SKRIPSI
Oleh :
IMMANUEL TAMPUBOLON
030301041/BDP-AGRONOMI
SKRIPSI
Oleh :
IMMANUEL TAMPUBOLON
030301041/BDP-AGRONOMI
Judul Skripsi
Nama
NIM
Departemen
Program studi
Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
ABSTRACT
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
ABSTRAK
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
RIWAYAT HIDUP
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala KasihNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah Uji Efektivitas Herbisida Tunggal
maupun Campuran dalam Pengendalian Stenochlaena palustris di Gawangan Kelapa
Sawit.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Edison Purba selaku
ketua dan Ir. Gembira Sinuraya, MS. Selaku anggota dosen pembimbing yang telah
mememberikan saran dan bimbingan. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada
Ayahanda S. Tampubolon, Ibunda M. br. Hutagalung dan adikku Eva, Theresia serta
seluruh keluarga atas doa dan semangat yang diberikan. Disamping itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada sahabatku Pimpin, Donald, Theo, Rhino, Doris,
Tetty, Loura, Adriansyah, Ferdinand, Danil Ferdiansyah, Ferdiansyah, teman-teman
di PS. Transeamus, teman-teman jurusan BDP stambuk 2003 dan stambuk 2004 yang
telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, 2009
Penulis
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ..................................................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2
Hipotesis Penelitian .................................................................................. 2
Kegunaan Penelitian ................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Stenochlaena palustris .................................................................. 4
Kegunaan Herbisida Campuran ................................................................ 5
Kerugian Herbisida Campuran ................................................................. 6
Hasil-hasil Penelitian dari Penggunaan Herbisida ..................................... 6
Paraquat ................................................................................................... 7
Glifosat .................................................................................................... 8
Amonium Glifosat .................................................................................... 9
Metsulfuron Methyl.................................................................................. 10
Diuron ...................................................................................................... 10
Triasulfuron ............................................................................................. 11
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu ................................................................................... 13
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
DAFTAR TABEL
No.
Hal
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
DAFTAR GAMBAR
No
Hal
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
DAFTAR LAMPPIRAN
NO.
Hal
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah gulma pada perkebunan tanaman tahunan (karet, kelapa sawit,
kelapa, teh, kopi, kina) berbeda dengan pertanaman semusim (tebu, jagung,
tembakau, rosella). Pada umumnya masalah gulma lebih dirasakan pada perkebunan
dengan pertanaman yang luas, karena ada kaitannya dengan faktor waktu yang
terbatas, tenaga kerja dan biaya (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984).
Contoh jenis-jenis pakis yang merugikan di perkebunan kelapa sawit, yaitu
pakis kawat (Dicrapnoteris linearis), Kelakai (Stenochlaena palustris) serta pakis
gajah atau resam jalur (Pteridium esculentum) (Pahan, 2008).
Beberapa metode pengendalian gulma telah dilakukan di perkebunan, baik
secara metode manual, mekanis, kultur teknis, biologis, maupun metode kimiawi
dengan menggunakan herbisida, bahkan menggabungkan beberapa metode sekaligus.
Metode yang paling banyak digunakan adalah metode kimiawi dengan herbisida.
Metode ini dianggap lebih praktis dan menguntungkan dibandingkan dengan metode
yang lain, terutama ditinjau dari segi kebutuhan tenaga kerja yang lebih sedikit dan
pelaksanaan yang relatif lebih singkat (Barus, 2003).
Ketika herbisida digunakan dalam satu kombinasi, ada tiga jenis tipe respon
yang mungkin terjadi: (1) Efek herbisida kemungkinan dapat bersifat additive,
dimana pemberian pada tingkat pertumbuhan hasil perlakuan yang diamati
memberikan hasil yang sama, baik herbisida tersebut dicampur dengan herbisida yang
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
lainnya tetap tidak berbeda dengan dengan respon yang diharapkan. (2) Kemungkinan
yang kedua adalah kedua campuran herbisida tersebut bersifat antagonis, jika respon
total yang diamati lebih kecil dari respon yang diharapkan. (3) Kemungkinan yang
ketiga adalah kedua campuran herbisida tersebut bersifat sinergis, jika respon total
pada perlakuan campuran herbisida diamati lebih besar dari respon yang diharapkan
(Crafts and Robbins, 1973).
Herbisida mempunyai kemampuan untuk dapat membunuh meskipun dalam
konsentrasi rendah. Jumlah konsentrasi herbisida juga dapat menentukan terjadinya
hambatan atau pemacuan pada suatu pertumbuhan. Pada umumnya dengan semakin
meningkatnya konsentrasi makin meningkat pula penekanannya (Moenandir, 1990).
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia akhir-akhir ini
sangat diminati, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas.Dengan semakin
pesatnya penggunaan herbisida, maka manusia berusaha untuk dapat menghasilkan
senyawa-senyawa baru yang berpotensi untuk menjadi salah satu herbisida yang
dapat dikomersilkan (Sukman dan Yakup, 1995).
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian uji efektivitas
herbisida tunggal maupun campuran dalam pengendalian Stenochlaena palustris di
gawangan kelapa sawit.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat efektivitas pengendalian herbisida secara tunggal
maupun campuran di gawangan kelapa sawit.
Hipotesis Penelitian
Herbisida tunggal maupun campuran dapat menghasilkan tingkat efektivitas
pengendalian S. palustris yang berbeda pada gawangan kelapa sawit.
Kegunaan Penelitian
1. Untuk membandingkan efektivitas masing-masing perlakuan baik herbisida
secara tunggal maupun secara campuran dalam pengendalian S. palustris di
gawangan kelapa sawit.
2. Sebagai
bahan
informasi
dalam
penggunaan
dosis
herbisida
pada
pengendalian S. palustris.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Divisio
Phylum
: Pteridophyta
: Tracheophyta
Subphylum
: Euphyllophytina
Ordo
: Filicales
Family
: Blechnaceae
Genus
: Stenochlaena
Spesies
lebarnya 2 - 5 mm. dapat tumbuh hingga pada ketingian 900 meter di atas permukaan
laut. Habitatnya di atas daerah yang lembab, becek dan teduh, hutan rawa, tepi hutan
dan kerap kali membentuk selimut yang rapat (Steenis, 2003).
beberapa
herbisida
agar
diperoleh
daya
bunuh
yang
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
banyak
bersifat
additive
pada
pengendalian
Amaranthus
rudis,
N+-CH3 2Cl-
(Anderson, 1977).
Paraquat dalam waktu yang singkat menyebabkan gejala seperti terbakar dan
kering pada daun yang kena semprot sehingga translokasinya sangat terbatas. Bekerja
dengan cara menangkap elektron dari photosystem I untuk menghasilkan satu ion
radikal yang kemudian direoksidasi kembali ke ion awal (original ion) oleh oksigen
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
menghasilkan spesies oksigen aktif lainnya, yaitu singlet oksigen (1O2) dan triplet
oksigen (3O2), hydrogen peroksida (H2O2) serta hidroksida radikal (OH) yang
semuanya merusak jaringan. (Purba dan Damanik, 1996).
Glifosat
Glifosat,
N-(phosphonomethyl)glycine,
diformulasikan
sebagai
garam
HO C CH2 N CH2 P OH
H
OH
(Anderson, 1977).
Glifosat aktif ditranslokasikan dari bagian vegetatif ke bagian akar atau
rhizome gulma semusim, bergerak dengan lambat dan daya racunnya dapat tidak
kelihatan selama 7 - 10 hari setelah aplikasi. Glifosat pengaplikasiannya tidak aktif di
dalam tanah (Mercado, 1979).
Herbisida glifosat digunakan sebagai pre-planting pada pertanaman, pada
areal tanpa tanaman (uncropped area) dan sebagai semprotan terarah pada
perkebunan atau hutan. Herbisida ini dengan cepat diabsorbsi oleh banyak spesies
dan sangat mobil di dalam jaringan phloem. Gejala yang dihasilkan: khlorosis dan
nekrosis. Di dalam tumbuhan, herbisida glifosat menghambat kerja enzim enol
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
NH2H
(Bayercropscience, 2009).
Metsulfuron Methyl
Metsulfuron methyl (Ally 20
sulfonylurea, efektif terhadap gulma berdaun lebar, semak dan pakis. Dosis herbisida
relatif rendah dibanding dengan jenis herbisida lain. Secara umum dosis yang
dianjurkan 0.8 1.4 kg/ha (Siregar, dkk., 1990).
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
CO2CH3
SO2NHCONH
CH3
N
OCH3
N
(Anonimus, 1990).
Diuron
Termasuk golongan urea, herbisida ini berkembang setelah penemuan
monouron pada tahun 1952. Herbisida termasuk golongan urea meliputi: chlorofuron,
diuron, fenuron, linuron, monuron dan tebuthiuron.
rendah
atau
bleaching
dan
kekeringan
(dessication)
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
banyak dipergunakan pada perkebunan tebu. Merupakan herbisida yang sangat cepat
mengendaliakn gulma rerumputan. Struktur kimianya adalah :
Cl
NH
O
C
N
Cl
H3C
(Mercado, 1979).
CH3
Triasulfuron
Merupakan golongan sulphonyl urea, diperkenalkan pada tahun 1980.
Penggunaanya untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan beberapa rerumputan
pada tanaman serealia berbiji kecil, padi dan kedelai. Potensi tingkat dosis yang
cukup rendah (5 - 20 gram bahan aktif per hektar) dan perbedaan toleransi telah
dilaporkan 20.000 kali lipat. Herbisida ini masuk lewat akar dan bagian atas
tumbuhan, sehingga dapat digunakan sebagai herbisida pre atau post-emergence.
Herbisida ini mudah ditranslokasikan baik dalam tumbuhan yang toleran maupun
sensitif.
Mode
of
actionnya
adalah
menghambat
acetolactate
synthase
CH3
N
OCH3
Metode Penelitian
Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) non faktorial dengan 14 perlakuan, dimana masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 3 kali ulangan. Perlakuan tersebut terdiri atas :
Kontrol (T0)
= Tanpa Pengendalian
= Penyiangan Manual
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Pq 300 (T2)
Pq 600 (T3)
Pq 300 + Ts 20 (T4)
Pq 300 + Ts 30 (T5)
Pq 400 + Ts 20 (T6)
Data hasil penelitian dianalis dengan menggunakan analisis sidik ragam model linear,
yaitu :
Yij = + i + j + ij
Dimana :
Yij = Data yang dihasilkan dari pengaruh ulangan pada taraf ke-i dan
perlakuan ke-j
= Rataan/nilai tengah
i = Pengaruh blok ke-i
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Aplikasi Herbisida
Sebelum herbisida diaplikasikan, dilakukan kalibrasi untuk mengetahui
volume semprot. Dari hasil kalibrasi diperoleh volume semprot per ha adalah sebesar
350 l/ha. Herbisida diaplikasikan secara merata pada setiap petak percobaan untuk
masing-masing perlakuan dengan cara disemprot dengan menggunakan alat semprot
punggung (knapsack sprayer SOLO), Ketinggian nozel disesuaikan dengan
ketinggian pakis di lapangan, aplikasi herbisida dilaksanakan dengan kondisi cuaca
saat dan sesudah penyemprotan adalah cerah. Air yang digunakan sebagai pembawa
diambil dari sumur yang terdapat di lokasi penelitian.
Pengamatan Parameter
Mortalitas S. palustris (%)
Mortalitas S. palustris dihitung dengan rumus :
=Jumlah S. palustris yang disemprotjumlah S. palustris yang bertahan hidup x 100%
Jumlah. S. palustris yang disemprot
S. palustris yang bertahan hidup adalah tampak masih kelihatan segar,
sedangkan S. palustris yang sudah mati adalah tampak tidak segar, dengan kata lain
secara visual berwarna kecoklatan. Mortalitas gulma dihitung pada 21, 45, 60, 75 dan
90 hari setelah aplikasi (HSA). Kriteria daya berantas gulma ditampilkan pada
Tabel 1.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Kategori
istimewa
sangat baik
baik
sedang
buruk
buruk sekali
FM (Frekuensi Mutlak)
KR (Kerapatan Relatif)
= KM spesies tertentu
x 100%
Jumlah KM semua spesies
FR (Frekuensi Relatif)
= FM spesies tertentu
x 100%
Jumlah FM semua spesies
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
21 HSA
100.00
90.85
99.13
98.55
97.73
100.00
98.63
68.47
86.78
84.73
1.83
100.00
100.00
45 HSA
100.00
93.80
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
75.80
91.14
89.39
3.41
100.00
100.00
60 HSA
100.00
95.52
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
80.18
94.04
92.12
4.33
100.00
100.00
75 HSA
100.00
95.52
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
82.89
95.10
93.98
4.33
100.00
100.00
90 HSA
100.00
95.52
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
86.05
95.81
96.43
4.33
100.00
100.00
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan berat kering S. palustris 21 HSA
tertinggi didapat pada perlakuan glifosat 540 g b.a/ha + methyl metsulfuron
15 g b.a/ha, yaitu sebesar 774.27 g. Berat kering S. palustris terendah didapat pada
perlakuan penyiangan manual, yaitu sebesar 5.02 g.
Sidik ragam berat kering S. palustris 21 HSA ditampilkan pada Lampiran 18.
Uji kontras antara perlakuan penyiangan manual dengan seluruh perlakuan hebisida
bepengaruh nyata terhadap berat kering S. palustris. Perlakuan seluruh paraquat
tunggal dengan seluruh perlakuan paraquat campuran berpengaruh nyata terhadap
berat kering S. palustris. Perlakuan amonium glufosinat 300 g b.a/ha + methyl
metsulfuron 15 g b.a/ha dengan perlakuan glifosat 540 g b.a/ha + methyl metsulfuron
15 g b.a/ha berpengaruh nyata terhadap berat kering S. palustris. Perlakuan seluruh
paraquat + diuron dengan perlakuan seluruh paraquat tunggal dan campuran
berpengaruh nyata terhadap berat kering S. palustris.
Identifikasi Gulma
Identifikasi gulma sebelum aplikasi ditampilkan pada Lampiran 19 dan
identifikasi gulma sesudah perlakuan ditampilkan pada Lampiran 21-24. Hasil
perhitungan SDR sebelum dan sesudah aplikasi herbisida ditampilkan pada Tabel 4.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis Gulma
Axonopus
compresus
Mikania
micrantha
Ageratum
conyzoides
Cyperus
kyllingia
Paspalum
conjugatum
Phylantus niruri
Sebelum
Aplikasi
Setelah
Aplikasi
38.15
36.80
21.12
22.35
24.65
19.74
18.35
25.05
35.99
35.61
24.27
18.61
17.90
8.42
14.60
15.83
8.17
13.90
15.71
7.40
12.99
13.28
Pada petak contoh sebelum aplikasi herbisida ada tiga jenis gulma yang
muncul, yaitu Axonopus compresus, Mikania micrantha, dan Ageratum conyzoides.
Setelah 60 HSA ada tiga jenis gulma lagi yang muncul, yaitu Cyperus kyllingia,
Paspalum conjugatum dan Phylantus niruri. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa tidak
ada pergeseran dari komunitas gulma pada petak contoh, dimana jenis gulma yang
paling dominan sebelum aplikasi adalah A. compresus dengan SDR sebesar 38.15 dan
setelah 90 HSA gulma yang paling dominan adalah A. compresus dengan SDR
sebesar 18.92.
Pembahasan
Dari data yang didapat pada masing-masing perlakuan herbisida, perlakuan
menggunakan herbisida paraquat baik secara tunggal maupun campuran hampir
seluruhnya 100 % mengendalikan S. palustris. Tetapi pada perlakuan herbisida
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
600 g b.a/ha + diuron 300 g b.a/ha, yaitu sebesar 279.06 g. Hal ini diakibatkan karena
herbisida paraquat + diuron keduanya merupakan herbisida yang dengan cepat
merusak sel-sel tanaman yang mengakibatkan klorosis pada daun. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Purba dan Damanik (1996), yang menyatakan bahwa herbisida
diuron memiliki selektifitas yang cukup luas, umumnya bergerak melalui xylem,
mode of action primer menghambat transport electrn fotosintetik pada photosystem
II, sehingga menyebabkan adanya produksi sejumlah oxidan yang dapat merusak
membran, pigmen dan lain sebagainya sehingga merusak sel dengan cepat.
Dari pengamatan identifikasi gulma, dapat dilihat pada Tabel 4 gulma yang
paling mendominasi adalah gulma A. compresus yaitu dengan SDR sebesar 38.15
sebelum aplikasi dan SDR sebesar 18.92 pada 90 HSA dan gulma yang paling kecil
dominasinya adalah P. niruri yaitu dengan SDR sebesar 13.28 , gulma ini muncul
pada 60 HSA. Pada identifikasi gulma A. compresus terjadi penurunan nilai SDR
sebelum aplikasi sampai 90 HSA. Hal ini kemungkinan disebabkan karena terjadinya
persaingan antara gulma A. compresus dengan gulma yang lain, sehingga terjadi
penurunan nilai SDR. Dari data yang diperoleh didapat tidak terjadi pergeseran gulma
sebelum dan sesudah aplikasi, hal ini dapat dilihat dari dominasi gulma A. compresus
di setiap petak contoh.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Kesimpulan
1. Perlakuan penyiangan manual lebih efektif mengendalikan S. palustris
dibandingkan dengan perlakuan dengan menggunakan herbisida.
2. Perlakuan paraquat secara tunggal maupun campuran lebih efektif
mengendalikan S.
herbisida
lainnya
berdasarkan mortalitas.
3. Perlakuan paraquat 600 g b.a/ha + diuron 300 g b.a/ha lebih efektif
mengendalikan S. palustris dibanding dengan perlakuan herbisida lainnya
berdasarkan berat kering pada 21 HSA.
4. Perlakuan glifosat 540 g b.a/ha + methyl metsulfuron 15 g b.a/ha tidak efektif
mengendalikan S. palustris.
5. Urutan efektivitas herbisida dalam pengendalian S. Palusrtis berdasarkan
berat kering adalah paraquat + diuron > paraquat + methyl metsulfuron >
paraquat + triasulfuron > paraquat > amonium glufosinat + methyl
metsulfuron > amonium glufosinat > glifosat + methyl metsulfuron.
Saran
Perlu dilakukan penyesuaian aplikasi penyemprotan dengan S. palustris di
lapangan agar didapat hasil pengendalian S. palustris yang lebih efektif.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, W.P., 1997. Weed Science Principles. West Publishing Company. Los
Angeles.
Anonimus, 1990. Ally 20 WDG Herbisida yang Efektif dan Aman untuk Tanaman
Kelapa Sawit. PT. Bumi Delta Kimiatama. Jakarta.
Anonimusa, 2009. Pengendalian Gulma di Perkebunan Tebu. Dikutip dari
http://tebu.mine.nu/pengendalian_gulma/penelitian_pengendalian_gulma.
htm. Diakses tanggal 21 Juni 2009.
Anonimusb, 2009. Tanaman Kelakai (Stenochlaena palsutris). Dikutip dari
triasmara.wordpress.com/.../tanaman-kelakai-stenochlaena-palustris.htm.
Diakses tanggal 24 Juni 2009.
Barus, E., 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Bayercropscince, 2009. Basta Bulletin.Dikutip dari http://bayercropscience.com.au/re
Diakses
tanggal
sources/products/brochure/Basta%20bulletin.pdf.
01 Desember 2009.
Crafts, A.S. and Robbins, W.W., 1973. Weed Control. Tata Mc.Graw-Hill Publishing
Company Ltd. New Delhi.
Djojosumarto, P., 2000. Teknik Aplikasi Herbisida Pertanian. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Fryer, J.D. dan Matsunaka, S., 1977. Penanggulangan Gulma Secara Terpadu.
Penerbit Bina Aksara. Jakarta.
Jianmei, L., Johnson, W.G., Smeda, R.J., 2002. Interaction Between Glyphosate and
Imazethaphyr on Four Annual Weeds. Crop Protection.
Moenandir, J., 1990. Fisiologi Herbisida. Rajawali Pers. Jakarta.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Mercado,
Pahan, I., 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga hilir. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Purba, E. dan S. J. Damanik., 1996. Dasar-dasar Ilmu Gulma. USU Press. Medan.
Sastroutomo, S.S., 1992. Pestisida. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Siregar, H., T.L. Tobing, A. Sipayung, dan R. Sukarji., 1990. Ally 20 WDG Sebagai
Pengendali Gulma Kelapa Sawit pada Perkebunan. Pusat Penelitian
Marihat.
Steenis, C.G.G.J., 2003. Flora untuk Sekolah di Indosesia. PT Pradnya Paramita.
Jakarta
Sukman, Y. dan Yakup, M.S., 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.
PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmojo., 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
BAGAN PENELITIAN
Ulangan
II
a
III
T5
T8
T7
T9
T10
T6
T13
T12
T10
T2
T14
T4
T6
T1
T1
T10
T3
T2
T14
T5
T5
T3
T7
T12
T7
T9
T9
T11
T11
T14
T4
T13
T3
T8
T2
T8
T12
T4
T11
T1
T6
T13
Keterangan: a = 3 m
b=5m
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Rataan
0.00
100.00
90.85
99.13
98.55
97.73
100.00
98.63
68.47
86.78
84.73
1.83
100.00
100.00
80.48
Fhit
0.91 tn
19.23 *
13.91 *
5.27 *
0.34 tn
0 tn
1.07 tn
112.07 *
1.94 tn
KK = 10.51 %
Keterangan :
tn = tidak nyata
* = nyata
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
F.05
3.32
2.34
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Fhit
0.16 tn
42.99 *
20.25 *
8.39 *
1.68 tn
0.40 tn
2.21 tn
267.29 *
0.70 tn
KK = 7.04 %
Keterangan :
tn = tidak nyata
* = nyata
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
F.05
3.32
2.34
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Fhit
0.04 tn
29.77 *
12.23 *
3.40 tn
0.68 tn
0.16 tn
1.39 tn
190.27 *
0.28 tn
KK = 7.89 %
Keterangan :
tn = tidak nyata
* = nyata
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
F.05
3.32
2.34
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Fhit
0.01 tn
29.69 *
10.56 *
3.17 tn
0.63 tn
0.15 tn
1.79 tn
191.29 *
0.26 tn
KK = 8.12%
Keterangan :
tn = tidak nyata
* = nyata
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
F.05
3.32
2.34
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Fhit
0.12 tn
33.75 *
9.34 *
3.17 tn
0.63 tn
0.15 tn
4.16 tn
218.55 *
0.26 tn
KK = 8.07 %
Keterangan :
tn = tidak nyata
* = nyata
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
F.05
3.32
2.34
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
Kontrol (T0)
Penyiangan Manual
(T1)
Pq300 (T2)
Pq600 (T3)
Pq300+Ts20 (T4)
Pq300+Ts30 (T5)
Pq400+Ts20 (T6)
Pq300+MSM15 (T7)
Glu300 (T8)
Glu600 (T9)
Glu300+MSM15
(T10)
Gly540+MSM15
(T11)
Pq400+Diu200 (T12)
Pq600+Diu300 (T13)
Total
Rataan
Ulangan
I
II
III
.g
884.63
873.40 957.53
Total
Rataan
2715.56
905.19
5.32
452.54
421.45
537.37
363.32
327.44
346.32
636.36
575.86
3.42
525.64
442.63
521.32
334.54
462.44
325.58
746.66
473.43
6.33
434.55
415.28
436.53
378.84
464.34
334.87
667.43
474.34
15.07
1412.73
1279.36
1495.22
1076.70
1254.22
1006.77
2050.45
1523.63
5.02
470.91
426.45
498.41
358.90
418.07
335.59
683.48
507.88
523.34
565.34
473.58
1562.26
520.75
744.35
343.23
237.22
6398.75
457.05
774.27
357.67
279.02
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
467.26
Lampiran 17. Data Transformasi Berat Kering S. palustris 21 HSA (g) (Y'=Log Y)
Perlakuan
Kontrol (T0)
Penyiangan Manual
(T1)
Pq300 (T2)
Pq600 (T3)
Pq300+Ts20 (T4)
Pq300+Ts30 (T5)
Pq400+Ts20 (T6)
Pq300+MSM15 (T7)
Glu300 (T8)
Glu600 (T9)
Glu300+MSM15 (T10)
Gly540+MSM15 (T11)
Pq400+Diu200 (T12)
Pq600+Diu300 (T13)
Total
Rataan
Ulangan
I
II
III
.g
2.95
2.94 2.98
0.73
2.65
2.62
2.73
2.56
2.51
2.54
2.80
2.76
2.72
2.87
2.53
2.38
35.35
2.53
Total
Rataan
8.87
2.96
0.53 0.80
2.06
2.72 2.64
8.01
2.65 2.62
7.89
2.71 2.64
8.08
2.52 2.58
7.66
2.67 2.67
7.85
2.51 2.52
7.57
2.87 2.82
8.49
2.68 2.67
8.11
2.75 2.68
8.15
2.92 2.87
8.66
2.54 2.58
7.65
2.44 2.51
7.33
35.45 35.58 106.38
2.53 2.54
Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Berat Kering S. palustris 21 HSA (g)
SK
db
JK
KT
Blok
2
0.0019
0.0009
Perlakuan
7
10.8504
1.5501
1
10.6896 10.6896
T1 vs T2,T3,T4,T5,T6,T7,T8,T9,T10,T11,T12,T13
T2,T3 vs T4,T5,T6,T7,T12,T13
1
0.0338
0.0338
T4,T5,T6 vs T2,T3,T7,T12,T13
1
0.0188
0.0188
T7 vs T2,T3,T4,T5,T6,T12,T13
1
0.0130
0.0130
T10 vs T8,T9
1
0.0050
0.0050
T10 vs T11
1
0.0434
0.0434
T12,T13 vs T2,T3,T4,T5,T6,T7
1
0.0468
0.0468
Galat
14
0.0899
0.0064
30
11.89
Total
Fhit
0.15 tn
241.48 *
1665.29 *
5.27 *
2.93 tn
2.03 tn
0.78 tn
6.75 *
7.29 *
KK = 3.16 %
Keterangan :
tn = tidak nyata * = tidak nyata
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
0.69
2.67
2.63
2.69
2.55
2.62
2.52
2.83
2.70
2.72
2.89
2.55
2.44
2.53
F.05
3.32
2.34
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
4.17
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.
Immanuel Tampubolon : Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran Dalam Pengendalian Stenochlaena
Palustris Di Gawangan Kelapa Sawit, 2010.