan interaksi genotipe dengan lingkungan (kombinasi
100
waktu tanam dengan lokasi). Selanjutnya genotipe akan dikatakan stabil jika berada
dekat dengan sumbu, sedangkan genotipe yang spesifik lokasi adalah genotipe yang
berada jauh dari sumbu utama namun letaknya berdekatan dengan garis lokasi (Mattjik
lokasi dari data bobot biji per tanaman diperoleh nilai singular (vektor ciri) sebagai
berikut: 9,8858; 2,0618 dan 0,0000. Dari nilai singular tersebut terlihat bahwa
komponen utama ke-1 dan komponen utama ke-2. Dari analisis ragam (Lampiran 24)
interaksi genotipe dengan lokasi berbeda nyata, sehingga genotipe tertentu akan tumbuh
baik pada lokasi tertentu. AMMI2 mampu menerangkan keragaman pengaruh interaksi
genotipe dengan lokasi sebesar 82,70 % dan keragaman yang tidak dijelaskan oleh
Biplot AMMI2 sebagai alat visualisasi dari analisis AMMI dapat digunakan untuk
menjelaskan genotipe-genotipe stabil pada seluruh lokasi uji atau spesifik pada lokasi
tertentu (Gambar 4). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jenis gandum yang stabil
adalah genotipe D (RABE/2*MO88) yang paling dekat dengan titik sumbu dan berada
di dalam selang kepercayaan ellips yang bejari-jari panjang 0,213 dan jari-jari pendek
genotipe F (G-21) spesifik lokasi Sibolangit (Bandarbaru = 800 mdpl). Genotipe E (H-
21), genotipe G (G-18) dan varietas K (SELAYAR) spesifik lokasi Tigapanah (1100
mdpl).
101
Gambar 4. Biplot AMMI2 dari interaksi genotipe gandum dengan lokasi tanam
(kesesuaian model: 82,70 %)
waktu tanam dari data bobot biji per tanaman diperoleh nilai singular sebagai berikut:
3,0534; 1,1472 dan 0,0000. Dari nilai singular tersebut terlihat bahwa banyaknya
komponen yang dapat dipertimbangkan dua komponen AMMI2 yaitu komponen utama
ke-1 dan komponen utama ke-2. Dari analisis ragam (Lampiran 25) interaksi genotipe
dan waktu tanam berbeda nyata, sehingga genotipe tertentu akan tumbuh baik pada
genotipe dengan lokasi sebesar 72,70 % dan keragaman yang tidak dijelaskan oleh
tertentu. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jenis gandum yang stabil adalah
sumbu dan berada di dalam selang kepercayaan ellips yang bejari-jari panjang 0,233
Gambar 5. Biplot AMMI2 dari interaksi genotipe gandum dengan waktu tanam
(kesesuaian model: 72.70 %)
K (SELAYAR) spesifik waktu tanam 2 (musim kemarau sampai saat musim hujan).
lingkungan (kombinasi waktu tanam dengan lokasi) dari data bobot biji per tanaman
103
diperoleh nilai singular sebagai berikut: 40,1402; 16,5662; 10,4981; 6,1145; 1,7562;
0,7855; 0,5673 dan 0,1421. Dari nilai singular tersebut terlihat bahwa banyaknya
Berdasarkan kontribusi keragaman hanya ada dua komponen yang berperan dominan
Dari analisis ragam (Lampiran 26) interaksi genotipe dengan lingkungan (waktu tanam
dan lokasi) berbeda nyata, sehingga genotipe tertentu akan tumbuh baik di lingkungan
lokasi sebesar 52,40 % dan keragaman yang tidak dijelaskan oleh model sebesar
21,40 %.
tertentu. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jenis gandum yang stabil adalah
genotipe D (RABE/2*MO88) dan yang paling stabil adalah genotipe J (ALIBEY) yang
paling dekat dengan titik sumbu dan berada di dalam selang kepercayaan ellips yang
lingkungan.
104
menunjukkan adaptasi dan kestabilan hasil yang berbeda di waktu tanam dan lokasi
penanaman serta gabungan dua faktor lingkungan tersebut. Dari analisis AMMI melalui
paling stabil untuk tiga lokasi penanaman dan tiga waktu tanam serta lingkungan
gabungan waktu tanam dan lokasi penanaman, ini berdasarkan dekatnya jarak genotipe
menyatakan bahwa 1) pusat biplot menunjukkan rata-rata dari genotipe atau lingkungan,
2) jarak yang jauh antara genotipe atau lingkungan dari pusat biplot menunjukkan
interaksi yang kuat dengan genotipe atau lingkungan tersebut, 3) sudut antara vektor
105
genotipe dan lingkungan menunjukkan bahwa terjadi interaksi positif atau negatif.
Mattjik dan Sumertajaya (2002); Rashidi et al. (2013) juga menyatakan bahwa semakin
dekat jarak genotipe ke titik sumbu maka semakin stabil genotipe tersebut, sedangkan
jarak genotipe yang semakin jauh dari sumbu utama namun letaknya berdekatan dengan
Kesimpulan
1. Gandum yang stabil pada tiga lokasi adalah genotipe D (RABE/2*MO88) yang
paling dekat dengan titik sumbu. Genotipe lainnya spesifik di lokasi tertentu yaitu
2. Gandum yang stabil pada tiga waktu tanam adalah genotipe C (LAJ3302/2*MO88)
dan D (RABE/2*MO88) yang paling dekat dengan titik sumbu. Genotipe lainnya
dan yang paling stabil adalah genotipe J (ALIBEY). Genotipe lainnya spesifik di
106
lingkungan.
107
PEMBAHASAN UMUM
tanaman yang berasal dari daerah subtropis, sehingga untuk pembudidayaannya perlu
suatu daerah diarahkan untuk mendapatkan genotipe atau varietas yang dapat
beradaptasi luas dan memiliki stabilitas hasil yang baik dengan kondisi lingkungan
Oleh karena itu dilakukan penelitian selama satu tahun berdasarkan waktu
tanam yang berbeda di ketinggian tempat yang berbeda pula. Hasil penelitian
karakter morfologi, fisiologi dan biokimia yang diamati di ketiga waktu tanam pada
setiap ketinggian tempat. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan sangat
berperan terhadap sifat fenotip suatu tanaman. Sejalan dengan pendapat Roy (2000);
oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan interaksi antara keduanya, sehingga
dari karakter yang diamati, waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012) memberikan pengaruh
lebih baik terhadap tanaman gandum dibandingkan dengan waktu tanam lainnya. Hal
108
ini didukung oleh karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, panjang
malai, jumlah biji per malai, jumlah spikelet per malai, bobot biji per malai, bobot
biji per tanaman dan bobot 1000 biji. Keadaan iklim (curah hujan, suhu, intensitas
penyinaran) waktu tanam 1 dapat dilihat pada Lampiran 4, 7 dan 10 serta Lampiran
13-15.
Pada waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012) penanaman dimulai pada awal musim
hujan dan diharapkan fase pematangan terjadi pada musim kemara, sehingga proses
pertumbuhan dan produksi tanaman gandum berjalan dengan baik. Fase kritis
tanaman gandum terhadap kebutuhan air berada pada awal pertumbuhan, fase
berbunga dan fase pengisian biji. Oleh karena itu, pada fase-fase tersebut
dengan sistem tanam yang dapat dilihat dengan menanam tanaman tersebut di waktu
yang berbeda (Kumar et al., 2013; Zia-ul Hasan et al., 2014; Suleiman et al., 2014;
El-Nakhlawy et al., 2015). Pertumbuhan dan produksi gandum akan menurun ketika
menunjukkan bahwa penundaan penanaman tanaman gandum dari waktu tanam yang
optimal akan menurunkan jumlah anakan produktif, jumlah biji per malai, berat 1000
biji. Kerr et al. (1992); Subdi et al. (1997) menyatakan bahwa genotipe berbeda
dalam menanggapi waktu tanam untuk semua perubahan fenologi, yang diukur
Selain itu perbedaan respons setiap genotipe gandum dapat juga terjadi bila di
tanam di lokasi yang berbeda, pada percobaan ini dilakukan di tiga ketinggian tempat
beradaptasi dan memberikan respons lebih baik untuk seluruh karakter yang diamati
dibandingkan dengan ketinggian tempat lainnya. Hal ini disebabkan oleh keadaan
iklim di 1400 mdpl terutama suhu udaranya mendekati suhu udara daerah subtropik
perbedaan, semakin tinggi ketinggian tempat maka suhu udara semakin rendah, hal
Hasil penelitian Zhao et al. (2009) menyatakan bahwa kenaikan hasil gandum
lebih besar pada lokasi penanaman yang ketinggian tempatnya tinggi daripada
ketinggian tempat rendah. Pada lokasi penanaman dataran tinggi yang memiliki
keadaan iklim optimal, durasi pertumbuhan gandum dipersingkat namun hasil gabah
dipersingkat dan hasil menurun. You et al. (2009) mengamati penurunan yang
signifikan pada hasil karena kenaikan suhu dan menyimpulkan bahwa dengan
Bowden et al. (2008) juga menyatakan bahwa suhu yang tinggi akan
daun dan anakan. Saat pengisian biji, suhu tinggi akan mengakibatkan berkurangnya
ukuran biji dan jumlah spikelet yang berisi biji. Rendahnya jumlah biji dalam
spikelet disebabkan karena cepatnya durasi pengisian biji akibat suhu yang tinggi.
genotipe gandum, sehingga di ketinggian tempat yang berbeda respons satu genotipe
bisa berbeda pula untuk satu parameter yang diamati. Sejalan juga dengan penelitian
Roy (2000); Mohamed (2013) yang menyatakan bahwa penampilan suatu tanaman
110
ditentukan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan interaksi antara keduanya,
Wang et al. (2011) juga menyatakan bahwa sebelum bunga mekar dan sesudah
bunga mekar, pengaruh suhu tinggi memiliki dampak besar pada pertumbuhan
gandum dan mengurangi efisiensi fotosintesis tanaman. Sejalan pula dengan hasil
penelitian Tonkaz et al. (2010) yang menyatakan bahwa ketika suhu maksimum
meningkat 6oC, hasil menurun 30%, sedangkan bila suhu menurun pada 6 oC, hasil
gandum meningkat sekitar 37%. Salisbury dan Ross (1995) juga menyatakan bahwa
suhu tinggi akan merusak tanaman dengan mengganggu arus respirasi dan absorpsi
air. Bila suhu udara meningkat, laju transpirasi meningkat, karena penurunan defisit
tekanan uap dari daya yang hangat dan suhu daun tinggi, yang mengakibatkan
peningkatan tekanan uap air. Tingkat kerusakan akibat suhu tinggi, lebih besar pada
jaringan yang lebih muda, karena terjadi denaturasi protoplasma oleh dehidrasi.
sistem pembelahan mitosis yang berlangsung secara cytokinesis. Hal ini terlihat
adanya kegagalan pembentukan biji, karena pollen grain yang terbentuk steril.
Selain itu pada suhu tinggi, translokasi asimilat terhalang karena terjadinya dehidrasi
akibat respirasi meningkat. Hal ini pula yang menyebabkan terjadinya gangguan
pertumbuhan pada jaringan merismatik akibat asimilat sebagai bahan dasar tidak
dapat mencapai jaringan yang akan dituju (Fitter dan Hay, 1991; Lakitan, 1993).
lokasi penanaman di ketinggian tempat 1400 mdpl juga memiliki kesuburan tanah
yang lebih baik dibanding lokasi tanam lainnya (Lampiran 3). Diperoleh kandungan
111
unsur hara N, P, K dan Mg yang tinggi serta derajat keasaman tanah juga lebih
gandum adaptif dataran tinggi (Dahlan et al., 2003) memberikan respons terbaik
lainnya di waktu tanam 1 (Maret-Juli 2012) dan ketinggian tempat 1400 mdpl. Hal
ini didukung dari karakter panjang malai, jumlah biji per malai, jumlah spikelet per
malai, bobot biji per malai, bobot biji per tanaman, bobot 1000 biji, klorofil a,
klorofil b, klorofil total, LAB, LPT, LTR, kadar pati dan kadar gluten.
Hasil analisis AMMI yang telah dilakukan diperoleh bahwa beberapa genotipe
gandum menunjukkan spesifik terhadap waktu tanam dan ketinggian tempat tertentu
maupun seluruh lingkungan percobaan, dilihat dari letak titik genotipe yang berada
jauh dari sumbu utama pada grafik biplot AMMI2 tapi letaknya berdekatan dengan
garis lokasi. Sedangkan untuk genotipe yang stabil bila letak titik genotipe berada
dekat dengan sumbu. Dari hasil analisis diperoleh genotipe D (RABE/2*MO88) yang
stabil untuk ketinggian tempat dan waktu tanam, sedangkan genotipe J paling stabil
di interaksi ketinggian tempat dan waktu tanam. Dikatakan genotipe stabil bila
genotipe tersebut memiliki peringkat sama dari karakter yang diamati terhadap
Kesimpulan
3. Genotipe D yang stabil di ketiga lokasi, ketiga waktu tanam dan gabungan dua
faktor lingkungan didukung oleh karakter panjang malai, jumlah biji per malai,
jumlah spikelet per malai dan bobot biji per malai. Sedangkan genotipe J paling
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M., A. Rehman, N. Ahmad and I. Rasul. 2007. Planting time effect on grain and
quality characteristics of wheat. Pak. J. Agric. Sci., 44: 200-202.
Abeysiriwardena, D.S.de.Z., G.R. Buss and P.F. Reese Jr. 1991. Analysis of multi
environmental yield trails for testing adaptability of crop genotypes. Tropical
Agriculturist. 147: 85–97.
Acevedo, E., P.Silva and H. Silva. 2002. Growth and Wheat Physiology, Development. FAO
Plant Production and Protection Series in Bread Wheat.
Ahmed, M and S. Farooq. 2013. Growth and physiological responses of wheat cultivars
under various planting windows. The Journal of Animal & Plant Sciences, 23(5). Page.
1407-1414.
Alam, M.Z., S. A. Haider and N. K. Paul. 2006. Growth attributes of barley (Hordium
vulgare L.) cultivars in relation to sowing time. Bangladesh J. Bot. 35(2):185-187.
Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Willey & Sons. Inc. New York,
Ali, M.A., M. Ali, M. Sattar and L. Ali. 2010. Sowing date effect on yield of different wheat
varieties. J. Agri. Res. 48 (2):157 – 162.
Ambarwati, E dan P. Yudono. 2003. Keragaan stabilitas hasil bawang merah. Ilmu Pertanian
Vol.10 No.2:1-10.
Arifin, K., W. Wilia dan W. Winarsih. 2010. Persilangan Empat Varietas Kedelai dalam
Rangka Penyediaan Populasi Awal untuk Seleksi. Universitas Jambi. Jambi.
Aslani, F and M.R. Mehrvar. 2012. Response of wheat genotypes as affected by different
sowing dates. Asian J. Agric. Sci. 4 (1): 72 – 74.
115
Ashraf, M.Y. 1998. Yield and yield components response of wheat (Triticum aestivum L.)
genotypes tinder different soil water deficit conditions. Acta Agron. Hung. 46: 45-51.
Aqil, M., B.P. Marcia dan H. Muslimah. 2011. Inovasi gandum adaptif dataran rendah. Badan
Litbang Pertanian. No 3390. Th XLI.
Baloch, M.J., E. Baloch, W.A. Jatoi and N.F. Vesaar. 2013. Correlations and heritability
estimates of yield attributing traits in wheat (Triticum aestivum L.). Pak. J. Agri. Agril.
Engg. Vet. Sci. 29:96-105.
Baihaki, A., R.E. Stucker and J.W. Lambert. 1976. Association of GxE interaction with
performance level of soybean lines in preliminary yield test. Crop. Sci. 16 (7): 18-21.
Barnabas, B., K. Jager and A. Feher. 2008. The effect of drought and heat stress on
reproductive processes in cereals. Plant Cell Environ. 31: 11–38.
Bilbro, J.D and L.L. Ray. 1976. Environmental stability and adaptation of several cotton
cultivars. Crop Sci. 16(6): 821–824.
Bhandari, G. 2013. Effect of precipitation and temperature variation on the yield of major
cereals in dadeldhura district of far western development region. Nepal.
Braak, C. 1929. On The Climate of and Meteorological Research in The Netherlands Indies.
In KA Wetenschappen van (Ed.) Science in The Netherlands East Indies (pp. 50-64).
Amsterdam.
Buckle, K. A., R.A Edwards, G.H Sheet and M. Wootton. 1997. Ilmu Pangan. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Carvallho, C.G.P., C.A.A. Arias, L.A. Almeida, J.F.F. de Toledo and M.F. Oleivera. 2002.
Genotype and environment interaction on soybean yield in parana state, Brazil. Pesq.
Agropec. Bras. 37:785-792.
Carver, B.F., E.L. Smith and H.O. England. 1987. Regression and cluster analysis of
environmental responses of hybrid and pureline winter wheat cultivars. Crop Sci. 27(4):
659–664.
116
Crossa, J., P.N. Fox, W.H. Pfeiffer, S. Rajaram and H.G. Gauch Jr. 1991. AMMI adjusment
for statistical analysis of an international wheat yield trial. Theoritical and Applied
Genetic. 81:27-37.
Cucolotto, M., V. C. Pipolo, D. D. Garbuglio, N.S.F. Junior, D. Destro and M.K. Kamikoga.
2007. Genotype x environment interaction in soybean: evaluation through three
methodologies. Crop Breeding and Applied Biotechnology. 7: 270-277.
Dahlan, M., Rudijanto, J. Murdianto dan M. Yusuf. 2003. Usulan pelepasan varietas gandum.
balai penelitian tanaman serealia dan pengembangan pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Dai, Y., Z. Shen, Y. Liu, L. Wang, D. Hannaway and H. Lu. 2009. Effects of shade
treatments on the photosynthetic capacity, chlorophyll fluorescence and chlorophyll
content of tetrastigma hemsleyanum diels et gilg. Environmental and Experimental
Botany. 65(2-3). pp 177-182.
Davies , N.B., J.R. Krebs and S.A. West. 2012. An Introduction to Behavioural Ecology:
Fourth Edition. Oxford. Wiley-Blackwell.
Decoteau, D.R. 2000. Vegetable Crop Prentice Hall Upper Saddille River N307458.
Demirel, K., L. Genc, G. Camoglu and S. Asik. 2010. Assessment of water stress using
chlorophyll readings and leaf water content for watermelon. Journal of Tekirdag
Agricultural Faculty. 7(3). pp 155-162.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2010. Gandum. Dirjen Tanaman Pangan. Jakarta.
Doorenbos, AA. and BB. Kassam. 1979. Yield Response to Water. Food and Agric. Org. of
the UN. Rome.
Eberhart, S.A. and W.A. Russell. 1966. Stability parameters for comparing varieties. Crop
Sci. 6:36-40.
Eid, M.H. 2009. Estimation of heritability and genetic advance of yield traits in wheat
(Triticum aestivum L.) under drought condition. International Journal of Genetics and
Molecular Biology. Vol. 1(7) pp.115-120.
El-Nakhlawy, F.S., F. Alghabari and M.Z. Ihsan. 2015. Response of wheat genotypes to
planting dates in the arid region. Scientia Agriculturae.10 (2): 59-63.
Faki H, A.W. Hasan, A. Elahmadi and M. Solh. 1990. Adoption of improved wheat
technology in the sudan: survey results. ICARDA Social Paper. Allepo. Syria. 5: 53.
Falconer, D.S. and T.F.C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetics (4th Edition).
Benjamin-Cummings Publishing Company.
117
Febrianto, E.B., Y. Wahyu dan D. Wirnas. 2015. Keragaan dan keragaman genetik karakter
agronomi galur mutan putatif gandum generasi M5. J. Agron. Indonesia 43 (1): 52-58.
Fergany, M.A., M.S. El-Habbal and M.E. El-Temsah. 2014. Sowing dates effect on some
grain biochemical and technological characteristics of certain wheat cultivars. Asian
Journal of Crop Science. 6: 83-88.
Finlay, K.W. and G.N. Wilkinson. 1963. The analysis of adaptation in a plant-breeding
programme. Aust.J.Agric.Res. 14:742-754.
Fitter, A.H. and R.K.M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Penerjemah: Sri Andani
dan E.D. Purbayanti. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Gardner, P.P., R.B. Pearce and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerjemah : H. Susilo. Penerbit UI Press. Jakarta. 423 hal.
Gauch, H.G., and R.W. Zobel. 1996. AMMI Analysis of Yield Trials. p. 85 – 122. In Kang,
M.S., Gauch, H.G. (Eds.), Genotype by Environment Interaction. CRC Press Inc., Boca
Raton, FL.
Gauch, H.G and R.W. Zobel. 1997. Identifying mega-environments and targeting genotypes.
Crop Sci. 37: 311–326.
Geng, S., B. Hu and D.M. Bassett. 1990. Quantification and classification of locational
effects on cotton cultivar testing programs. Agron. J. 82(3): 514–518.
Gholgadeh A., M.S.M. Amin, A.R. Anuar and W. Aimrun. 2009. Evaluation of spad
chlorophyll meter in two different rice growth stages and its temporal variability.
European Journal of Scientific Research. 37(4):591-598.
Goldsworty, P.R and N.M. Fisher. 1984. The Physiologi of Tropical Field Crops. John Wiley
& Son, Ltd. New York.
Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1985. Statistical Procedures for Agricultural Research. John
Willey & Sons. Inc. Canada.
Gond, V., D.G.G. DePury, F. Veroustraete and R. Ceulemans. 2012. Seasonal variations in
leaf area index, leaf chlorophyll and water content; Scaling-up to estimate fAPAR and
carbon balance in a multilayer. Multispecies Temperate Forest. Tree Physiology. 19 pp
673-679.
Hallauer, A.R and J.B. Miranda. 1995. Quantitative Genetics in Maize Breeding. 2nd. Iowa
State University Press. Ames. United States of America.
118
Harjadi, S.S dan S. Yahya. 1988. Fisiologi Stress Tanaman. PAU IPB. Bogor.
Hendriyani, I. S dan N. Setiari. 2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan kacang panjang
(Vigna sinensis) pada tingkat penyediaan air yang berbeda. J. Sains & Mat. 17(3): 145-
150.
Hidayati, R. 2001. Masalah perubahan iklim indonesia beberapa contoh kasus. Makalah
Falsafah Sains. Program Doktor. IPB. Bogor.
http://www.rudyct.250x.com/sem1_012/rini_hidayati.htm
Hussain, T., M. A. Tariq, Z. Akram, J. Iqbal, A. Rehman and G. Rabbani. 2014. Estimation
of some genetic parameters and inter-relationship of grain yield and yield related
attributes in certain exotic lines of wheat (Triticum aestivum L.). Journal of Biology.
Agriculture and Healthcare. Vol.4. No.2.
Ibrahim, M.Y and H.F. Kittani. 2009. A multivariate analysis of the effects of planting date
on productivity of some wheat genotypes. J. Sc. Tech. 10 (2):46 – 59.
Indriatama, W.M. 2009. Keragaman Sifat Wijen (Sesanum indicul L.) Generasi M3 Hasil
Irradiasi Gamm60Co di Lahan Pasir Pantai. Skripsi: Jurusan Agronomi Fakultas
Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Ishag, H.M and B.A. Mohamed. 1995. Phasic development of spring wheat and its
contribution to yield. J. Agric. Sci., Cambridge, 83:117-140.
Jiang, D., H. Yue and B. Wollenweber. 2009. Effects of post-anthesis drought and
waterlogging on accumulation of highmolecular-weight glutenin subunits and glutenin
macropolymers content in wheat grain. Journal of Agronomy and Crop Science. Vol.
195. No. 2. pp. 89–97.
Kang, M.S. 1998. Using genotype by environment interaction for crop cultivar development.
Advances in Agronomy. 62:199–253.
Kearsey, M.J and H.S. Pooni. 1996. The Genetical Analysis of Quantitative Traits. Chapman
& Hall, London.
Kempton, R.A. 1984. The use of biplots in interpreting variety by environment interactions.
J. Agric. Sci. 122: 335-342.
Kent, N.L and A.D. Evers. 1994. Technology of Cereals, 4th edition. Pergamon press. Oxford.
UK.
119
Kerr N. J., K. H. Siddique and R. J. Delane. 1992. Early sowing with wheat cultivars of
suitable maturity increases grain yield of spring wheat in a short season environment.
Australian Journal of Experimental Agriculture. 32: 717 – 733.
Khan, S.R., R. Rose, D.L. Haase and T.E. Sabin. 2000. Effects of shade on morphology,
chlorophyll concentration and chlorophyll fluorescence of four pacific northwest
conifer species. New Forests. 19 pp. 171-186.
Khan, A.S., I. Salim And Z. Ali. 2003. Heritability of various morp hological traits in wheat.
Int. J. Agri. Biol., Vol. 5, No. 2.
Khan, N and F.N. Naqvi. 2011. Heritability of morphological traits in bread wheat advanced
lines under irrigated and non-irrigated conditions. Asian J. Agric. Sci. 3:215-222.
Khokhar, Z., I. Hussain, B. Khokhar and M.Sohail. 2010. Effect of planting date on yield of
wheat genotypes in sindh. Pakistan J. Agric. Res. Vol. 23. No. 3-4.
Kirby, E.J.M. 2002. Bread Wheat: Botany of The Wheat Plant. Food and Agriculture
Organization of The United Nations. Rome.
Kumar, S., P. Alam and N. Ali. 2013. Response of wheat (Triticum aestivum L. emend. Fori
& Paol.) varieties to sowing dates. Journal of Research KAU. 25:56 -59.
Kroonenberg, P.M. 1995. Interaction to Biplots for G.E Tables. Dep. of Mathematics Res.
Rep. No. 51. University of Queensland Australia.
Laghari, K.A., M.A. Sial, M.A. Arain, A.A. Mirbahar, A.J. Pirzada, M.U. Dahot and S.M.
Mangrio. 2010. Heritability studies of yield and yield associated traits in bread wheat.
Pak. J. Bot. 42:111-115.
Laghari, K.A., M.A. Sial and M.A. Arain. 2012. Effect of high temperature stress on grain
yield and yield components of wheat (Triticum aestivum L.). Sci., Tech. and Dev., 31
(2): 83-90.
Lak, M., A. Farnia and M. Shaban. 2013. Effact of different sowing dates on yield
components of wheat (Triticum aestivum L.) cultivars in Lorestan Provience, Iran. Adv.
Agri. Biol.1 (4): 89-93.
Lin, C.S., M.R. Bins and L.P. Lefkovitch. 1986. Stability analysis: where do we stand. Crop
Sci (26) : 894-900.
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik I. Penerjemah:
Kuswata Kartawinata, Sarkat Danimiharja dan Usep Soetisna. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Mahboob, A.S., M.A. Arain, S. Khanzada, M.H. Naqvi, M.U. Dahot and N.A. Nizamani.
2005. Yield and quality parameters of wheat genotypes as affected by sowing dates and
high temperature stress. Pak. J. Bot., 37(3):575-584.
Mattjik, A.A dan I.M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan
Minitab. Edisi ke-2 IPB Press. Bogor.
McDonald, M.B and L.O. Copeland. 1997. Seed Production: Principles and Practices.
Published by Chapman & Hall Chapman. New York.
Min, T and G.B. Saleh. 2003. Phenotypic stability of selected tropical maize genotypes at
four locations. Asian Journal of Plant Sciences 2(10): 743-747.
Mohamed, N.E.M. 2013. Genotype by environment interactions for grain yield in bread
wheat (Triticum aestivum L.). Journal of Plant Breeding and Crop Science. Vol. 5(7).
pp.150-157.
Mohsen, B and T. Yamada. 1991. Screening spring wheat genotypes (Triticum Sp.) for
seedling emergence under optimal and suboptimal temperature conditions. Japan J
Breed. 41:381-387.
Naheed, G and A. Mahmood. 2011. Water requirement of wheat crop in pakistan. Pakistan
Journal of Meteorology. Vol.6 (11):89-97.
Navabi, A., R.C. Yang, J. Helm and D.M. Spawer. 2006. Can spring wheat growing mega-
environments in the northern great plain be dissected for representative locations or
nice-adapted genotypes. Crop Science. 46: 1107-1116.
Nor, K.M and F.B. Cady. 1979. Methodology for identifying wide adaptability in crops.
Agron. J. 71: 556–559.
Ortiz, B.V. 2012. Planting date and variety selection effects on wheat yield. Alabama A&M
and Auburn Universities.
Pabendon, M.B., R. Haeruddin dan M. Hamdan. 2009. Kemajuan pemuliaan gandum tropis.
warta penelitian dan pengembangan pertanian. Balai Penelitian Tanaman Serealia,
Maros. Sulawesi Selatan.
121
Pande, P and R.S. Verma. 2011. Sowing date and varietal effects on chlorophyll content and
photosynthetic rate of wheat. Pantnagar J. Res. 9 (1): 8-11.
Perkins, J.M and J.L. Jinks. 1968. Environmental and genotype-environmental components of
variability. III. Multiple lines and crosses. Heredity. 339–356.
Pfeiffer, T.W., J.L. Grabou and J.H. Orf. 1995. Aearly maturity soybean production system;
genotype x environmental interaction between regions of adaptation. Crop Sci. 35: 108-
112.
Prasad, P.V.V., S.R. Pisipati., I. Momcilovic and Z. Ristic. 2011. Independent and combined
effect of high temperature and drought stress during grain filling on plant yield and
chloroplast EF-Tu expression in spring wheat. Journal of Agronomy and Crop Science.
Vol. 197. Issue 6.430-441.
Puslitbang Tanaman Pangan. 2008. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Gandum.
Bogor.
Rahman, M.A., J. Chikushi, S. Yoshida and A.J.M.S. Karim. 2009. Growth and yield
components of wheat genotypes exposed to high temperature stress under control
environment. Bangladesh J. Agril. Res. 34(3): 361-372.
Rashidi, M., E. Farshadfar and M. M. Jowkar. 2013. AMMI analysis of phenotypic stability
in chickpea genotypes over stress and non-stress environments. Intl J Agri Crop Sci.
Vol 5. (3). 253-260.
Roy, D. 2000. Plant Breeding, Analysis and Exploitation of Variation. Narosa Publishing
House, New Delhi. 701 pages.
Said A, H. Gul, B. Saeed, B. Haleema, N.L. Badshah and L. Parveen. 2012. Response of
wheat to different planting dates and seeding rates for yield and yield components.
ARPN Journal of Agricultural and Biological Science. Vol 7. (2): 138-140.
Salisbury, F.B and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan II. Penerjemah: Diah. R. Lukman
dan Sumaryono. ITB. Bandung.
Salter, P.J and J.E. Goode. 1967. Crop responses to water at different stages of growth.
commonwealth agricultural bureau. Research Review No. 2.
Santoso, B.A.S., Nasta dan S. Widowati. 1997. Studi karakteristik pati ubi jalar. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Pangan. Dalam S. Budijanto, F. Zakaria, R.D. Hariyadi
dan B. Satiawiharja. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia dan Kantor
Menteri Negara Urusan Teknologi Pangan Republik Indonesia. Jakarta.
Schoffl, F., R. Prandl and A. Reindl. 1999. Molecular Responses to Heat Stress. In:
Shinozaki, K., Yamaguchi-Shinozaki, K. (Eds.), Molecular Responses to Cold,
Drought, Heat and Salt Stress in Higher Plants. R. G. Landes Co.,Austin, Texas, pp.
81–98
122
Simmonds, N.W. 1991. Selection for local adaptation in a plant breeding programme.
Theoretical and Applied Genetics. 82: 363–367.
Singh, R.K and B.D. Chaudhary. 1979. Biometrical Methods in Quantitative Qenetic
Analysis. Kalyani Publishers, New Delhi.
Smith, C.W. 1990. Crop Production. John Wiley & Son, Ltd. New York.
Stone P. 2001. The effects of heat stress on cereal yield and quality. In: Basra, A.S. (Ed.),
crop responses and adaptation to temperature stress. Food Products Press, Binghamton.
NY. pp. 243–291.
Subagyo. 2001. Uji adaptasi atau persiapan pelepasan varietas gandum di jawa tengah.
seminar nasional. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura II. Semarang.
Suleiman, A.A., J.F. Nganya and M.A. Ashraf. 2014. Effect of cultivar and sowing date on
growth and yield of wheat (Triticum aestivum L.) in Khartoum, Sudan. Journal of
Forest Products & Industries. 3(4), 198-203.
Suprayogi dan Ismangil. 2004. Laju akumulasi bahan kering, kemampuan serapan N, P, dan
Na beberapa varietas padi pada cekaman garam, perlakuan nitrogen dan phosphat.
Agronomika (4)1:11-17.
Syukur, M., S. Sujiprihati dan R. Yunianti. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tariq, M., M. Irshad, Ulhaq, A.A. Kiami and N. Kamal. 2003. Phenotypic stability for grain
in maize genotypes under varied rainfed enviroments. Asian Journal of Plant Sciences.
2(1): 80-82
Tayyar, S. 2010. Variation in grain yield and quality of romanian bread wheat varieties
compared to local varieties in Northwestern Turkey. Roman. Biotechnol. Lett., 15:
5189-5196.
Tonkaz, T., E. Dogan and R. Kocyigit. 2010. Impact of temperature change and elevated
carbon dioxide on winter wheat (Triticum aestivum L.) grown under semi-arid
conditions. Bulgarian Journal of Agricultural Science. 16 (5): 565-575.
123
Ud-din, R., G.M. Subhani, N. Ahmad, M. Hussain and A.U. Rehman. 2010. Effect of
temperature on development and grain formation in spring wheat. Pak. J. Bot., 42(2):
899-906.
Valero, A., De Juan, M. Maturano, A.A. Ramirez, J.M.T. Martin-Benito and J.F.O.
Al v arez. 2005. Growt h and nit rogen us e efficiency of irrigated maize in a
semiarid regionas affected by nitrogen fertilization. Spanish J.Agri. Res.3(1):
134-144.
Van der Mescht, A., J. A. de Ronde and F.T. Rossouw. 1999. Chlorophyll fluorescence and
chlorophyll content as a measure of drought tolerance in potato. South African Journal
of Science 95:407-412.
Nio, S.A. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air pada tanaman.
Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 11 No. 2.
Vargas, M., J. Crossa, F. Van Eeuwijk, K.D. Sayre and M.P. Reynolds. 2001.
Interpreting treatment x environment interaction in agronomy trials.
Agronomy Journal. 93:949-960.
Waluyo, D.D dan Suharto. 1990. Heritabilitas, Korelasi Genotip dan Sidik Lintas
Beberapa Karakter Galur-galur Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L) di Dataran
Rendah. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Wang, X., J. Cai, D. Jiang, F. Liu, T. Dai and V Cao. 2011. Pre-anthesis high-temperature
acclimation alleviates damage to the flag leaf caused by post-anthesis heat stress in
wheat. J Plant Physiol. 168(6):585-593.
Welirang, F. 2015. Indonesia Jadi Salah Satu Pengimpor Gandum Terbesar Dunia. Republika
Online.
Wheeler, T.R., T.D. Hong, R.H. Ellis, G.R. Batts, J.I.L. Morison and P. Hadley. 1996. The
duration and rate of grain growth and harvest index of wheat (Triticum aestivum L.) in
response to temperature and CO2. Journal of Experimental Botany. Vol. 47., No. 298.
623-630.
Wright, H., J. DeLong, P. A. Harrison, A.H.L.A.N. Gunawardena and R. Prange. 2010. The
effect of temperature and other factors on chlorophyll a fluorescence and the lower
oxygen limit in apples (Malus Domestica). Postharvest Biology and Technology.
Volume 55. Issue 1. Pages 21–28.
Yan, W., M.S. Kang, B. Ma, S. Woods and P.L. Cornelius. 2007. GGE biplot vs. AMMI
analysis of genotype-by-environment data. Crop Sci. 47(2): 643–653.
124
Yang, J. S., M.S. Lee, J.G. Kim and H.J. Han.1990. Studies on the nutritive value of
forage barley. I. the comparative analysis of growth and dry matter accumulation
pattern in barley and rye. research reports of the rural development administration.
Livestock.32: 42-48.
Yang, J., R.G. Sears, B.S. Gill and G.M. Paulsen. 2002. Growth and senescence
characteristics associated with tolerance of wheat-alien amphiploids to high temperature
under controlled conditions. Euphytica. 126: 185–193.
Yang, X., Ch. Chenc., Q. Luod., L. Lid and Q. Yud. 2011. Climate change effects on wheat
yield and water use in oasis cropland. International Journal of Plant Production.
5 (1):83-94.
You, L., M.W. Rosegrant, S. Wood and D. Sun. 2009. Impact of growing season temperature
on wheat productivity in China. Agric Meteor. 149:1009-1014.
Zhao, H., F.M. Li, Y.C. Xiong, Q. Zhang, R.Y. Wang and Q.G. Yang. 2009. Effects of air
temperature change on spring wheat growth at different altitudes in northwest arid area.
Ying Yong Sheng Tai Xue Bao. 20 (4):887-93.
Zecevic, V., J. Boscovic, M. Dimitrijevic and S. Petrovic. 2010. Genetic and phenotypic
variability of yield components in wheat (Triticum aestivum L.). Bulgarian Journal of
Agricultural Science. 16 (No 4) 2010, 422-428.
Zia-ul Hassan, M., A. J. Wahla, M. Q. Waqar and A. Ali. 2014. Influence of sowing date on
the growth and grain yield performance of wheat varieties under rainfed condition. Sci.
Tech. and Dev.33 (1): 22- 25.
125
Asal : KAVKAZ/BUHO/KALIANSONA/BLUEBIRD
Introduksi dari India.
Umur berbunga : Dataran tinggi (> 1000 m dpl) ± 82 hst
Dataran rendah (400 – 800 m dpl) ± 55 hst
Umur masak : Dataran tinggi 129 hst
Dataran rendah 90 hst
Tipe batang : Kompak
Warna daun : Hijau
Warna tangkai daun : Hijau tua
Jumlah malai per m2 : ± 390
Panjang malai : ± 11 cm
Jumlah biji per malai : ± 47 butir
Warna bulu : Hijau
Warna biji : Kuning kecoklatan
Hasil biji : Dataran tinggi ± 2,96 t/ha
Dataran rendah ± 2.04 t/ha
Bobot 1000 biji : ± 46 gr
Bobot 1 liter biji : ± 848 gr
Ukuran biji : Sedang
Kandungan protein : 13,94 % (wet bases)
Kandungan maltose : 3,19 %
Kadar gluten : 12,9 %
Kadar abu : 1,78 %
Keterangan : - Dianjurkan untuk dataran tinggi (< 1000 m dpl)
- Sesuai untuk pembuatan roti
Pemulia : Muslimah, M. Jusuf, Sumarny Singgih, Marsum
Dahlan, Rudiyanto, Riyo Samekto, Joko Murdono,
Bistok Simanjutak, Soebandi.
Teknisi : Ismail R.P., Hasnah, Martina Ranggi, Magdalena Girik.
127
Lampiran 4. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas cahaya matahari (%) harian bulan Maret-Juli 2012 (waktu tanam 1) di
ketinggian tempat 800 mdpl (Sibolangit)
Tahun 2012
Tanggal Maret April Mei Juni Juli
Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS
1 23.8 5 24 24.4 8 9 25.5 30 11 25.9 30 12 24.4 21
2 5 21.6 2 10 24.2 3 18 24.5 63 25.1 77 25.4 70
3 24.9 30 24.6 7 24.3 27 24.7 83 21.6 51
4 12 24.8 10 8 22.1 2 25.1 67 3 22.6 88 25.1 0
5 24.3 55 5 24.5 1 23 25.1 0 2 25.4 77 8 24.5 45
6 24.9 5 24.7 3 19 23.1 58 3 24.1 0 4 23.8 82
7 6 24.3 7 24.2 4 24.7 75 24.1 4 25.5 0
8 23.1 32 24.8 7 25.9 59 2 21.2 81 18 25.4 0
9 72 23.4 76 41 24.3 23.2 90 24.1 14 21.2 24
10 20.9 5 4 25.7 4 24.7 84 24.9 32 21.4 58
11 3 22.4 59 7 23.9 4 21 25.5 24 5 24.9 42 9 25.5 13
12 2 23.4 15 23.9 9 5 24.4 37 15 25.6 63 21.8 60
13 21.6 7 8 24.5 3 25.7 18 25.4 91 23.2 65
14 17 24.5 93 43 21.7 10 22.1 47 24.1 23 25.3 78
15 1 21.6 63 24.6 6 24.1 28 25.2 91 7 22.1 47
16 24.9 13 25.7 12 24 26.1 34 22.2 62 23.4 23
17 2 24.9 92 24.8 12 22.4 37 1 23.6 80 20.9 0
18 25.4 74 10 24.9 9 25.7 26 24.9 84 14 23.2 31
19 5 23.8 63 25.6 4 21 25.1 19 22.2 71 24.8 4
20 23.6 4 24.7 15 24.6 26 22.3 35 25.3 51
21 7 23.1 62 17 21.9 3 24.5 44 25.7 0 25.8 13
22 24.4 64 24.9 30 2 24.4 0 23.1 90 24.4 40
23 8 23.4 65 24.8 10 25.9 65 3 24.3 68 24.3 58
24 24.5 71 20 22.5 13 1 24.3 26 25.2 91 5 24.7 58
25 37 23.7 70 25.6 25.1 26 24.9 53 25.6 81
26 24.9 7 17 22.2 3 25.4 26 24.2 19 24.8 73
129
Lampiran 4. Lanjutan
27 6 25.3 18 24.3 30 25.1 71 25.8 25.5 90
28 24.4 42 3 31 25.8 48 25 24.6 70 93 23.9 82
29 24.9 81 22.3 13 20 24.1 14 24.6 51 24.5 51
30 12 25.2 83 11 25.6 21 24.1 35 25 24.4 3 24.5 36
31 24.2 21 24.1 11 15 25.1 34 24.7 54 20 24.2 24
Jumlah 195 312 209 95 190
Rataan 23.1 43.1 23.4 8.9 24.7 39.9 24.3 54.2 24.1 42.9
Keterangan: Ch = Curah hujan; T = Temperatur; SS = Intensitas cahaya matahari
Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali, Medan (2012)
130
Lampiran 5. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas cahaya matahari (%) harian bulan Juli-Nopember 2012 (waktu tanam 2) di
ketinggian tempat 800 mdpl (Sibolangit)
Tahun 2012
Tanggal Juli Agustus September Oktober Nopember
Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS
1 12 24.4 21 14 23.3 26 4 24.5 90 67 25.1 6 42 24.4 43
2 25.4 70 25.6 0 24.3 95 23.4 62 21 25.8 28
3 21.6 51 21 24.6 28 16 24.4 0 5 24.3 15 80 24.6
4 25.1 0 21.7 43 22.3 3 11 23.3 6 4 24.2 2
5 8 24.5 45 25.2 60 23.8 21 24.6 21 68 24.5 25
6 4 23.8 82 10 21.9 54 4 24.1 0 23.7 49 24.4 28
7 25.5 0 22.2 28 24.4 24 7 22.3 72 19 64
8 18 25.4 0 2 22.3 13 22.1 25 21.5 33 3 24.3 40
9 21.2 24 21.8 65 22.1 24 26 25.2 24 7 24.6 50
10 21.4 58 25.8 0 0 24.5 62 24.6 40 11 24.3 2
11 9 25.5 13 2 24.3 0 21.2 0 2 21.7 21 2 24.5 15
12 21.8 60 22.2 49 5 24.1 25 22.1 46 6 22.1 56
13 23.2 65 36 23.5 28 15 21.8 8 2 23.1 74
14 25.3 78 25.7 77 3 23.5 30 10 24.2 23 11 22.5 83
15 7 22.1 47 24.5 80 23.9 18 24.1 31 24.4 58
16 23.4 23 25.7 9 21.8 6 35 25.4 22 18 22.1 60
17 20.9 0 3 25.1 79 2 24.6 6 24.5 27 15 25.3 4
18 14 23.2 31 16 21.4 0 23.7 94 21.4 28 5 22.3 75
19 24.8 4 25.5 5 24.5 29 46 25.1 10 5 21.4 0
20 25.3 51 35 21.4 92 2 22.2 35 24.6 51 8 25.2 60
21 25.8 13 3 25.4 41 24.5 24 130 24.7 13 24.8 61
22 24.4 40 24.7 18 24.5 23 25.6 31 6 22.1 60
23 24.3 58 21.4 41 2 25.2 45 13 24.1 20 8 25.5 29
24 5 24.7 58 36 24.4 46 24.7 23 25.7 31 6 24.1 3
25 25.6 81 22.5 59 22.2 11 25.8 3 44 24.8 28
26 24.8 73 23.8 29 5 23.2 0 25.5 42 21.3 52
131
Lampiran 5. Lanjutan
27 25.5 90 4 25.6 49 24.8 9 21.3 26 11 24.7 15
28 93 23.9 82 24.3 19 24.3 8 3 23.6 0 16 15
29 24.5 51 3 23.5 23 26 24.9 57 11 24.3 19 45 25.8 52
30 24.5 36 24.2 50 23.1 58 24.6 9 24.9 57
31 20 24.2 24 4 22.3 33 23.4 19 57 22.2 12 25.9 33
Jumlah 190 189 69 434 463
Rataan 24.1 42.9 23.7 36.9 23.7 28.9 23.9 25.8 24.1 39.1
Keterangan: Ch = Curah hujan; T = Temperatur; SS = Intensitas cahaya matahari
Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali, Medan (2012)
132
Lampiran 6. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas cahaya matahari (%) harian bulan Nopember 2012 -Maret 2013 (waktu
tanam 3) di ketinggian tempat 800 mdpl (Sibolangit)
Tahun 2012 Tahun 2013
Tanggal Nopember Desember Januari Pebruari Maret
Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS
1 42 24.4 43 6 24.8 46 11 25.6 32 27 23.5 11 2 24.1 40
2 21 25.8 28 38 24.8 4 9 24.4 74 25.8 0 25.2 42
3 80 24.6 1 24.5 6 13 24.3 26 0 24.3 18 13 24.1 60
4 4 24.2 2 4 25.4 16 21.9 16 88 24.7 4 35 24.6 71
5 68 24.5 25 27 24.4 21 2 24.4 23 4 24.3 32 5 24.6 0
6 24.4 28 4 24.6 14 31 24.7 81 8 21.9 16 24.2 41
7 19 64 5 25.3 10 0 13 24.4 46 1 25.2 58
8 3 24.3 40 24.4 3 1 24.3 13 37 21.8 47 37 24.4 40
9 7 24.6 50 16 24.7 12 21.4 8 34 24.6 18 2 23.3 51
10 11 24.3 2 14 24.5 11 3 24.6 4 16 24.6 21 0 22.3 71
11 2 24.5 15 12 25.8 15 12 23.7 45 2 25.9 44 24.7 18
12 6 22.1 56 25.7 45 1 21.6 23.4 19 22.4 31
13 2 23.1 74 25 24.1 5 25.7 29 24.7 41 24.9 74
14 11 22.5 83 24.7 34 28 24.5 52 0 25.2 44 26.4 10
15 24.4 58 27 25.9 50 24.3 10 1 24.6 61 1 25.3 9
16 18 22.1 60 25.4 51 27 22.2 73 8 21.2 43 25.1 70
17 15 25.3 4 15 25.9 68 2 25.6 80 25.9 0 24.8 28
18 5 22.3 75 37 24.7 3 24.6 28 28 25.7 10 5 25.7 49
19 5 21.4 0 26.1 59 1 24.2 25 4 21.7 0 24.5 50
20 8 25.2 60 12 25.1 19 43 22.2 42 0 25.5 18 21.7
21 24.8 61 8 24.8 5 1 24.3 13 0 24.5 20 12 24.9 71
22 6 22.1 60 2 25.9 25 24.9 41 6 21.7 88 26.7 72
23 8 25.5 29 24.5 15 7 24.6 35 8 24.4 8 22.2 71
24 6 24.1 3 24.6 11 20 25.7 80 3 21.9 10 33 23.4 73
25 44 24.8 28 23 25.5 25 22 21.4 23 2 20 6 25.8
26 21.3 52 0 24.5 45 22.5 43 21.3 73
133
Lampiran 6. Lanjutan
27 11 24.7 15 3 25.5 41 13 24.6 63 24.7 24.5 65
28 16 15 4 23.6 73 25.5 11 36 25.6 20 2 24.2 51
29 45 25.8 52 24.5 3 17 24.3 9 50 1 24.3 60
30 24.9 57 5 26.4 11 4 24.3 44 11 21.3 81 22.2 65
31 25.9 33 11 25.4 12 27 25.4 10 79 25.6 42 24.9 92
Jumlah 463 299 295 465 155
Rataan 24.1 39.1 24.2 24.5 24.1 34.4 24.1 27.9 24.3 51.9
Keterangan: Ch = Curah hujan; T = Temperatur; SS = Intensitas cahaya matahari
Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali, Medan (2012)
134
Lampiran 7. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas cahaya matahari (%) harian bulan Maret-Juli 2012 (waktu tanam 1) di
ketinggian tempat 1100 mdpl (Tigapanah)
Tahun 2012
Tanggal Maret April Mei Juni Juli
Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS
1 21.8 10 21.2 21.5 44 4 21.9 35 21.4 54
2 21.6 2 10 21.2 3 18 21.5 0 22.1 79 20 21.4 13
3 6 21.9 34 20.6 7 22.3 68 22.7 87 21.6 40
4 12 21.8 8 22.1 2 22.1 59 22.6 91 21.1 13
5 21.3 59 5 21.5 1 25 22.1 0 2 22.4 77 8 21.5 60
6 20.9 5 20.7 3 19 22.1 58 3 21.1 0 4 21.8 70
7 6 21.3 7 24 22 4 21.7 78 20.1 4 21.5 0
8 20.1 5 35 20.8 7 21.9 84 2 21.2 81 14 21.4 0
9 72 20.4 76 21 10 22.2 75 21.1 14 21.2 24
10 20.9 5 4 20.7 4 21.7 48 20.9 62 12 21.4 68
11 3 21.4 59 7 21.9 4 21 21.5 24 5 21.9 42 9 21.5 28
12 2 21.4 15 46 21.9 11 5 21.4 40 15 21.6 63 21.8 89
13 21.6 7 8 22.5 3 21.7 18 21.4 94 21.2 58
14 18 21.5 93 43 21.7 10 22.1 47 21.1 23 22.3 92
15 1 21.6 63 21.6 6 22.1 28 21.2 91 7 22.1 50
16 21.9 13 21.7 12 26 22 14 22.2 21.4 23
17 2 20.9 92 21.8 18 22.4 35 1 21.6 84 20.9 0
18 22.4 76 7 21.9 9 22.7 90 21.9 84 21.2 31
19 5 20.8 63 21.6 4 25 22.1 36 22.2 76 20.8 4
20 22.4 4 15 22.6 37 22.3 35 21.3 68
21 7 21.1 65 19 21.9 3 10 22.5 33 21.7 30 22 21.8 44
22 21.9 42 2 22.4 63 23.1 92 21.4 24
23 21.4 68 21.8 10 22.9 27 3 22.3 68 21.3 58
24 8 21.5 71 20 22.5 13 1 22.3 67 21.2 91 5 20.7 0
25 40 20.7 76 21.6 11 22.1 40 20.9 55 21.6 45
26 21.9 7 17 22.2 3 15 22.4 19 12 21.2 19 21.8 98
135
Lampiran 7. Lanjutan
27 6 21.3 18 21.3 32 22.1 26 21.8 58 21.5 100
28 14 20.4 64 45 22.1 3 21.8 26 27 21.6 70 95 20.9 97
29 21.9 87 22.3 13 20 22.1 26 21.6 51 22 62
30 21.2 86 13 21.6 25 22.1 26 25 21.4 3 21.5 94
31 21 21 34 22.1 26 0 22.2 78
Jumlah 202 324 221 99 196
Rataan 20.6 44.2 20.9 9.9 22.1 40.7 21.7 55.3 21.5 47.9
Keterangan: Ch = Curah hujan; T = Temperatur; SS = Intensitas cahaya matahari
Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali, Medan (2012)
136
Lampiran 8. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas cahaya matahari (%) harian bulan Juli-Nopember 2012 (waktu tanam 2) di
ketinggian tempat 1100 mdpl (Tigapanah)
Tahun 2012
Tanggal Juli Agustus September Oktober Nopember
Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS
1 21.4 54 22.3 82 21.5 92 28 21.5 6 13 21 40
2 20 21.4 13 3 21.6 0 22.3 97 17.3 73 21 20.3 28
3 21.6 40 23 21.6 29 21.4 0 5 21.6 15 84 21.4 43
4 21.1 13 21.7 49 22.3 3 11 21.3 6 4 20.7 2
5 8 21.5 60 21.2 64 17 20.8 22 21.6 21 68 20.5 25
6 4 21.8 70 10 21.9 56 4 21.1 0 22.2 49 28
7 21.5 0 22.2 83 21.4 24 7 22.3 81 19 21.1 68
8 14 21.4 0 2 22.3 80 22.1 25 21.5 33 3 21.2
9 21.2 24 21.8 9 22.1 24 21.2 24 7 21.8 50
10 12 21.4 68 21.8 0 1 21.5 64 21.6 43 22.1 2
11 9 21.5 28 2 22.3 0 21.2 0 2 21.7 21 2 22.1 19
12 21.8 89 22.2 49 6 21.1 25 70 22.1 51 6 21.6 56
13 21.2 58 20.5 28 21.2 15 21.8 8 2 21 74
14 22.3 92 21.7 29 3 21.5 30 10 21 23 11 22.5 83
15 7 22.1 50 36 21.5 0 21.9 18 21.1 35 21.4 58
16 21.4 23 21.7 28 21.8 6 39 21.4 27 20 22.1 60
17 20.9 0 3 21.1 28 1 20.6 6 21.5 27 15 22.3 4
18 21.2 31 16 21.4 13 21.7 94 21.4 28 5 22.3 79
19 20.8 4 21.5 65 21.5 33 49 21.1 10 5 21.4 0
20 21.3 68 38 21.4 23 2 22.2 41 21.6 57 8 21.4 66
21 22 21.8 44 3 21.4 53 21.5 24 135 21.7 13 16 21.8 61
22 21.4 24 19.7 33 21.5 23 21.6 31 6 22 64
23 21.3 58 21.4 43 2 22.2 54 13 22.1 20 8 21.5 29
24 5 20.7 0 40 21.4 46 21.7 23 21.7 37 22 3
25 21.6 45 4 22.5 63 4 21.2 11 21.8 3 46 20.8 28
26 21.8 98 22 53 5 20.4 0 22.1 57 21.3 58
137
Lampiran 8. Lanjutan
27 21.3 18 4 21 19 19.8 9 21.4 26 11 21.5 15
28 95 20.4 64 20.3 18 21.3 8 3 21.3 0 44 21.9 15
29 21.9 87 14 20.5 5 29 20.9 60 11 21.3 19 49 21.8 52
30 21.2 86 22 95 22.1 61 21.6 9 21.9 61
31 21 21 22.3 43 19 60 21 12 6 33
Jumlah 196 198 74 454 479
Rataan 21.5 47.9 21.6 38.3 21.5 30 21.4 27.9 21.5 40.1
Keterangan: Ch = Curah hujan; T = Temperatur; SS = Intensitas cahaya matahari
Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali, Medan (2012)
138
Lampiran 9. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas cahaya matahari (%) harian bulan Nopember 2012-Maret 2013 (waktu
tanam 3) di ketinggian tempat 1100 mdpl (Tigapanah)
Tahun 2012 Tahun 2013
Tanggal Nopember Desember Januari Pebruari Maret
Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS
1 13 21 40 4 21.8 12 3 22.6 65 30 21.5 46 22.1 78
2 21 20.3 28 41 21.8 3 9 21.4 89 39 21.8 44 42 23.0 18
3 84 21.4 43 1 21.5 12 14 21.3 28 0 21 61 15 22.0 33
4 4 20.7 2 4 21.4 3 22 21.9 19 91 21.7 4 21.6 75
5 68 20.5 25 31 21.4 11 2 20.4 23 4 21.3 34 6 21.6 0
6 28 21.6 14 33 20.7 85 8 21.9 16 21.2 41
7 19 21.1 68 5 22.3 46 31 0 13 20.4 49 1 21.0 64
8 3 21.2 22.4 44 1 21 13 21.8 54 21.4 67
9 7 21.8 50 18 21.7 76 17 21.4 8 34 22 18 2 22.3 100
10 22.1 2 14 20.5 11 21 4 19 21.6 21 0 22.3 64
11 2 22.1 19 12 20.8 16 14 20.7 50 2 20.9 48 21.7 40
12 6 21.6 56 21.7 51 1 21.6 21.4 19 22.4 51
13 2 21 74 27 21.1 5 21.7 29 20.7 11 1 21.9 81
14 11 22.5 83 6 21.7 36 19.5 23 0 21.2 0 21.4 10
15 21.4 58 30 21.9 52 12 21.4 46 1 21.6 18 21.3 9
16 20 22.1 60 21.4 54 30 22.2 62 8 21.2 46 5 21.1 73
17 15 22.3 4 15 20.9 48 2 21.6 10 20.9 0 20.8 28
18 5 22.3 79 39 21 4 20.6 76 31 20.7 10 20.7 58
19 5 21.4 0 21.1 6 1 21 9 4 21.7 0 21.5 50
20 8 21.4 66 13 21.1 19 46 22.2 46 0 20.5 8 21.7
21 16 21.8 61 8 21.8 5 21.3 10 0 20.5 10 14 21.9 71
22 6 22 64 2 21.9 27 20.9 41 6 21.7 95 36 21.7 45
23 8 21.5 29 21.5 19 7 20.6 38 8 21.4 89 22.2 46
24 22 3 11 21.6 11 1 21.7 80 3 21.9 46 36 23.4 64
25 46 20.8 28 25 21.5 25 21.4 35 2 20 6 21.8
26 21.3 58 0 21.5 16 22.5 82 20 21.3 73
139
Lampiran 9. Lanjutan
27 11 21.5 15 3 21.5 23 13 21.6 29 21.7 20 22.0 72
28 44 21.9 15 4 21.6 18 29 21.5 11 40 21.6 20 2 21.2 51
29 49 21.8 52 21.5 71 21.3 25 55 1 22.0 75
30 21.9 61 5 1.4 3 4 21.3 44 11 21.3 22.2 82
31 6 33 21.4 62 25 21.4 13 82 20.6 2 21.9 73
Jumlah 479 318 317 491 169
Rataan 21.5 40.1 20.2 25.9 21.3 36.4 21.3 29.5 21.8 54.9
Keterangan: Ch = Curah hujan; T = Temperatur; SS = Intensitas cahaya matahari
Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali, Medan (2012)
140
Lampiran 10. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas cahaya matahari (%) harian bulan Maret-Juli 2012 (waktu tanam 1) di
ketinggian tempat 1400 mdpl (Berastagi)
Tahun 2012
Tanggal Maret April Mei Juni Juli
Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS
1 18.8 15 8 18.2 7 38 18.5 44 2 18.9 70 18.4 58
2 18.6 2 13 18.2 3 18.5 0 19.1 85 18.4 13
3 6 18.9 34 17.6 3 19.3 73 19.7 80 95 18.6 40
4 12 18.8 59 1 19.1 2 19.1 59 19.6 100 20 18.1 15
5 18.3 59 5 18.5 1 19.1 0 2 19.4 71 8 18.5 60
6 7 17.9 5 5 17.7 3 19 19.1 58 3 18.1 0 4 18.8 70
7 88 18.3 7 24 19 4 18.7 78 17.1 4 18.5 0
8 17.1 5 39 17.8 7 18.9 87 18.2 33 18.4 0
9 17.4 76 7 18 10 19.2 79 5 18.1 14 18.2 24
10 17.9 5 4 17.7 4 3 18.7 48 17.9 23 12 18.4 68
11 3 18.4 59 7 18.9 4 21 18.5 24 18.9 36 9 18.5 28
12 2 18.4 6 18.9 11 5 18.4 40 18.6 63 18.8 89
13 18.6 7 8 19.5 3 29 18.7 18 18.4 100 18.2 58
14 18 18.5 51 18.7 10 19 51 18.1 100 19.3 95
15 18.6 63 18.6 6 19.1 28 18.2 100 7 19 50
16 18.9 86 13 18.7 12 26 19 14 19.2 99 12 18.4 23
17 1 17.9 95 19 18.8 1 19.4 35 18.6 84 4 17.9 0
18 19.4 76 7 18.9 9 19.7 90 18.9 88 23 18.2 31
19 5 17.8 63 18.6 4 19.1 36 19.2 71 17.8 4
20 19.4 4 18.8 15 19.6 37 19.3 31 18.3 70
21 7 18.1 10 2 18.9 3 10 19.5 33 18.7 30 18.8 44
22 18.4 93 18.9 13 2 19.4 63 1 20.1 68 18.4 24
23 68 62 10 18.9 27 3 19.3 68 18.3 58
24 8 18.5 71 20 19.5 25 1 19.3 67 18.2 93 5 17.7 0
25 17.7 76 18.6 11 19.1 40 17.9 55 18.6 45
26 46 18.9 7 17 19.2 13 19.4 19 12 18.2 19 18.8 100
141
Lampiran 11. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas cahaya matahari (%) harian bulan Juli-Nopember 2012 (waktu tanam 2) di
ketinggian tempat 1400 mdpl (Berastagi)
Tahun 2012
Tanggal Juli Agustus September Oktober Nopember
Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS
1 18.4 58 19.5 88 18.8 97 18.5 8 44 18.3 43
2 18.4 13 18.8 0 19.3 99 7 14.3 76 2 17.9 33
3 95 18.6 40 18.6 29 18.4 0 5 18.8 15 84 18.4 46
4 20 18.1 15 18.7 0 19.3 3 11 18.7 6 4 17.7 2
5 8 18.5 60 18.5 0 6 17.8 23 18.6 21 68 17.9 25
6 4 18.8 70 18.9 49 1 18.1 0 19.2 49 28
7 18.5 0 19.2 88 18.4 24 19.3 83 19 18.1 70
8 18.4 0 2 19.3 80 19.1 30 18.5 33 3 18.2 28
9 18.2 24 2 18.8 9 17 19.1 24 18.5 24 7 18.8 50
10 12 18.4 68 18.8 49 4 18.5 66 18.6 43 5 19.1 2
11 9 18.5 28 19.3 99 18.2 0 2 18.7 21 19.1 19
12 18.8 89 3 19.2 43 1 18.1 25 70 19.1 51 6 18.6 56
13 18.2 58 23 17.9 53 18.2 15 28 18.8 8 2 18 74
14 19.3 95 1 18.7 33 3 18.5 30 10 18 23 11 19.5 86
15 7 19 50 36 18.5 43 2 18.9 18 13 18.1 35 18.8 58
16 12 18.4 23 38 18.7 19 18.8 6 39 18.4 27 20 19.1 60
17 4 17.9 0 3 18.1 18 17.6 6 18.5 27 19.3 4
18 23 18.2 31 16 18.4 5 18.1 96 18.6 28 19.3 79
19 17.8 4 18.5 68 18.9 33 49 18.1 10 5 18.9 0
20 18.3 70 18.4 23 2 19.2 41 18.9 59 8 18.4 69
21 18.8 44 3 18.4 28 31 18.5 24 145 18.7 13 16 18.8 64
22 18.4 24 40 16.7 29 18.5 25 18.6 33 6 19 64
23 18.3 58 18.4 0 19.2 55 19.2 20 8 18.9 29
24 5 17.7 0 1 18.8 46 18.7 23 18.7 38 21 19 3
25 18.6 45 4 19.5 65 4 18.2 19 11 18.8 3 46 17.8 28
26 18.8 100 11 19 53 5 17.4 0 19.1 57 15 18.3 58
143
Lampiran 12. Data curah hujan (mm), temperatur (oC) dan intensitas cahaya matahari (%) harian bulan Nopember 2012-Maret 2013 (waktu
tanam 3) di ketinggian tempat 1400 mdpl (Berastagi)
Tahun 2012 Tahun 2013
Tanggal Nopember Desember Januari Pebruari Maret
Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS Ch T SS
1 44 18.3 43 5 18.8 19 36 19.6 9 4 18.5 46 1 19.1 10
2 2 17.9 33 1 18.8 5 31 18.4 48 0 18.8 44 20.0 9
3 84 18.4 46 1 18.5 29 14 18.3 10 1 18 61 19.0 73
4 4 17.7 2 4 18.4 3 25 18.9 19 91 18.7 4 18.6 28
5 68 17.9 25 33 18.4 53 2 17.4 4 18.3 34 6 18.6 60
6 28 18.6 5 17.7 88 8 18.9 16 2 18.2 50
7 19 18.1 70 5 19.3 36 0 13 17.4 49 1 18.0 76
8 3 18.2 28 19.4 44 1 18 13 18.8 54 18.4 72
9 7 18.8 50 18 18.7 79 17 18.4 8 37 19 18 2 19.3 51
10 5 19.1 2 14 17.5 3 18 4 19 18.6 21 0 19.3 66
11 19.1 19 12 17.8 19 14 17.7 50 2 17.9 48 18.7 81
12 6 18.6 56 18.7 11 1 18.6 23 31 18.4 19 19.4 85
13 2 18 74 18.1 29 18.7 29 57 17.7 11 18.9 73
14 11 19.5 86 6 18.7 46 16.5 23 11 18.2 0 18.4 84
15 18.8 58 30 18.9 56 12 18 46 82 17.6 18 18.3 18
16 20 19.1 60 41 18.4 54 19.2 69 8 18.2 46 5 18.1 33
17 19.3 4 15 17.9 48 18.6 89 32 17.9 0 45 17.8 64
18 19.3 79 44 18 4 17.6 28 41 17.7 10 15 17.7 67
19 5 18.9 0 27 18.1 6 1 18 85 0 18.7 0 18.5 100
20 8 18.4 69 13 18.1 14 49 19.2 29 0 17.5 8 18.7
21 16 18.8 64 8 18.8 3 3 18.3 11 0 17.5 10 14 18.9 74
22 6 19 64 2 18.9 12 9 17.9 45 18.7 95 41 18.7 45
23 8 18.9 29 18.5 66 7 17.6 38 18.4 89 19.2 46
24 21 19 3 11 18.6 11 1 18.7 80 3 18.9 46 36 20.4 64
25 46 17.8 28 25 18.5 14 30 18.4 35 2 18.3 20 6 18.8
26 15 18.3 58 0 18.5 16 2 19.5 68 8 17.6 20 18.3 75
145
Lampiran 13. Data rata-rata temperatur maksimum (oC), temperatur minimum (oC) dan
kelembaban udara (%) tahun 2012-2013 di ketinggian tempat 800 mdpl
(Sibolangit)
Data Iklim
Tahun Bulan Temperatur Temperatur Kelembaban
Maksimum Minimum Udara
Maret 26,5 18,3 84
April 27,2 18,1 85
Mei 26,7 18,5 86
Juni 27,5 19,4 82
2012 Juli 24,6 18,7 85
Agustus 26,4 19,5 84
September 27,9 18,9 84
Oktober 26,7 19,6 84
Nopember 26,4 19,2 85
Desember 27,5 18,4 83
Januari 26,6 19,7 84
2013 Pebruari 26,3 19,3 84
Maret 27,7 19,1 83
Lampiran 14. Data rata-rata temperatur maksimum (oC), temperatur minimum (oC) dan
kelembaban udara (%) tahun 2012-2013 di ketinggian tempat 1100 mdpl
(Tigapanah)
Data Iklim
Tahun Bulan Temperatur Temperatur Kelembaban
Maksimum Minimum Udara
Maret 24,4 18,1 86
April 25,6 17,3 87
Mei 25,3 17,9 88
Juni 24,4 17,6 83
2012 Juli 25,7 17,7 86
Agustus 25,6 18,4 86
September 24,3 17,8 87
Oktober 24,5 17,2 87
Nopember 25,9 17,1 89
Desember 24,2 17,4 88
Januari 24,6 17,7 86
2013 Pebruari 25,4 17,8 86
Maret 25,8 17,6 85
147
Lampiran 15. Data rata-rata temperatur maksimum (oC), temperatur minimum (oC) dan
kelembaban udara (%) tahun 2012-2013 di ketinggian tempat 1400 mdpl
(Berastagi)
Data Iklim
Tahun Bulan Temperatur Temperatur Kelembaban
Maksimum Minimum Udara
Maret 22,8 15,1 88
April 23,7 15,9 90
Mei 23,7 16,6 89
Juni 23,5 15,5 85
2012 Juli 23,1 15,4 88
Agustus 23,5 15,1 89
September 23,0 15,5 90
Oktober 22,7 15,9 89
Nopember 22,7 16,4 91
Desember 21,9 16,2 91
Januari 22,6 15,4 89
2013 Pebruari 22,1 15,8 90
Maret 23,8 15,5 88
Lampiran 16. Nilai F hitung karakter morfologi beberapa genotipe gandum pada setiap waktu
tanam
Waktu F-hitung
F-tabel
Tanam SK db Tinggi Jumlah Panjang
5%
(M) Tanaman Anakan Malai
Ulangan (waktu) 6 0,72 1,69 0,49 2,24
Lokasi (L) 2 852456* 647,7* 22037* 3,14
M1 Genotipe Gandum (G) 11 23745* 5,12* 598* 1,94
LxG 22 14005,2* 5,81* 616,3* 1,71
Galat 72
Total 107
Ulangan (waktu) 6 0,47 1,14 1,47 2,24
Lokasi (L) 2 2341* 5678,5* 58661* 3,14
M2 Genotipe Gandum (G) 11 8154* 80,45* 1251,6* 1,94
LxG 22 3066* 93,86* 1282,8* 1,71
Galat 72
Total 107
Ulangan (waktu) 6 0,61 1,12 0,95 2,24
Lokasi (L) 2 3259* 53877* 51145* 3,14
M3 Genotipe Gandum (G) 11 19108* 1005,7* 10125* 1,94
LxG 22 5374* 465,9* 13192* 1,71
Galat 72
Total 107
Keterangan : * berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata α = 5%
M1 = waktu tanam 1 (Maret-Juli)
M2 = waktu tanam 2 (Juli-Nopember)
M3 = waktu tanam 3 (Nopember-Maret 2013)
148
Lampiran 17. Nilai F hitung komponen hasil beberapa genotipe gandum pada setiap waktu tanam
F-hitung F-
Lokasi
SK db Umur Umur Jumlah Jumlah Berat Berat Berat tabel
(L)
Berbunga Panen Spikelet/Malai Biji/Malai Biji/Malai Biji/Tanaman 1000 Biji 5%
Ulangan (waktu) 6 1,45 1,09 1,00 0,83 0,37 2,16 2,02 2,24
Lokasi (L) 2 7206* 76,9* 212,3* 4050* 2987,7* 1565,7* 752,3* 3,14
M1 Genotipe Gandum (G) 11 1276* 21,1* 4,9* 117,5* 37,9* 7,5* 10,1* 1,94
LxG 22 129* 4,4* 4,8* 48,9* 16,7* 8,4* 6,6* 1,71
Galat 72
Total 107
Ulangan (waktu) 6 1,16 1,17 0,85 1,00 1,40 0,94 0,79 2,24
Lokasi (L) 2 25,6* 7266,6* 1442* 3225* 1460* 5923* 691,7* 3,14
M2 Genotipe Gandum (G) 11 356,8* 69,5* 5084* 8091,8* 268,6* 90,1* 33,7* 1,94
LxG 22 39,8* 16,7* 1664* 2864,7* 218,9* 86,3* 31,5* 1,71
Galat 72
Total 107
Ulangan (waktu) 6 0,77 0,74 0,49 0,93 0,28 0,68 0,47 2,24
Lokasi (L) 2 6637* 3426,9* 3214* 2401* 19078* 32805* 132,2* 3,14
M3 Genotipe Gandum (G) 11 312* 598,4* 9268* 722,5* 972,2* 805,1* 11,6* 1,94
LxG 22 68,8* 266,5* 3758* 509,6* 531,4* 363,5* 6,1* 1,71
Galat 72
Total 107
Keterangan : * berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata α = 5%
M1 = waktu tanam 1 (Maret-Juli)
M2 = waktu tanam 2 (Juli-Nopember)
M3 = waktu tanam 3 (Nopember-Maret 2013)
149
Lampiran 18. Nilai F hitung karakter fisiologi beberapa genotipe gandum pada setiap waktu tanam
F-hitung
Lokasi F-tabel
SK db Laju Asimilasi Bersih Laju Pertumbuhan Tanaman Laju Tumbuh Relatif Klorofil
(L) 5%
LAB1 LAB2 LAB3 LPT1 LPT2 LPT3 LTR1 LTR2 LTR3 a b Total
Ulangan 6 0,63 0,45 1,18 0,60 0,99 1,03 1,00 0,96 1,02 0,93 0,96 0,59 2,24
(waktu)
Lokasi (L) 2 4116* 8028,7* 9139,9* 7264,7* 50,13* 188,9 5017,9* 11,46* 170,03* 939566* 13181,6* 198546* 3,14
M1 Genotipe 11 272,65* 1124,7* 477,81* 411,95* 12,41* 22,64* 4887,7* 6,21* 22,89* 49118,1* 2272,60* 182244* 1,94
(G)
LxG 22 264,26* 1891,6* 734,86* 331,09* 12,73* 23,18* 2072,9* 15,36* 23,05* 30823,2* 1302,20* 40284* 1,71
Galat 72
Total 107
Ulangan 6 0,59 0,27 0,99 0,63 1,06 0,73* 0,63 0,95 0,73 1,24 1,38 0,96 2,24
(waktu)
Lokasi (L) 2 3473,4* 2073,9* 8789,1* 31856* 3447* 2013* 39,09* 3146,5* 2379,06* 652631* 335859* 283634* 3,14
M2 Genotipe 11 142,31* 43,67* 309,55* 4029,4* 58,14* 93,56* 3,18* 55,97* 66,99* 12568,1* 8947,10* 64943* 1,94
(G)
LxG 22 140,20* 33,13* 120,07* 2364,3* 55,90* 73,73* 5,28* 30,51* 68,93* 6747,89* 6132,23* 21595* 1,71
Galat 72
Total 107
Ulangan 6 1,14 1,64 0,32 1,47 1,45 0,13 1,87 1,70 0,56 0,80 0,90 0,95 2,24
(waktu)
Lokasi (L) 2 6399,9* 6343,9* 18353* 4376,8* 3605* 10618* 65,76* 49426,6* 252241* 411820* 2451,08* 11505* 3,14
M3 Genotipe 11 4371,7* 244,20* 168,64* 461,71* 770,7* 4992* 22,72* 366* 803,78* 37174,8* 37,84* 105,92* 1,94
(G)
LxG 22 144,33* 125,32* 124,82* 195,10* 992,7* 3351* 8,92* 554,84* 674,85* 19567,4* 36,87* 48,11* 1,71
Galat 72
Total 107
Keterangan : * berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata α = 5%
M1 = waktu tanam 1 (Maret-Juli)
M2 = waktu tanam 2 (Juli-Nopember)
M3 = waktu tanam 3 (Nopember-Maret 2013)
150
Lampiran 19. Nilai F hitung karakter biokimia beberapa genotipe gandum pada setiap waktu
tanam
Lokasi F-hitung F-tabel
SK db
(L) Kadar Pati Gluten 5%
Ulangan (waktu) 6 0,85 1,87 2,24
Lokasi (L) 2 78463,7* 14,72* 3,14
M1 Genotipe Gandum (G) 11 14597,3* 2,33* 1,94
LxG 22 1262,19* 4,43* 1,71
Galat 72
Total 107
Ulangan (waktu) 6 0,71 2,14 2,24
Lokasi (L) 2 3133,04* 24,06* 3,14
M2 Genotipe Gandum (G) 11 1344,80* 4,16* 1,94
LxG 22 29,18* 10,60* 1,71
Galat 72
Total 107
Ulangan (waktu) 6 0,50 1,87 2,24
Lokasi (L) 2 155853* 13,92* 3,14
M3 Genotipe Gandum (G) 11 90589,5* 1,88 1,94
LxG 22 675,35* 4,95* 1,71
Galat 72
Total 107
Keterangan : * berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata α = 5%
M1 = waktu tanam 1 (Maret-Juli)
M2 = waktu tanam 2 (Juli-Nopember)
M3 = waktu tanam 3 (Nopember-Maret 2013)
Lampiran 20. Nilai F hitung karakter morfologi beberapa genotipe gandum pada ketiga
musim dan lokasi tanam
F-hitung
F-tabel
SK db Tinggi Jumlah Panjang
5%
Tanaman Anakan Malai
Lokasi (L) 2 5440806* 2757,23* 139877* 3,04
Musim (M) 2 155814* 382,43* 193,13* 3,04
MxL 4 141216* 415,40* 510,57* 2,42
Ulangan (M x L) 18 0,71 1,64 0,78 1,66
Genotipe (G) 11 188289* 21,32* 2973,83* 1,84
LxG 22 68511,1* 20,62* 3281,49* 1,60
MxG 22 11985,3* 9,88* 113,60* 1,60
MxLxG 44 9447,31* 11,55* 131,69* 1,44
Galat 216
Total 323
Keterangan : * berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata α = 5%
151
Lampiran 21. Nilai F hitung komponen hasil beberapa genotipe gandum pada ketiga musim dan lokasi tanam
F-hitung
F-tabel
SK Db Umur Umur Jumlah Jumlah Berat Berat Berat 1000
5%
Berbunga Panen Spikelet/Malai Biji/Malai Biji/Malai Biji/Tanaman Biji
Lokasi (L) 2 3358,24* 2290,39* 2471,28* 31180,6* 13762,8* 5307,95* 1175,49* 3,04
Musim (M) 2 2724,57* 1019,80* 32,67* 932,21* 1418,41* 1269,97* 749,82* 3,04
MxL 4 1412,17* 271,87* 9,13* 512,16* 481,39* 693,45* 154,32* 2,42
Ulangan (M x L) 18 1,10 1,08 1,00 0,84 0,48 2,00 1,55 1,66
Genotipe (G) 11 1006,64* 145,10* 67,40* 665,37* 214,82* 39,99* 33,05* 1,84
LxG 22 45,49* 29,55* 26,97* 289,77* 127,54* 32,64* 20,78* 1,60
MxG 22 132,06* 18,93* 3,39* 111,07* 38,96* 11,47* 3,18* 1,60
MxLxG 44 57,49* 17,67* 4,58* 61,90* 23,74* 12,81* 3,10* 1,44
Galat 216
Total 323
Keterangan : * berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata α = 5%
Lampiran 22. Nilai F hitung karakter fisiologi beberapa genotipe gandum pada ketiga musim dan lokasi tanam
F-hitung
F-tabel
SK Db Laju Asimilasi Bersih Laju Pertumbuhan Tanaman Laju Tumbuh Relatif Klorofil
5%
LAB1 LAB2 LAB3 LPT1 LPT2 LPT3 LTR1 LTR2 LTR3 a b Total
Lokasi (L) 2 818,07* 1871,04* 506,15* 65515,2* 317,90* 143,46* 667,79* 66,83* 134,66* 380311* 14801* 46024* 3,04
Musim (M) 2 13822,5* 8275,11* 27914,4* 17246,3* 625,01* 453,07* 85,65* 1357,07* 465,14* 106061* 20884* 93056* 3,04
MxL 4 415,43* 2550,24* 4197,97* 6309,48* 281,22* 162,43* 44,41* 347,90* 188,57* 909539* 2973,6* 9842,4* 2,42
Ulangan (M x L) 18 0,99 0,56 0,72 1,19 1,00 1,01 1,11 0,98 1,01 1,01 0,90 0,95 1,66
Genotipe (G) 11 576,61* 489,23* 417,78* 1360,40* 12,78* 21,71* 13,34* 16,97* 19,74* 21110,5* 68,25* 276,94* 1,84
LxG 22 125,34* 266,47* 322,73* 1011,23* 20,45* 27,81* 22,36* 11,78* 27,09* 36213* 129,90* 348,61* 1,60
MxG 22 326,45* 591,68* 544,77* 872,61* 10,78* 19,43* 9,75* 18,13* 17,81* 21061,8* 90,93* 113,93* 1,60
MxLxG 44 116,28* 428,94* 328,21* 497,93* 21,90* 28,33* 10,77* 22,46* 28,36* 16296,1* 73,50* 97,04* 1,44
Galat 216
Total 323
Keterangan : * berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata α = 5%
152
Lampiran 23. Nilai F hitung karakter biokimia beberapa genotipe gandum pada ketiga musim
dan lokasi tanam
F-hitung
SK Db F-tabel 5%
Kadar Pati Gluten
Lokasi (L) 2 332560* 0,31 3,04
Musim (M) 2 19416,6* 49,57* 3,04
MxL 4 316,85* 0,13 2,42
Ulangan (M x L) 18 0,71 1,53 1,66
Genotipe (G) 11 7027,66* 7,22* 1,84
LxG 22 591,23* 0,29 1,60
MxG 22 50,87* 16,51* 1,60
MxLxG 44 71,29* 0,82 1,44
Galat 216
Total 323
Keterangan : * berbeda nyata menurut uji F pada taraf nyata α = 5%
Lampiran 27. Koefisien korelasi karakter morfologi, fisiologi dan biokimia genotipe gandum
Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24
X1 1 ,288** ,485** ,714** ,786** ,864** ,794** ,797** ,511** ,213** ,366** ,286** ,118* -,092 -,069 ,657** ,285** -,054 ,548** -,032 -,063 ,742** ,111* -,770**
X2 1 ,538** ,255** ,372** ,421** ,507** ,352** ,065 ,424** ,519** ,501** ,254** -,150** ,092 ,226** -,204** -,217** ,239** ,001 -,184** ,494** -,089 ,268**
X3 1 ,533** ,544** ,615** ,637** ,485** ,156** ,499** ,709** ,657** ,345** -,039 ,206** ,487** -,111* -,132* ,461** ,241** -,081 ,685** -,039 ,479**
X4 1 ,680** ,764** ,662** ,797** ,611** ,051 ,342** ,187** ,213** ,020 ,090 ,681** ,294** -,009 ,614** ,138* ,050 ,704** ,055 ,926**
X5 1 ,810** ,843** ,766** ,412** ,361** ,446** ,411** ,150** -,197** -,073 ,561** ,133* -,021 ,505** -,079 -,041 ,787** ,046 ,695**
X6 1 ,882** ,903** ,499** ,320** ,526** ,436** ,178** -,108 ,000 ,638** ,172** -,093 ,550** ,044 -,074 ,841** ,016 ,831**
X7 1 ,791** ,386** ,472** ,545** ,520** ,120* -,198** -,077 ,514** ,050 -,116* ,489** -,091 -,142* ,822** -,003 ,675**
X8 1 ,746** ,111* ,338** ,217** ,097 -,041 -,022 ,666** ,347** ,048 ,576** ,008 ,061 ,728** ,087 ,929**
X9 1 -,235** -,045 -,169** -,028 ,102 ,005 ,552** ,538** ,204** ,519** -,009 ,215** ,341** ,125* ,750**
X10 1 ,686** ,912** ,047 -,385** -,198** ,108 -,279** -,280** ,134* -,160** -,364** ,445** -,266** ,234**
X11 1 ,909** ,488** -,083 ,270** ,416** -,372** -,294** ,322** ,330** -,203** ,644** -,158** ,264**
X12 1 ,312** -,232** ,074 ,286** -,359** -,309** ,230** ,132* -,296** ,560** -,244** ,203**
X13 1 ,456** ,729** ,471** -,221** -,072 ,356** ,486** ,105 ,275** -,031 ,142*
X14 1 ,816** ,134* ,352** ,334** ,047 ,503** ,439** -,146** ,225** ,048
X15 1 ,277** -,024 ,219** ,136* ,617** ,400** ,058 ,096 ,070
X16 1 ,185** ,093 ,743** ,132* ,165** ,609** ,091 ,726**
X17 1 ,363** ,128* ,035 ,308** -,023 ,180** ,396**
X18 1 ,038 -,091 ,959** -,160** ,159** ,090
X19 1 -,037 ,070 ,571** ,149** ,622**
X20 1 ,113* -,003 -,041 ,091
X21 1 -,141* ,157** ,141*
X22 1 -,027 ,683**
X23 1 ,126*
X24 1
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* . Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Keterangan:
X1= Tinggi Tanaman X13= LAB 2-6 MST
X2= Umur Berbunga X14= LAB 6-10 MST
X3= Umur Panen X15= LAB 10-14 MST
X4= Jumlah Anakan Produktif X16= LPT 2-6 MST
X5= Panjang Malai X17= LPT 6-10 MST
X6= Jumlah Biji per Malai X18= LPT 10-14 MST
X7= Jumlah Spikelet per Malai X19= LTR 2-6 MST
X8= Berat Biji per Malai X20= LTR 6-10 MST
X9= Berat 1000 Biji X21= LTR 10-14 MST
X10= Klorofil a X22= Kadar Pati
X11= Klorofil b X23= Kadar Gluten
X12= Klorofil Total X24= Berat Biji per Tanaman
155