I PENDAHULUAN
WKPP Kecamatan Katingan Hilir terdiri dari 8 Desa dan 1 Dusun yaitu
Bukit Lime, Hampalit, Banut Kalanaman, Kasongan Lama, Kasongan Baru,
Talian Kereng, Telangkah dan Tumbang Liting dengan jumlah keseluruhan 103
Kelompok Tani dari 9 Kelompok tersebut, dan terdapat 2 (dua) kelas kelompok
dalam WKPP Kecamatan Katingan Hilir yakni kelas pemula dan kelas lanjutan.
Sementara itu, kondisi kelompok tani di WKPP Kecamatan Katingan Hilir dari
tahun ke tahun dapat dikatakan belum mengalami perkembangan seperti yang
diharapkan atau dapat dikatakan tetap (bahkan cenderung menurun). Sebagian
besar kelas kelompok tani tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, seperti
status kelas kemampuan kelompok tani yang tinggi (misalnya Madya atau
Utama), namun kegiatannya bila diukur dengan skor penilaian ternyata
dinamikanya masih rendah. Bahkan sekarang ini, ada sebagian kelompok tani
sudah bubar, namun masih terdaftar di dalam Sistem Informasi Manajemen
Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN). Kondisi tersebut terjadi karena kelompok
tani sering dijadikan sebagai alat atau wadah untuk memberikan bantuan atau
subsidi yang berkaitan dengan program pemerintah, sehingga pembentukan dan
penumbuhan kelompoktani banyak dilakukan karena adanya proyek-proyek, dan
dengan berakhirnya proyek kelompok tani tidak berfungsi atau tinggal nama saja.
Namun mayoritas kelompok tani di WKPP Kecamatan Katingan Hilir Kabupaten
5
Katingan masih dalam tingkatan pemula dengan kinerja yang rendah, dapat dilihat
pada diatas banyak kelompok tani yang masih berada pada kelas pemula
walaupun kelompok yang sudah terbentuk lebih dari 5 tahun.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.4. Kinerja
Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau
suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Kinerja
merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak
tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan
dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui
dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional (Dharma, 1997).
Individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu
diantaranya; berorientasi pada prestasi; memiliki percaya diri; berperngendalian
diri; dan kompetensi.
Penilaian kerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya
kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka
dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja seseorang
(Simamora, 2004).
Secara teoristis tujuan penilaian kinerja dikategorikan sebagai suatu yang
bersifat evaluasi dan membangun tujuannya untuk menyelesaikan. Hasil penilaian
digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi, hasil penilaian digunakan
sebagai mengevaluasi sistem seleksi. Sedangkan yang bersifat membangun
penialaian harus menyelesaikan prestasi ril yang dicapai oleh individu,
kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja dan prestasi yang
12
b. Kegiatan belajar
c. Pelaksanaan usaha.
d. Pemupukan modal.
e. Pelayanan informasi dan teknologi
4. Kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan, dengan indikator
evaluasi usaha kelompok.
5. Kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompok tani, dengan
indikator pengembangan kapasitas dan pengkaderan pengurus.
Dalam pelaksanaan kinerja maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja
kelompok tani tersebut yang bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu kelompok
tani berhasil melaksanakan program-program dan mencapai tujuannya. Evaluasi
memiliki beberapa pendekatan diantaranya: pendekatan experemental; pendekatan
yang berorientasi pada tujuan; pendekatan yang berfokus pada keputusan;
pendekatan yang berorientasi kepada pemakai; pendekatan yang responsif; dan
evaluasi bebas tujuan (Tayibnapis, 2008).
Menurut Wahyudi (2002), kinerja merupakan suatu evaluasi yang
dilakukan secara periodik dan sisitematis tentang prestasi kerja atau jabatan
seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya. Menurut
Mangkunegara (2005) kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya perbandingan hasil
yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam).
Skala likert merupakan salah satu skala yang paling banyak digunakan
pada penelitian sosial. Pada skala likert, penelitian harus merumuskan sejumlah
pernyataan menegenai suatu topik tertentu, dan responden diminta memilih
apakah ia sangat setuju, setuju, ragu-ragu/ tidak tahu /netral, tidak setuju atau
sangat tidak setuju dengan berbagai pernyataan tersebut. Setiap pilihan jawaban
memiliki bobot yang berbeda, dan seluruh jawaban responden di jumlahkan
berdasarkan bobotnya sehingga menghasilkan suatu skor tunggal mengenai suatu
topik tertentu. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau
dukungan sikap dan respon yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:
Pernyataan positif Pernyataan negatif
Sangat Setuju (SS) =5 Sangat Setuju (SS) =1
Setuju (S) =4 Setuju (S) =2
Netral (N) =3 Netral (N) =3
Tidak Setuju (TS) =2 Tidak Setuju (TS) =4
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 Sangat Tidak Setuju(STS)=5
Untuk menjaga konsistensi pengukuran sikap dan respon, bobot jawaban
harus disusun terbalik untuk pernyataan yang bersifat negatif. Pernyataan 1
memiliki sifat positif, dan pernyataan dua memiliki sifat negatif (Morissan, 2016).
Dalam pembuatan skornya maka hal yang pertama adalah menghitung jumlah
skor tertinggi dari sebuah pertanyaan yang disusun pada instrumen yang
digunakan. Untuk menghitung secara kontinum maka digunakan perhitungan
interval, untuk menentukan jarak interval atau rentang kelas. Rumus yang
digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut:
Jumlah skor tertinggi = bobot tertinggi × jumlah responden
Jumlah skor terendah = bobot terendah × jumlah responden
sebagai unit belajar adalah interaksi anggota, sikap anggota terhadap profesi
petani, kohesi anggota, norma kelompok dan penyuluhan; 2). Faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok tani sebagai unit kerjasama adalah
interaksi anggota, norma kelompok, penyuluhan pertanian, dan pembinaan
pamong desa; 3). Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok tani
sebagai unit produksi adalah self efficacy dan interaksi anggota; 4). Faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok tani sebagai unit usaha adalah gaya
kepemimpinan ketua kelompok; 5). Terdapat hubungan antara keempat fungsi
kelompok tani.
Adriyani (2011), melakukan penelitian tentang Kinerja Gabungan
Kelompok Tani Kasus: Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung,
bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berhubungan
dengan kinerja gapoktan dan menganalisis hubungan antara faktor-faktor internal
dan eksternal, menggunakan alat analisis uji korelasi rank spearman. Dengan
hasil penelitian: 1). Faktor internal seperti aktivitas kelompok tani, kohesivitas
kelompok tani, interaksi antar kelompok tani, struktur organisasi Gapoktan, dan
kepemimpinan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kinerja
gapoktan; 2). Posisi kelompok tani, partisipasi kelompok tani dan proses
pembuatan keputusan memiliki korelasi yang tidak signifikan dengan kinerja
Gapoktan; 3). Faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah, hubungan dengan
lembaga lain, pinjaman modal, dan intensitas penyuluhan memiliki hubungan
positif dan signifikan dengan kinerja Gapoktan; 4). Kinerja PPL memiliki korelasi
non signifikan dengan kinerja gapoktan. Sebagian besar variabel, baik interal
maupun eksternal memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap yang lain.
Dikrurahman dan Sofhani (2013) melakukan penelitian tentang Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kelompok Nelayan Dalam Upaya
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan (Studi Kasus: Kelompok Nelayan Di Pulau
Temoyong, Kecamatan Bulang, Kota Batam) yang bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kelompok nelayan dan manfaat
pengembangan kelompok nelayan terhadap tingkat kesejahteraan nelayan di Pulau
Temoyong, Kota Batam, menggunakan alat analisis deskriptif kualitatif dan
17
Kajian literatur serta landasan teoritis. Dengan hasil penelitian Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan kelompok nelayan di Pulau Temoyong terbagi
menjadi dua, yaitu faktor internal (tingkat kesamaan, kepemimpinan, interaksi dan
komunikasi, tingkat partisipasi, aset yang dimiliki, dan motivasi/kemauan) dan
faktor eksternal (penyuluhan/pembinaan, bantuan (modal) dari pihak lain, serta
akses terhadap sumberdaya ikan dan pasar).
Ilmi, I.U.N (2014), melakukan penelitian tentang Hubungan Dinamika
Kelompok Tani Ternak Terhadap Kegiatan Agribisnis Peternak Kambing di
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dengan tujuan mengkaji dinamika
kelompok tani ternak dan menganalisis hubungan dinamika kelompok tani ternak
terhadap kegiatan agribisnis peternak kambing menggunakan analisis uji korelasi
rank spearman. Dengan hasil penelitian: 1). Dinamika kelompok pada kelompok
kecil, sedang dan besar termasuk dalam kategori sedang, namun dinamika
kelompok pada kelompok kecil mempunyai nilai tertinggi dibandingkan dinamika
kelompok sedang dan besar; 2). Hubungan dinamika kelompok terhadap kegiatan
agribisnis pada kelompok kecil mempunyai tingkat hubungan sangat tinggi; 3).
Hubungan dinamika kelompok terhadap kegiatan agribisnis pada kelompok
sedang mempunyai tingkat hubungan tinggi; 4). Hubungan dinamika kelompok
terhadap kegiatan agribisnis pada kelompok besar mempunyai tingkat hubungan
sangat tinggi.
Setiadin (2005), melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Anggota Kelompok Tani dalam Berusahatani: Kasus Usahatani
Ikan Air Tawar di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat dengan tujuan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal anggota
kelompok tani dalam berusahatani ikan air tawar dan mengidentifikasi usaha-
usaha anggota kelompok tani dan peran kelompok tani dalam meningkatkan
usahatani ikan air tawar serta menjelaskan hubungan antara faktor-faktor internal
dan eksternal petani dengan usaha petani, faktor-faktor internal dan eksternal
petani dengan peran kelompok tani serta peran kelompok tani dengan usaha petani
dalam meningkatkan usahatani ikan air tawar, menggunakan analisis uji korelasi
rank spearman. Dengan hasil penelitian: 1). Faktor-faktor internal dan eksternal
18
Kelompok tani merupakan salah satu wahana petani dalam proses usaha
taninya yang terbentuk karena petani merasa butuh suatu kerjasama antar sesama
petani guna mengatasi masalah para yang dihadapi petani. Kelompok tani
berperan sebagai tempat belajar, tempat bekerjasama, dan sebagai unit produksi.
Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dilakukan melalui pemberdayaan
petani melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok.
Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok untuk mendorong
terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun sinergitas.
Dalam WKPP Kecamatan Katingan Hilir terdiri dari 9 Desa binaan, tetapi
dalam penelitian ini hanya akan mengambil 3 Desa binaan secara sengaja
(purposive) yang jaraknya mewakili Desa binaan paling dekat dengan WKPP,
Desa binaan yang jaraknya berada di pertangahan dengan WKPP dan Desa
binaan yang jaraknya paling jauh sebagai sampel kelompok tani. Mengingat
keterbatasan tenaga, waktu dan biaya.
24
Tabel 4.1.1 Letak Geografis dan Ketinggian dari Permukaan Laut Per
Desa/Kelurahan Di Kecamatan Katingan Hilir
Desa/ Kelurahan Pantai Bukan Pantai < 500 m 500-700 m >700m
Tewang Kadamba - - -
Tumbang Liting - - -
Kasongan Baru - - -
Kasongan Lama - - -
Talian Kereng - - -
Banut Kalanaman - - -
Telangkah - - -
Hampalit - - -
Sumber: Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, 2020
Tabel 4.1.2 Nama Sungai yang Melintas di Tiap Desa di Kecamatan Katingan
Hilir
Desa/ Kelurahan Nama Sungai
Tewang Kadamba Sungai Katingan,
Tumbang Liting Sungai Katingan, Sungai Liting, Sungai
Kalambaen, Sungai Katunen
32
penduduk yang memiliki jumlah paling sedikit berada di Desa Tewang Kadamba
yakni sebesar 721 jiwa.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Katingan Hilir
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
0–4 1975 1887 3862
5–9 1632 1626 3258
10 – 14 1488 1527 3015
15 – 19 1517 1630 3147
20 – 24 1575 1664 3239
25 – 29 1714 1673 3387
30 – 34 1929 1651 3580
35 – 39 102 1571 3273
40 – 44 1615 1276 2891
45 – 49 1217 897 2114
50 – 54 876 644 1520
55 – 59 601 435 1036
60 – 64 375 300 675
65 – 69 224 177 401
70 – 74 137 121 258
75+ 189 134 323
Jumlah 18.766 17.213 35.979
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, 2020
34
4.3. Pertanian
Dalam sektor pertanian, kecamatan Katingan Hilir tidak termasuk sentra
pertanian, ini dapat dilihat dari jumlah luas lahan sawah menurut jenis pengairan
di Kecamatan Katingan Hilir hanya sebesar 375 Ha. Di sektor perkebunan, yang
menjadi komoditas andalan di Kecamatan Katingan Hilir yang pertama adalah
tanaman kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari produksi tanaman perkebunan
untuk kelapa sawit lebih besar dibanding komoditas yang lain yaitu sebesar
7.537,50 Ton.
Tabel 4.3.1 Luas Lahan Sawah Dirinci Menurut Jenis Pengairan di Kecamatan
Katingan Hilir (Ha), 2014-2017
Jenis Pengairan 2014 2015 2016 2017
Irigasi - 375 347 -
Non-irigasi 292 - - 375
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, 2020
Gambar 4.3 Luas Lahan Tegal/Kebun, Ladang/Huma, dan Lahan yang Sementara
Tidak Diusahakan di Kecamatan Katingan Hilir (Ha)
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Dalam kemampuan merencanakan kelompok tani WKPP Kecamatan
Katingan Hilir dimasukan dalam kategori baik dengan skor total 2.917 dan
rata-rata 72,23. Dilihat dari respon kelompok tani dalam menilai kelas
belajar sudah baik, wahana kerjasama dan unit produksi yang sudah baik.
2. Dalam kemampuan mengorganisasi kelompok tani WKPP Kecamatan
Katingan Hilir dimasukan dalam kategori cukup dengan skor total 1.129
dengan rata-rata 64,20. Dilihat dari kelompok tani dalam kelas belajar
yang dianggap baik dan wahana kerjasama dan unit produksi yang masih
dianggap masih cukup.
3. Dalam kemampuan melaksanakan kelompok tani WKPP Kecamatan
Katingan Hilir dimasukan ke dalam kategori baik dengan skor total 2.808
dan rata-rata 68,97. Dilihat dari respon kelompok tani dalam kelas belajar
dan wahana kerjasama yang dinilai baik serta dalam unit produksi yang
masih dinilai cukup.
4. Dalam kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan (evaluasi)
kelompok tani WKPP Kecamatan Katingan Hilir dimasukan dalam
kategori tidak baik dengan skor total 373 dan rata-rata 51,66. Dilihat dari
respon kelompok tani dalam kelas belajar, wahana kerjasama dan unit
produksi yang masih kurang.
5. Dalam kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompok tani
WKPP Kecamatan Katingan Hilir dimasukan dalam kateegori cukup
dengan skor total 1.463 dan rata-rata 61,37. Dilihat dari respon kelompok
dalam kelas belajar,wahana kerjasama dan unit produksi yang masih
dinilai cukup.
6. Kinerja kelompok tani WKPP Kecamatan Katingan Hilir dimasukan
dalam ketegori cukup dengan skor total 8.683 dan rata-rata 63,68. Di ukur
40
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adriyani, FY, dkk. 2011 Kinerja Gabungan Kelompok Tani Studi Kasus
Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Vol 7 (2)