) PADA
FASE PEMBIBITAN
Oleh :
IRSYADUL IBAD
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2009
SELEKSI TANAMAN F1 JERUK (Citrus sp.) PADA
FASE PEMBIBITAN
Oleh :
IRSYADUL IBAD
0210470035-47
SKRIPSI
Disampaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2009
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 0210470035 – 47
Pertama Kedua
Ketua Jurusan
Tanggal Persetujuan :
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
MAJELIS PENGUJI
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Juli 1983 di Malang dari ayah bernama
H. Musthofa dan ibu bernama Jannatul Ma’wa.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di MI Bustanul Ulum
tahun ajaran 1996/1997, lulus MTs Hasyim Asyari tahun ajaran 1998/1999,
menyelesaikan studi di Madrasah Aliyah Negeri Malang II tahun ajaran
2001/2002 dan diterima di Universitas Brawijaya Fakultas Pertanian pada tahun
2002 melalui jalur PSB.
Ringkasan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.3 Hipotesis .......................................................................................................... 2
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu .......................................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................ 10
3.3 Metode Penelitian ........................................................................................... 11
3.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................... 11
3.5 Pelaksanaan Seleksi ......................................................................................... 11
3.5 Pengamatan ..................................................................................................... 12
3.6 Analisis Data ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
Lampiran
Nomor Halaman
Lampiran
1. Denah Percobaan.................................................................................. 39
2. Deskriptor List Tanaman Jeruk............................................................ 40
3. Gambar Daun Populasi Tanaman P1V1 .............................................. 47
4. Gambar Daun Populasi Tanaman P2V1 .............................................. 48
5. Gambar Daun Populasi Tanaman P4V1 .............................................. 49
6. Gambar Daun Populasi Tanaman P6V2 .............................................. 50
7. Gambar Daun Tanaman Tetua (Siam Banjar)...................................... 51
8. Gambar Daun Tanaman Tetua (Siam Madu) ....................................... 51
9. Gambar Daun Tanaman Tetua (Siam Mamuju)................................... 51
10. Gambar Daun Tanaman Tetua (Siam Pontianak) ................................ 52
11. Gambar Daun Tanaman Tetua (Satsuma) ............................................ 52
12. Populasi Tanaman F1 dengan Tanaman Tetua ..................................... 53
13. Stomata Jeruk Populasi Tanaman F1 dan Tanaman Tetua ................... 55
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mendapatkan individu tanaman F1 yang memiliki vigoritas tinggi,
juvenilitas rendah, sifat morfologi yang lebih dekat dengan tetua betina
pada fase pembibitan.
2. Untuk mengetahui adanya variasi jumlah stomata pada individu-individu
tanaman F1
1.3 Hipotesis
1. Terdapat individu tanaman F1 jeruk yang memiliki vigoritas tinggi,
juvenilitas rendah, serta sifat morfologi yang lebih dekat dengan tetua
betina pada fase pembibitan.
2. Terdapat variasi jumlah stomata pada individu-individu tanaman F1 yang
diamati.
II. TINJAUAN PUSTAKA
3.6 Pengamatan
Pengamatan dilakukan satu bulan setelah minigrafting. Adapun variabel
pengamatan meliputi :
1. Vigoritas
a. Tinggi tanaman
Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung tinggi tanaman dari
pangkal batang sampai titik tumbuh. Pengamatan ini dilakukan pada saat
tanaman berumur 3 bulan.
b. Jumlah daun
Dilakukan dengan menghitung seluruh daun yang ada dengan
kriteria daun telah membuka sempurna dan warnanya hijau, sedangkan
daun yang gugur tidak masuk dalam hitungan. Pengamatan ini dilakukan
pada saat tanaman berumur 3 bulan.
c. Panjang dan lebar daun
Pengamatan dilakukan dengan mengambil sample daun ke 4.
Pengamatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 3 bulan.
d. Diameter batang
Diameter batang ditentukan dengan mengukur diameter batang
planlet yang telah tersambung. Pengamatan ini dilakukan pada saat
tanaman berumur 3 bulan.
2. Juvenilitas
Yang diamati pada pengamatan juvenilitas adalah ada tidaknya duri,
dengan mengukur jumlah duri per pohon.
3. Kemiripan Morfologi dengan Tetua Betina
a. Bentuk daun
b. Tipe daun
c. Permukaan daun
Parameter di atas diamati berdasarkan descriptor list dari IPGRI dan diamati
ketika tanaman berumur 3 bulan. (Lampiran 2)
4. Sitogenetika
Jumlah stomata
Kerapatan stomata pada jeruk dilakukan dengan mengoleskan
kuteks pada bawah daun kemudian ditunggu hingga kering, selanjutnya
ditempelkan isolasi bening. Kuteks yang telah melekat pada permukaan
daun tersebut diambil kemudian diamati menggunakan mikroskop. Yang
diamati pada parameter pengamatan ini adalah jumlah stomata.
dimana :
b = Jumlah kerapatan stomata
a = Jumlah kerapatan di mikroskop
y = Luas daun
= Luas bidang pandang miroskop ( 2.5 mm2)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sebanyak 4 populasi jeruk hasil persilangan yang digunakan dalam
kegiatan seleksi pada fase pembibitan ini. Empat populasi jeruk hasil persilangan
tersebut antara lain Jeruk Siam Banjar x Keprok Satsuma (P1V1), Jeruk Siam
Madu x Keprok Satsuma (P2V1), Jeruk Siam Mamuju x Keprok Satsuma (P4V1)
dan Jeruk Siam Pontianak x Keprok Satsuma (P6V2), dimana masing-masing
populasi tersebut diwakili sebanyak 50 individu tanaman. Selain itu juga
digunakan 5 tetua sebagai Kontrol antara lain Jeruk Siam Banjar, Siam Madu,
Siam Mamuju, Siam Pontianak dan Keprok Satsuma yang masing-masing tetua
tersebut diwakili sebanyak 8 individu tanaman. Seluruh individu tanaman pada 4
populasi jeruk hasil persilangan tersebut merupakan tanaman F1. Seleksi tanaman
F1 pada fase pembibitan ini ditujukan untuk mendapatkan individu-individu yang
memiliki tingkat vigoritas tinggi, juvenilitas rendah, serta kemiripan dengan tetua
betina ( dalam hal ini Jeruk Siam bertindak sebagai tetua betina).
♦ Populasi Tanaman F1 Siam Banjar x Satsuma (P1V1)
Data hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,
panjang dan lebar daun, jumlah duri/pohon, jumlah stomata populasi tanaman F1
Siam Banjar x Satsuma (P1V1) disajikan pada Tabel 1.
Sebaran data pada variabel pengamatan tinggi tanaman menunjukkan nilai
rata-rata papulasi tanaman F1 Siam Banjar x Satsuma yaitu 54,4 cm dengan
standar deviasi 13,82 dan memiliki nilai ragam sebesar 191,13. Rata-rata tinggi
tanaman tetua betina (Siam Banjar) sebagai kontrol yaitu 20,8 cm. Dari 50
individu pada populasi P1V1 yang diamati untuk pengamatan tinggi tanaman ini
terdapat 49 individu yang memiliki potensi tinggi tanaman melebihi tinggi
tanaman tetuanya.
Berdasarkan Tabel 1. diketahui sebaran data pada variable pengamatan
jumlah daun menunjukkan nilai rata-rata yaitu 31,66 dengan standar deviasi 7,5
dan memiliki nilai ragam sebesar 56,27. Rata-rata jumlah daun tanaman tetua
betina (Siam Banjar) sebagai kontrol yaitu 9. Dari hasil pengamatan individu-
individu pada populasi P1V1 menunjukkan banyaknya jumlah daun pada populasi
Tabel 1. Data tinggi tanaman (TT), jumlah daun (JD), diameter batang (DB), panjang
dan lebar daun (PD dan LD), jumlah duri/pohon (JDR), dan jumlah stomata
(JS) populasi Siam Banjar x Satsuma (P1V1)
No Tan TT JD DB PD LD JDR JS
1 63,4* 39* 0,575* 6,1 2,4 32 395,447*
2 47,4* 29* 0,425* 5,8 2,2 25 247,384*
3 64,8* 36* 0,375* 6,6* 2,5 29 310,348
4 69* 40* 0,55* 7,1* 3,2* 32 366,947
5 37,3* 24* 0,325* 5,5 2 18 348,506
6 63,5* 38* 0,55* 6,8* 2,4 35 354,148
7 66,2* 38* 0,475* 7,1* 3* 33 328,278
8 50* 26* 0,35* 7* 2,6 22 328,015
9 50* 30* 0,485* 6,2 2,4 28 216,85*
10 58,6* 35* 0,575* 5 1,6 32 356,006
11 70* 40* 0,525* 7* 2,9 34 374,134*
12 67,7* 40* 0,525* 7,3* 2,5 35 313,835
13 64,3* 37* 0,45* 6,7* 2,4 31 233,005*
14 75,8* 42* 0,55* 7* 2,8 37 346,788
15 65* 37* 0,575* 7,1* 2,6 33 314,507
16 57,3* 30* 0,51* 6,1 2,5 24 326,63
17 48,7* 25* 0,515* 7,1* 2,8 22 304,259
18 45,8* 27* 0,325* 5,5 2,4 18 191,174*
19 58* 34* 0,475* 6,7* 2,5 27 290,678*
20 70,8* 39* 0,55* 7,3* 2,8 33 374,854
21 61,2* 36* 0,55* 7,1* 2,8 34 344,235
22 62* 33* 0,575* 7,6* 2,8 29 239,047*
23 55* 32* 0,56* 7,5* 2,7 28 368,823
24 20,5 18* 0,22 3,6 1,6 1 204,28*
25 36,5* 22* 0,47* 7,7* 3* 19 399,618*
26 65* 40* 0,525* 4,4 1,8 35 400,421*
27 72,5* 38* 0,51* 6,3 2,4 34 437,275*
28 77,2* 41* 0,65* 7,4* 3,1* 35 435,819*
29 60* 36* 0,425* 7,1* 2,2 29 395,051
30 62* 36* 0,525* 7* 2,8 32 298,953
31 68* 37* 0,57* 7* 2,5 34 440,759*
32 34* 16* 0,475* 5,9 2,2 10 89,1363*
33 24,2* 13* 0,275 2,8 1,2 3 97,1667*
34 59,8* 36* 0,435* 6,8* 2,5 31 296,92
35 72* 42* 0,52* 7,2* 2,7 36 439,069*
36 40,5* 27* 0,525* 6,8* 2,5 20 277,185*
37 45,5* 28* 0,35* 5,1 2,2 18 453,517
38 41,8* 26* 0,45* 4,5 2,1 19 283,17*
39 40,3* 24* 0,475* 5,5 2,4 17 236,955*
40 58* 33* 0,525* 6,6* 2,8 30 355,051
41 61* 37* 0,616* 7,8* 3,1* 32 409,725*
42 42* 27* 0,415* 7,8* 3* 25 204,362*
43 46* 30* 0,415* 6,5 2,4 24 178,076*
44 27,2* 17* 0,375* 7,1* 2,6 14 221,985*
45 48,8* 30* 0,475* 6,9* 2,6 28 208,706*
46 60* 36* 0,525* 5,8 3* 30 2994,29*
47 34* 18* 0,325* 3,7 1,3 15 160,26*
48 39* 22* 0,475* 7* 2,6 18 271,381*
49 54,3* 31* 0,425* 6,7* 2,5 26 249,693*
50 58,4* 35* 0,525* 7* 2,3 32 327,675
Rerata Tetua
20,8 9 0,3 6,54 2,93 0 328,826
Betina
σ 2
191,13 56,27 0,08 1,26 0,19 70,77
σ 13,82 7,5 0,09 1,12 0,43 8,41
Keterangan :
* Individu-individu berpotensi diseleksi
tanaman tersebut melebihi rata-rata jumlah daun dari tetuanya. Hasil pengamatan
menunjukkan 50 individu pada populasi P1V1 memiliki potensi jumlah daun
melebihi rerata jumlah daun tetuanya.
Berdasarkan data pengamatan diameter batang (Tabel 1.) diketahui nilai
rata-rata diameter batang populasi tanaman P1V1 yaitu 0,477 cm dengan standar
deviasi 0,09 dan memiliki nilai ragam sebesar 0,08. Rata-rata diameter batang
tanaman tetua betina (Siam Banjar) yaitu 0,3 cm. Besaran diameter batang pada
populasi ini lebih besar dibandingkan rata-rata diameter batang tetuanya. Hasil
pengamatan diperoleh dari 50 individu pada populasi P1V1 yang diamati terdapat
48 individu yang memiliki potensi diameter batang lebih besar dari tetuanya.
Dari hasil pengamatan (Tabel 1.) diketahui rata-rata panjang daun pada
populasi ini sebesar 6,42 cm dengan standar deviasi 1,12 dan memiliki nilai ragam
sebesar 1,26. Rata-rata panjang daun tanaman tetua betina yaitu 6,54 cm,
sedangkan untuk pengamatan lebar daun menunjukkan nilai rata-rata pada
populasi P1V1 yaitu 2,48 cm dengan standar deviasi 0,43 dan ragam sebesar 0,19.
Rata-rata lebar daun tanaman tetua betina sebesar 2,93 cm. Dari hasil pengamatan
pada populasi P1V1 diperoleh 33 individu untuk pengamatan panjang daun dan 7
individu untuk pengamatan lebar daun yang berpotensi melebihi rata-rata panjang
dan lebar daun tetuanya.
Pada pengamatan jumlah duri/pohon individu-individu tanaman F1 yang
memiliki potensi untuk di seleksi adalah individu yang memiliki jumlah
duri/pohon sama dengan atau lebih kecil dibandingkan tanaman tetuanya. Dari
hasil pengamatan pada Tabel 1. diketahui tanaman tetua tidak menunjukkan
adanya duri/pohon, sebaliknya terdapat sejumlah duri/pohon pada individu-
individu populasi tanaman P1V1. Dari hasil pengamatan diketahui sebaran data
pada variable pengamatan jumlah duri/pohon menunjukkan nilai rata-rata yaitu
26,36 dengan standar deviasi 8,41 dan nilai ragam sebesar 70,77. dari hasil
pengamatan tidak diperoleh individu-individu pada populasi tanaman P1V1 yang
berpotensi di seleksi untuk pengamatan jumlah duri/pohon.
Tujuan dari karakterisasi pada daun adalah untuk mendapatkan individu-
individu dari tanaman F1 hasil persilangan yang memiliki sifat morfologi yang
lebih dekat dengan tetua betinanya. Hasil karakterisasi pada pengamatan daun
menunjukkan individu-individu pada tanaman P1V1 tidak menunjukkan adanya
perbedaan dengan tetua betinanya. Dari hasil karakterisasi daun pada populasi
tanaman tetua betina (Lampiran 3.) diperoleh bentuk daun sessile, bentuk helaian
daun elliptic, bentuk tepi daun sinuate, tipe daun tunggal, permukaan daun
berpori.
Hasil karakterisasi pada populasi tanaman P1V1 (Siam Banjar x K.
Satsuma) pada Lampiran 4. baik itu bentuk daun, bentuk helaian daun, bentuk tepi
daun, tipe daun, permukaan daun menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan
tanaman tetua betinanya (Siam Banjar). Untuk pengamatan bentuk tepi daun
terdapat beberapa individu pada populasi tanaman P1V1 yang menunjukkan
karakter berbeda yakni sejumlah 32 individu yang menunjukkan bentuk tepi daun
entire.
Hasil pengamatan karakter jumlah stomata dan analisis t pada tarat 5%
populasi tanaman F1 hasil persilangan antara Siam Banjar x Satsuma (P1V1)
disajikan pada Tabel 1. Dari hasil pengamatan tampak bahwa individu-individu
pada populasi tanaman F1 Siam Banjar x Satsuma (P1V1) untuk pengamatan
kerapatan stomata menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap populasi tanaman
tetuanya (Siam Banjar). Hasil pengamatan menunjukkan adanya variasi kerapatan
stomata, hal ini terlihat dengan adanya 29 individu pada populasi ini yang
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tanaman tetuanya.
♦ Populasi Tanaman F1 Siam Madu x Satsuma (P2V1)
Data hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,
panjang dan lebar daun, jumlah duri/pohon, jumlah stomata populasi tanaman F1
Siam Madu x Satsuma (P2V1) disajikan pada Tabel 2.
Sebaran data pada variabel pengamatan tinggi tanaman menunjukkan nilai
rata-rata papulasi tanaman F1 Siam Madu x Satsuma yaitu 45,30 cm dengan
standar deviasi 12,93 dan memiliki nilai ragam sebesar 167,3. Rata-rata tinggi
tanaman tetua betina (Siam Madu) sebagai kontrol yaitu 29,1 cm. Dari 50
individu pada populasi P2V1 yang diamati untuk pengamatan tinggi tanaman ini
Tabel 2. Data tinggi tanaman (TT), jumlah daun (JD), diameter batang (DB), panjang dan
lebar daun (PD dan LD), jumlah duri/pohon (JDR), dan jumlah stomata (JS)
populasi Siam Banjar x Satsuma (P2V1)
No Tan TT JD DB PD LD JDR JS
1 37,3* 27* 0,475* 5,5 2,3 17 252,779*
2 60,5* 33* 0,625* 6,8 2,7 27 295,176
3 41,5* 28* 0,525* 7,5* 2,8 21 314,484
4 62,4* 37* 0,65* 7,1 2 22 395,425*
5 44* 28* 0,515* 8,5* 3,4* 24 380,306*
6 32,5* 18* 0,475* 7,6* 3 14 219,797*
7 52,8* 31* 0,65* 7,2 2,7 26 315,875
8 35,5* 21* 0,425* 8,4* 3,2* 17 261,383
9 29 19* 0,45* 7,8* 3 12 202,149*
10 48,5* 36* 0,55* 8,3* 3,2* 25 356,309*
11 42* 29* 0,575* 7,5* 2,4 21 236,22*
12 44* 30* 0,475* 8,3* 3 21 354,988*
13 56* 32* 0,5* 9* 3,2* 20 365,942*
14 26,3 18* 0,375* 7,4 2,3 9 217,038*
15 38,5* 26* 0,375* 7 2,4 19 290,241
16 72* 40* 0,73* 7 2,4 32 437,426*
17 33,5* 23* 0,475* 8,6* 2,9 16 258,218*
18 59,4* 40* 0,625* 9* 3,5* 26 528,59*
19 69,2* 41* 0,575* 7,5* 2,6 37 508,748*
20 61* 37* 0,575* 8,6* 3,5* 28 370,253*
21 38,5* 25* 0,35* 7,1 2,6 20 188,931*
22 53,3* 36* 0,425* 6,5 2,6 24 463,666*
23 47* 30* 0,45* 9* 3,4* 26 350,455
24 34* 21* 0,375* 8* 3,4* 18 236,22*
25 46,5* 24* 0,475* 8* 3 20 352,799
26 14,3 8 0,15 3,5 1,5 0 29,44*
27 78,5* 41* 0,625* 6,8 3,4* 39 465,953*
28 52* 37* 0,64* 6,5 2,4 27 374,24
29 54,2* 33* 0,575* 7,8* 3 25 541,512*
30 40,5* 28* 0,425* 7,8* 2,4 24 274,92
31 67* 41* 0,65* 6,5 2,1 36 339,484
32 64,3* 37* 0,625* 6,5 2,5 32 430,563*
33 20,6 10 0,325* 6,2 2,7 1 122,27
34 42,2* 24* 0,575* 8,4* 2,4 16 387,994*
35 39* 23* 0,475* 7,3 2,3 18 306,656
36 47,5* 21* 0,575* 8,5* 3,2* 14 268,129
37 34,6* 22* 0,475* 9* 3,2* 14 324,029
38 45,5* 23* 0,525* 7,2 2,3 19 167,507*
39 37* 20* 0,375* 9,3* 3,3* 15 271,784
40 41,5* 21* 0,42* 7,8* 2,2 18 205,67*
41 50,5* 26* 0,475* 8* 2,8 21 269,06
42 52,5* 26* 0,475* 7,3 2,4 25 314,939
43 42,7* 20* 0,425* 8,7* 3,2* 17 270,749
44 33* 12 0,375* 8,5* 2,5 7 104,432*
45 45,3* 24* 0,425* 9,4* 3,3* 8 261,304
46 39,2* 26* 0,425* 8,7* 3,3* 20 100,913*
47 34* 17* 0,45* 8* 3 12 261,68
48 40,5* 20* 0,475* 9,3* 3,3* 16 295,24
49 43* 22* 0,425* 7,7* 3,3* 17 285,988
50 40,6* 22* 0,35* 8,4* 3 18 308,61
Rerata Tetua
29,1 12,9 7,57 3,21 0,3 299,738
Betina 0,318
σ 2
167,3 66,75 0,01 1,18 0,22 64,35
σ 12,93 8,17 0,11 1,09 0,46 8,02
Keterangan :
* Individu-individu berpotensi diseleksi
terdapat 46 individu yang memiliki potensi tinggi tanaman melebihi tinggi
tanaman tetuanya.
Sebaran data pada variable pengamatan jumlah daun (Tabel 2.)
menunjukkan nilai rata-rata yaitu 26,68 dengan standar deviasi 8,17 dan memiliki
nilai ragam sebesar 66,75. Rata-rata jumlah daun tanaman tetua betina (Siam
Madu) sebagai kontrol yaitu 12,9. Dari hasil pengamatan diketahui individu-
individu pada populasi P2V1 memiliki jumlah daun yang lebih baik dibandingkan
dengan tanaman tetuanya. Dari hasil pengamatan diperoleh 47 individu dari 50
individu yang diamati pada populasi P2V1 yang memiliki potensi jumlah daun
lebih tinggi dibandingkan dengan tetuanya.
Berdasarkan data pengamatan diameter batang (Tabel 2.) diketahui nilai
rata-rata diameter batang populasi tanaman P2V1 yaitu 0,488 cm dengan standar
deviasi 0,11 dan memiliki nilai ragam sebesar 0,01. Rata-rata diameter batang
tanaman tetua betina (Siam Madu ) yaitu 0,318 cm. Dari hasil pengamatan.
diperoleh 49 individu pada populasi P2V1 yang memiliki potensi besaran
diameter batang lebih baik dari rerata tetuanya.
Untuk pengamatan panjang dan lebar daun diketahui rata-rata panjang
daun pada populasi ini sebesar 7,73 cm dengan standar deviasi 1,09 dan memiliki
nilai ragam sebesar 1,18. Rata-rata panjang daun tanaman tetua betina yaitu 7,57
cm, sedangkan untuk pengamatan lebar daun menunjukkan nilai rata-rata pada
populasi P2V1 yaitu 2,21 cm dengan standar deviasi 0,46 dan ragam sebesar 0,22.
Rata-rata lebar daun tanaman tetua betina sebesar 3,21 cm. Dari hasil pengamatan
pada populasi P2V1 diperoleh 32 individu untuk pengamatan panjang daun dan
17 individu untuk pengamatan lebar daun yang berpotensi melebihi rata-rata
panjang dan lebar daun tetuanya.
Tidak berbeda dengan pengamatan pada populasi yang lain, individu-
individu tanaman F1 yang memiliki potensi untuk di seleksi adalah individu yang
memiliki jumlah duri/pohon sama dengan atau lebih kecil dibandingkan tanaman
tetuanya. Dari hasil pengamatan (Tabel 2.) diketahui terdapat sejumlah duri/pohon
pada tanaman tetua, tetapi rata-rata jumlah duri/pohon pada tanaman tetua masih
lebih kecil dibandingkan jumlah duri/pohon pada populasi tanaman P2V1. Dari
hasil pengamatan diketahui sebaran data pada variable pengamatan jumlah
duri/pohon menunjukkan nilai rata-rata yaitu 20,02 dengan standar deviasi 8,02
dan nilai ragam sebesar 64,35. Dari hasil pengamatan diperoleh 1 individu pada
populasi P2V1 yang berpotensi untuk di seleksi.
Hasil karakterisasi pada populasi tanaman P2V1 pada Lampiran 5.
menunjukkan hasil yang tidak berbeda untuk karakter pengamatan daun dengan
hasil pengamatan pada tanaman tetua betinanya (Siam Madu). Hasil karakterisasi
daun pada populasi tanaman tetua betina diperoleh bentuk daun sessile, bentuk
helaian daun elliptic, bentuk tepi daun sinuate, tipe daun tunggal, permukaan daun
berpori. Untuk pengamatan bentuk helaian daun dan bentuk tepi daun terdapat
beberapa individu pada populasi tanaman P2V1 yang menunjukkan karakter
berbeda yakni terdapat 1 individu tanaman yang menunjukkan bentuk helaian
daun lancoelat, dan terdapat 3 individu tanaman yang menunjukkan bentuk tepi
daun entire.
Hasil pengamatan karakter jumlah stomata dan analisis t pada tarat 5%
populasi tanaman F1 hasil persilangan antara Siam Madu x Satsuma (P2V1)
disajikan pada Tabel 2. Dari hasil pengamatan tampak bahwa individu-individu
pada populasi tanaman F1 Siam Madu x Satsuma (P2V1) untuk pengamatan
kerapatan stomata menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap populasi tanaman
tetuanya (Siam Madu). Hasil pengamatan menunjukkan adanya variasi kerapatan
stomata, hal ini terlihat dengan adanya 27 individu pada populasi ini yang
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tanaman tetuanya.
♦ Populasi Tanaman F1 Siam Mamuju x Satsuma (P4V1)
Data hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,
panjang dan lebar daun, jumlah duri/pohon, jumlah stomata populasi tanaman F1
Siam Mamuju x Satsuma (P4V1) disajikan pada Tabel 3.
Sebaran data pada variabel pengamatan tinggi tanaman (Tabel
3.)menunjukkan nilai rata-rata papulasi tanaman F1 Siam Mamuju x Satsuma
yaitu 33,02 cm dengan standar deviasi 9,21 dan memiliki nilai ragam sebesar
84,88. Rata-rata tinggi tanaman tetua betina (Siam Mamuju) sebagai kontrol yaitu
20,9 cm. Hasil pengamatan pada populasi P4V1 menunjukkan bahwa tinggi
Tabel 3. Data tinggi tanaman (TT), jumlah daun (JD), diameter batang (DB), panjang dan
lebar daun (PD dan LD), jumlah duri/pohon (JDR), dan jumlah stomata (JS)
populasi Siam Banjar x Satsuma (P4V1)
No Tan TT JD DB PD LD JDR JS
1 20,4 14* 0,415* 5,4 2,3 4 344,504*
2 29,8* 19* 0,485* 4,5 2 10 271,563
3 35* 19* 0,425* 7,3* 2,2 16 365,648*
4 35* 24* 0,525* 6,7* 2,8 22 362,43*
5 53* 27* 0,675* 7,8* 3,5* 23 285,072*
6 41,3* 23* 0,575* 7,5* 2,9 20 373,867*
7 22* 10* 0,22 7,1* 2,6 6 160,453*
8 21* 10* 0,25 2,8 1,3 5 275,672*
9 45,5* 24* 0,565* 6,2* 2,5 17 351,609*
10 34,2* 22* 0,35* 6,1* 2,4 17 331,44*
11 44,5* 28* 0,525* 7,3* 2,6 23 283,236*
12 35* 24* 0,475* 7* 2,4 17 402,548*
13 36,2* 21* 0,425* 6,6* 2,3 16 255,557*
14 33,7* 20* 0,575* 8,5* 3,4* 13 228,505
15 37,3* 17* 0,525* 8* 2,6 13 246,814*
16 37* 20* 0,425* 7,5* 2,4 14 295,347*
17 33,5* 21* 0,425* 7,4* 2,2 15 252,054*
18 29,8* 17* 0,375* 7,3* 2,5 10 267,395*
19 48* 26* 0,45* 6,9* 2,3 20 281,077
20 31* 12* 0,425* 7* 2,7 8 170,568*
21 26* 12* 0,275* 5,2 2,2 7 74,6424*
22 32,5* 12* 0,475* 7,4* 3 7 221,1
23 26,5* 7 0,325* 7,5* 3,4* 4 167,464
24 27* 13* 0,275* 7* 3,2 8 154,91*
25 47* 29* 0,425* 5,2 2,2 26 424,007*
26 21* 9 0,325* 6,7* 2,2 12 438,115*
27 20,2 20* 0,315* 6* 2,2 9 465,096*
28 19,2* 11* 0,275* 3,4 1,5 5 371,507*
29 34,7* 218 0,45* 5,2 2,4 15 345,775*
30 22,7* 13* 0,325* 5 2 10 264,916*
31 24,6* 18* 0,325* 4,2 1,9 10 354,554*
32 24,3* 17* 0,485* 4,5 1,9 14 361,362*
33 19 10* 0,27* 5 2,2 3 339,475*
34 33,7* 20* 0,575* 4,8 2 14 292,138*
35 25,6* 12* 0,45* 7,5* 2,6 9 328,056*
36 16,5 11* 0,25 7,5* 2,9 4 284,556*
37 48* 30* 0,525* 8* 2,8 26 351,592*
38 32,5* 15* 0,375* 8* 2,8 9 161,816*
39 42,3* 19* 0,45* 8,2* 3,2 19 428,626*
40 39,5* 22* 0,55* 9* 3,3 17 317,961*
41 36* 20* 0,45* 8* 2,9 17 270,585*
42 24,5* 15* 0,225 6,5* 2,8 9 153,831*
43 42* 21* 0,525* 8* 2,8 16 306,177*
44 39,2* 20* 0,425* 6,7* 2,5 17 251,388*
45 33* 21* 0,375* 7,7* 3 14 230,922
46 44* 21* 0,55* 8,6* 3 16 285,259*
47 26* 17* 0,225 6,6* 2,1 6 255,671
48 50* 23* 0,525* 8,3* 3,4* 15 303,533*
49 30,5* 18* 0,325* 5,5 2,6 9 209,905
50 40* 19* 0,45* 6,6* 2,6 19 413,021*
Rerata Tetua
20,9 9,88 0,266 5,61 3,31 0 214,455
Betina
σ 2
84,88 30,65 0,012 1,95 0,23 35,6
σ 9,21 5,54 0,11 1,4 0,49 5,97
Keterangan :
* Individu-individu berpotensi diseleksi
tanaman dari individu-individu tanaman F1 lebih tinggi dibandingkan rata-rata
tinggi tanaman tetuanya. Dari hasil pengamatan diketahui terdapat 45 individu
yang memiliki potensi tinggi tanaman lebih dari tetuanya.
Berdasarkan Tabel 3. diketahui sebaran data pada variable pengamatan
jumlah daun menunjukkan nilai rata-rata yaitu 18,28 dengan standar deviasi 5,54
dan memiliki nilai ragam sebesar 30,65. Rata-rata jumlah daun tanaman tetua
betina (Siam Mamuju) sebagai kontrol yaitu 9,88. Hasil pengamatan
menunjukkan banyaknya jumlah daun pada populasi P4V1 melebihi rata-rata dari
tetuanya. Berdasarkan data pengamatan pada Lampiran 4. diperoleh 48 individu
dari 50 individu yang diamati pada populasi P4V1 yang memiliki potensi jumlah
daun lebih tinggi dibandingkan dengan tetuanya.
Berdasarkan data pengamatan diameter batang (Tabel 3.) diketahui nilai
rata-rata diameter batang populasi tanaman P4V1 yaitu 0,418 cm dengan standar
deviasi 0,11 dan memiliki nilai ragam sebesar 0,012. Rata-rata diameter batang
tanaman tetua betina (Siam Mamuju) yaitu 0,266 cm. Dari hasil pengamatan
diketahui bahwa besaran diameter batang pada tanaman F1 menunjukkan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan rerata tetuanya. Berdasarkan data
pengamatan pada Lampiran 5. diperoleh 45 individu pada populasi tanaman P4V1
yang berpotensi memiliki diameter batang lebih dari tetuanya.
Hasil pengamatan panjang dan lebar daun (Tabel 3.) diketahui rata-rata
panjang daun pada populasi ini sebesar 6,65 cm dengan standar deviasi 1,4 dan
memiliki nilai ragam sebesar 1,95. Rata-rata panjang daun tanaman tetua betina
yaitu 5,61 cm, sedangkan untuk pengamatan lebar daun menunjukkan nilai rata-
rata pada populasi P4V1 yaitu 2,55 cm dengan standar deviasi 0,49 dan ragam
sebesar 0,23. Rata-rata lebar daun tanaman tetua betina sebesar 3,31 cm. Dari
hasil pengamatan pada populasi P4V1 diperoleh 37 individu untuk pengamatan
panjang daun dan 5 individu untuk pengamatan lebar daun yang berpotensi
melebihi rata-rata panjang dan lebar daun tetuanya.
Sama halnya dengan pengamatan pada populasi yang lain individu-
individu tanaman F1 yang memiliki potensi untuk di seleksi untuk variable
pengamatan jumlah duri/pohon adalah individu yang memiliki jumlah duri/pohon
sama dengan atau lebih kecil dibandingkan tanaman tetuanya. Dari hasil
pengamatan diketahui tanaman tetua dari populasi P4V1 tidak menunjukkan
adanya sejumlah duri/pohon. Sebaran data pada variable pengamatan jumlah
duri/pohon (Tabel 3.) menunjukkan nilai rata-rata yaitu 13,1 dengan standar
deviasi 5,97 dan nilai ragam sebesar 35,6. Dari hasil pengamatan pada populasi
P4V1 untuk pengamatan jumlah duri/pohon tidak diperoleh individu-individu
yang memiliki potensi untuk di seleksi.
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa tujuan dari karakterisasi pada
daun adalah untuk mendapatkan individu-individu dari tanaman F1 hasil
persilangan yang memiliki sifat morfologi yang lebih dekat dengan tetua
betinanya. Dari hasil pengamatan sebagian besar individu-individu pada populasi
tanaman P4V1 (Lampiran 6.) menunjukkan hasil karakterisasi yang sama dengan
tanaman tetua betinanya pada seluruh karakter pengamatan daunnya, kecuali pada
pengamatan bentuk helaian daun dan bentuk tepi daun terdapat beberapa individu
yang menunjukkan karakter berbeda yakni terdapat 3 individu tanaman yang
menunjukkan bentuk helaian daun ovate, dan terdapat 10 individu yang
menunjukkan bentuk tepi daun entire.
Hasil pengamatan karakter jumlah stomata dan analisis t pada tarat 5%
populasi tanaman F1 hasil persilangan antara Siam Mamuju x Satsuma (P4V1)
disajikan pada Tabel 3. Dari hasil pengamatan tampak bahwa individu-individu
pada populasi tanaman F1 Siam Mamuju x Satsuma (P4V1) untuk pengamatan
kerapatan stomata menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap populasi tanaman
tetuanya (Siam Mamuju). Hasil pengamatan menunjukkan adanya variasi
kerapatan stomata, hal ini terlihat dengan adanya 42 individu pada populasi ini
yang menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tanaman tetuanya.
♦ Populasi Tanaman F1 Siam Pontianak x Satsuma (P6V2)
Data hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,
panjang dan lebar daun, jumlah duri/pohon, jumlah stomata populasi tanaman F1
Siam Pontianak x Satsuma (P6V2) disajikan pada Tabel 4.
Sebaran data pada variabel pengamatan tinggi tanaman menunjukkan nilai
rata-rata papulasi tanaman F1 Siam Pontianak x Satsuma yaitu 40,84 cm dengan
Tabel 4. Data tinggi tanaman (TT), jumlah daun (JD), diameter batang (DB), panjang dan
lebar daun (PD dan LD), jumlah duri/pohon (JDR), dan jumlah stomata (JS)
populasi Siam Banjar x Satsuma (P6V2)
No Tan TT JD DB PD LD JDR JS
1 44* 26* 0,575* 8,3* 3,1* 19 289,824
2 55* 32* 0,525* 8,5* 3* 23 366,33*
3 18,3 14* 0,15* 3,2 1,6 4 146,49*
4 26,4* 15* 0,375* 5 1,9 9 274,081
5 46,5* 27* 0,525* 8,4* 3,2* 18 386,635*
6 70* 35* 0,55* 8,5* 3,5* 32 407,7
7 30,4* 20* 0,325 6,8* 2,6 16 204,676*
8 59,5* 34* 0,65* 6,9* 2,4 25 399,265*
9 42,3* 22* 0,35* 6,6 2,7 19 350,322*
10 50,2* 24* 0,55* 7,4* 2,6 25 534,181*
11 52,6* 24* 0,45* 6,1 2,4 32 391,79*
12 42,7* 26* 0,425* 7,1* 2,8 26 373,882*
13 39,2* 22* 0,575* 7,4* 2,8 31 222,889
14 51,5* 28* 0,575* 8* 3,1* 28 750,461*
15 46,2* 26* 0,575* 8,1* 3* 16 154,446*
16 46,2* 28* 0,425* 7,4* 3* 23 442,398*
17 41,4* 21* 0,415* 6,5 2,4 28 247,94
18 45* 25* 0,575* 7,9* 2,9 25 324,34*
19 50* 28* 0,52* 7* 2,8 28 168,084*
20 37* 20* 0,475* 4,3 1,4 15 209,087*
21 37,5* 22* 0,475* 6,5 2,4 17 288,878*
22 33,5* 19* 0,45* 8,7* 3,3* 20 385,901*
23 47,5* 25* 0,675* 8,2* 2,8 21 343,478*
24 32* 18* 0,425* 7* 2,8 12 416,191*
25 45,5* 27* 0,525* 8,8* 3* 22 253,821
26 24,5* 15* 0,375* 6,4 2,5 8 381,684*
27 23* 11 0,25 6,2 2,4 6 157,033*
28 51* 28* 0,675* 7* 2,4 22 166,33*
29 16,8 4 0,175 4,4 1,7 0 342,812*
30 47,5* 30* 0,575* 7* 3,2* 24 215,445*
31 28* 18* 0,35* 7,8* 3* 11 137,734*
32 41,4* 21* 0,45* 8,8* 3,1* 19 145,092*
33 63* 35* 0,675* 7,9* 2,6 30 213,506*
34 48* 25* 0,525* 6,6 3* 23 189,341*
35 59,5* 36* 0,61* 8* 3* 31 380,248*
36 25,5* 17* 0,325 7,4* 2,6 10 117,563*
37 22 12* 0,25 5,2 2,3 6 129,05*
38 53,5* 28* 0,525* 8,5* 2,8 25 400,083*
39 47* 26* 0,575* 8,5* 3* 20 187,421*
40 39,5* 23* 0,57* 8,5* 3* 19 519,185*
41 19 15* 0,225 4,8 1,5 6 60,1088*
42 49* 28* 0,675* 7,7* 2,6 20 238,251
43 25,5* 16* 0,475* 7,8* 3,4* 9 176,428*
44 32,7* 22* 0,425* 6,4 2,2 15 269,733
45 20,5 11 0,225* 5 2 6 118,633*
46 35* 23* 0,475* 6,5 2,8 15 305,572*
47 55,8* 33* 0,725* 6,5 2,2 29 373,613*
48 46,7* 23* 0,425* 4,5 2 17 207,704*
49 38,3* 23* 0,525* 8,8* 3,3* 17 351,496*
50 39* 22 0,475* 8* 2,7 19 320,37*
Rerata Tetua
22,6 11,1 0,325 6,65 3 0 269,917
Betina
σ 2
157,45 46,22 0,019 1,87 0,24 66,03
σ 12,55 6,8 0,14 1,37 0,49 8,13
Keterangan :
* Individu-individu berpotensi diseleksi
standar deviasi 12,55 dan memiliki nilai ragam sebesar 157,45. Rata-rata tinggi
tanaman tetua betina (Siam Pontianak) sebagai kontrol yaitu 22,6 cm. Tidak
berbeda dengan pengamatan pada populasi yang lain, hasil pengamatan
menunjukkan individu pada populasi P6V2 memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan rata-rata tinggi tanaman tetuanya. Dari hasil pengamatan diperoleh
46 individu pada populasi P6V2 yang memiliki potensi tinggi tanaman lebih dari
tetuanya.
Berdasarkan data pengamatan jumlah daun (Tabel 4.) diketahui nilai rata-
rata jumlah daun populasi tanaman P6V2 yaitu 23,06 dengan standar deviasi 6,8
dan memiliki nilai ragam sebesar 46,22. Rata-rata jumlah daun tanaman tetua
betina (Siam Pontianak) yaitu 11,1. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui
jumlah daun pada populasi tanaman P6V2 lebih baik dibandingkan dengan rata-
rata jumlah daun tetuanya. Hasil pengamatan jumlah daun pada populasi tanaman
P6V2 dari 50 individu yang diamati diperoleh 47 individu yang memiliki potensi
jumlah daun lebih banyak dari pada tetuanya.
Berdasarkan data pengamatan (Tabel 4.) diketahui nilai rata-rata diameter
batang populasi tanaman P6V2 yaitu 0,474 cm dengan standar deviasi 0,14 dan
memiliki nilai ragam sebesar 0,019. Rata-rata diameter batang tanaman tetua
betina (Siam Pontianak) yaitu 0,325 cm. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh
42 individu tanaman F1 pada populasi P6V2 yang berpotensi memiliki besaran
diameter batang lebih dari tetuanya.
Dari hasil pengamatan panjang dan lebar daun diketahui rata-rata panjang
daun pada populasi ini sebesar 7,06 cm dengan standar deviasi 1,37 dan memiliki
nilai ragam sebesar 1,87. Rata-rata panjang daun tanaman tetua betina yaitu 6,65
cm, sedangkan untuk pengamatan lebar daun menunjukkan nilai rata-rata pada
populasi P6V2 yaitu 2,66 cm dengan standar deviasi 0,49 dan ragam sebesar 0,24.
Rata-rata lebar daun tanaman tetua betina sebesar 3 cm. Dari hasil pengamatan
pada populasi P6V2 diperoleh 32 individu untuk pengamatan panjang daun dan
19 individu untuk pengamatan lebar daun yang berpotensi melebihi rata-rata
panjang dan lebar daun tetuanya.
Tidak berbeda dengan pengamatan pada populasi yang lain, individu-
individu tanaman F1 yang memiliki potensi untuk di seleksi adalah individu yang
memiliki jumlah duri/pohon sama dengan atau lebih kecil dibandingkan tanaman
tetuanya. Dari hasil pengamatan diketahui tanaman tetua tidak menunjukkan
adanya duri/pohon, sebaliknya terdapat sejumlah duri/pohon pada individu-
individu populasi tanaman P6V2 (Tabel 4). Dari hasil pengamatan diketahui
sebaran data pada variable pengamatan jumlah duri/pohon menunjukkan nilai
rata-rata yaitu 18,82 dengan standar deviasi 8,13 dan nilai ragam sebesar 66,03.
Dari hasil pengamatan diperoleh 1 individu untuk pengamatan jumlah duri/pohon
pada populasi tanaman P6V2 yang berpotensi untuk di seleksi.
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa tujuan dari karakterisasi pada
daun adalah untuk mendapatkan individu-individu dari tanaman F1 hasil
persilangan yang memiliki sifat morfologi yang lebih dekat dengan tetua
betinanya. Sebagian besar individu-individu pada populasi tanaman P6V2
(Lampiran 7.) menunjukkan hasil yang sama dengan tetua betinanya untuk seluruh
karakter pengamatan daun, kecuali pada pengamatan bentuk helaian daun terdapat
2 individu yang menunjukkan hasil berbeda yakni kedua individu tersebut
memiliki bentuk helaian daun obovate.
Hasil pengamatan karakter jumlah stomata dan analisis t pada tarat 5%
populasi tanaman F1 hasil persilangan antara Siam Pontianak x Satsuma (P6V2)
disajikan pada Tabel 4. Dari hasil pengamatan tampak bahwa individu-individu
pada populasi tanaman F1 Siam Pontianak x Satsuma (P6V2) untuk pengamatan
kerapatan stomata menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap populasi tanaman
tetuanya (Siam Pontianak). Hasil pengamatan menunjukkan adanya variasi
kerapatan stomata, hal ini terlihat dengan adanya 43 individu pada populasi ini
yang menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tanaman tetuanya.
4.2 Pembahasan
Seleksi tanaman merupakan salah satu tahapan dalam pemuliaan tanaman
yaitu dengan memilih salah satu atau beberapa sifat dari suatu populasi yang telah
ada. Dasar pemilihan dalam seleksi adalah penampilan fenotip, dengan harapan
genotip-genotip yang terkandung didalamnya merupakan genotip yang unggul.
Pada tahap seleksi pemilihan tanaman secara individual dilakukan dengan cara
memilih tanaman terbaik. Pada penelitian ini seluruh parameter pengamatan dapat
dipakai untuk seleksi kecuali parameter pengamatan jumlah duri/pohon. Seleksi
individu pada 4 populasi jeruk hasil persilangan terkontrol pada fase pembibitan
ini ditujukan untuk mendapatkan individu terpilih yang memiliki tingkat vigoritas
tinggi, juvenilitas rendah, serta kemiripan dengan tetua betina. Kriteria seleksi
yang digunakan adalah untuk pengamatan vigoritas individu terpilih menunjukkan
hasil lebih tinggi dibandingkan tanaman tetuanya, sedangkan untuk pengamatan
juvenilitas individu terpilih menunjukkan hasil sama dengan atau lebih kecil
dibandingkan tanaman tetuanya, dan untuk pengamatan kemiripan dengan tetua
betina individu terpilih menunjukkan hasil sama dengan masing-masing tetua
betinanya.
4.2.1 Pengamatan Vigoritas
Pertumbuhan tanaman adalah proses dalam kehidupan tanaman yang
mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman. Pertambahan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan ialah hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian (organ-organ) tanaman akibat dari
pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertambahan ukuran sel (Sitompul
dan Guritno, 1995). Aspek mendasar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
ialah genetik dari tanaman itu sendiri dan lingkungan dimana tanaman tersebut
tumbuh. Dari segi genetik, penurunan sifat suatu tanaman didasarkan atas
hubungan keturunannya. Sedangkan dari segi lingkungan meliputi unsur iklim
disekitar pertanaman, air ataupun tanah. Semua itu dapat menyebabkan respon
tanaman pada hasil dan pertumbuhan tanaman berbeda-beda. Proses pertumbuhan
tanaman dapat diketahui melalui pengamatan terhadap peubah-peubah tanaman
seperti : tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas dan lain-lain.
Hasil pengamatan vigoritas (tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
batang, panjang dan lebar daun) rata-rata populasi tanaman F1 yang diamati
menunjukkan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan tetua
persilangannya. Berdasarkan nilai standar deviasi, dari keempat populasi tanaman
F1 yang diamati untuk variable tinggi tanaman populasi Siam Mamuju x Satsuma
(P4V1) memiliki tingkat keragaman yang rendah ditunjukkan oleh rendahnya nilai
standar deviasi bila dibandingkan dengan populasi yang lain, sedangkan populasi
Siam Madu x Satsuma (P2V1) dan populasi Siam Pontianak x Satsuma (P6V2)
mempunyai nilai standar deviasi yang tidak berbeda artinya keragaman tinggi
tanaman pada kedua populasi ini tidak berbeda jauh dan nilai standar deviasi yang
paling tinggi untuk pengamatan tinggi tanaman terdapat pada populasi Siam
Banjar x Satsuma. Untuk variable jumlah daun populasi Siam Mamuju x Satsuma
(P4V1) memiliki tingkat keragaman yang rendah ditunjukkan oleh rendahnya nilai
standar deviasi bila dibandingkan dengan populasi yang lain, sedangkan
keragaman jumlah daun yang paling tinggi terdapat pada populasi Siam Madu x
Satsuma (P2V1) ditunjukkan dengan tingginya nilai standar deviasi bila
dibandingkan dengan populasi yang lain, dan kemudian diikuti oleh populasi
Siam Banjar x Satsuma (P1V1) setelah itu populasi Siam Pontianak x Satsuma
(P6V2).
Untuk variable diameter batang, berdasarkan nilai standar deviasi populasi
Siam Banjar x Satsuma (P1V1) memiliki tingkat keragaman yang rendah
ditunjukkan oleh rendahnya nilai standar deviasi bila dibandingkan dengan ketiga
populasi yang lain, sedangkan populasi Siam Madu x Satsuma (P2V1) dan
populasi Siam Mamuju x Satsuma (P4V1) mempunyai nilai standar deviasi yang
sama artinya kedua populasi ini menunjukkan keragaman diameter batang yang
tidak berbeda, dan nilai standar deviasi yang paling tinggi untuk pengamatan
diameter batang terdapat pada populasi Siam Pontianak x Satsuma (P6V2).
Berdasarkan nilai standar deviasi, untuk variable panjang dan lebar daun
populasi Siam Mamuju x Satsuma (P4V1) memiliki tingkat keragaman yang
tinggi ditunjukkan dengan tingginya nilai standar deviasi bila dibandingkan
dengan ketiga populasi tanaman F1 yang lain, kemudian diikuti oleh populasi
Siam Pontianak x Satsuma (P6V2), populasi Siam Banjar x Satsuma (P1V1) dan
yang menunjukkan nilai standar deviasi yang paling rendah terdapat pada populasi
Siam Madu x Satsuma (P2V1).
Populasi tanaman tetua (kontrol) terlihat rata-rata bibit sudah mengalami
pecah tunas namun kemudian pertumbuhannya terhambat. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan tanaman tetua tidak seragam. Terhambatnya pertumbuhan ini diduga
disebabkan asimilat digunakan untuk memecah tunas yang seharusnya dormansi,
sehingga untuk pertumbuhan tunas selanjutnya membutuhkan energi.
4.2.2 Pengamatan Juvenilitas
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan individu-
individu dari populasi tanaman F1 yang memiliki juvenilitas rendah, adapun
parameter pengamatan untuk juvenilitas ini adalah jumlah duri/pohon.
Berdasarkan nilai standar devisi antara populasi yang satu dengan yang lain tidak
menunjukkan perbedaan nilai standar deviasi yang signifikan artinya keragaman
jumlah duri/pohon antar populasi tanaman F1 yang diamati tidak berbeda jauh.
Kriteria seleksi yang digunakan untuk pengamatan juvenilitas individu terpilih
menunjukkan hasil sama dengan atau lebih kecil dibandingkan tanaman tetuanya,
sedangkan dari hasil pengamatan menunjukkan individu-individu pada tanaman
F1 terdapat sejumlah duri/pohon lebih banyak dibandingkan dengan tanaman
tetuanya. Oleh karena itu, parameter pengamatan jumlah duri/pohon tidak dapat
dijadikan sebagai bahan seleksi pada penelitian ini.
Banyaknya duri/pohon pada populasi tanaman F1 disebabkan karena
berasal dari biji. Semua pohon yang dibiakkan dari biji akan melalui periode
juvenilitas, yaitu interval waktu selama tanaman tersebut belum mampu
berproduksi (membentuk biji). Secara alami periode ini berakhir setelah 1 hingga
45 tahun tergantung pada spesies dan kondisi lingkungannya (Hackett, 1985),
pada jeruk fase juvenile berkisar antara 6-8 tahun. Ciri-ciri fase juvenile ialah,
duri panjang dan pertumbuhan keatas. Duri merupakan salah satu ciri sebagian
besar jenis jeruk, terutama pada fase juvenile yang tumbuh pada batang dan
cabang, sedang pada fase dewasa duri sangat sedikit atau bahkan tidak ada,
kecuali pada jenis-jenis tertentu. Perubahan duri pada jeruk dapat dipakai sebagai
parameter untuk melihat perubahan dari fase juvenile ke dewasa. Pada fase
juvenile umumnya tanaman berduri banyak dan panjang, kemudian mereduksi
menjadi semakin kecil dan menghilang pada fase dewasa. Bibit hasil
penyambungan atau penempelan ada kalanya berduri, tetapi tidak sebesar dan
sebanyak bibit yang berasal dari biji. Usaha memperpendek fase juvenile dapat
dilakukan dengan perlakuan penempelan, penyambungan, stress dan pengeratan
tanaman juvenile (Sugiyarto dan Supriyanto. 1992).
Pertumbuhan tanaman hingga mencapai saat berbunga terdiri dari tiga
masa. Masa embrio dimulai sejak terjadinya persatuan antara gamet jantan dan
gamet betina yang kemudian menghasilkan embrio (zigot). Masa juvenil diawali
sejak perkecambahan biji sampai menjelang berbunga (masa dewasa). Pada masa
ini terlihat pertumbuhan vegetatif yang sangat dominan. Masa juvenil ini disertai
dengan beberapa perubahan bentuk tanaman seperti bentuk daun, karakter
pertumbuhan dan tumbuhnya duri. Masa transisi menjembatani batas antara masa
juvenil dengan masa reproduksi atau masa dewasa. Pada masa transisi ini tanaman
mengalami perubahan bentuk daun, kebiasaan tumbuh serta mulai menunjukkan
respon terhadap rangsangan pembungaan (Ashari, 1995).
4.2.3 Pengamatan Stomata
Individu-individu tanaman F1 pada penelitian ini merupakan tanaman hasil
persilangan antara beberapa varietas jeruk Siam dengan jeruk Satsuma yang
kemudian dilakukan kultur embrio. Melalui kultur embrio akan dapat diperoleh
keragaman genetik akibat media atau subkultur berulang-ulang yang
menyebabkan instabilitas kromosom dari sel-sel tanaman tersebut. Dari hasil
penelitian terdapat variasi kerapatan stomata pada tiap individu-individu tanaman
F1 yang diamati. Sebagian besar individu-individu pada populasi tanaman F1
memiliki jumlah stomata yang bertambah bila dibandingkan dengan jumlah
stomata tanaman tetuanya. Adanya penambahan atau pengurangan jumlah stomata
pada tiap individu-individu tanaman F1 yang diamati bisa disebabkan karena
perbedaan perubahan sifat-sifat genetik tanaman akibat persilangan maupun kultur
embrio sehingga menyebabkan perubahan dalam sel yang berakibat pada
perubahan stomata yang memiliki fungsi fisiologis yang penting bagi tanaman.
Menurut Passioura (1996) bahwa tidak hanya faktor genetik, keadaan luar seperti
lingkungan juga mempunyai andil dalam menentukan karakter stomata tersebut.
Ketersediaan air dan transpirasi pada tanaman tersebut menjadi alasan besar atau
kecilnya ukuran stomata dan kerapatan stomata. Karbondioksida, air dan
ketahanan tanaman sangat berhubungan erat dengan indeks dan ukuran stomata
(lea et al., 1977).
4.2.4 Karakterisasi Daun
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas jeruk siam dapat dilakukan
dengan mengadakan kegiatan persilangan. Kegiatan persilangan merupakan salah
satu usaha untuk meningkatkan keragaman genetik dan menggabungkan sifat-sifat
yang ada pada masing-masing tetua. Dengan melalui kegiatan persilangan akan
diperoleh suatu populasi yang memisah untuk sifat-sifat yang diinginkan, yang
karenanya akan diperoleh keragaman genetik baik untuk sifat kualitatif maupun
kuantitatif sebagai akibat terbentuknya rekombinasi gen-gen baru.
Dari hasil pengamatan karakterisasi daun sebagian besar individu-individu
pada populasi tanaman F1 menunjukkan karakter daun yang sama dengan tetua
betinanya. Hal ini dikarenakan tanaman jeruk pada umumnya bersifat
poliembrioni, sehingga dalam suatu populasi yang berasal dari biji sebagian besar
mempunyai sifat yang identik dengan tanaman induknya (induk betina) (Ashari,
1995).
Pada biji poliembrioni terdapat embrio seksual (embrio zigotik) dan
embrio aseksual (embrio nucellar). Embrio zigotik berasal dari peleburan pollen
dan ovum, sedangkan embrio nucellar merupakan hasil perkembangan dari sel
nuselus tanaman induk. Embrio zigotik dapat tumbuh dan menghasilkan tanaman
baru (Hibrid) yang mempunyai sifat berlainan dengan pohon induknya sedangkan
embrio nucellar akan tumbuh sebagai semai vegetatif yang mempunyai sifat sama
dengan induknya (AAK, 1994). Umumnya tanaman zigotik lebih kecil daripada
nucellar, tetapi tidak semua dapat dibedakan berdasarkan penampakan visualnya.
Pengenalan secara visual menjadi metode yang paling mudah dan efektif apabila
tetua jantan dan betina berbeda secara signifikan.
Dalam usaha perbaikan tanaman (pemuliaan tanaman) embrio zigotik
merupakan sumber variasi genetik yang diperlukan, sedangkan embrio nucellar
diperlukan untuk penyediaan bibit batang bawah karena sifatnya yang seragam.
Embrio nucellar ini dapat dihambat dengan melalui kultur embrio, karena buah
hasil persilangan antara beberapa varietas jeruk Siam (Siam Banjar, Siam Madu,
Siam Mamuju, Siam Pontianak) dengan jeruk Satsuma sudah dapat dipanen pada
umur 10-14 minggu, pada umur tersebut jaringan nuselus masih belum
membentuk embrio (Sutanto dan Purnomo, 2004).
5.1 Kesimpulan
1. Hasil pengamatan vigoritas (tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
batang, panjang dan lebar daun) rata-rata populasi tanaman F1 yang
diamati menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan tetua
persilangannya.
2. Hasil pengamatan juvenilitas (jumlah duri/pohon) rata-rata individu pada
populasi tanaman F1 yang diamati memiliki jumlah duri/pohon yang lebih
besar dibandingkan dengan tetua persilangannya.
3. Parameter jumlah duri/pohon tidak dapat digunakan sebagai salah satu
kriteria seleksi pada populasi tanaman F1 jeruk pada penelitian ini.
4. Sebagian besar individu-individu pada populasi tanaman F1 menunjukkan
karakter morfologi yang mirip dengan masing-masing tanaman tetua
betinanya (Siam Banjar, Siam Madu, Siam Mamuju dan Siam Pontianak).
5. Terdapat penambahan maupun pengurangan jumlah kerapatan stomata
pada tiap individu-individu tanaman F1 yang diamati terhadap masing-
masing tanaman tetuanya.
6. Hasil penelitian terpilih yaitu 15 individu untuk populasi P1V1 (Siam
Banjar x K. Satsuma), 16 individu untuk populasi P2V1 (Siam Madu x K.
Satsuma), 27 individu untuk populasi P4V1 (Siam Mamuju x K. Satsuma)
dan 27 individu untuk populasi P6V2 (Siam Pontianak x K. Satsuma).
1.2 Saran
1. Pengamatan jumlah duri/pohon tidak direkomendasikan sebagai parameter
pengamatan untuk penelitian selanjutnya.
2. Teknik analisis genetik diperlukan untuk mengetahui seberapa besar
hubungan kekerabatan antara individu-individu tanaman F1 yang diamati
dengan tanaman tetuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W. 1960. Principle of Plant Breeding. Johns Wiley and Sons. New
York. p. 50-99
Devy, N.F., Hardiyanto, dan Jati. 2007. Pengaruh Macam Media terhadap
Pertumbuhan Kultur Embrio Nuselar Japanese Citroen In Vitro dan
Metode Perbanyakan Planletnya. Jurnal Hortikultura. Edisi Khusus
(3) : 229-238
Hansen, N.J.P. and S.B. Andersen. 1998. In vitro Chromosome Doubling with
Colchicine During Microspore Culture in Wheat (Triticum aestivum
L.). Euphytica (102): 101-108
Lea, H.Z., Dum G.M., Koch D.W. 1977. Stomatal Diffusion Resistance in Three
Ploidy Levels of Smoots Bromegrass. Crop Science XVII : 91-93. In
Mishra, M.K., 1997. Stomatal Characteristics at Different Ploidy
Levels in Coffea L. Annals of Botani 80: 689-692
Poespodarsono, S. 1988. Dasar – Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. IPB Bogor. pp.
165
Setiawan, Ade Iwan, dan Yani trisnawati. 2003. Peluang Usaha dan
Pembudidayaan Jeruk Siam. Penebar Swadaya. Jakarta
Song, P., W. Kang, and E.B. Peffley. 1997. Chromosome Doubling of Allium
fistulosum x A. cepa Interspecific F1 Hybrids Through Colchicines
Treatment of Regenerating Callus. Euphytica (93): 257-262
Soost, R.K., and M. Roose. 1996. Citrus. In: J. Jules and J.N. Moore (Eds) Fruit
Breeding: Tree and Tropical Fruits. John Wiley and Sons Inc. New
York. p. 257-323
Vloria, J.W. Grosser and B. Brancho. 2005. Immature Embryo, Culture and
seedling Development of Acid Citrus Fruit Derivide from Interploid
Hybridization. CREC University of Florida
Zuraida, Minantyorini, dan Dimyati. 1994. Seleksi Klon Ubi Jalar berdasarkan
Sifat Kualitatif Umbi dalam Risalah Penerapan Teknologi Produksi
dan Pasca Panen Ubi Jalar Mendukung Agro-Industri Edisi Khusus
Balittan Malang No. 3. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang. p.
171-177
Lampiran I.
Denah Percobaan
Tetua
Tetua
Tetua
1. Bentuk daun
1. 2. 3.
Keterangan :
1. Sessile (tanpa petiole)
2. Brevipetiolate (petiole lebih pendek dari daun lamina)
3. Longipetiolate (petiole lebih panjang atau sama dari dengan daun
lamina)
Keterangan :
1. Elliptic 4. Lancoelate
2. Ovate 5. Orbicular
3. Obovate 6. Obcordate
3. Bentuk tepi daun
Keterangan :
1. Crenate
2. Dentate
3. Entire
4. Sinuate
4. Tepi daun
a. Daun Tunggal
b. Trifoliata
5. Permukaan daun
a. Halus
b. Berambut
c. Berpori
d. Kasar
Lampiran 3. Karakterisasi Daun Populasi Tetua (Satsuma)
No Tan Bentuk Daun Bentuk Helaian Bentuk Tepi Daun Tipe Daun Permukaan Daun
Daun
1 Sessile Obovate Sinuate Tunggal Berpori
2 Sessile Obovate Sinuate Tunggal Berpori
3 Sessile Obovate Sinuate Tunggal Berpori
4 Sessile Obovate Sinuate Tunggal Berpori
5 Sessile Obovate Sinuate Tunggal Berpori
6 Sessile Obovate Sinuate Tunggal Berpori
7 Sessile Obovate Sinuate Tunggal Berpori
8 Sessile Obovate Sinuate Tunggal Berpori
Siam Banjar
No Tan Bentuk Daun Bentuk Helaian Bentuk Tepi Daun Tipe Daun Permukaan Daun
Daun
1 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
2 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
3 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
4 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
5 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
6 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
7 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
8 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
Siam Madu
No Tan Bentuk Daun Bentuk Helaian Bentuk Tepi Daun Tipe Daun Permukaan Daun
Daun
1 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
2 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
3 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
4 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
5 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
6 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
7 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
8 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
Siam Mamuju
No Tan Bentuk Daun Bentuk Helaian Bentuk Tepi Daun Tipe Daun Permukaan Daun
Daun
1 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
2 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
3 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
4 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
5 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
6 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
7 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
8 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
Siam Pontianak
No Tan Bentuk Daun Bentuk Helaian Bentuk Tepi Daun Tipe Daun Permukaan Daun
Daun
1 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
2 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
3 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
4 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
5 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
6 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
7 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
8 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
Lampiran 4. Karakterisasi Daun Populasi P1V1 (Siam Banjar x Satsuma)
No Tan Bentuk Daun Bentuk Bentuk Tepi Daun Tipe Daun Permukaan Daun
Helaian Daun
1 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
2 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
3 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
4 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
5 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
6 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
7 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
8 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
9 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
10 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
11 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
12 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
13 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
14 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
15 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
16 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
17 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
18 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
19 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
20 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
21 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
22 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
23 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
24 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
25 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
26 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
27 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
28 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
29 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
30 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
31 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
32 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
33 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
34 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
35 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
36 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
37 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
38 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
39 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
40 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
41 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
42 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
43 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
44 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
45 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
46 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
47 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
48 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
49 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
50 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
Lampiran 5. Karakterisasi Daun Populasi P2V1 (Siam Madu x Satsuma)
No Tan Bentuk Daun Bentuk Bentuk Tepi Daun Tipe Daun Permukaan Daun
Helaian Daun
1 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
2 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
3 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
4 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
5 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
6 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
7 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
8 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
9 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
10 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
11 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
12 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
13 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
14 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
15 Sessile Lancoelate Sinuate Tunggal Berpori
16 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
17 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
18 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
19 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
20 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
21 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
22 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
23 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
24 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
25 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
26 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
27 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
28 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
29 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
30 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
31 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
32 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
33 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
34 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
35 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
36 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
37 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
38 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
39 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
40 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
41 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
42 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
43 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
44 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
45 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
46 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
47 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
48 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
49 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
50 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
Lampiran 6. Karakterisasi Daun Populasi P4V1 (Siam Mamuju x Satsuma)
No Tan Bentuk Daun Bentuk Bentuk Tepi Daun Tipe Daun Permukaan Daun
Helaian Daun
1 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
2 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
3 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
4 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
5 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
6 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
7 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
8 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
9 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
10 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
11 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
12 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
13 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
14 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
15 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
16 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
17 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
18 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
19 Sessile Ovate Sinuate Tunggal Berpori
20 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
21 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
22 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
23 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
24 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
25 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
26 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
27 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
28 Sessile Ovate Sinuate Tunggal Berpori
29 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
30 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
31 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
32 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
33 Sessile Ovate Entire Tunggal Berpori
34 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
35 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
36 Sessile Elliptic Entire Tunggal Berpori
37 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
38 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
39 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
40 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
41 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
42 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
43 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
44 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
45 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
46 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
47 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
48 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
49 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
50 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
Lampiran 7. Karakterisasi Daun Populasi P6V2 (Siam Pontianak x Satsuma)
No Tan Bentuk Daun Bentuk Bentuk Tepi Daun Tipe Daun Permukaan Daun
Helaian Daun
1 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
2 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
3 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
4 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
5 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
6 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
7 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
8 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
9 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
10 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
11 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
12 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
13 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
14 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
15 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
16 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
17 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
18 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
19 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
20 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
21 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
22 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
23 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
24 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
25 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
26 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
27 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
28 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
29 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
30 Sessile Obovate Sinuate Tunggal Berpori
31 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
32 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
33 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
34 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
35 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
36 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
37 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
38 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
39 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
40 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
41 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
42 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
43 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
44 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
45 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
46 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
47 Sessile Obovate Sinuate Tunggal Berpori
48 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
49 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori
50 Sessile Elliptic Sinuate Tunggal Berpori