Anda di halaman 1dari 9

Download Makalah

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dilalui dengan garis Katulistiwa
sehingga memiliki iklim tropis. Kondisi iklim ini mendukung keanekaragaman spesies hewan
dan tumbuhan. Tumbuhan di alam menduduki peranan terpenting dalam kehidupan hewan
maupun manusia. Contohnya hampir semua tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai obat. Salah
satunya rumput Teki (Cyperus Rotundus). Tanaman ini biasanya tumbuh secara liar di tempat
terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari seperti di tanah kosong, tegalan, lapangan
rumput, pinggir jalan atau lahan pertanian dan tumbuh sebagai gulma.
Dilahan pertanian rumput teki (Cyperus rotundus) ternyata menjadi gulma yang sangat
merugikan karena rumput teki menghasilkan alelopati sama halnya dengan alangalang (Imperata cylindrica) yang dapat merugikan tanaman pokok. Persaingan gulma pada awal
pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan dan gangguan gulma
menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas hasil.
Meskipun sebagai gulma, rumput teki (Cyperus rotundus) ternyata menyimpan berbagai
manfaat pengobatan yaitu untuk menstabilkan siklus hormonal, obat sakit perut, obat untuk
memperlancar kencing, obat cacingan, obat sakit gigi, radang kuku, nyeri lambung, busung,
kencing batu, sakit dada, sakit iga, luka terpukul, bisul, mual, muntah, dan lain- lain.

PEMBAHASAN
A.

Rumput Teki (Cyperus rotundus)


Klasifikasi :
Kingdom

: Plantea (tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta(Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu)

Sub Kelas
Ordo
Famili

: Commilinidae
: Cyperales
: Cyperaceae

Genus

: Cyperus

Spesies

: Cyperus rotundus

Rumput Teki (Cyperus rotundus) adalah tanaman semu menahun, tapi bukan termasuk keluarga rumput-rumputan (Graminae). Rumpu teki (Cyperus rotundus) batang segitiga hidup
sepanjang tahun dengan ketinggian mencapai 10 sampai 75 cm. Biasanya tanaman liar ini
tumbuh di kebun, di ladang dan di tempat lain sampai pada ketinggian 1000 m dari permukaan
laut. Tanaman ini mudah dikenali karena bunga-bunganya berwarna hijau kecoklatan, terletak di
ujung tangkai dengan tiga tunas helm benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bungabunga berbulir, mengelompok menjadi satu berupa payung. Ciri khasnya terletak pada buahbuahnya yang berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna
coklat, dengan panjang 1,5 - 4,5 cm dengan diameter 5 - 10 mm. Daunnya berbentuk pita,
berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal batang membentuk rozel

akar, dengan pelepah daun tertutup tanah.Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas
yang menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-pahitan dan baunya
wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun.
Di Indonesia sendiri rumput teki (Cyperus rotundus) di kenal dengan nama yang berbedabeda yaitu Rumput teki, mota, koreha wai, rukut teki, rukut wuta. Sedangkan di inggris di sebut
Nut grass atau field sedge dan di China dikenal dengan nama Xiang fu.
Teki (Cyperus rotundus)Gulma ini termasuk yang cukup ganas dan penyebarannya luas.
Gulma ini hampir selalu ada di sekitar segala tanaman budidaya, karena mempunyai kemampuan
tinggi untuk beradaptasi pada jenis tanah yang beragam.
Bagian dalam tanah terdiri atas akar dan umbi. Umbi pertama dibentuk pertama kali pada
tiga minggu seteawal. Mempunyai umbi yang membentuk akar ramping dan umbi lagi, demikian
seterusnya (1 m2 sedalam 10 cm = 1600 umbi). Umbi tidak tahan kering, selama 14 hari di
bawah

sinar

matahari,

daya

tumbuhnya

akan

hilang.

Mempunyai batang tumpul atau segi tiga.Mempunyai daun pada pangkal batang terdiri dari 4
20 helai, pelepah daun tertutup tanah. Helai daun bergaris dan berwarna hijau tau mengkilat
Mempunyai bunga dengan benang sari sebanyak tiga helai dan berwarna cokelat dapat tumbuh
meluas terutama di daerah tropis kering, berkisar pada ketinggian 1 1000 m dpl, dan curah
hujan antara 1500 4000 mm per tahun. dan 7hari pada keadaan lembab, pada suhu 100
400C, dengan suhu optimal 300 350C.
1. Kandungan Kimia
Rumput teki (Cyperus rotundus) Mengandung 0,45 1% Di perdagangan dikenal dengan
nama Cyperiol oil atau Oil of cyperiol atau Oil of Cyperus. Minyak atsiri yang berasal dari Cina mengandung cyperene, pascholenone, sedangkan yang berasal dari Jepang mengandung cyperol,
cyperene (cyperene I dan cyperene II), cyperone, cyperotundonedan cyperulone, disamping itu
ditemukan pula alkaloid dan flavonoid, triterpen. Cyperon merupakan senyawa seskuiterpen keton,
dan kadarnya dalam minyak atsiri sekitar 35-54%. Minyak atsiri yang dikandung dalam umbi ini dilaporkan memiliki potensi sebagai antibiotik terhadap kuman Staphyllococcus aureus. Kandungan
yang lain berupa karbohidrat, seperti glukosa (41,7%), fruktosa (9,3%) dan gula tak mereduksi (4%).
2.

Keuntungan atau Manfaat Gulma

Hampir semua tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai obat. Salah satunya rumput Teki
(Cyperus Rotundus). Tanaman ini biasanya tumbuh secara liar di tempat terbuka atau sedikit
terlindung dari sinar matahari seperti di tanah kosong, tegalan, lapangan rumput, pinggir jalan atau
lahan pertanian dan tumbuh sebagai gulma.
Meskipun sebagai gulma, rumput teki (Cyperus Rotundus) ternyata menyimpan berbagai
manfaat pengobatan yaitu untuk menstabilkan siklus hormonal, obat sakit perut, obat untuk
memperlancar kencing, obat cacingan, sebagai air pencuci anti keringat, obat sakit gigi, untuk obat
borok, radang kuku, nyeri lambung, busung, kencing batu, sakit dada, sakit iga, luka terpukul, bisul,
mual, muntah, dan lain lainya.
3.

Kerugian Gulma
Gulma dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang kehidupan. Pada bidang pertanian,
gulma dapat menurunkan kuantitas hasil tanaman. Penurunan kuantitas hasil tersebut disebabkan
oleh adanya kompetisi gulma dengan tanaman dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari,
unsur hara, ruang tumbuh dan udara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
Pertumbuhan tanaman yang terhambat akan menyebabkan hasil menurun. Besarnya penurunan
hasil tanaman tergantung pada varietas tanaman, kesuburan tanah, jenis dan kerapatan gulma,
lamanya kompetisi dan tindakan budidaya. Di Indonesia penurunan hasil akibat gulma diperkirakan
mencapai 10-20%. Gulma juga dapat menurunkan kualitas hasil pertanian akibat tercampurnya bijibiji gulma dengan hasil panen pada saat panen maupun akibat tercampurnya biji-biji gulma sewaktu
pengolahan hasil.
Gulma juga menyebabkan kesulitan dalam praktek budidaya, seperti dalam pengolahan tanah,
penyiangan, dan pemanenan yang menyebabkan peningkatan biaya produksi. Gulma pada saluran
irigasi menghambat aliran air sehingga pemberian air ke sawah terhambat. Gulma dapat menjadi
inang bagi hama atau patogen penyakit. Gulma harendong (Melastoma sp.) menjadi inang hama
teh Helopeltis antonii, gulma jajagoan (E. crusgalli) menjadi inang penggerek padi (Tryphoriza
innotata), gulma babadotan (Ageratum conyzoides) menjadi inang hama lalat bibit kedelai
(Agromyza sp.), gulma Eupathorium adenophorum menjadi inang penyakit pseudomozaik virus pada
tembakau Deli,gulma ceplukan (Physalis angulata) menjadi inang penyakit virus pada kentang.
Selain sebagai inang bagi hama dan penyakit, gulma juga dapat menjadi parasit bagi tanaman
budidaya. Sebagai contoh, gulma rumput setan (Striga asiatica) dapat menjadi parasit pada

tanaman jagung dan padi ladang, gulma Orobanche spp. pada padi, jagung, tebu, gandum, dan
tembakau. Gulma juga dapat menimbulkan alelopati pada tanaman yang menyebabkan penurunan
pertumbuhan tanaman.
Kerugian dari rumput teki(Cyperus rotundus) bukan pada factor keuntungan atau manfaat
rumput teki itu sendiri, namun kerugiannya ada pada jenis kegiatan pertanian. Karna rumput
teki (Cyprus rotundus) pada lahan pertanian dianggap sebagai gulma atau tumbuhan yang tidak
diinginkan pada suatu populasi tanaman budidayakarna dapat menghambat pertumbuhan tanaman
bahkan

dapat

menurunkan

hasil

produksi

tanaman.

Karna

rumput

teki(cyperus

rotundus) mengeluarkan zat tertentu yang sering juga di sebut zat alelopati yang dapat merugikan
tanaman pokok. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan menurunkan atau mangurangi
kuantitas hasil, sedangkan pada persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh
besar terhadap kualitas hasil. Perbedaan cara penanaman, laju pertumbuhan dan umur varietas
yang ditanam, dan tingkat ketersedian unsure hara juga akan menentukan besarnya persaingan
gulma dengan tanaman. Interaksi antara gulma dengan tanaman antara lain menyebabkan
gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan akar terhambat, perubahan
susunan sel-sel akar dan lain sebagainya. Persaingan yang ditimbulkan akibat dikeluarkannya zat
yang meracuni tumbuhan lain di sebut alelopati, senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi
alelopati dapat ditemukan disetiap organ tumbuhan, antara lain pada, daun, batang, akar, rhizome,
buah, biji dan umbi serta bagian-bagian yang tumbuhan yang membusuk.

Gambar 3.3.Rumput teki (Cyperus royundus)


Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol. Spesies gulma yang
diketahui mengeluarkan senyawa-senyawa beracun adalah alang-alang (Imperata cylindrica), teki
(Cyperus rotundus), Agropyron intermedium, Salvia lencophyella, Cynodon dactylon, Cyperus
esculentus dan lainnya. Sehingga gulma merupakan persaingna alami yang kuat dengan daya
kecambah yang tinggi dan lahan tahan terhadap gangguan tanahpertumbuhan cepat daya

regenerasi kuat (gulma tahunan). Tidak peka terhadap sinar matahari yang kurang akibat
penaungan tumbuhan lain, tingkat absorpsi dan penggunaan unsur hara dan air yang besar, dan
daya penyesuaian terhadap iklim yang luas. Gulma yang menimbulkan persaingan berat terhadap
tanaman adalah yang memiliki tajuk dan perakaran yang luas dan banyak, pertumbuhan yang cepat,
waktu berkecambah dan pemunculan yang lebih awal dari tanaman yang dibudidayakan.
Alelopati adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme atau tanaman baik yang bersifat
positif maupun negatif. Beberapa gulma yang telah terbukti bersifat alelopati adalah Agropyron
repens, L., teki (Cyperus rotundus. L). dan (Cyperus esculentus, L.), Cynodon dactylon, L., dan
alang-alang (Imperata cylindrica, L.). Gulma-gulma tersebut diketahui sangat kompentitif dengan
tanaman dan menyebabkan penurunan produksi.
4.

Perkembangbiakan atau cara penyebaran


Berdasarkan perkembangbiakan gulma di bedakan menjadi dua (2) yaitu 1. Simple perennial
(generatif), 2. Creeping perennial (vegetatif). Simple perennial adalah gulma yang sebenarnya hanya
berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila bagian tubuhnya terpotong maka potongannya
akan dapat tumbuh menjadi individu baru. Sedangkan Ceeping perennial adalah gulma yang dapat
berkembangbiak dengan akar yang menjalar (root creeping), batang yang menjalar diatas tanah
(stolon) atau batang yang menjalar diatas tanah (rhizome) dan umbi (stolon).
Sedangkan rumput teki (Cyperus rotundus) berkembangbiak dengan umbi (stolon) itu artinya
rumput teki(Cyperus rotundus) termasuk kedalam perkembangbiakan Creeping perennial, namun
rumput teki (Cyperus rotundus)memiliki bunga dan biji dan dengan biji yang dimiliki rumput teki
dapat berkembangbiak dengan biji (simple perennial). Berarti rumput teki (Cyperus rotundus) dapat
berkembangbiak dengan Simple perennial (generatif) dan Creeping perennial (vegetatif).

5.

Pengendalian Gulma
Ada beberapa cara untuk mengerndalikan gulma yaitu secara Mekanisme, secara biologi
(terpadu), secara kimiawi (herbisida).

a.

Secara Mekanisme
Secara meknisme atau pengolahan tanah. Secara tradisional petani mengendalikan gulma
dengan pengolahan tanah konvensional dan penyiangan dengan tangan. Pengolahan tanah
konvensional dilakukan dengan membajak, menyisir dan meratakan tanah, menggunakan tenaga

ternak dan mesin. Untuk menghemat biaya, pada pertanaman kedua petani tidak mengolah tanah.
Sebagian petani bahkan tidak mengolah tanah sama sekali. Lahan disiapkan dengan mematikan
gulma menggunakan herbisida. Pembajakan dan penggaruan dapat secara berangsur dikurangi dan
diganti dengan penggunaan herbisida atau pengelolaan mulsa dari sisa tanaman dan gulma dalam
sistem pengolahan tanah konservasi. Ketersediaan herbisida juga memungkinkan pemanfaatan
lahan marjinal dan lahan miring yang bersifat sangat rapuh terhadap pengolahan tanah
konvensional.
b.

Secara biologis (terpadu)


Kepedulian terhadap lingkungan melahirkan sistem pengelolaan terpadu gulma yang
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pengelolaan gulma harus dipadukan dengan
aspek budidaya, termasuk pengelahan tanah, pergiliran tanaman dan pengendalian gulma itu
sendiri. Pengelolaan gulma secara terpadu merupakan konsep yang mengutamakan pengendalian
secara alami dengan menciptakan keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
perkembangan gulma dan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma. Ada beberapa yang
perlu diperhatikan dalam pengendalian secara biologi (terpadu) :

Pengendalian gulma secara langsung dilakukan dengan cara fisik, kimia dan biologi, dan secara tidak
langsung melalui daya saing tanaman melalui teknik budidaya.
Memadukan cara-cara pengendalian tersebut.
Analisis ekonomi praktek pengendalian gulma.
c.

Secara Kimiawi (Herbisida)


Secara kimiawi (herbisida) adalah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia atau
herbisisida. Berdasarkan cara kerjanya herbisida dibedakan menjadi dua jenis yaitu herbisida kontak
mematikan begian tumbuhan yang terkena herbisida saja, sedangkan herbisida sistemik mematikan
gulma setelah gulma menyerap dan ditranslokasikan keseluruh bagian gulma. Menurut jenis gulma
yang dimatikan ada herbisida selektif yang mematikan gulma tertentu atau spektrum sempit. Dan
herbisida nonselektif yang mematikan banyak jenis gulma atau spektrum lebar atau luas. Herbisida
berbahan aktif, paraquat dan 2,4-D banyak digunakan petani, sehingga banyak formulasi yang
menggunakan bahan aktif tersebut.
Namun sebaiknya penggunaan herbisida tidaklah digunaka kecuali tindakan secara mekanisme
atau biologis tidak dapat ditanggulangi lagi dan sebaiknya penggunaan herbisida sesuai dengan

dosis yang dianjurkan karna jika digunakan tidak sesuai dosis yang dianjurkan maka akan
berdampak negatif bagi lahan pertanian dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim . 2009. Gulma. http://www.wikipedia.org. diakses pada tanggal 1 maret 2011.
1

Anonim2.. 2009. Teki Ladang. http://www.wikipedia.org. diakses pada tanggal 1 maret 2011.

Anonim3. 2009. Alelopati Teki Sebagai Bioherbisida. http://www.wikipedia.org. diakses pada tanggal 1 maret
2011.
Anonim4. 2009. Cyperus rotundus, Rumput teki. http://obtrando.wordpress.com.
Didik Gunawan dkk. 1998. Tumbuhan Obat Indonesia. PPOT. UGM.
Fikri, Ahmad Waisul dkk. 2009. Rumput Teki (Cyperus royundus) Sebagai Alternatif penyembuhan
Sariawan.www.haarr.wordprees.com
Fitriana. 2008. Pengaruh Teki. http://www.wikipedia.org. diakses pada tanggal 1 maret 2011.
Kristanto B.A dkk. 2006. Alelopati Teki (Cyperus rotundus). http://www.chem-is-try.org. diakses pada tanggal 1
maret 2011.
Moenandir Jody. 1988. Pengantar dan Pengendalian Gulma. Rajawali Press. Jakarta.

Palapa, Tommy Martho. 2009. Alelopati Teki (Cyperus rotundus). http://chem-is-try.org. diakses pada tanggal 1
maret 2011.
Usman Anif. 2009. Rumput Teki (Cyperus rotundus). http://www.wikipedia.org. diakses pada tanggal 1 maret
2011.

Diposkan 31st March 2014 oleh feri deden


Label: alelopati gulma makalah Gulma pengendalian rumput teki rumput teki Teki

Anda mungkin juga menyukai