Anda di halaman 1dari 43

1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan


masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar
penduduk Indonesia. Pertanian memegang peranan penting menopang
perekonomian nasional, artinya bahwa sektor pertanian harusnya menjadi
penggerak dari kegiatan perekonomian. Ketersediaan SDM pertanian yang
berbasis kompetensi akan menentukan keberhasilan program pembangunan
pertanian di Indonesia (Kementerian Pertanian, 2014).
Pembangunan pertanian dilaksanakan melalui berbagai program, yaitu
program peningkatan produksi tanaman pangan, program peningkatan produksi
perkebunan, program peningkatan produksi peternakan, program peningkatan
produksi perikanan dan pogram peningkatan produksi kehutanan dan program
peningkatan produksi tanaman holtikultura. Usaha meningkatkan produksi
berbagai komoditi tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan hasil ekspor
hasil pertanian dan untuk menanggulangi masalah kemiskinan bagi petani.
Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian tentu saja tidak terlepas dari
besarnya peranan dan dukungan para petani Indonesia (Lemhannas, 1997).
Dalam mewujudkan kelompok tani yang efektif peran pemerintah lebih
kepada pihak mengembangkan kepemimpinan lokal terutama wawasan ekonomi,
dan wawasan keorganisasian, karena pemimpinan tersebut telah memiliki energi
sosial dan kemampuan menejemen kelompok informal dan lokal yang efektif,
selain itu peran pemerintah lebih ditekankan pada pengembangan kompetensi
anggota yang lebih beriorientasi kepada pengembangan sumber daya manusia.
Untuk mengembangkan kepemimpinan lokal yang efektif harus memenuhi empat
syarat yaitu terpercaya, kompeten, komunikatif dan memiliki komitmen kerjasama
yang tinggi dalam pengembangan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan anggotanya secara berkeadilan serta mampu meningkatkan kinerja
dan dinamika kelompok tani (Karsidi, 2001).
2

Dinamika kelompok merupakan suatu metode dan proses yang bertujuan


meningkatkan nilai kerjasama kelompok. Metode dan proses dinamika kelompok
berusaha menumbuhkan dan membangun kelompok yang semula terdiri dari satu
kesatuan kelompok dengan satu tujuan, satu norma dan satu cara pencapaiannya
yang disepakati bersama. Tujuan dari dinamika kelompok adalah meningkatkan
proses interaksi antara anggota kelompok, meningkatkan produktivitas anggota
kelompok, mengembangkan kelompok ke arah yang lebih baik, lebih maju serta
meningkatkan kesejahteraan hidup anggotanya. Unsur-unsur dinamika kelompok
terdiri dari tujuan kelompok, kekompakan kelompok, struktur kelompok, fungsi
tugas kelompok, pengembangan dan pemeliharaan kelompok, suasana kelompok,
efektivitas kelompok, tekanan kelompok dan maksud diluar keinginan kelompok
(Kementrian Pertanian, 2008).
Dinamika kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok karena
dinamika kelompok merupakan suatu proses yang memiliki hubungan psikologis
secara jelas antara anggota satu dengan anggota yang lain. Dinamika kelompok
dapat menguraikan kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam situasi kelompok yang
menentukan perilaku kelompok dan anggotanya. Dinamika kelompok merupakan
suatu proses meningkatkan nilai kerjasama kelompok. Metoda atau proses
dinamika kelompok berusaha menumbuhkan dan membangun kelompok yang
semula terdiri dari kumpulan individu yang belum saling mengenal satu sama lain
menjadi satu kesatuan kelompok dengan tujuan yang sama.
Indikator penilaian kinerja kelompok tani didasarkan pada Pedoman
Penilaian Kelas Kelompok Tani Tahun 2018.
Indikator penilaian kelas kemampuan kelompok tani
1. Aspek kemampuan merencanakan
2. Aspek kemampuan mengorganisasikan
3. Aspek kemampuan melaksanakan kegiatan
4. Aspek kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan
5. Aspek kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompok tani
Setelah dilakukan penilaian terhadap 5 aspek tersebut, maka selanjutnya
dapat ditentukan kelas kemampuan untuk masing-masing kelompok tani sesuai
3

nilai yang diperoleh. Penentuan kelas kemampuan berdasarkan hasil penilaian


PAKEM POKTAN adalah sebagai berikut :
Kelas Pemula : nilai ≤ 245
Kelas Lanjut : nilai 246 - 455
Kelas Madya : nilai 456 - 700
Kelas Utama : nilai 701 - 1000
Dinamisnya perkembangan dan kondisi di lapangan akan sangat
mempengaruhi nilai dan kelas kemampuan kelompok tani. Perubahan nilai dan
kelas kemampuan kelompok tani kemudian merupakan suatu hal yang harus siap
dihadapi dan ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya dalam pembinaan kelompok
tani. Hasil capaian dari penilaian PAKEM POKTAN yang dilakukan setiap
tahun diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembinaan kelompok tani dalam
usaha meningkatkan kualitas dan kemandirian kelompok tani. Selain itu, dengan
akuratnya pemetaan kelas kemampuan kelompok tani, diharapkan dapat menjadi
bahan masukan dalam penyusunan strategi pemberdayaan kelompok tani
berdasarkan kelas kemampuannya.
Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam meningkatkan
kinerja petani meliputi: pengembangan aspek kelompok atau organisasi yang
dikembangkan dan berfungsi dalam mendinamisir kegiatan produktif petani;
mengembangkan jaringan antar kelompok atau organisasi petani yang terbentuk
dan berperan dalam pengembangan potensi petani; kemampuan kelompok tani
dalam mengakses sumber-sumber luar yang dapat mendukung pengembangan
mereka, baik dalam bidang informasi pasar, permodalan, teknologi dan
menejemen; serta mengembangakan kemampuan-kemampuan teknis dan
menejenarial kelompok-kelompok petani, sehingga berbagai masalah teknis dan
organisasi dapat dipecahkan dengan baik. Penguatan peran serta dan kinerja petani
sebagai pelaku pembangunan harus didorong seluas-luasnya melalui program-
program penyuluhan atau program pendampingan menuju suatu yang kemandirian
mereka. Dengan usaha pemberdayaan masyarakat tani tersebut diharapkan dapat
membebaskan petani dari kemiskinan dan keterbelakangan menuju kehidupan
yang lebih sejahtera.
4

Tabel 1.1 Rekapitulasi Data Poktan di WKPP Kecamatan Katingan Hilir


Lama Tahun Terbentuk Poktan
No Desa/ Dusun P L
<5 6-10 11-15 16-20 21-25 >26
1. Dusun Bukit Lime 9 1 0 0 3 7 0 0
2. Hampalit 11 0 2 0 8 0 0 1
3. Banut. K 6 0 0 4 0 2 0 0
4. Telangkah 6 7 0 11 2 0 0 0
5. Talian. K 0 10 0 6 4 0 0 0
6. Kasongan. B 16 0 4 6 4 1 0 1
7. Kasongan. L 4 16 4 9 2 5 0 0
8. T. Liting 7 1 0 4 0 4 0 0
9. T. Kadamba 9 0 6 3 0 0 0 0
Total 68 35 16 43 23 19 0 2
Sumber: Data Diolah, 2021
Keterangan: P = Kelas kelompok tani pemula
L = Kelas Kelompok tani lanjut

WKPP Kecamatan Katingan Hilir terdiri dari 8 Desa dan 1 Dusun yaitu
Bukit Lime, Hampalit, Banut Kalanaman, Kasongan Lama, Kasongan Baru,
Talian Kereng, Telangkah dan Tumbang Liting dengan jumlah keseluruhan 103
Kelompok Tani dari 9 Kelompok tersebut, dan terdapat 2 (dua) kelas kelompok
dalam WKPP Kecamatan Katingan Hilir yakni kelas pemula dan kelas lanjutan.
Sementara itu, kondisi kelompok tani di WKPP Kecamatan Katingan Hilir dari
tahun ke tahun dapat dikatakan belum mengalami perkembangan seperti yang
diharapkan atau dapat dikatakan tetap (bahkan cenderung menurun). Sebagian
besar kelas kelompok tani tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, seperti
status kelas kemampuan kelompok tani yang tinggi (misalnya Madya atau
Utama), namun kegiatannya bila diukur dengan skor penilaian ternyata
dinamikanya masih rendah. Bahkan sekarang ini, ada sebagian kelompok tani
sudah bubar, namun masih terdaftar di dalam Sistem Informasi Manajemen
Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN). Kondisi tersebut terjadi karena kelompok
tani sering dijadikan sebagai alat atau wadah untuk memberikan bantuan atau
subsidi yang berkaitan dengan program pemerintah, sehingga pembentukan dan
penumbuhan kelompoktani banyak dilakukan karena adanya proyek-proyek, dan
dengan berakhirnya proyek kelompok tani tidak berfungsi atau tinggal nama saja.
Namun mayoritas kelompok tani di WKPP Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten
5

Katingan masih dalam tingkatan pemula dengan kinerja yang rendah, dapat dilihat
pada diatas banyak kelompok tani yang masih berada pada kelas pemula
walaupun kelompok yang sudah terbentuk lebih dari 5 tahun.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi permasalahan pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan kelompok tani dalam merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, pengendalian dan
pelaporan serta kepemimpinan di WKPP Kecamatan Katingan Hilir
Kabupaten Katingan?
2. Bagaimana kinerja kelompok tani di WKPP Kecamatan Katingan Hilir
Kabupaten Katingan?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui kemampuan kelompok tani dalam merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, pengendalian dan pelaporan serta
kepemimpinan di WKPP Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten Katingan.
2. Menganalisis kinerja kelompok tani di WKPP Kecamatan Katingan Hilir
Kabupaten Katingan.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah untuk:
1. Bagi penyuluh, sebagai evaluasi dan bahan masukan untuk meningkatkan
kinerja penyuluh pertanian.
2. Bagi kelompok tani, sarana untuk menyampaikan aspirasi terhadap kinerja
dari penyuluh pertanian.
3. Bagi kalangan akademis, diharapkan dapat menjadi sumber perbandingan dan
referensi untuk penelitian lebih lanjut.
6

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP)


Agar setiap petugas penyuluhan pertanian yang dikenal dengan sebutan
Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL), mampu menyelenggarakan kegiatan untuk
seluruh petani beserta keluarganya secara teratur, tertib, berkelanjutan, serta
efektif dan efesien, maka aktivitasnya dibatasi pada satu wilayah kerjanya masing-
masing yaitu satu kawasan yang disebut Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian atau
disingkat dengan WKPP.
1. WKPP dibina oleh seorang penyuluh pertanian dan bertanggung jawab
kepada koordinator.
2. Penyuluh pertanian di WKPP mempunyai tugas:
a. Membuat data potensi wilayah dan agrosistem;
b. Memberi bimbingan penyusunan RDK/RDKK kepada kelompok tani dan
gabungan kelompok tani di wilayahnya;
c. Menyusun programma penyuluhan pertanian;
d. Membuat rencana kerja tahunan penyuluh;
e. Melaksanakan penyebar luasan materi penyuluhan kepada petani
mengenai kebutuhan petani;
f. Melaksanakan metoda penyuluhan pertanian WKPP dalam bentuk
kunjungan dan atau tatap muka baik kepada perorangan, kelompok atau
masal melalui temu lapang, temu wicara, temu teknis, temu karya, temu
usaha, kursus tani serta metoda penyuluhan lainnya;
g. Merencanakan, mengolah, menganalisa dan merumuskan hasil
menerapkan metoda penyuluhan pertanian di WKPP;
h. Meningkatkan kapasitas petani terhadap akses informasi dan
mengembangkan usaha taninya;
i. Menumbuhkembangkan kelembagaan petani (kelompok tani, gapoktan
dan KEP);
j. Mengikuti kegiatan workshop, seminar, magang, studybanding, lokakarya
dalam rangka pengembangan profesi.
7

Setiap WKPP dibagi habis menjadi 16 wilayah kelompok (wikel), yang


masing-masing merupakan wilayah usaha tani satu kelompok tani hamparan.
Wilayah kerja penyuluh ini akan meliputi lahan sawah dan lahan kering, dengan
berbagai jenis usaha tani, baik tanaman pangan, perikanan, peternakan maupun
tanaman perkebunan. Dengan demikian setiap PPL dalam kegiatannya akan
membina 16 kelompok tani yang secara teratur dan bergiliran melaksanakan
kunjungan lapangan.
Beberapa pertimbangan dalam penetapan WKPP:
1. Kemampuan PPL melaksanakan kunjungan lapangan, sesuai dengan kondisi
dan situasi daerah yang bersangkutan.
2. Kemampuan PPL melaksanakan pembinaan kelompok tani.
3. Luas lahan pertanian.

2.2. Kelompok Tani


Kelompok tani merupakan kumpulan dari beberapa orang petani yang
memiliki tujuan dan kepentingan bersama yang ingin dicapai. Kelompok tani
sebagai wadah organisasi dan bekerjasama antar anggota mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan
permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan
Departemen Pertanian RI (1980) memberi batasan bahwa kelompok tani
adalah sekumpulan petani, yang terdiri dari petani dewasa pria dan wanita
maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam suatu
wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di
lingkungan pengaruh dan pimpinan kontak tani.
Menurut Mardikanto (1993) kelompok tani adalah himpunan atau kesatuan
yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong-menolong. Beberapa
keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain sebagai berikut:
1. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya
kepemimpinan kelompok;
2. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama petani;
8

3. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru;


4. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani;
5. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan
(input) atau produk yang dihasilkannya;
6. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya
oleh petani sendiri.
Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :
a. Memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia;
b. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan;
c. Adanya alasan ideologis.
Menurut Mulyana (2005) kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua
orang atau lebih yang berinteraksi untuk mecapai tujuan bersama, dimana
interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan mempunyai struktur tertentu.
Struktur merupakan sebuah kelompok adalah susuanan dari pola antar hubungan
interen yang mendekati stabil, yang terdiri atas:
1. Suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya
yang hirarkis;
2. Peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan status-status itu;
3. Unsur-unsur kebudayaan (nilai-nilai), norma-norma yang memepertahankan,
membenarkan dan menangungkan struktur.
Menurut Permentan Nomor 67/Permentan/SM.050/12/2016 kelembagaan
petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani
guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani. Sedangkan kelompok
tani adalah kumpulan petani atau peternak atau pekebun yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan
sumberdaya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota. Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani
dilakukan melalui pemberdayaan petani dengan perpaduan dari budaya, norma,
nilai dan kearifan lokal untuk meningkatkan usaha tani dan kemampuan kelompok
tani dalam melaksanakan fungsinya. Pemberdayaan petani dapat dilakukan
melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok.
9

Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok dimaksudkan untuk


mendorong terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun sinergi
antar petani dan antar kelompok tani dalam rangka mencapai efisiensi usaha.
Pembinaan kelompok tani-nelayan diarahkan untuk memberdayakan
petani nelayan agar memiliki kekuatan mandiri, yang mampu menerapkan inovasi
(teknis, sosial dan ekonomi), mampu memanfaatkan azas skala ekonomi dan
mampu menghadapi resiko usaha, sehingga memperoleh tingkat pendapatan dan
kesejahteraan yang layak, untuk itu pembinaan diarahkan agar kelompok tani
dapat berfungsi sebagai kelas belajar mengajar, sebagai unit produksi, serta
sebagai wahana kerjasama menuju kelompok tani sebagai kelompok usaha
(Pusluhtan, 2002).
Fungsi kelompok Tani (Deptan, 2007) yakni :
1. Kelas Belajar, Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap, serta
tumbuh dan kembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga
produktivitasnya meningkat,pendapatannya bertambah serta kehidupan yang
lebih sejahtera.
2. Wahana Kerjasama, Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok
tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya
akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan.
3. Unit Produksi, Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan
usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik
dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Menurut Kartasasmita (2003) kelompok tani berfungsi sebagai wadah
memelihara dan berkembangnya pengetahuan dan ketrampilan serta
kegotongroyongan, berusaha tani pada anggotanya, fungsi tersebut dijabarkan
dalam kegiatan sebagai berikut:
10

a. Mengadakan sarana produksi yang termurah dengan cara melakukan


pembelian secara bersama;
b. Pengadaan bibit yang konsisten untuk memenuhi kepentingan anggotanya
dengan jalan mengusahakan bersama;
c. Mengusahakan kegiatan pemberantasan, pengendalian hama secara terpadu;
d. Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana yang
dapat menunjang sarana produksi;
e. Memantapkan cara bertani, menyelenggarakan demonstrasi cara bercocok
tanam, cara mengatasi hama penyakit yang dilakukan bersama penyuluh;
f. Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujud kualitas yang
baik, seragam dan mengusahakan pemasaran secara bersama agar
terwujudnya harga yang baik dan seragam.
Pembinaan kelompok tani dilaksanakan secara berkesinambungan dan
diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan kelompok tani dalam
melaksanakan fungsinya sehingga mampu mengembangkan usaha agribisnis dan
menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri.

2.3. Kelas Kelompok Tani


Klasifikasi Kemampuan Kelompok Tani Pusluhtan (2002), menjelaskan
bahwa klasifikasi kelompok tani ditetapkan berdasarkan nilai yang dicapai oleh
masing-masing kelompok dari hasil evaluasi dengan menggunakan lima jurus
kemampuan kelompok. Pada dasarnya klasifikasi kemampuan kelompok tani ini
dilakukan berdasarkan pemeringkatan dan ada 4 kategori yang menentukan
peringkat yang disebut kelas yaitu :
Berdasarkan nilai tingkat kemampuan tersebut, masing-masing kelompok tani-
nelayan ditetapkan kelasnya dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kelas Pemula, merupakan kelas terbawah dan terendah dengan mempunyai
nilai 0 sampai dengan 245.
2. Kelas Lanjut, merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas pemula dimana
kelompok tani sudah melakukan kegiatan perencanaan meskipun masih
terbatas, dengan mempunyai nilai 246 sampai dengan 455.
11

3. Kelas Madya, merupakan kelas berikutnya setelah kelas lanjut dimana


kemampuan kelompok tani lebih tingggi dari kelas lanjut yaitu dengan nilai
456 sampai dengan 700.
4. Kelas Utama, merupakan kelas kemampuan kelompok yang tertinggi, dimana
kelompok tani sudah berjalan dengan sendirinya atas dasar prakarsa dan
swadaya sendiri. Nilai kemampuan diatas 701 sampai dengan 1.000.

2.4. Kinerja
Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau
suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Kinerja
merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak
tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan
dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui
dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional (Dharma, 1997).
Individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu
diantaranya; berorientasi pada prestasi; memiliki percaya diri; berperngendalian
diri; dan kompetensi.
Penilaian kerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya
kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka
dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja seseorang
(Simamora, 2004).
Secara teoristis tujuan penilaian kinerja dikategorikan sebagai suatu yang
bersifat evaluasi dan membangun tujuannya untuk menyelesaikan. Hasil penilaian
digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi, hasil penilaian digunakan
sebagai mengevaluasi sistem seleksi. Sedangkan yang bersifat membangun
penialaian harus menyelesaikan prestasi ril yang dicapai oleh individu,
kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja dan prestasi yang
12

dikembangkan. Penilaian kerja menilai kemampuan kerja seseorang dalam


berkerja (Alwi, 2001).
Prinsip yang digunakan dalam melakukan penilaian kelompok tani yaitu;
1. Sahih (valid), yaitu kemampuan yang diukur harus sesuai dengan pelaksanaan
fungsi kelompok tani;
2. Objektif, yaitu diukur secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan;
3. Keterandalan (reliable), yaitu siapapun, kapanpun, dimanapun dilakukan
penelitian akan memberikan hasil yang sama;
4. Relevan, yaitu penilaian harus terkait dengan fungsi kelompok tani;
5. Efesien, yaitu dapat dilaksanakan dengan tertib dan teratur sesuai waktu yang
ditetapkan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
67/Permentan/SM.050/12/2016 tentang Pembinaan Kelembagaan Petani. Aspek
penilaian kelas kemapuan kelompok tani dikenal dengan panca kemampuan
kelompok tani (PAKEM POKTAN), yaitu:
1. Kemampuan merencanakan;
2. Kemampuan mengorganisakan;
3. Kemampuan melaksanakan kegiatan;
4. Kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan;
5. Kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompok tani.
Indikator penilaian kelas kelompok tani merupakan rincian kegiatan dalam
menjalankan fungsinya dengan rincian sebagai berikut:
1. Aspek kemampuan merencanakan, yang terdiri dari:
a. Merencanakan kegiatan belajar.
b. Merencanakan usaha.
2. Kemampuan mengorganisasikan, yang terdiri dari:
a. Struktur organisasi.
b. Aturan dan norma.
c. Administrasi pembukuan.
3. Kemampuan melaksanakan kegiatan, yang terdiri dari:
a. Pertemuan rutin.
13

b. Kegiatan belajar
c. Pelaksanaan usaha.
d. Pemupukan modal.
e. Pelayanan informasi dan teknologi
4. Kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan, dengan indikator
evaluasi usaha kelompok.
5. Kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompok tani, dengan
indikator pengembangan kapasitas dan pengkaderan pengurus.
Dalam pelaksanaan kinerja maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja
kelompok tani tersebut yang bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu kelompok
tani berhasil melaksanakan program-program dan mencapai tujuannya. Evaluasi
memiliki beberapa pendekatan diantaranya: pendekatan experemental; pendekatan
yang berorientasi pada tujuan; pendekatan yang berfokus pada keputusan;
pendekatan yang berorientasi kepada pemakai; pendekatan yang responsif; dan
evaluasi bebas tujuan (Tayibnapis, 2008).
Menurut Wahyudi (2002), kinerja merupakan suatu evaluasi yang
dilakukan secara periodik dan sisitematis tentang prestasi kerja atau jabatan
seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya. Menurut
Mangkunegara (2005) kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya perbandingan hasil
yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam).

2.5. Model Skoring Skala Likert


Djaali dan Pudji (2008) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pertanyaan atau pernyataan.
14

Skala likert merupakan salah satu skala yang paling banyak digunakan
pada penelitian sosial. Pada skala likert, penelitian harus merumuskan sejumlah
pernyataan menegenai suatu topik tertentu, dan responden diminta memilih
apakah ia sangat setuju, setuju, ragu-ragu/ tidak tahu /netral, tidak setuju atau
sangat tidak setuju dengan berbagai pernyataan tersebut. Setiap pilihan jawaban
memiliki bobot yang berbeda, dan seluruh jawaban responden di jumlahkan
berdasarkan bobotnya sehingga menghasilkan suatu skor tunggal mengenai suatu
topik tertentu. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau
dukungan sikap dan respon yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:
Pernyataan positif Pernyataan negatif
Sangat Setuju (SS) =5 Sangat Setuju (SS) =1
Setuju (S) =4 Setuju (S) =2
Netral (N) =3 Netral (N) =3
Tidak Setuju (TS) =2 Tidak Setuju (TS) =4
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 Sangat Tidak Setuju(STS)=5
Untuk menjaga konsistensi pengukuran sikap dan respon, bobot jawaban
harus disusun terbalik untuk pernyataan yang bersifat negatif. Pernyataan 1
memiliki sifat positif, dan pernyataan dua memiliki sifat negatif (Morissan, 2016).
Dalam pembuatan skornya maka hal yang pertama adalah menghitung jumlah
skor tertinggi dari sebuah pertanyaan yang disusun pada instrumen yang
digunakan. Untuk menghitung secara kontinum maka digunakan perhitungan
interval, untuk menentukan jarak interval atau rentang kelas. Rumus yang
digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut:
Jumlah skor tertinggi = bobot tertinggi × jumlah responden
Jumlah skor terendah = bobot terendah × jumlah responden

Jarak Interval (i) = skor tertinggi – skor terendah


jumlah kelas
15

Dengan teknik pengumpulan hasil instumen tersebut, selanjutnya adalah


dilakukan rekapitulasi serta dilakukan perhitungan skor yakni adalah jumlah
reponden dikalikan dengan bobot yang dijawab, misalkan terdapat 48 responden.
Contoh :
Menjawab 5 = 5 orang (5 x 5 = 25)
Menjawab 4 = 9 orang (4 x 9 = 36)
Menjawab 3 = 10 orang (3 x 10 = 30)
Menjawab 2 = 13 orang (2 x 13 = 26)
Menjawab 1 = 11 orang (1 x 11 = 11)
Jumlah Skor 128
Penentuan skor tertinggi = 5 x 48 = 240
Penentuan skor terendah = 1 x 48 = 48
Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, maka hasil skala terletak
diantara netral dan tidak setuju, seperti hasil dibawah ini.

2.6. Penelitian Terdahulu


Adapun dasar atau acuan yang berupa teori-teori melalui hasil berbagai
penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan
sebagai data pendukung. Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan
referensi. Penelitian terdahulu mengenai evaluasi kinerja kelompok tani menjadi
salah satu literatur acuan atau landasan dalam penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu, maka penelitian dan pengembangan
dalam evaluasi kinerja kelompok tani berikut ini:
Hariadi (2011), melakukan penelitian tentang Dinamika Kelompok
bertujuan mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kelompok tani sebagai unit belajar, unit kerjasama, unit produksi dan unit usaha
atau bisnis, menggunakan alat analisis regresi berganda dan path analysis. Dengan
hasil penelitian: 1). Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok tani
16

sebagai unit belajar adalah interaksi anggota, sikap anggota terhadap profesi
petani, kohesi anggota, norma kelompok dan penyuluhan; 2). Faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok tani sebagai unit kerjasama adalah
interaksi anggota, norma kelompok, penyuluhan pertanian, dan pembinaan
pamong desa; 3). Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok tani
sebagai unit produksi adalah self efficacy dan interaksi anggota; 4). Faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok tani sebagai unit usaha adalah gaya
kepemimpinan ketua kelompok; 5). Terdapat hubungan antara keempat fungsi
kelompok tani.
Adriyani (2011), melakukan penelitian tentang Kinerja Gabungan
Kelompok Tani Kasus: Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung,
bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berhubungan
dengan kinerja gapoktan dan menganalisis hubungan antara faktor-faktor internal
dan eksternal, menggunakan alat analisis uji korelasi rank spearman. Dengan
hasil penelitian: 1). Faktor internal seperti aktivitas kelompok tani, kohesivitas
kelompok tani, interaksi antar kelompok tani, struktur organisasi Gapoktan, dan
kepemimpinan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kinerja
gapoktan; 2). Posisi kelompok tani, partisipasi kelompok tani dan proses
pembuatan keputusan memiliki korelasi yang tidak signifikan dengan kinerja
Gapoktan; 3). Faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah, hubungan dengan
lembaga lain, pinjaman modal, dan intensitas penyuluhan memiliki hubungan
positif dan signifikan dengan kinerja Gapoktan; 4). Kinerja PPL memiliki korelasi
non signifikan dengan kinerja gapoktan. Sebagian besar variabel, baik interal
maupun eksternal memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap yang lain.
Dikrurahman dan Sofhani (2013) melakukan penelitian tentang Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kelompok Nelayan Dalam Upaya
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan (Studi Kasus: Kelompok Nelayan Di Pulau
Temoyong, Kecamatan Bulang, Kota Batam) yang bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kelompok nelayan dan manfaat
pengembangan kelompok nelayan terhadap tingkat kesejahteraan nelayan di Pulau
Temoyong, Kota Batam, menggunakan alat analisis deskriptif kualitatif dan
17

Kajian literatur serta landasan teoritis. Dengan hasil penelitian Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan kelompok nelayan di Pulau Temoyong terbagi
menjadi dua, yaitu faktor internal (tingkat kesamaan, kepemimpinan, interaksi dan
komunikasi, tingkat partisipasi, aset yang dimiliki, dan motivasi/kemauan) dan
faktor eksternal (penyuluhan/pembinaan, bantuan (modal) dari pihak lain, serta
akses terhadap sumberdaya ikan dan pasar).
Ilmi, I.U.N (2014), melakukan penelitian tentang Hubungan Dinamika
Kelompok Tani Ternak Terhadap Kegiatan Agribisnis Peternak Kambing di
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dengan tujuan mengkaji dinamika
kelompok tani ternak dan menganalisis hubungan dinamika kelompok tani ternak
terhadap kegiatan agribisnis peternak kambing menggunakan analisis uji korelasi
rank spearman. Dengan hasil penelitian: 1). Dinamika kelompok pada kelompok
kecil, sedang dan besar termasuk dalam kategori sedang, namun dinamika
kelompok pada kelompok kecil mempunyai nilai tertinggi dibandingkan dinamika
kelompok sedang dan besar; 2). Hubungan dinamika kelompok terhadap kegiatan
agribisnis pada kelompok kecil mempunyai tingkat hubungan sangat tinggi; 3).
Hubungan dinamika kelompok terhadap kegiatan agribisnis pada kelompok
sedang mempunyai tingkat hubungan tinggi; 4). Hubungan dinamika kelompok
terhadap kegiatan agribisnis pada kelompok besar mempunyai tingkat hubungan
sangat tinggi.
Setiadin (2005), melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Anggota Kelompok Tani dalam Berusahatani: Kasus Usahatani
Ikan Air Tawar di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat dengan tujuan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal anggota
kelompok tani dalam berusahatani ikan air tawar dan mengidentifikasi usaha-
usaha anggota kelompok tani dan peran kelompok tani dalam meningkatkan
usahatani ikan air tawar serta menjelaskan hubungan antara faktor-faktor internal
dan eksternal petani dengan usaha petani, faktor-faktor internal dan eksternal
petani dengan peran kelompok tani serta peran kelompok tani dengan usaha petani
dalam meningkatkan usahatani ikan air tawar, menggunakan analisis uji korelasi
rank spearman. Dengan hasil penelitian: 1). Faktor-faktor internal dan eksternal
18

yang berhubungan secara nyata dengan usaha petani dalam meningkatkan


usahataninya ialah pendidikan formal, pendidikan non formal, lama berusahatani,
akses informasi, kekosmopolitan, sarana usaha dan iklim usaha, sedangkan untuk
umur, luas kolam, intensitas penyuluhan, transportasi serta pasar tidak
berhubungan secara nyata dengan usaha petani dalam meningkatkan
usahataninya; 2). Pada peran kelompok tani berhubungan secara nyata dengan
usaha petani dalam mengingkatkan usahataninya, ialah wahana belajar dengan
penggunaan sarana produksi dan pemasaran usahatani, unit produksi dengan
penerapan teknologi dan pemasaran usahatani, dan wahana kerjasama dengan
penerapan teknologi dan pemasaran usahatani.

2.7. Kerangka Berpikir


Kerangka pemikiran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran


19

Kelompok tani merupakan salah satu wahana petani dalam proses usaha
taninya yang terbentuk karena petani merasa butuh suatu kerjasama antar sesama
petani guna mengatasi masalah para yang dihadapi petani. Kelompok tani
berperan sebagai tempat belajar, tempat bekerjasama, dan sebagai unit produksi.
Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dilakukan melalui pemberdayaan
petani melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok.
Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok untuk mendorong
terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun sinergitas.

Untuk menilai keberhasilan kelompok tani maka perlu diadakan


evaluasi atau penilaian bagi kelompok tani atau yang sering disebut
penilaian kelas kelompok tani. Penilaian kelas kemampuan kelompok tani
tersebut dilaksanakan berdasarkan 5 tolak ukur yaitu kemampuan dalam
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, pengendalian dan pelaporan
serta dalam kepemimpinan untuk mengetahui sampai sejauh mana
perkembangan atau kemampuan kelompok tani. Dari 5 tolak ukur
kemampuan kelompok tani digunakan untuk melihat bagaimana peningkatan
kinerja kelompok tani di WKPP Kecamatan Katingan Hilir.
20

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Lokasi dalam penelitian ini adalah Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian
(WKPP) Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan dilaksanakan selama 3
(tiga) bulan, yaitu dimulai bulan April sampai dengan Juni 2021, yang meliputi
kegiatan penyusunan proposal, pengumpulan analisis data, penyusunan usulan
penelitian dan penyusunan hasil penelitian.

3.2. Metode Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel dilakukan secara Stratified random sampling.
Dalam menentukan sampel, peneliti mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap
kelompok yang ada dalam populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah
anggota subjek yang ada di dalam masing-masing kelompok tersebut.
Pengambilan sampel meliputi kelompok tani WKPP Kecamatan Katingan Hilir
yang terdiri dari 103 Poktan.
Tabel 3.1. Data Kelompok Tani di WKPP Kecamatan Katingan Hilir
Jumlah
Tahun Kelas
No Desa/Dusun Nama Kelompok Tani Anggota
Bentuk Kelompok
(Orang)
1. Dusun 1. Bukit Lime 16 2005 Pemula
Bukit Lime 2. Bina Sawit 36 2006 Pemula
3. Bersatu 17 2006 Lanjut
4. Unggul 20 2005 Pemula
5. Karunia Jaya 25 2005 Pemula
6. Sejati 20 2006 Pemula
7. Sumber Wangi 15 2005 Pemula
8. Tenera 20 2012 Pemula
9. Bukit Lime 35 2014 Pemula
Marawei
10. Ringgung Raya 15 2014 Pemula
21

Lanjutan Tabel 3.1


Jumlah
Tahun Kelas
No Desa Nama Kelompok Tani Anggota
Bentuk Kelompok
(Orang)
2. Hampalit 1. Tunas Harapan 12 2008 Pemula
2. Suka Maju 11 2011 Pemula
3. Abadi 35 2011 Pemula
4. Anjir Gabungan 25 1994 Pemula
5. Harapan Baru 20 2012 Pemula
6. Harapan Mulia 15 2011 Pemula
7. Petak Manuah 24 2011 Pemula
8. Mawar 15 2012 Pemula
9. Gembala
15 2011 Pemula
Bersatu
10. Kube 02
15 2018 Pemula
Hampalit
11. Berkah Hampalit
10 2020 Pemula
Lestari Katingan
3. Banut 1. Suka Maju II 21 2006 Pemula
Kalanaman 2. Luwuk Kajang 24 2014 Pemula
3. Banut
15 2015 Pemula
Membangun
4. Bina Harapan 11 2015 Pemula
5. Usaha Bersama 15 2015 Pemula
6. Semangat Baru 10 2006 Pemula
4. Telangkah 1. Usaha Bersama 8 2011 Pemula
2. Batukei Bagawi 37 2011 Lanjut
3. Kemedong Jaya 27 2013 Lanjut
4. Magatang
15 2013 Lanjut
Hulukan
5. Maju Bersama 18 2013 Lanjut
6. Harapan
17 2015 Pemula
Bersama
7. Maju Bersama 10 2015 Pemula
8. Batang
28 2015 Lanjut
Pembelum
9. Ternak Bersama 15 2015 Pemula
10. Bina Tani 14 2016 Lanjut
11. Berjuang
11 2016 Lanjut
Berasma
12. Tunas Perdana 7 2016 Pemula
13. Hassam Jaya 32 2017 Pemula
22

Lanjutan Tabel 3.1


Jumlah
Tahun Kelas
No Desa Nama Kelompok Tani Anggota
Bentuk Kelompok
(Orang)
5. Talian Kereng 1. Garanen Jaya 20 2010 Lanjut
2. Darat Maka 17 2010 Lanjut
3. Talian Seberang 29 2012 Lanjut
4. Tasik Manuah 14 2012 Lanjut
5. Baking Permai 19 2013 Lanjut
6. Maju Bersama 25 2014 Lanjut
7. Berau 17 2014 Lanjut
8. Kerepahan
11 2015 Lanjut
Hapakat
9. Pandohop 10 2016 Lanjut
10. Patasan 19 2016 Lanjut
6. Kasongan Baru 1. Petak Lampang I 17 2011 Pemula
2. Petak Lampang
21 2011 Pemula
II
3. Tewang Rusau 14 2003 Pemula
4. Usaha Sakti 45 2014 Pemula
5. Hurung Manuah 11 2010 Pemula
6. Kapakat 12 2014 Pemula
7. Kasongan Baru 10 2014 Pemula
8. Pakat Bulat 12 2016 Pemula
9. Hurung Jaya 21 2014 Pemula
10. Belum Hapakat 10 2018 Pemula
11. Saluang Muruk 20 2000 Pemula
12. Anterus 16 2019 Pemula
13. Hapakat Pahari 13 2018 Pemula
14. Berkat Usaha 17 2015 Pemula
15. Harung Manuah
25 2018 Pemula
Taheta
16. Beras Dirik 17 2012 Pemula
7. Kasongan 1. Jadi Makmur 15 2003 Lanjut
Lama 2. Usaha H. Baru 15 2009 Lanjut
3. Tewang Derep 10 2003 Lanjut
4. Bukit B Manuah 23 2003 Lanjut
5. Enyuh Lendai 12 2003 Lanjut
6. Kapakat Pata 17 2007 Lanjut
7. Kereng Manuah
14 2009 Lanjut
Taheta
8. Maju Bersama 15 2013 Lanjut
9. Mekar Sari
25 2013 Lanjut
Indah (KWT)
10. Dahup Haduhup 10 2013 Lanjut
11. Kapakat Pata
18 2013 Lanjut
Due
23

Lanjutan Tabel 3.1


Jumlah
Tahun Kelas
No Desa Nama Kelompok Tani Anggota
Bentuk Kelompok
(Orang)
Kasongan 12. Sawit Kereng
20 2013 Lanjut
Lama Gantung Permai
13. Tani Peduli 18 2013 Lanjut
14. Hagatang 20 2015 Lanjut
15. Hapakat 10 2015 Lanjut
16. Aperda 17 2017 Lanjut
17. Selalu Bersama 11 2018 Pemula
18. Sido Jadi 16 2020 Pemula
19. Bangkat
10 2018 Pemula
Bersama
20. Pakat Bersama 30 2017 Pemula
8. Tumbang 1. Niat Mandiri 13 2003 Pemula
Liting 2. Sipei 23 2004 Lanjut
3. Karuheri Tatau 10 2007 Pemula
4. Hadahup 20 2007 Pemula
5. Gawi
30 2013 Pemula
Hatantiring
6. Sungei Manjatu 15 2013 Pemula
7. Hapakat 20 2014 Pemula
8. Hapakat Handep 61 2015 Pemula
9. Manuah 20 2018 Pemula
9. Tewang 1. Kadamba 14 2020 Pemula
Kadamba Handep
2. Hanjak Atei 12 2020 Pemula
3. Karya Maju 10 2020 Pemula
4. Penyang
10 2020 Pemula
Karuhei Panatau
5. KWT. Mekar
15 2020 Pemula
Sari
6. Kapakat Jaya 20 2015 Pemula
7. Kahinje 12 2015 Pemula
8. Eka Harap 5 2015 Pemula
Sumber: BPP Kasongan Kecamatan Katingan Hilir, 2021

Dalam WKPP Kecamatan Katingan Hilir terdiri dari 9 Desa binaan, tetapi
dalam penelitian ini hanya akan mengambil 3 Desa binaan secara sengaja
(purposive) yang jaraknya mewakili Desa binaan paling dekat dengan WKPP,
Desa binaan yang jaraknya berada di pertangahan dengan WKPP dan Desa
binaan yang jaraknya paling jauh sebagai sampel kelompok tani. Mengingat
keterbatasan tenaga, waktu dan biaya.
24

Tabel 3.2. Ukuran Sampel Berdasarkan Kelompok Tani


Jumlah Sampel Sampel Jarak dari
No Desa/Dusun Poktan
Anggota Poktan Petani Kota (km)
(Orang)
1. Dusun Bukit Lime 10 204 4 16 25
2. Hampalit 11 197 0 0 20
3. Banut Kalanaman 6 96 0 0 18
4. Telangkah 13 239 0 0 19
5. Talian Kereng 10 181 0 0 6
6. Kasongan Baru 16 281 0 0 5
7. Kasongan Lama 20 259 4 16 5
8. Tumbang Liting 9 212 4 16 9
9. Tewang Kadamba 8 93 0 0 11
Jumlah 103 1.762 16 48 -
Sumber: Data Diolah, 2021
Pada Tabel 3.2. Ukuran sampel berdasarkan kelompok tani digunakan
teknik pengambilan sampel dengan Stratified random sampling, yaitu penentuan
sampel berdasarkan pembagian suatu daerah secara bertingkat. Tahapan pertama
adalah menentukan sampel Desa dari Tabel 3.2. maka dapat ditentukan 3 Desa
atau Dusun yang mewakili jarak paling dekat, pertengah dan paling jauh dari
WKPP. Setelah itu memilih kelompok tani dari Tabel di atas maka didapat 12
kelompok tani. Diambil setiap Desa perwakilan 4 kelompok. Sampel petani
diambil 4 orang secara purposive yaitu 1 orang penggurus kelompok dan 3 orang
anggota kelompok, maka jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 48
responden.
Tabel 3.3. Sampel Kelompok Tani
No Sampel Desa/Dusun Sampel Kelompok Jumlah Sampel (Orang)
1. Kasongan Lama 1. Sido Jadi 4
2. Kereng Manuah Taheta 4
3. Aperda 4
4. Tani Peduli 4
2. Tumbang Liting 1. Gawi Hatantiring 4
2. Sipei 4
3. Sungei Manjatu 4
4. Hapakat Handep 4
3. Dusun Bukit Lime 1. Bukit Lime Marawei 4
2. Bukit Lime 4
3. Bina Sawit 4
4. Tenera 4
Jumlah 48
Sumber: Data Diolah, 2021
25

3.3. Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait serta literatur,
sedangkan data primer yang dibutuhkan diperoleh dari metode Kuesioner, data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang telah diselesaikan
sebelumnya. Observasi, yakni mengamati secara langsung bagaimana perilaku
dan kinerja kelompok tani di Kecamatan Katingan Hilir dan mencatat kejadian-
kejadian yang berlangsung selama proses tersebut berjalan. Hal ini diperlukan
sebagai bahan masukan dalam saran dan kritik.

3.4. Metode Analisis Data


Data yang diperoleh dari lapangan akan dikompilasi dan disusun dengan
menggunakan tabulasi sederhana dengan program Excel, yang selanjutnya akan
dilakukan analisis data sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan
skala likert dengan bantuan program SPSS versi 20. Dalam penelitian ini terdapat
5 (lima) variabel yang bersifat ordinal yakni diantaranya variabel Kemampuan
Merencanakan, Mengorganisasikan, Melaksanakan, Pengendalian dan Pelaporan
dan Kepemimpinan sehingga perlu dilakukan analisis validitas dan reliabilitas
yang dimaksudkan untuk menguji instrument pernyataan-pernyataan dengan
bantuan program SPSS versi 20.

3.4.1. Skala Likert


Untuk mengetahui kinerja kelompok tani di WKPP Kecamatan Katingan
Hilir, maka digunakan skala likert sebagai instrumen untuk skala pengukuran
analisis skoring, dengan pengukuran pemberian bobot skor untuk setiap indikator
pengukurannya. Dengan skala Likert, maka variabel yang diukur akan dijabarkan
dalam bentuk indikator yang kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak menyusun butir-butir parameter yang berupa parameter yang akan di
tanggapi oleh responden. Variabel, indikator dan parameter yang dibuat untuk
pengukuran kinerja kelompok tani dalam penelitian ini, dibuat dengan cara
membuat konsep berdasarkan buku-buku dan penelitian terdahulu yang digunakan
sebagai referensi.
26

Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja kelompok tani


dalam penelitian ini berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 67/Permentan/SM.050/12/2016 tentang Pembinaan Kelembagaan Petani
dan Pedoman Penilaian Kelas Kemampuan Kelompok Tani tahun 2018.
Tabel 3.4. Variabel dan Parameter Pengukuran Kinerja Kelompok Tani
Variabel Indikator Parameter
Kinerja 1. Kemampuan 1. Kelas Belajar:
Poktan Merencanakan a. Merencanakan kebutuhan belajar
b. Merencanakan pertemuan atau
musyawarah
2. Wahana Kerjasama:
a. Merencanakan pemanfaatan
sumberdaya
3. Unit Produksi:
a. Merencanakan RDK dan RDKK
b. Merencanakan kegiatan usaha
2. Kemampuan 1. Kelas Belajar:
mengorganisasi a. Menumbuhkembangkan kedisiplinan
kan kelompok
b. Menumbuhkembangkan
kemauan/motivasi belajar anggota
2. Wahana Kerjasama:
a. Menggembangkan aturan organisasi
kelompok
3. Unit Produksi:
a. Mengorganisasikan pembagian tugas
anggota dan pengurus kelompok tani
3. Kemampuan 1. Kelas Belajar:
melaksanakan a. Melaksanakan proses pembelajaran
secara kondusif
b. Melaksanakan pertemuan dengan
tertib
2. Wahana Kerjasama:
a. Melaksanakan kerjasama penyediaan
jasa pertanian
b. Melaksanakan pembagian tugas
c. Melaksanakan pengadministrasian/
pencatatan kegiatan kelompok
3. Unit Produksi:
a. Melaksanakan pemanfaatan
sumberdaya secara optimal
b. Melaksanakan RDK dan RDKK
c. Melaksanakan kegiatana usahatani
bersama
d. Melaksanakan pemupukan dan
penguatan modal usahatani
e. Melaksanakan pengembangan
27

fasilitas dan sarana kerja


4. Kemampuan 1. Mengevaluasi kegiatan perencanaan
melakukan 2. Mengevaluasi kinerja organisasi/
pengendalian kelembagaan
dan pelaporan 3. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
kelompok tani

5. Kemampuan 1. Kelas Belajar:


mengembangkn a. Mengembangkan keterampilan dan
kepemimpinan keahlian anggota dan pengurus
kelompok tani kelompok tani
b. Mengembangkan kader-kader
pemimpin
c. Meningkatkan kemampuan anggota
untuk melaksanakan hak dan
kewajiban
2. Wahana Kerjasama:
a. Meningkatkan hubungan kerjasama
dalam pengembangan organisasi
b. Meningkatkan hubungan kerjasam
dalam pengembangan usahatani
3. Unit Produksi:
a. Mengembangkan usaha kelompok
b. Meningkatkan hubungan kerjasama
dengan mitra usaha
Sumber: Adaptasi dari SK Mentan Nomor 67/Permentan/SM.050/12, 2016 dan
Pedoman Penilaian Kelas Kemampuan Poktan, 2018

Setelah diketahui variabel, indikator dan parameter maka untuk


mengetahui penilaian pada pengukuran kinerja kelompok tani di WKPP Katingan
Hilir digunakan rumus interval atau jarak yang sama antara kategori yaitu dengan
menggunakan rumus:
Jarak Interval = skor tertinggi-skor terendah
Jumlah kategori
28

3.4.2. Uji Validitas

3.4.3. Uji Reliabilitas

Tabel 3.4.3. Hasil Uji Reliabilitas


Cronbach’s
Indikator Keterangan
Alpha
Kemampuan Merencankan 0,876 Reliabilitas Sangat Andal
Kemampuan Mengorganisasikan 0,477 Reliabilitas Cukup Andal
Kemampuan Melaksanakan 0,838 Reliabilitas Sangat Andal
Kemampuan Evaluasi 0,870 Reliabilitas Sangat Andal
Kemampuan Mengembangkan 0,777 Reliabilitas Andal
Kepemimpinan
Sumber: Output SPSS Versi 20, 2021
Tabel 3.4.4. Tingkat Keandalan Konstruk
Nilai Cronbach’s Alpha Tingkat Keandalan
0.0 – 0.20 Kurang Andal
>0.20 – 0.40 Agak Andal
>0.40 – 0.60 Cukup Andal
>0.60 – 0.80 Andal
>0,80 – 1.00 Sangat Andal
Sumber: Hair et al, 2010
Berdasarkan nilai tingkat keandalan Cronbach’s Alpha dari tabel diatas,
maka dapat dikatakan bahwa indikator yang digunakan dalam penelitian ini
masuk dalam kategori reliabilitas yang Andal.

3.5. Definisi Operasional


1. Kelompok tani adalah kumpulan petani, peternak, pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
29

ekonomi, sumber daya), dan keakraban untuk meningkatkan serta


mengembangkan usaha anggota.
2. Kinerja kelompok tani adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh sekelompok petani. Penilaian pada dasarnya faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efesien.
3. Kemampuan kelompok tani adalah kapasitas atau kompetensi yang dimiliki
kelompok tani dalam menjalankan fungsi dan peran kelembagaanya sebagai
kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi dalam mengembangkan
usahatani yang berbasis agribisnis.
4. Kemampuan dalam merencanakan, meliputi kegiatan merencanakan
kebutuhan belajar dan merencanakan usaha dalam kelas belajar, wahana
kerjasama dan unit produksi yang semuanya diukur dengan skoring skala
ordinal.
5. Kemampuan mengorganisasikan, meliputi struktur organisasi, aturan dan
norma dan pembukuan administrasi dalam kelas belajar, wahana kerjasama
dan unit produksi yang semuanya diukur dengan skoring skala ordinal.
6. Kemampuan melaksanakan, meliputi kegiatatan pertemuan rutin, kegiatan
belajar, pelaksanaan usaha, pemupukan modal dan pelayanan informasi serta
teknologi dalam kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi yang
semuanya diukur dengan skoring skala ordinal.
7. Kemampuan pengendalian dan pelaporan, dengan indikator evaluasi usaha
kelompok dalam kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi yang
semuanya diukur dengan skoring skala ordinal.
8. Kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompok tani, dengan
indikator pengembangan kapasitas dan pengkaderan pengurus dalam kelas
belajar, wahana kerjasama dan unit produksi yang semuanya diukur dengan
skoring skala ordinal.
30

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Luas Wilayah dan Letak Geografis


Kecamatan katingan Hilir sebagai ibukota Kabupaten Katingan, memiliki
luas wilayah 665,22 km2 yaitu 3,26 persen dari Luas Kabupaten Katingan. Sesuai
dengan letak geografis, Kecamatan Katingan Hilir dengan ibukota di Kasongan
berada pada wilayah dataran dengan ketinggian 22,00 m diatas permukaan laut
(dpl). Kecamatan Katingan Hilir diapit oleh 2 Kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Katingan dan 2 Kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kalimantan
Tengah. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tewang Sangalang Garing,
sebelah Timur berbatasan dengan Kota Palangkaraya, sebelah Selatan denga
Kecamatan Tasik Payawan dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Kotawaringin Timur.
31

Gambar 4.1. Luas Kecamatan Katingan Hilir


Tabel 4.1 Batas Wilayah dan Luas Kecamatan Katingan Hilir
Batas Wilayah Luas Kecamatan (Km2)
Utara Kecamtan Tewang Sanggalang Garing
Timur Kota Palangka Raya
Selatan Kecamatan Tasik Payawan
Barat Kabupaten Kotawaringan Timur
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, 2020

Tabel 4.1.1 Letak Geografis dan Ketinggian dari Permukaan Laut Per
Desa/Kelurahan Di Kecamatan Katingan Hilir
Desa/ Kelurahan Pantai Bukan Pantai < 500 m 500-700 m >700m
Tewang Kadamba -   - -
Tumbang Liting -   - -
Kasongan Baru -   - -
Kasongan Lama -   - -
Talian Kereng -   - -
Banut Kalanaman -   - -
Telangkah -   - -
Hampalit -   - -
Sumber: Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, 2020

Tabel 4.1.2 Nama Sungai yang Melintas di Tiap Desa di Kecamatan Katingan
Hilir
Desa/ Kelurahan Nama Sungai
Tewang Kadamba Sungai Katingan,
Tumbang Liting Sungai Katingan, Sungai Liting, Sungai
Kalambaen, Sungai Katunen
32

Kasongan Baru Sungai Katingan


Kasongan Lama Sungai Katingan, Teluk Landuken
Talian Kereng Sungai Katingan, Sungai Tamawu
Banut Kalanaman Sungai Katingan, Sungai Kalanaman
Telangkah Sungai Katingan, Sungai Kalanaman
Hampalit Sungai Hampalit
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, 2020

Kabupaten Katingan dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun


2002 tentang Pembentukan Delapan (8) kabupaten/kota pemekaran di Provinsi
Kalimantan Tengah. Pada tahun 2015, secara definitif Kabupaten Katingan terdiri
atas 13 kecamatan, 154 desa, dan kelurahan. Kabupaten Katingan terbagi menjadi
13 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Katingan Hilir. Wilayah
administrasi Kecamatan Katingan Hilir tahun 2017 terdiri dari 6 desa yaitu desa
Tewang Kadamba, Tumbang Liting, Talian Kereng, Banut Kalanaman, Telangkah
dan Hampalit, serta 2 kelurahan yaitu Kelurahan KasonganLama dan Kasongan
Baru, yang terbagi menjadi 87 RT dan 4 RW. kelurahan yaitu Kelurahan
Kasongan Lama dan Kasongan Baru, yang terbagi menjadi 87 RT dan 4 RW.

4.2. Keadaan Penduduk


Menurut hasil Angka Proyeksi Badan Pusat statistik, penduduk Kecamatan
Katingan Hilir merupakan kecamatan yang jumlah penduduknya terbanyak di
Kabupaten Katingan, pada tahun 2017 berjumlah 35.979 jiwa dengan jumlah
rumah tangga sebesar 8.949 dengan rata-rata 4 jiwa per rumah tangga jumlah
penduduk Kecamatan Katingan Hilir pada tahun 2017 mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya, terlihat dari laju pertumbuhan yang bernilai positif, yaitu
sebesar 2,55 persen.
Bila ditinjau dari jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Kondisi ini dapat dilihat dari rasio
jenis kelamin sebesar 109 dengan pengertian untuk setiap 100 jiwa perempuan
terdapat 109 jiwa laki-laki di Kecamatan Katingan Hilir. Untuk semua
desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Katingan Hilir sex ratio-nya diatas 100.
Penduduk terbanyak berada di Desa Hampalit yaitu 13.723 jiwa sedangkan
33

penduduk yang memiliki jumlah paling sedikit berada di Desa Tewang Kadamba
yakni sebesar 721 jiwa.

Gambar 4.2 Piramida Penduduk Kecamatan Katingan Hilir

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Katingan Hilir
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
0–4 1975 1887 3862
5–9 1632 1626 3258
10 – 14 1488 1527 3015
15 – 19 1517 1630 3147
20 – 24 1575 1664 3239
25 – 29 1714 1673 3387
30 – 34 1929 1651 3580
35 – 39 102 1571 3273
40 – 44 1615 1276 2891
45 – 49 1217 897 2114
50 – 54 876 644 1520
55 – 59 601 435 1036
60 – 64 375 300 675
65 – 69 224 177 401
70 – 74 137 121 258
75+ 189 134 323
Jumlah 18.766 17.213 35.979
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, 2020
34

4.3. Pertanian
Dalam sektor pertanian, kecamatan Katingan Hilir tidak termasuk sentra
pertanian, ini dapat dilihat dari jumlah luas lahan sawah menurut jenis pengairan
di Kecamatan Katingan Hilir hanya sebesar 375 Ha. Di sektor perkebunan, yang
menjadi komoditas andalan di Kecamatan Katingan Hilir yang pertama adalah
tanaman kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari produksi tanaman perkebunan
untuk kelapa sawit lebih besar dibanding komoditas yang lain yaitu sebesar
7.537,50 Ton.
Tabel 4.3.1 Luas Lahan Sawah Dirinci Menurut Jenis Pengairan di Kecamatan
Katingan Hilir (Ha), 2014-2017
Jenis Pengairan 2014 2015 2016 2017
Irigasi - 375 347 -
Non-irigasi 292 - - 375
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, 2020

Gambar 4.3 Luas Lahan Tegal/Kebun, Ladang/Huma, dan Lahan yang Sementara
Tidak Diusahakan di Kecamatan Katingan Hilir (Ha)

Tabel 4.3.2 Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman di Kecamatan


Katingan Hilir (ton) 2013-2017
35

Tahun Karet Kelapa Kelapa Sawit Kopi


2013 370.94 88,16 8.448,13 -
2014 162,00 - 10.136,10 -
2015 184,00 - 7.509,60 -
2016 - - 7.537,50 -
2017 184,00 - 7.537,50 -
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, 2020
36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden


Tabel 5.1. Karakteristik Responden di Desa/ Dusun Bukit Lime, Kasongan Lama
dan Desa Tumbang Liting, Kecamatan Katingan Hilir Tahun 2021
Dusun Kasongan Tumbang
No. Keterangan Bukit Lime Lama Liting
N % N % N %
1. Umur Petani (Tahun)
a. Rata-Rata 51 - 43 - 53 -
b. Terendah 30 - 24 - 41 -
c. Tertinggi 72 - 59 - 72 -
2. Tingkat Pendidikan
a. SD 5 31 1 6 5 32
b. SMP - - 4 26 1 6
c. SMA 9 56 10 62 10 62
d. D4/ S1 2 13 1 6 - -
3. Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 11 69 15 94 8 50
b. Perempuan 5 31 1 6 8 50
4. Pendapatan
a. 0,5-1 jt 3 19 2 13 3 19
b. 1-2 jt 10 62 13 81 12 75
c. 2-3 jt 3 19 1 6 1 6
Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Tabel 5.2.1 Kemampuan Merencanakan


Variabel Indikator Item Skor Rata-rata Kategori
Kemampuan Kelas 9 1516 70,18 Baik
Merencanakan Belajar
Wahana 5 865 72,08 Baik
Kerjasama
Unit 3 536 74,44 Baik
Produksi
Total 17 2917 72,23 Baik
Sumber: Data Diolah, 2021
37

Tabel 5.2.2. Kemampuan Mengorganisasikan


Variabel Indikator Item Skor Rata-rata Kategori
Kemampuan Kelas 4 677 70,52 Baik
Mengorganisasikan Belajar
Wahana 2 318 66,25 Cukup
Kerjasama
Unit 1 134 55,83 Cukup
Produksi
Total 7 1129 64,20 Cukup
Sumber: Data Diolah, 2021

Tabel 5.2.3 Kemampuan Melaksanakan


Variabel Indikator Item Skor Rata-rata Kategori
Kemampuan Kelas 6 1.022 70,97 Baik
Melaksanakan Belajar
Wahana 6 1.016 70,55 Baik
Kerjasama
Unit 5 770 65,41 Cukup
Produksi
Total 17 2808 68,97 Baik
Sumber: Data Diolah, 2021

Tabel 5.2.4. Kemampuan Pengendalian dan Pelaporan


Variabel Indikator Item Skor Rata-rata Kategori
Kemampuan Kelas 1 119
Evaluasi Belajar
Wahana 1 126 51,66 Tidak Baik
Kerjasama
Unit 1 127
Produksi
Total 3 372 51,66 Tidak Baik
Sumber: Data Diolah, 2021

Tabel 5.2.5 Kemampuan Mengembangkan Kepemimpinan


Variabel Indikator Item Skor Rata-rata Kategori
Kemampuan Kelas 3 451 62,63 Cukup
Mengembangkan Belajar
Kepemimpinan Wahana 3 418 58,05 Cukup
Kerjasama
Unit 4 594 63,43 Cukup
Produksi
Total 10 1463 61,37 Cukup
Sumber: Data Diolah, 2021
38

Tabel 5.3. Rekapitulasi Skor Kinerja Kelompok tani di BPP Kasongan


Kecamatan Katingan Hilir
Tolak Ukur Penilaian
No. Total Skor Rata-Rata Kategori
Kinerja Kelompoktani
1. Indikator Merencanakan 2917 72,23 Baik
2. Indikator Mengorganisasikan 1129 64,20 Cukup
3. Indikator Melaksanakan 2808 68,97 Baik
4. Indikator Pengendalian dan 372 51,66 Tidak Baik
Pelaporan
5. Indikator Mengembangkan 1463 61,37 Cukup
Kepemimpinan
Jumlah Total Skor 8683 63,68 Cukup
Sumber: Data Primer Diolah, 2021
39

VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Dalam kemampuan merencanakan kelompok tani WKPP Kecamatan
Katingan Hilir dimasukan dalam kategori baik dengan skor total 2.917 dan
rata-rata 72,23. Dilihat dari respon kelompok tani dalam menilai kelas
belajar sudah baik, wahana kerjasama dan unit produksi yang sudah baik.
2. Dalam kemampuan mengorganisasi kelompok tani WKPP Kecamatan
Katingan Hilir dimasukan dalam kategori cukup dengan skor total 1.129
dengan rata-rata 64,20. Dilihat dari kelompok tani dalam kelas belajar
yang dianggap baik dan wahana kerjasama dan unit produksi yang masih
dianggap masih cukup.
3. Dalam kemampuan melaksanakan kelompok tani WKPP Kecamatan
Katingan Hilir dimasukan ke dalam kategori baik dengan skor total 2.808
dan rata-rata 68,97. Dilihat dari respon kelompok tani dalam kelas belajar
dan wahana kerjasama yang dinilai baik serta dalam unit produksi yang
masih dinilai cukup.
4. Dalam kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan (evaluasi)
kelompok tani WKPP Kecamatan Katingan Hilir dimasukan dalam
kategori tidak baik dengan skor total 373 dan rata-rata 51,66. Dilihat dari
respon kelompok tani dalam kelas belajar, wahana kerjasama dan unit
produksi yang masih kurang.
5. Dalam kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompok tani
WKPP Kecamatan Katingan Hilir dimasukan dalam kateegori cukup
dengan skor total 1.463 dan rata-rata 61,37. Dilihat dari respon kelompok
dalam kelas belajar,wahana kerjasama dan unit produksi yang masih
dinilai cukup.
6. Kinerja kelompok tani WKPP Kecamatan Katingan Hilir dimasukan
dalam ketegori cukup dengan skor total 8.683 dan rata-rata 63,68. Di ukur
40

dari kemampuan kelompok tani dari dalam merencanakan,


mengorganisasi, melaksanakan, melakukan evaluasi dan mengembangkan
kepemimpinan dalam kelompok.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan di WKPP


Kecamatan Katingan Hilir, maka ada beberapa saran yang diajukan, sebagai
berikut:
1. Bagi pemerintah, diharapkan memberikan fasilitas kepada masyarakat agar
tidak terbatas pengadaan sarana produksi dan sarana pengembangan
agribisnis lain yang diperlukan seperti informasi pasar, peningkatan akses
terhadap pasar, permodalan serta pengembangan kerjasama kemitraan
dengan lembaga usaha lain agar kelompok tani dapat berusahatani dengan
baik dengan harga yang menguntungkan, sehingga selain ada peningkatan
kesejahteraan petani juga timbul kegairahan dalam mengembangkan
usahatani.
2. Bagi kelompok tani, ada beberapa saran yang diberikan agar kinerja
WKPP Kecamatan Katangan Hilir:
 Untuk meningkatkan kemampuan mengorganisasi dalam kelompok
dapat ditumbuhkembangkan melalui kerjasama antar anggota
kelompok dalam kelompok tani. Kerjasama antara setiap anggota yang
terlibat dapat di arahkan agar mampu berinteraksi untuk meningkatkan
kemampuan dan kinerja usaha taninya secara berkelanjutan.
 Untuk meningkatkan kemampuan pelaporan dan pengendalian
(evaluasi) yang masih rendah perlu dilakukan pelatihan pembuatan
laporan kelompok dan evaluasi kinerja kelompok, sehingga kinerja
kelompok dapat semakin meningkat. Magang dan studi banding ke
kelompoktani yang lebih maju dapat meningkatkan kemampuan
kelompok tani dalam evaluasi yang masih rendah.
 Untuk meningkatkan kemampuan pengembangan kepemimpinan dapat
dilakukan dengan latihan yang dirancang untuk anggota kelompok dan
41

pengurus kelompok. Misalnya seperti kursus manajemen partisipatif,


pengembangan motivasi berprestasi bagi kelompok tani.
3. Bagi Penyuluh, diharapkan meningkatkan pengetahuan dan juga
keterampilan agar dapat memberikan pelayanan penyuluhan dan juga
solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi kelompok tani di
lapangan.
4. Bagi kalangan akademis, diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini
sehingga penelitian tentang kinerja kelompok tani dapat lebih berkembang
misalnya penelitian mengenai bagaimana peran penyuluh pertanian dalam
meningkatkan kinerja kelompok tani di WKPP Kecamatan Katingan Hilir.
42

DAFTAR PUSTAKA

Adriyani, FY, dkk. 2011 Kinerja Gabungan Kelompok Tani Studi Kasus
Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Vol 7 (2)

Agus Dharma. Manajemen Personalia. 1997. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta

Alwi, Syafruddin. 2001. Penilaian Hasil Kerja. Humaniora. Jakarta

Badan Pusat Statiska. 2020. Kabupaten Katingan Hilir. Katingan

Deptan, 2007. Peraturan Menteri Pertanian no. 273/KPTS/OT.160/4/2007.


Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.

Dikrurahman dan Tubagus Furgon Sofhani. 2013. Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Pengembangan Kelompok Nelayan Studi Kasus Pulau
Temoyong Kecamatan Bulang Kota Batam. Perencanaan Wilayah dan
Kota. Vol 2 (1)

Djaali dan Pudji Muljono.2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Grasindo.


Jakarta

Hariadi, Sunarru Samsi. 2011. Dinamika Kelompok. UGM. Yogyakarta

Ilmi, I.U.N, S. Dwijatmiko, W Sumekar dan B. Sudarmanto. 2014. Hubungan


Dinamika Kelompok Tani Peternak Terhadap Kegiatan Agribisnis
Peternak Kambing di Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Pengembangan Penyuluhan Pertanian. Vol 10 (19)

Karsiadi, Ravik. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam


Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor

Kartasasmita, Ginandjar. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Konsep pembangunan


yang berakar pada masyarakat. Jakarta

Kementerian Pertanian. 2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian 2015-2016.


Kementrian Pertanian. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2016. Pedoman penilaian kelas kemampuan


kelompoktani. Kementrian Pertanian. Jakarta.

Kementrian Pertanian. 2008. Modul Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Bagi


Penyuluh Pertanian. Kementrian Pertanian. Jakarta

Lembaga Ketahanan Nasional, 1997. Pembangunan Nasional. PT. Balai Pustaka


Lemhannas, Jakarta
43

Mangkunegara, A.A Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja Sumber daya Manusia.


Pratinjau. Jakarta

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Morissan. 2016. Metode Penelitian Survei. Jakarta. Kencana.

Mulyana, D. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung : Remaja


Rosdakarya

Nurgiyantoro, Burhan,. Gunawan. Marzuki. 2012. Satatistika Terapan Untuk


Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Peraturan Menteri Pertanian. 2016. Pembinaan Kelompok Tani. Nomor


67/Permentan/SM.050/12/2016.

Pusat Penyuluhan Pertanian. 2021. BDPSDMP. Kementerian Pertanian

Pusluhtan. 2002. Dinamika Kelompok Tani. Bumi Aksara. Jakarta

Setiadin, .2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anggota Kelompok Tani


dalam Berusahatani Studi kasus Usahatani Ikan Air Tawar Desa Purwasi
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Tesis. IPB.Bogor

Simamora, Hendry. 2004. Menyusun Standar Kinerja Karyawan. Rhineka


Cipta.Jakarta

Tayibnapis, Farida Y. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Rhineka


Cipta. Jakarta

Wahyudi, Bamban. 2002. Kamus Istilah Perdagangan. LP3S. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai