TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH MANAJEMEN AGRIBISNIS
Oleh:
Catur Anggi M.
Nabilla Ayudipa
Chyntia Andrean
Siti Khofifatul Isriyah
Ahmad Faris Syafii
115040100111035
115040100111127
115040100111152
115040101111204
115040113111012
Rumusan masalah
Bagaimana perbedaan pertanian sebagai sebuah sektor dan agribisnis
sebagai sebuah sistem?
Bagaimana bagan sistem agribisnis dan hubungan antara agribisnis
dengan agroindustri?
Bagaimana fungsi dan peranan lembaga penunjang dalam sistem
agribisnis?
Bagaimana peranan agribisnis dalam perekonomian Nasional?
Bagaimana ruang lingkup agribisnis?
Tujuan
Mengetahui pengertian pertanian sebagai sebuah sektor dan agribisnis
sebagai sebuah sistem.
Mengetahui system agribisnis dan hubungaun antara agribisnis
dengan agroindustri.
Mengetahui fungsi dan peranan lembaga penunjang dalam system
agribisnis.
Mengetahui peranan agribbisnis dalam perekonomian Nasional.
Mengetahui ruang lingkup agribisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perbedaan pertanian sebuah sektor dan agribisnis sebuah sistem
a. Pertanian sebagai Sektor
Menurut Steinhoff (1995)
juga memiliki tujuan atau sasaran bersama yang harus dicapai. Interaksi
antar elemen akan memiliki aktivitas perencanaan input, pengendalian
proses dan pengukuran output, sebagai evaluasi sistem.
Sistem agribisnis merupakan kesatuan atau kumpulan dari elemen
agribisnis yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan dan sasaran
bersama, menggunakan input dan mengeluarkan output produk agribisnis
melalui pengendalian proses yang telah direncanakan. (Anonymousc, 2012)
Bagan sistem agribisnis
Hubungan antara Agribisnis dan Agroindustri
Agroindustri adalah industri yangmemiliki keterkaitan ekonomi
(baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengankomoditas
pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas
pertaniansebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun
kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir
agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan
ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) lain diluar komoditas
pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll. Dalam
mengembangkanagroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh
agroindustri penunjang lain sepertiindustri pupuk, industri pestisida,
industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian dan
pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok danindustri mesin
pengolah lain. (Anonymousd, 2012)
2.3. Fungsi dan peranan lembaga penunjang dalam sistem agribisnis
Keberdaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis nasional
sangat penting untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang tangguh dan
kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan
dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam
mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis.
Peranan lembaga penunjang dalam agribisnis
1.
Pemerintah
Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki
wewenang, regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang
kompetitif dan adil.
2.
Lembaga
pembiayaan
Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam
penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu
sampai hilir. Penataan lembaga ini segera dilakukan, terutama dalam
membuka akses yang seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil dan
menengah yang tidak memilki aset yang cukup untuk digunkan guna
memperoleh pembiayaan usaha.
3.
Lembaga
pemasaran
dan
disitribusi
Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan
agribinis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan
Lembaga
Riset
Agribinis
Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang
dahulunya berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait
dengan agribinis harus diperdayakan dan menjadikan ujung tombak
untuk mengahasilkan komoditas yang unggul dan daya saing tinggi.
Misalnya Meksiko dapat memproduksi buah avokad yang warna daging
buahnya kuning kehijau-hijauan, kulit buah bersih dan halus, dan bentuk
buah yang besar dengan biji yang kecil.
8.
Lembaga
penjamin
dan
penanggungan
resiko.
Resiko dalam agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya dapat
diatasi dengan teknologi dan manajemen yang handal. Instrumen heading
dalam bursa komoditas juga perlu dikembangkan guna memberikan
sarana penjaminan bebagai resiko dalam agribisnis dan industri
pengolahannya. (Anonymouse, 2012)
d.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai
dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada
pemasaran produk-produk yang dihasilakan oleh usaha tani dan
agroindustriyang
saling
terkait
satu
sama
lain.
Sistem agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan
pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus
sebagai suatu konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai
masalah dan tantangan.
Agroindustri adalah industri yangmemiliki keterkaitan ekonomi
(baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengankomoditas
pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas
pertaniansebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun
kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir
agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan
ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) lain diluar komoditas
pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll.
Keberdaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis
nasional sangat penting untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang
onymous ,
onymousb,
onymousc,
onymousd,
onymouse,
onymousf,
onymousg,
DAFTAR PUSTAKA
2012. www.scribd.com/doc/55460873/Bahan-Makalah-Sistem-Agribisnis2011.Diakses pada 29 Februari 2012.
2012. http://agrimaniax.blogspot.com/2010/05/agribisnis-manajemenagribisnis.html. Diakses pada 29 Februari 2012.
2012. http://taman-agribisnis.blogspot.com/2010/02/bab-v-sistemagribisnis.html. Diakses pada 29 Februari 2012.
2012. www.scribd.com/doc/55460873/Bahan-Makalah-Sistem-Agribisnis2011. Diakses pada 01 Maret 2012.
2012.http://prihatnalameindra.blogspot.com/2011/07/kelembagaanpendukung-agribisnis.html. Diakses pada 01 Maret 2012.
2012. http://www.docstoc.com/docs/54830672/AGRIBISNIS-SEBAGAILANDASAN-PEMBANGUNAN-EKONOMI-INDONESIA-DALAM.
Diakses pada 01 Maret 2012.
2012. http://fdina.lecture.ub.ac.id/2009/06/manajemen-agribisnis/. Diakses
pada 29 Februari 2012.
http://khofifah-sikhya.blogspot.com/2012/06/makalah-manajemen-pertanianmanajemen.html
makalah
MEMBANGUN SISTEM AGRIBISNIS
A. LATAR BELAKANG
Sejak Orde pembangunan dimulai di Indonesia, pemerintah dan rakyat
Indonesia telah menetapkan Trilogi Pembangunan Nasional (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan,
stabilitas nasional yang mantap dan dinamis) sebagai doktrin pelaksanaan
pembangunan nasional. Strategi dan kebijaksanaan, program-program
pembangunan setiap sektor pembangunan nasional dijiwai dan mengacu pada
pencapaian Trilogi Pembangunan Nasional tersebut. Upaya pencapaian Trilogi
Pembangunan diwujudkan melalui pembangunan ekonomi dengan titik berat
pada pertanian primer.
Selama 25 Tahun pembangunan ekonomi dengan titik berat pertanian
berlangsung, pertumbuhan ekonomi mampu mencapai sekitar 7 persen
pertahun, laju inflasi dapat dikendalikan dibawah dua digit, swasembada beras
tercapai pada tahun 1984, pendapatan perkapita meningkat dari sekitar US $ 70
pada tahun 1969 menjadi sekitar US $ 700 pada akhir PJP I.
Dengan perubahan struktur perekonomian nasional yang demikian, pada tahap
selanjutnya prioritas pembangunan ekonomi nasioanl mengalami perubahan.
Pembangunan industri yang didukung oleh pertanian yang tangguh menjadi titik
berat pembangunan ekonomi nasional. Disini muncul pertanyaan besar,
bagaimana wujud pembangunan industri yang didukung pertanian tangguh.
Disini dapat diartikan bahwa industri yang perlu dikembangkan adalah industriindustri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, yakni
agroindustri. Namun sekali lagi adalah bahwa agroindustri tidak mungkin
berkembang dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia, bila tidak didukung oleh
pertanian primer sebagai penghasil bahan baku. Kemudian, pertanian primer
tidak akan mampu berkembang bila tidak didukung oleh pengembangan
industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (industri hulu pertanian).
Dan agroindustri, pertanian primer dan industri hulu pertanian tidak dapat
berkembang dengan baik bila tidak didukung oleh sektor atau lembaga yang
menyediakan jasa yang dibutuhkan.
B. AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini
dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang
tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta
terorganisir sebagai suatu totalitas.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan
skala pengusahaan yang relatif kecil, tidak ekonomis bila seorang petani
memiliki produk agro-otomotif karena harganya terlalu mahal. Oleh karena itu
perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani atau
perusahaan agro-otomotif itu sendiri.
Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem
Networking baik vertikal(dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama
perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan
pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat
pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan
pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing
satu sama lain dalam mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi
integrasi dalam sistem agribisnis. Serta perlu dikembangkan pupuk majemuk,
bukan pupuk tunggal yang selama ini dikembangkan.
7. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis.
Perlu adanya perubahan fungsi/paradigma Koperasi Agribisnis, yaitu untuk:
a. Meningkatkan kekuatan debut-tawar (bargaining position) para anggotanya.
b. Meningkatkan daya saing harga melalui pencapaian skala usaha yang lebih
optimal.
c. Menyediakan produk atau jasa, yang jika tanpa koperasi tidak akan tersedia.
d. Meningkatkan peluang pasar
e. Memperbaiki mutu produk dan jasa
f. Meningkatkan pendapatan
g. Menjadi Wahana Pengembangan ekonomi rakyat
h. Menjadikan koperasi sebagai Community based organization, keterkaitan
koperasi dengan anggota dan masyarakat sekitar merupakan hal yang paling
esensial dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
i. Melakukan kegiatan usaha yang sejalan dengan perkembangan kegiatan
ekonomi anggota.
j. Perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama
menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya sebagai
koperasi agribisnis. Perlu kegiatan-kegiatan usaha yang mendukung distribusi,
pemasaran dan agroindustri berbasis sumberdaya lokal serta perlu melakukan
promosi untuk memperoleh citra positif layaknya sebuah koperasi usaha
misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau Koperasi
Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai ke hilir.
8. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi
agribisnis. Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi,
dan informasi pengolahan serta informasi pasar.
9. Tahapan pembangunan cluster Industri Agribisnis.
Tahapan pembangunan sistem agribisnis di Indonesia:
A. Tahap kelimpahan faktor produksi yaitu Sumberdaya Alam dan Tenaga Kerja
tidak terdidik. Serta dari sisi produk akhir, sebagian besar masih menghasilkan
produk primer. Perekonomian berbasis pada pertanian.
B. Akan digerakkan oleh kekuatan Investasi melalui percepatan pembangunan
dan pendalaman industri pengolahan serta industri hulu pada setiap kelompok
agribisnis. Tahap ini akan menghasilkan produk akhir yang didominasi padat
modal dan tenaga kerja terdidik, sehingga selain menambah nilai tambah juga
pangsa pasar internasional. Perekonomian berbasis industri pada agribisnis.
C. Tahap pembangunan sistem agribisnis yang didorong inovasi melalui
kemajuan teknologi serta peningkatan Sumberdaya manusia.Tahap ini dicirikan
kemajuan Litbang pada setiap sub sistem agribisnis sehingga teknologi
mengikuti pasar. Perekonomian akan beralih dari berbasis Modal ke
perekonomian berbasis Teknologi.
10. Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah
Pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri
berbasis Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di
setiap daerah.
12. Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah.
Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga
pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari
perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Selama
ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada agribisnis
daerah, khususnya pada on farm agribisnis. Selama 30 tahun terakhir, keluaran
kredit pada on farm agribisnis di daerah hanya kurang dari 20 % dari total kredit
perbankan. Padahal sekitar 60 % dari penduduk Indonesia menggantungkan
kehidupan ekonominya pada on farm agribisnis. Kecilnya alokasi kredit juga
disebabkan dan diperparah oleh sistem perbankan yang bersifat Branch Banking
System. Sistem Perbankan yang demikian selama ini, perencanaan skim
perkreditan (jenis, besaran, syarat-syarat) ditentukan oleh Pusat bank yang
bersangkutan/sifatnya sentralistis, yang biasanya menggunakan standart sektor
non agribisnis, sehingga tabungan yang berhasil dihimpun didaerah, akan
disetorkan ke pusat, yang nantinya tidak akan kembali ke daerah lagi. Oleh
karena itu perlunya reorientasi Perbankan, yaitu dengan merubah sistem
perbankan menjadi sistem Unit Banking system (UBS), yakni perencanaan skim
perkreditan didasarkan pada karakteristik ekonomi lokal. Kebutuhan kredit
antara subsistem agribisnis berbeda serta perbedaan juga terjadi pada setiap
usaha dan komoditas. Prasyarat agunan kredit juga disesuaikan. Disamping
agunan lahan atau barang modal lainnya, juga bisa penggunaan Warehouse
Receipt System (WRS) dapat dijadikan alternatif agunan pada petani. .WRS
adalah suatu sistem penjaminan dan transaksi atas surat tanda bukti (Warehouse
Receipt).
13. Pengembangan strategi pemasaran
Pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat penting peranannya terutama
Pendahuluan
Konsekuensi suatu daerah otonom tentunya harus memiliki kemampuan untuk
menggerakkan perekonomian masyarakatnya sehingga menjadi makmur yang
berkeadilan. Kalau semula kita membiasakan berfikir pada skala nasional, yang
seolah-olah negara Indonesia yang besar ini harus memiliki satu pola
pembangunan untuk menghadapi era otonomi saat ini, maka kita banting setir
dalam berfikir. Masing-masing daerah otonom merupakan sel-sel pembangunan
yang harus ditata sedemikian rupa, sehingga mozaik itu jangan saling beradu
kepentingan dan bersaing secara tidak wajar. Oleh karena itu masing-masing
daerah otonom harus pandai-pandai menentukan pola pengembangannya
sehingga pada akhirnya dapat secara mandiri menghidupi masyarakatnya.
Sekiranya daerah otonom memungkinkan untuk mengembangkan pola
agribisnis, maka perlu memegang prinsip-prinsip agribisnis sebagai sebuah pola
sistem. Prinsip pertama ialah sebagai sebuah entitas yang ditopang oleh
subsistem diantara satu sama lainnya terjalin hubungan saling ketergantungan
yang agregatif dan berfungsi untuk mencapai seluruh target sistem, bukan
sekedar target masing-masing subsistem. Antar subsistem terjadi "harmonious
orderly interaction" dan agribisnis yang dibangun merupakan bentuk "social
economic organization" yang berorientasi bisnis. Prinsip kedua ialah
pembangunan agribisnis di daerah otonom harus dimulai dari subsistem hilir
atau tengah, masing-masing berupa niaga produk agroindustri dan proses
agroindustrinya. Artinya, skala ekonomi atau skala industri komoditi yang ingin
dikembangkan sebagai agribisnis harus ditetapkan secara mantap terlebih dulu
sebelum mengembangkan subsistem hulu yang berupa kegiatan "on farm" yang
menghasilkan produk bahan untuk industri atau untuk siap diniagakan. Prinsip
ketiga, dalam daerah otonomi itu harus bisa melaksanakan konsolidasi lahan
secara fisik untuk pengelolaan yang lebih efisien untuk dapat mengimbangi
kepentingan proses industri atau niaga yang berhasil dikembangkan. Prinsip
keempat, pola agribisnis di daerah otonom harus dikelola oleh SDM yang
profesional dan berbudaya industrial sehingga dapat berorientasi kearah bisnis
secara rasional.
Bukan mustahil jika salah satu daerah otonom dapat dibangun pola agribisnis
secara utuh, artinya dari subsistem hulu, tengah dan hilir dibangun di satu
daerah otonom. Daerah otonom satu dengan yang lainnya dapat mengadakan
kerjasama untuk satu macam komoditi agribisnis. Kerjasama ini berupa
penampungan bahan industri yang dapat diproses sendiri oleh daerah otonom
yang juga menghasilkan bahan tersebut di subsistem hulunya. Sebaiknya daerah
otonom yang bisa menghasilkan sarana produksi, misalnya benih atau pupuk
organik dapat menopang agribisnis di daerah otonom lainnya. Pada prinsipnya
sebuah sistem agribisnis harus secara holistik ditegakkan, sehingga masingmasing subsistem dapat saling berinteraksi secara teratur dan berkelanjutan.
Pola-pola agribisnis di daerah otonom harus direncanakan secara cermat.
Kelaikannya harus dikaji secara rasional, sehingga agribisnis benar-benar
menjadi satu sistem yang dapat mengangkat harkat pertanian di masa depan.
Institusi perencana tingkat nasional selayaknya turut campur dalam perencanaan
itu, karena sangat dimungkinkannya kemampuan daerah otonomi masih terbatas
dalam merencanakan bidang agribisnis sebagai suatu sistem yang holistik. Dari
keempat prinsip di muka dapat diajukan dua kunci sukses, apabila sistem
agribisnis hendak dikembangkan di daerah otonomi masing-masing maka yang
harus dibangun adalah SDM nya, dan bagaimana sistem agribisnis itu dapat di
bangun pada skala ekonomis yang luas.
Membangun SDM Agribisnis
Menghadapi sistem agribisnis sebagai tulang punggung ekonomi daerah yang
berotonomi luas, pembangunan SDM bukan merupakan pekerjaan ringan. SDM
ini di segala subsistem harus bisa dibangun yang sedikit banyaknya tidak sama
dengan apa yang dilaksanakan sampai sekarang. Baik dikalangan pendidikan
formal maupun non-formal harus bisa diarahkan untuk membangun SDM
agribisnis. Budaya industrial harus bisa ditanamkan dalam-dalam pada segenap
lapisan sub-sistem, dari hulu sampai hilir. Bisnis yang harus dididikan adalah
bisnis pertanian yang berorientasi lebih jauh dari "farm gate", ialah bisnis yang
berorientasi tidak saja pada "raw product" yang langsung masuk pasar, tetapi
bisnis yang berorientasi pada mencari nilai tambah yang lebih besar karena
produk itu masuk pada segmen industri.
SDM agribisnis menyadari bahwa sistem yang diemban membudayakan proses
industri. Oleh karena itu fokusnya pada agroindustri yang ada di dalam sistem
agribisnis sebagai subsistem di bagian tengah. Agroindustri ini menghela
subsistem yang ada di hulu dan mendorong yang hilir. Dalam membangun
agribisnis harus difikirkan lebih dulu agroindustri apa yang bisa dibangun.
Apapun komoditinya, apa itu tebu, tembakau, ternak, ikan, kedelai, jagung,
bahkan padipun harus dimulai membangun agroindustrinya. Budaya industrial
yang akan diisikan dalam semangat SDM agribisnis berintikan pada rasionalnya
SDM. Agribisnis sebagai jabaran baru dari apa yang kita sebut pertanian selama
ini, harus digerakkan secara rasional. SDM yang mengemban rasionalisasi
demikian memang SDM yang selalu berfikir dialektis, artinya tidak berjalan di
tempat, apalagi berhenti di tempat. Agribisnis selalu ingin maju. SDM demikian
memerlukan, moralitas dan disiplin yang tinggi.
SDM agribisnis yang berbudaya industrial demikian sudah barang tentu lain
dari SDM pertanian yang selama ini kita jumpai. Misalnya seorang petani
mengusahakan bawang merah. Dia idak dialektis karena selama ini mereka
hanya tahu produknya sebagai "final product" yang dihadapkan kepada
tengkulak/penebas. Nenek moyangnya begitu, dia juga begitu. Sebaliknya SDM
agribisnis dengan budaya industrialnya akan membangun bangsal agronomi
yang luas untuk membersihkan bawang merahnya dari segala macam kotoran
lapangan, gudang simpan yang "appropriate" untuk biaya menyimpan
bawangnya yang sudah bersih, memilah produk sehingga homogen, dan
agribisnis itu hanya "lipservice" saja, kalau hanya dilakukan oleh petani dengan
luas lahan pengelolaannya kurang dari dari 0.3 ha. Sampai-sampai yang
menyatakan dalam dsikusi panel yang diselenggarakan oleh UNISRI tempo
hari, pertanian selama ini hanya membangun "kantong-kantong kemiskinan"
saja.
Kita tentu tidak habis pikir dengan fenomena demikian. Agribisnis yang ingin
kita coba menggantikan pertanian saat ini, memang memerlukan skala usaha
yang tidak kecil. Usahatani gurem tentu tidak dapat dihadapkan pada sistem
agribisnis yang berpusat pada suatu agroindustri yang besar. Sebatas
agroindustri yang sederhana kecil, produk usahatani sempit barangkali masih
dapat relevan, tetapi skala ekonomi agribisnis demikian kurang memadai untuk
meraih nilai tambah yang menghidupi pelaku. Oleh karena itu bagaimanapun
agribisnis harus ditopang oleh usahatani besar.
Dari keadaan penguasaan lahan yang begitu sempit menjadi usahatani besar
dapat ditempuh oleh dua alternatif pendekatan. Pertama, melalui proses
konsolidasi lahan. Secara fisik lahan sempit yang dikelola perlu konsolidasi
melalui suatu perundangan UU Pokok Agraria atau yang secara populer melalui
apa yang disebut "agrarian reform". Reformasi agraria itu tidak saja
menyangkut pembenahan pemilikan lahan atau penguasaan lahan tetapi juga
sampai menyentuh perubahan budaya pertanian secara menyeluruh yang lebih
adil. Dalam reformasi agraria itu dapat dicakup juga perubahan dari budaya tani
yang tradisional ke budaya agribisnis modern seperti yang dikehendaki zaman.
Tanpa adanya reformasi agraria, rasanya musykil pertanian kita menjadi maju.
Kedua, memiliki konsolidasi pengelolaannya. Petani-petani gurem dikonsolidasi
seperti bentuk organisasi kelompok tani yang menangani budidaya komoditi
padi dalam program INSUS. Alternatif kedua ini nampaknya lebih "acceptable",
tetapi rasanya tidak akan mengubah budaya, dan petani tetap saja akan berstatus
sebagai kelompok masyarakat yang hidupnya marjinal. Tidak dapat mengubah
status itu menjadi SDM agribisnis yang hidup mempuni dari usahanya.
Terlepas dari kedua alternatif diatas, yang terpenting adalah bagaimana skala
ekonomi dari komoditi agribsinsis dapat diperbesar. Dorongan utamanya pada
pengadaan agroindustri yang memproses produk usahatani "on farm" itu. Kalau
semua komoditi dapat diproses lebih lanjut dalam agroindustri, dan sistem
agribisnis dapat ditegakkan, maka secara alamiah akan terjadi konsolidasi.
Katakan misalnya, komoditi sayuran. Proses agroindustrinya sederhana berupa
sanitasi produk, pemilahan, dan pengemasan. Dalam agribisnis itu telah
temukan pemasaran "final industrial product" yang memadai modern.
Kemudian dikembangkan sistem transportasi dari industri ke pasar yang
menjamin kesegaran produk. Dengan sistem demikian, subsistem "on farm"
yang mungkin gurem akan mengikuti permintaan hilir dan mengadakan
konsolidasi. Konsolidasi yang semula terjadi pada pengelolaannya (alternatif
kedua), berubah menjadi konsolidasi lahan (alternatif pertama) karena mengejar
efisiensi, dan jaring permodalannya menjadi lebih terbuka. "Efek domino" akan
Logo Cover
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGRIBISNIS
2013/2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru semesta alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul SISTEM AGRIBISNIS. Dalam
penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari
makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang
kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada awal pemenuhan kebutuhannya, manusia hanya mengambil dari
alam sekitar tanpa kegiatan budidaya (farming), dengan demikian belum
memerlukan sarana produksi pertanian. Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan manusia, alam tidak dapat menyediakan semua kebutuhan itu
sehingga manusia mulai membudidayakan (farming) secara ekstensif berbagai
tanaman, hewan dan ikan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahap ini
kegiatan budidaya mulai menggunakan sarana produksi, dilakukan dalarn
pertanian itu sendiri (on farm) dan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga
sendiri (home consumption).
Tahap selanjutnya, ditandai dengan adanya spesialisasi dalam kegiatan
budidaya sebagai akibat pengaruh perkembangan diluar sektor pertanian dan
adanya perbedaan potensi sumberdaya alam (natural endowment) antar daerah,
perbedaan ketrampilan (skill) dalam masyarakat serta terbukanya hubungan
lalulintas antar daerah. Pada tahap ini, selain dikonsumsi sendiri, hasil-hasil
pertanian mulai dipasarkan dan diolah secara sederhana sebelum dijual.
Tujuan
Mampu memahami dan menerangkan sejarah pertanian menuju
Memahami pengertian dari sistem agribisnis
Memahami kaitan-kaitan dalam sistem agribisnis
Menjelaskan peran agribisnis dalam pembangunan nasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ikan. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari
petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias dan lain-lain.
C. Subsistem Agribisnis/agroindustri Hilir meliputi Pengolahan dan
Pemasaran (Tata niaga) produk pertanian dan olahannya
Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan
produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari
produk yang dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen
didalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan
lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam
subsistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke
konsumen, pengalengan dan lain-lain. Industri yang mengolah produk usahatani
disebut agroindustri hilir (downstream). Peranannya amat penting bila
ditempatkan di pedesaan karena dapat menjadi motor penggerak roda
perekonomian di pedesaan, dengan cara menyerap/mencipakan lapangan kerja
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
pedesaan.
D. Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan)
Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan)
atau supporting institution adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk
mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu, subsistem usaha tani, dan sub-sistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait dalam
kegiatan ini adalah penyuluh, konsultan, keuangan, dan penelitian. Lembaga
penyuluhan dan konsultan memberikan layanan informasi yang dibutuhkan oleh
petani dan pembinaan teknik produksi, budidaya pertanian, dan manajemen
pertanian. Untuk lembaga keuangan seperti perbankan, model ventura, dan
asuransi yang memberikan layanan keuangan berupa pinjaman dan
penanggungan risiko usaha (khusus asuransi). Sedangkan lembaga penelitian
baik yang dilakukan oleh balai-balai penelitian atau perguruan tinggi
memberikan layanan informasi teknologi produksi, budidaya, atau teknik
manajemen mutakhir hasil penelitian dan pengembangan.
Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat
terlihat dengan jelas bahwa subsistem-subsistem tersebut tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi saling terkait satu dengan yang lain. Subsistem agribisnis hulu
membutuhkan umpan balik dari subsistem usaha tani agar dapat memproduksi
sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan budidaya pertanian. Sebaliknya,
keberhasilan pelaksanaan operasi subsistem usaha tani bergantung pada sarana
produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hilir. Selanjutnya, proses
produksi agribisnis hilir bergantung pada pasokan komoditas primer yang
dihasilkan oleh subsistem usahatani. Subsistem jasa layanan pendukung, seperti
telah dikemukakan, keberadaannya tergantung pada keberhasilan ketiga
Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis yaitu
dari para produsen dasar sampai para pengirim, perantara, pedagang borongan,
pemproses, pengepak, pembuat barang, usaha pergudangan, pengangkutan,
lembaga keuangan, pengecer, kongsi bahan pangan, restoran dan lainnya.
2.
Besarnya jumlah agribisnis, secara kasar berjuta-juta bisnis yang berbeda telah
lazim menangani aliran dari produsen sampai ke pengecer.
3.
4.
5.
Agribisnis yang berukuran kecil dan harus bersaing di pasar yang relative
bebas dengan penjual yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih sedikit.
6.
Falsafah hidup tradisional yang dianut oleh para pekerja agribisnis cenderung
membuat agribisnis lebih berpandangan konservatif dibanding bisnis lainnya.
7.
8.
Kenyataan bahwa agribisnis yang sudah menjadi industri raksasa sekali pun
sangat bersifat musiman.
9.
10. Dampak dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada
agribisnis. Misalnya harga gabah sangat dipengaruhi oleh peraturan pemerintah.
Apabila subsistem usahatani dimodernisasi/dikembangkan, maka akan
membentuk sebuah sistem agribisnis. Dimana subsistem usahatani akan
mempunyai keterkaitan erat ke belakang (backward linkage) yang berupa
peningkatan kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi, dan kaitan ke
depan (forward linkage) yang berupa peningkatan kegiatan pasca panen (terdiri
dari pengolahan dan pemasaran produk pertanian dan olahannya). Jika
subsistem usahatani digambarkan sebagai proses menghasilkan produk-produk
pertanian di tingkat primer (biji, buah, daun, telur, susu, produk perikanan, dan
lain-lain), maka kaitannya dengan industri berlangsung ke belakang
(backward linkage) dan ke depan (forward linkage). Kaitan ke belakang
berlangsung karena usahatani memerlukan input seperti bibit dan benih
berkualitas, pupuk, pestisida, pakan ternak, alat dan mesin pertanian, modal,
teknologi, serta manajemen. Sedangkan keterkaitan erat ke depan dapat
diartikan bahwa suatu industri muncul karena mempergunakan hasil produksi
budidaya/usahatani sebagai bahan bakunya, atau bisa juga suatu produk
agroindustri digunakan untuk bahan baku industri lainnya. Kaitan ke depan
berlangsung karena produk pertanian mempunyai berbagai karakteristik yang
berbeda dengan produk industri, antara lain misalnya: musiman, tergantung
pada cuaca, membutuhkan ruangan yang besar untuk menyimpannya (Bulky /
voluminous), tidak tahan lama/mudah rusak (perishable), harga fluktuatif, serta
adanya kebutuhan dan tuntutan konsumen yang tidak hanya membeli produknya
saja, tapi makin menuntut persyaratan kualitas (atribut produk) bila pendapatan
meningkat. Selanjutnya kaitan ke belakang ini disebut juga agroindustri Hulu
(Up stream) dan kaitan ke depan disebut agroindustri hilir (Down stream).
Keterkaitan berikutnya adalah kaitan ke luar (outside linkage), ini terjadi
karena adanya harapan agar system agribisnis dapat berjalan/berlangsung secara
terpadu (integrated) antar subsistem. Kaitan ke luar ini berupa lembaga
penunjang kelancaran antar subsistem. Organisasi pendukung agribisnis
merupakan organisasi sebagai pendukung atau penunjang jalannya kegiatan
agribisnis yakni dalam hal untuk mendukung dan melayani serta
mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu, sub-sistem usaha tani, dan subsistem hilir. Organisasi pendukung agribisnis ini biasa disebut juga dengan
organisasi jasa pendukung agribisnis. Seluruh kegiatan yang menyediakan jasa
bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan
pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga
pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan
tata-ruang, serta kebijakan lainnya).
BAB IV
KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan bahwa Agribisnis sebagai suatu sistem, bukan
sebagai sektor karena jika tidak ada salah satu sub sistemnya maka agribisnis
tidak akan berjalan. Susbsistem agribisnis itu sendiri ialah Hulu, Usahatani,
Hilir dan Kelembagaan. Dan disimpulkan pula bahwa dalam perekonomian
Indonesia, agribisnis berperan penting sehingga mempunyai nilai strategis.
Peran strategis agribisnis itu adalah sebagai berikut.
Sektor agribisnis merupakan penghasil makanan pokok penduduk. Peran ini
tidak dapat disubstitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali
apabila impor pangan menjadi pilihan.
Peranan agribisnis dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto).
Sampai saat ini non-migas menyumbang sekitar 90 persen PDB, dan agribisnis
merupakan penyumbang terbesar dalam PDB non-migas. Peranan agribisnis
dalam penyerapan tenaga kerja. Karakteristik teknologi yang digunakan dalam
agribisnis bersifat akomodatif terhadap keragaman kualitas tenaga kerja
sehingga tidak mengherankan agribisnis menjadi penyerap tenaga kerja nasional
yang terbesar.
Peranan agribisnis dalam perolehan devisa.selama ini selain ekspor migas,
hanya agribisnis yang mampu memberikan net-ekspor secara konsisten. Peranan
agribisnis dalam penyediaan bahan pangan. Ketersediaan berbagai ragam dan
kualitas pangan dalam jumlah pada waktu dan tempat yang terjangkau
DAFTAR PUSTAKA
Baharsjah, S. 1991. Rencana Pembangunan Agribisnis dalam
Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua. Makalah sebagai pengantar
Diskusi di Deptan RI (tidak dipubilkasikan).
Krisnamurthi, Y.B. dan-B. Saragih. 1992. Perkembangan Agribisnis Kecil.
Mimbar Sosek No.6 Desember 1992. Sosek Faperta IPB, Bogor.
Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.
http://rasyidiansyah.blogspot.com/2013/04/contoh-makalah-sistemagribisnis_30.html
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA: KETUA
ANGGOTA
: ADI RAHMAN
:1. ARI BAGITO
2. DAHLIA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pengertian Agribisnis
Agribisnis
berasal
dari
kata Agribusiness,
di
mana
Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan
yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness)
didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian
yang berorientasi profit. Dan beberapa menurut para ahli:
Pengertian Agribisnis menurut Soekartawi (1993):
Agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa
Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial dalam dunia
perdagangan.
Pengertian agribisnis menurut Wikipedia adalah :
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan
"hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai
sektor pangan (food supply chain).
Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola
aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam Encylopedia of the Social
Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana
pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya,Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk
mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha
individu untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut pengertian yang kedua,
manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Menurut
pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu
pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman
pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan
segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu.
Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.
Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja,
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang
kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Manajemen juiga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah
suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata
lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan
pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan
suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung
perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi
dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu
dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh
dirinya sendiri. Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu saja.
Masih banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara
universal. Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya
anggota organisasi danmenggunakan semua sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Mengambil keputusan
Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia
pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya
sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada
organisasi.
Forecasting
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pengertian
Dengan terjadinya perubahan lingkup organisasi agrabisnisdi dalam
industri perkebunan mau tidak mau akan menuntut perusahaan-perusahaan
untuk melakukan penyesuaian. Sebagian perlu mengkaji ulang strategi
manajemennya berdasarkan:
kepentingan pokok sumber manajemen tersebut
perubahan bidang kerja manajer dan semua bidang yang terkait
kebutuhan akan peningkatan kemampuan mamnajer agar dapat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan akibat perubahan yang terjadi
Pokok kecendrungan berkaitan dengan organisasi agribisnis yaitu bentuk
dasar tugas manajer dan kemampuan yang di butuhkan untuk di tampilkan.
Dalam studi kasus yang ditampilkan mengambarkan proses dari
penciptaan program pengembangan manajemen dalam suatu perusahaan
perkebunan besar dan menitik beratkan pada unsur kunci bagi kesuksesan
prestasi. Pada akhirnya, kecendrungan dalam pengembangan manajemen di
tampilkan untuk menitik beratkan perubahan filosopi dan teknik yang berjalan
dan oleh karenanya perusahaan-perusahaan harus berharap kapan untuk
memperbaiki pengembangan strategi manajemen mereka.
II.2. Sumber Manajemen
Dalam suatu era perubahan yang berkesinambungan dan intensif, kebenaran
seperti di bawah ini akan menjadi bukti nyata:
-
Sejak dahulu aset terpenting dari sebuah perusahaan adalah sumber daya
manusia dan sebagai modal pokoknya adalah intelektualitas. Manajemen
merupakan kunci dari sumber daya manusia karena tanpa manajemen yang
efektif, organisasi tidak akan mampu menjawab setiap tantangan yang timbul
akibat dari teknologi, perubahan teknologi dan lingkungan yang sudah
berjalan dalam kegiatan industri.
Tugas manajer dan tugas terkait merupakan subjek dari perubahan radikal.
Dalam menghadapi perubahan tidak mungkin untuk menentukan statistik
penjabaran tugas untuk staf manajemen karena bentuk tugas akan pada akhirnya
berubah untuk mengarah kepada peran lain dan tanggung jawab baru.
Manajer yang mempunyai kemampuan ( seperti: pengetahuan, kecakapan,
dan keahlian) akan di perlikan dan terus berubah.
Secara logika dapat dikatakan bahwa jika bentuk tugaas telah dirubah maka
kemudian kecakapan yang di butuhkan untuk memenuhi tugas tersebut juga
akan berbeda.
Manajer perlu mengadakan perubahan agar tetap efektif.
Dalam dunia yang selalu berubah , manajer tidak akan lagi efektif di
posnya jika mereka tidak pleksibel untuk merubah sikap mereka menghadapi
tantangan dari tugas-tugas baru.
Sekali organisasi mengenai perubahan dalam pengetahuandalam
pengetahuan, sikap dan prilaku dari manajer dan seluruh sisa dari gugusan
tugas, maka pertanyaan berikut harus di ajukan untuk menjamin bahwa
perubahan yang diinginkan terjadi:
Kita masih ingat pada jaman koliniel tentang adanya para bangsawan
pereusahaan yang menjadi tuan tanah dimana ucapan mereka merupakan
hukum. Disini tidak dimasukkan bahwa mereka sudah tidak ada lagi, tetapi
kalaupun masih ada berarti itu merupaka era lain. Manajer senior pada saat ini
memiliki peran yang lebih mendekati sebagai seorang pelatih team yang secara
terus menerus mencoba untuk meningkatkan kualitas para pemainnya. Ia dapat
memberi saran dengan tegas dan dengan lemah lembut kepada para pemain
kapan sajaia mau tetapi secara pasti ia mengetahuipada setiap penutup hari
semua itu akan menjadi kekuatan mereka dan kemampuan mereka yang akan
menentukan apakah dapat memenangkan permainan atau kalah ketika mereka
memasuki lapangan.
Perubahan sifat pekerjaan manajer
pertanian kepada masyarakat, selain itu dapat memecahkan berbagai aspekaspek permasalahan pertanian. Salah satu faktor terbentuknya program studi
agribisnis universitas bangka belitung ini yaitu adanya sebuah manajemen yang
baik untuk memanage atau mengatur studi keilmuan agribisnis. Terbentuk
jurusan agribisnis adanya sistem manajemen yang baik, dimana ada
pengorganisasian yang bagus dan sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Dan
didukung oleh keanggotaan yang cukup dan ahli dibidang pertanian, disisi
perancanaan sebuah manajem di agribisnis sudah sangat baik untuk meluluskan
mahasiswa yang unggul untuk bersaing didunia bebas.
1.2 rumusan masalah
Bagaimana proses pengorganisasian himagris dalam di jurusan agribisnis di
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG?
Mengetahui bagaimana fungsi manajemen didalam agribisnis?
Bagaimana struktur didalam organisasi didalam HIMAGRIS?
1.3 tujuan masalah
Mengetahui pengorganisasian himagris UNIVERSITAS BANGKA
BELITUNG
Memengetahui fungsi manajemen didalam HIMAGRIS
BAB II. PEMBAHASAN
Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses perancanaan,pengorganisasian,pengarahan,dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.(Stoner).
Manajemen merupakan ilmu dan seni.
Dalam manajemen ada sumber daya utama yang mendukung manajemen,
1.
yaitu:
Sumber daya material
Sumber daya manusia
Sumber daya keungan
Sumber daya informasi
B. Jenjang manajemen
Dalam manajemen selain terdapat organisasi juga terdapat jenjang-jenjang atau
tingkatan-tingkatan manajemen, dalam manajemen terdapat tiga tingkatan
jenjang manajemen, yaitu:
Manajemen puncak
Manajemen puncak merupakan jenjang manajemen tertinggi, atau sering
disebut dengan senior.jenjang manajeme puncak biasanya terdiri dari dewan
derektur dan derektur utama. Tugas utamanya hanya sebagai wait dalam
organisasinya atau sebagai memutuskan hal-hal yang penting bagi kelangsungan
hidup perusahaan atau organisasi.
2.
Manajemen menengah
Manajemen menengah ini dibawah dari tingkatan manajemen puncak,
manajemen menengaj terdiri dari para pimpinan pabrik atau kepala divisi. Tugas
utama manajemen menengah merupakan mengembangkan rencana-rencana
operasi dan menjalankan keputusan-keputusan atau rencana-rencana yang
ditetapkan oleh manajemen puncak, mereka bertanggung jawab kepada
manajemen puncak.
3.
Manajemen pelaksana
Manajemen pelaksana yaitu manajemen tingkatan paling bawah.manajemen ini
juga juga sebagai pekerja, tugas utama yaitu menjalankan keputusan-keputusan
atau rencana-rencana yang ditetapkan oleh manajemen menengah. Dan harus
bertanggung jawab mengawasi para pekerja melaksanakan pekerjaan seharisehari didalam perusahaan.
C. FUNGSI-FUNGSI MANJEMEN
Proses manajemen adalah aktivitas yang terbentuk dari beberapa fungsi
manajemen, fungsi manajemen yaitu tahap-tahap atau lagkah yang harus
diambil oleh suatu perusahaan untuk melakukan sesuatu kegiatan perusahaan.
Fungsi-fungsi manjemen terdiri dari empat fungsi utama, yaitu:
Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah fungsi yang berhubungan dengan pembuat keputusan
mengenai apa yang harus dilakukan, apa tujuan perusahaan, dan apa strategi dan
alternatif tindakan. Agar efektif,perencanaan harus meliputi kegiatan-kegiatan:
Menenukan tujuan jangka pendek atau jangka panjang
Merumuskan kebijakan dan prosedur
Melakukan peninjauan secara periodik untuk mengetahui peubahan-perubahan
yang terjadi, apakah sesuai dengan rencana atau tidak
Mencari alternatif lain untuk mencapai tujuan perusahaan
Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pembagian tugas yang akan dikerjakan dan
pengembangan struktur organisasi atau struktur perusahaan yang sesuai, agar
pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Fungsi pengorganisasian dapat
dikatan proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah
dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang
tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan tepat
memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif
dan efesien guna mencapai tujuan organisasi, fungsi pengorgaisasian itu dikatan
baik apabila:
Memungkinkan adanya spesialisasi
Mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang serupa kedalam satu kelompok
Mendelegasikan wewenang
Mengandung mekanisme koordinasi
1.
2.
3.
4.
staff penunjang dalam program studi agribisnis yaitu adanya dosen penunjang
yang memiliki keahlian dibidang ilmu pertanian berfungsi untuk mengajarkan
mahasiswa-mahasiswa agribisnis, dan disisi lain adanya staf-staf pendukung
supaya dapat membantu atau memperkuat sebuah manajemen didalam prodi
agribisnis. dan prodi agribisnis adanya pembentukan sistem-sistem yang
berkaiatan dan ada nya SDM yang baik.dan disisi lain terbentuk nya prodi
agribisnis yaitu ada nya mahasiswa yang berperan didalamnya yang dapat
memperkuat prodi agribisnis sampai saat ini.
1. Pembina
Memberi Advice terhadap ketua dalam atau sebelum program dijalankan
Pengawas dan Pelindung dari Organisasi
Sebagai Panutan dari Ketua Organisasi
2. Ketua
Penentu dari sebuah program
Pemberi wewenang mutlak dalam Organisasi
Penampung aspirasi anggota
Ujung Tombak sebuah Organisasi
3. Wakil
Membantu Ketua dalam menjaga kelancaran jalannya organisasi baik ke
dalam maupun ke luar
Mewakili ketua apabila ketua berhalangan
Memberi motivasi kepada tiap pengurus dalam melaksanakan program
kerjanya
Melakukan pembinaan pengurus.
4. Sekretaris
Membuat sistem dan prosedur surat
Menyimpan arsip dan dokumen
Menjadi notulen
Menyusun laporan rapat dan evaluasi program kerja
Menyelenggarakan rapat dan menyiapkan bahan rapat
Menyusun daftar keanggotaan
Membuat daftar absensi dari setiap pertemuan
Memelihara setiap perlengkapan administrasi : bolpoint,spidol dll.
5. Bendahara
Membuat laporan keuangan dan dipublikasikan kepada anggota setiap 3
bulan
b)
c)
d)
a)
b)
c)
a)
b)
c)
d)
a)
b)
a)
b)
a)
b)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas
berkat rahmat dan petunjuk-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Gorontalo,
Penyusun
februari 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
1.1 Latar belakang.......................................................................
1.2 Rumusan masalah..................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................
2.1 Perkembangan Agroindustri di Era Globalisasi................
2.2 Kendala yang dihadapi dalam Perkembangan
Agroindustri di Era Globalisasi...........................................
2.3 Komoditi Penunjang Perkembangan Agroindustri di Era
globalisasi
BAB III PENUTUP..............................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................
3.2 Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Agroindustri Di Era Globalisasi
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang strategis dalam
pelaksanaan pembangunan nasional, karena didukung oleh ketersediaan potensi
sumberdaya alam yang sangat baik dan beragam. Namun demikian,
ketersediaan berbagai sumber-daya hayati yang banyak tidak menjamin kondisi
ekonomi masyarakat akan lebih baik, kecuali bilamana keunggulan tersebut
dapat dikelola secara profesional, berkelanjutan dan amanah, sehingga
keunggulan komparatif (comparative advantage) akan dapat diubah menjadi
keunggulan kompetitif (competitive adventage) yang menghasilkan nilai tambah
(value added) yang lebih besar.
Sektor agroindustri adalah sektor yang mampu memberi nilai tambah bagi
produk hasil pertanian. Hal ini dikarenakan agroindustri memiliki keterkaitan
langsung dengan pertanian primer, di mana industri inilah yang mengolah
industri pakan ternak dan minuman ringan. Penurunan industri pakan ternak
disebabkan
ketergantungan impor bahan
baku (bungkil
kedelai,tepung ikan dan obat-obatan).
Sementara
penurunan
pada
industri makanan
ringan lebih
disebabkan
oleh
penurunan
daya
beli masyarakat sebagai
akibatkrisis
ekonomi.
Berdasarkan
data
perkembangan ekspor tiga tahun setelah krisis moneter 1998-2000, terdapat
beberapa kecenderungan komoditas mengalami pertumbuhan yang positif
antara lain, minyak sawit dan turunannya, karet alam, hasil laut, bahan penyegar
seperti kakao, kopi dan teh, hortikultuta serta makanan
ringan/kering.
Berdasarkan potensi yang dimiliki, beberapa komoditas dan produk agroindustri
yang dapat dikembangkan pada masa mendatang antara lain, produk
berbasis pati, hasil hutan non kayu, kelapa dan turunannya, minyak atsiri dan
flavor alami, bahan polimer non karet serta hasil laut non ikan. Dengan
demikian, agroindustri merupakan langkah strategis untuk meningkatkan nilai
tambah hasil pertanian melalui pemanfaatan dan penerapan teknologi,
memperluas lapangan pekerjaan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.2 Kendala Yang Di Hadapi Dalam Perkembangan Agroindustri Di Era
Globalisasi
Secara garis besar, pengembangan agroindustri atau industri pertanian di
Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan, baik yang berkaitan dengan
susbsistem agribisnis hulu maupun dalam hal sistem perdagangan bebas produk
pertanian olahan. Tantangan di bidang agribisnis hulu meliputi belum
terjaminnya kesinambungan pasokan bahan baku berskala industri, rendahnya
kualitas pasokan bahan baku, dan belum baiknya zonasi pengembangan wilayah
produk primer dengan agroindustri. Sedang tantangan perokonomian global,
agroindustri dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis nasional dan
internasional. Perubahan lingkungan strategis internasional ditunjukkan oleh
adanya penurunan dan bahkan penghapusan subsidi dan proteksi usaha
pertanian, perubahan pola permintaan produk pertanian, globalisasi dan
liberalisasi perdagangan serta investasi, kompetisi pasar yang semakin ketat,
dan adanya krisis ekonomi global. Sedangkan perubahan pada lingkungan
strategis domestik ditandai oleh adanya dinamika struktur demografi, perubahan
kondisi dan kebijakan makroekonomi, serta adanya dinamika ekspor non migas.
Untuk tantangan yang bersifat internal, masih didominasi oleh fakta bahwa
usaha pertanian masih diusahakan dalam skala kecil, ekstensif, terpencarpencar, dan berorientasi subsistem. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh
terhadap upaya penggerakan dan pengembangan agroindustri.
a.
b.
Belum efektifnya peran lembaga yang berperan dalam pengadaan stok produk
agroindustri melemahkan sistem cadangan produk pertanian yang secara
tradisional telah dikembangkan masyarakat selama ini.
c.
d.
e.
f.
2.
3.
Isu-isu lingkungan.
Perambahan hutan konservasi untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit
telah banyak terjadi. Salah satu kasusnya adalah pembukaan lahan pada hutan
konservasi seluas 49.948 Ha di Sumatera Selatan. Pengembangan lahan tersebut
mengakibatkan kerusakan hutan, erosi, dan rusaknya biodiversity(Khoiri, 2006).
Tekanan LSM, lembaga konsumen dan lembaga pencinta lingkungan
internasional yang gencar menyuara-kan pembangunan perkebunan kelapa
sawit lestari mempengaruhi perbankan dan lembaga keuangan multilateral
untuk membatasi atau menghentikan sama sekali investasi dan pem-biayaan di
sektor sawit Indonesia karena argumen lingkungan dan sosial. Oleh karena itu
kewajiban perusahaan kelapa sawit untuk melaksanakan Corporate Social
Responsibility (CSR) semakin penting bagi keberlanjutan bisnis.
Pangsa pasar ekspor gambir sangat luas dengan volume ekspor yang
tinggi. India membutuhkan gambir sebanyak 6000 ton pertahun, dengan 68%
gambir tersebut diimpor dari Indonesia. Selain itu, Singapura juga merupakan
pengimpor gambir terbesar dari Indonesia. Volume impor tertinggi Singapura
pernah mencapai 92,1% dari produksi gambir Indonesia. Dengan demikian
prospek ekspor gambir ke luar negeri terbuka luas. Produk gambir yang
diinginkan oleh pembeli luar negeri, seperti India dan negara-negara pengimpor
lainnya, adalah gambir yang benar-benar baik dan tidak tercampur dengan
bahan lainnya yang dapat merusak kesehatan. Kemurnian dan
kadar catechinmerupakan persyaratan yang harus dipenuhi bila akan melakukan
ekspor, karena bila gambir tercampur benda asing akan menurunkan
kandungan catechin, dan aroma yang merupakan persyaratan yang mutlak harus
dipenuhi (Denian, 2004).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PENGERTIAN ILMU
pengendalian (control)
penerapan (application, invention, production)
Ilmu diperkembangkan oleh para ilmuwan untuk mencapai kebenaran
atau memperoleh pengetahuan. Dari kedua hal itu, ilmu diharapkan dapat pula
mendatangkan pemahaman kepada manusia mengenai alam semestanya, dunia
sekelilingnya, atau bahkan juga mengenai masyarakat lingkungannya dan
dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman itu ilmu dapat memberikan penjelasan
tentang gejala alam, peristiwa masyarakat, atau perilaku manusia yang perlu
dijelaskan. Penjelasan dapat menjadi landasan untuk peramalan yang
selanjutnya bisa merupakan pangkal bagi pengendalian terhadap sesuatu hal
(The Liang Gie, 1997).
Menurut Suriasumantri didalam Saefudin (1991), ilmu merupakan suatu
pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah
tersebut tidak lagi merupakan misteri. Penjelasan ini akan memungkinkan kita
untuk meramalkan sesuatu yang akan terjadi, dan dengan demikian
memungkinkan kita untuk mengontrol gejala tersebut. Untuk itu ilmu
membatasi ruang jelajah kegiatanannya pada daerah pengalaman
manusia. Artinya, obyek penelaahan keilmuan meliputi segenap gejala yang
dapat ditangkap oleh pengalaman manusia lewat pancainderanya.
Untuk menjelaskan rahasia alam tersebut, ilmu menafsirkan realitas
obyek penelaahan sebagaimana adanya (das sein), yang terbebas dari segenap
nilai yang bersifat praduga. Secara ontologi keilmuan berlandaskan pada
lingkup penelaahan yang bersifat empiris, dengan penafsiran metafisik yang
bersifat bebas nilai.
Secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam
mempelajari alam, yaitu pikiran dan indera. Epistemologi keilmuan pada
hakikatnya merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir
secara empiris. Kedua cara berpikir tersebut digabungkan dalam mempelajari
alam untuk menemukan kebenaran.
Pengertian Terknologi
Teknologi diartikan sebagai barang yang dihasilkan oleh kegiatan
manusia. Pengertian ini adalah definisi paling sempit dari teknologi, yang
sesuai dengan akar katanya berasal dari Bahasa Yunani; teche, seni kerajinan
dan logia, perkataan (Calder, 1982). Barang buatan itu tidak hanya untuk
keperluan mempertahankan hidup sehari-hari, melainkan juga berfungsi sebagai
sarana keagamaan dan pengungkapan rasa seni.
Teknologi dapat dilihat atau diartikan dari proses kegiatan manusia yang
menjelaskan kegiatan pembuatan suatu barang buatan tersebut. Kegiatan
manusia menghasilkan barang itu dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
membuat dan menggunakan. Membuat merupakan kegiatan merancang dan
menciptakan suatu barang buatan, sedangkan menggunakan adalah melakukan
kegiatan sesuai dengan fungsi suatu barang yang telah dibuat
(Gie,1996). Sementara Poppy dan Wilson(1973) mengartikan teknologi sebagai
berputar mengelilingi matahari. Pendapat itu tentu saja tidak dapat diterima
oleh gereja yang meyakini faham geosentris.
Perkembangan ilmu (alam) abad ke-17 tidak lengkap tanpa menorehkan
nama Issac Newton (1642-1727) dengan karya Phisosophie Naturalis Principie
Mathematica (Mathematical Principles of Natural Phylosophy), dengan
mengembangkan
hukum-hukum
alam; gaya tarik,gaya gerak
(dinamika). Francis Bacon (1561-1626), tokoh lain yang memperkenalkan arti
penting percobaan untuk pembuktian kebenaran (induksi). Cita-cita Bacon
mengenai perlu adanya sekolah (college) untuk para penemu, yang dilengkapi
dengan laboratorium, workshop, dan perpustakaan pada perkembangan
kemudian di kerajaan Inggris, mendorong berdirinya The Royal Society,
sebuah lembaga kerajaan tertinggi yang berwenang dalam pengembangan ilmu.
Ilmuwan Perancis, Rene Descartes (1596-1650) merupakan peletak dasar
pembuktian kebenaran ilmiah dengan cara deduktif. Karyanya dibidang
geometrika koordinat telah menyatukan aljabar dan geometri yang semula
terpisah menjadi satu kesatuan.
Sampai abad ke-20 hampir perkembangan ilmu didominasi oleh fisika
sehingga dapat dikatakan masa itu sebagai era Fisikan, sebagai raja ilmu fisikaseakan tak terkalahkan oleh ilmu lain. Albert Einstein (1879-1955) dengan teori
Relativismenya mewarnai perkembangan fisika baru, kemudian berlanjut
dengan temuan fenomena kuantrum oleh Max Planck (1858-1947).
Ilmu-ilmu alam lain, berkembang dengan latar perkembangan ilmu fisika,
meliputi kimia, yang mengkaji perubahan bahan yang bersifat tetap, dipelopori
oleh Antoine Laurent de Lavoisier (1743-1794) di Perancis, meskipun
cikalbakal kimia sendiri Alkemi telah dikenal pada abad ke-3 di Persia
(sekarang dikenal sebagai kawasan yang meliputi Negara Irak dan Iran,
DM). Kegiatan ilmu obat-obatan yang dikenalkan oleh peradaban Islam di
Andalusia pada rentang abad ke-7-12, meskipun tak sepesat fisika dan kimia,
memberikan sumbangan akan lahirnya ilmu-ilmu mengenai jasad hidup
(biologi) yang selanjutnya mengerucut pada kajian yang lebih khusus; tanaman
(botani), hewan (zoology), uraian tubuh (anatomi), peredaran makanan
(fisiologi) serta berkaitan dengan kelahiran (embriologi). Pada abad ke-18,
nama Louis Paster menjadi tonggak perkembangan biologi dengan temuan
mengenai fenomena fermentasi yang disebabkan oleh jasad renik
(mikroorganisme), sebagai cikal bakal mikrobiologi, ilmu mengenai kehidupan
jasad renik. Teknik yang dikembangkan untuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme dengan cara pemanasan diterapkan sampai sekarang dan
dikenal sebagai pasturisasi.
Pada perkembangan hingga abad ke-20, si anak tiri sains kimia, justru
menemukan momen dalam cabang kimia mengenai kehidupan, yaitu biokimia
dengan penemuan molekul kehidupan, DNA (asam deoksiribonukleat) oleh
James D Watson dan Compton Crick di Inggris pada tahun 1954. Temuan DNA
ini menjadi pemicu perkembangan ilmu biologi dan biokimia yang kini
memakai baju baru; bioteknologi. Abad ke-20-21 merupakan abad
bioteknologi. Hampir semua bidang kehidupan kini dirambah dan menerapkan
jasa bioteknologi.
Menurut ABET (Accreditation Board of Engineering and Technology),
badan akreditasi pendidikan tinggi teknik AS, ilmu rekayasa teknik
didefinisikan sebagai penerapan ilmu-ilmu alam (sains) dan matematika dengan
cara melakukan kajian, percobaan untuk mendayagunakan secara ekonomis
material, dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan manusia.
Perkembangan ilmu rekayasa dipacu, satu pihak oleh perkembangan ilmu
dasar sebagai basis kegiatannya, dan di lain pihak dituntut oleh kebutuhan atau
masalah masyarakat. Tentu saja, peran lembaga pendidikan tinggi (universitas)
terutama di bidang sains dan teknik, tak dapat diabaikan dalam saling kaitan
perkembangan ilmu dasar, ilmu teknik, dan penerapannya, teknologi.
Engineering, teknik atau rekayasa, diturunkan dari bahasa Latin,
ingeniator, yang berarti orang yang banyak akal, berbakat, yang di bahasa
Perancis menjadi ingenieur, Bahasa lain mengadopsinya menjadi ingeniur
(Jerman), ingenuer (Belanda), serta engineer (Inggris) untuk orang yang
berprofesi dalam bidang kerekayasaan yang kemudian di kosa kata Indonesia
dikenal insinyur. Di Negara Eropa daratan, lulusan pendidikan tinggi teknik
dan pertanian disebut insinyur (Dipl INg, untuk Perancis dan Jerman, Ir untuk
Bilanda), sedangkan pada sistem Anglo Saxon, dikenal Bachelor of Engineering
(B-Eng). Sampai dengan pertengahan tahun 1970-an, pendidikan tinggi teknik
dan pertanian di Indonesia, yang pada awal berdirinya memang banyak meniru
sistem umiversitas Belanda lulusannya diberi gelar insinyur (Ir).
Meskipun universitas pertama dikenal pada awal abad ke-12, di Salerno,
Bologna, Italia dan Paris, serta kemudian di Oxford dan Cambridge, Inggris,
sebagai pusat pembelajaran untuk bidang-bidang teologi, hokum, dan
kedokteran. Pendidikan tinggi yang mempunyai kajian bidang rekayasa/teknik
baru didirikan tahun 1676 di Perancis, sebagai sebuah Sekolah Politeknik
(engineering school), ecole National des Ponts et Chauseees, di Paris yang
khusus mencetak tenaga insinyur untuk pembangunan jalan raya dan
jembatan. Tahun 1794, didirikan Ecole Polytechnique. Periode ini dianggap
sebagai cikal bakal lahirnya ilmu teknik sipil (civil engineering). Istilah sipil
digunakan untuk membedakan pekerjaan-pekerjaan dilakukan seperti
pembangunan jalan dengan penebangan pohon, jembatan untuk keperluan
peperangan, militer. Cakupan ilmu ini dikenal sebagai ilmu teknik militer atau
Zeni (genie, bahasa Perancis).
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, penemuan mesin uap oleh James
Watt menjadi peletak dasar perkembangan teknik mesin (mechanical
engineering). Selanjutnya, temuan listrik oleh Faraday serta komunikasi
melalui telegram oleh Bell menjadi tonggak perkembangan teknik kelistrikan
(electricity and electrical engineering).
Perang dunia pertama (1911-1918), yang meluluh-lantakkan daratan
Eropa dan menyengsarakan umat manusia, sebaliknya menjadi pemicu
perkembangan teknik kimia (chemical engineering) di Jerman, yang antara lain
dikembangkan uantuk memproduksi bahan-bahan kimia untuk sarana perang,
juga untuk bangunan dan jalan (Johnston, et al, 2000).
membantu kita untuk berpikir melalui cara terorganisasi dan terstruktur, untuk
semua aspek dari masalah atau penerapannya. Pada beberapa bidang teknik dan
ilmu, konsep sistem digunakan sebagai titik awal untuk analisis setiap masalah.
Memasuki abad ke-20 dan millenium ketiga, beberapa teknologi melesat
sebagai bukti perkembangan ilmu seperti angkasa luar, bioteknologi, dan
biomedis dengan landasan teknik aeronautika (aeronautical engineering)
sekarang menjadi angkasa luar (aerospace), teknik biokimia (biochemical
engineering), dan teknik computer (computer engineering), teknik
telekomunikasi, dan teknik sistem. Bidang baru yang berkembang antara lain
teknik lingkungan (environmental engineering) yang berlandaskan teknik sipil
dengan fokus yang kuat pada aspek lingkungan dan sistem, serta teknik
biomedis (bioengineering).
Teknik pertanian (agricultural engineering), sebagai penerapan ilmu-ilmu
teknik pada kegiatan pertanian, dapat dianggap sebagai hibrida antara ilmu
terapan teknik (sipil, mesin, listrik, kimia, dll) dan ilmu terapan pertanian (dari
botani, zoology, fisiologi, dll) muncul sebagai jawaban atas permasalahan yang
dihadapi oleh manusia berkaitan dengan kebutuhan pangan, sandang dan
papan. Usaha tani skala besar pada areal yang luas tidak lagi mungkin
dilakukan oleh tenaga manusia dan hewan. Mekanisasi pertanian (agricultural
mechanization) berkembang di AS dan Eropa pada abad ke-18 untuk
memecahkan masalah tersebut, dari pengerjaan lahan, pengairan, penanaman,
sampai pemanenan. Kegiatan pascapanen dan penyimpanan, banyak
menerapkan teknik sipil, mesin, dan listrik dalam kegiatan pertanian.
Dengan perkembangan ilmu yang pesat dan beragam, perkembangan
ilmu teknik tidak bersifat monodisiplin atau mengikuti tata istilah biologi,
bersifat sebagai spesies. Banyak ragam bidang ilmu teknik kini merupakan subspesies atau hibrida dari antarbidang ilmu murni maupun terapan. Sebagai
contoh, bioteknologi adalah bidang multidisiplin, dari hibrida beragam ilmu
terapan seperti teknik kimia/biokimia, elektro, fisika, mikrobiologi, dan
kesehatan.
C. Komponen Teknologi
Pemahaman teknologi sering dikonotasikan sebagai peralatan fisik yang
digunakan oleh industri atau perusahaan untuk melakukan kegiatan
operasionalnya. Padahal, fasilitas fisik tersebut tidak bernilai apa-apa tanpa
campur tangan kemampuan manusia (seperti penggunaan tenaga otot, otak, dan
penglihatan) dan kondisi lingkungan kerja (seperti kenyamanan kerja dan
kesehatan). Oleh karena itu pemahaman terhadap teknologi hendaknya
diperbaiki bahwa teknologi bukan hanya berupa sesuatu benda, tetapi juga
berupa elemen-elemen pengetahuan, informasi, dan teknis manajemen.
Sharif (1993) menyatakan bahwa teknologi harus dilihat secara utuh dengan
cara menguraikannya ke dalam empat komponen sebagai berikut;
1. Perangkat keras (fasilitas berwujud fisik); misalnya traktor, computer,
peralatan tangkap ikan, mesin pengolah makanan dan minuman, mesin
pendingin. Komponen tersebut disebut juga technoware yang
memberdayakan fisik manusia dan mengontrol kegiatan operasional
transformasi.
2. Perangkat manusia (berwujud kemampuan manusia); misalnya
keterampilan, pengetahuan, keahlian, dan kreativitas dalam mengelola
ketiga
komponen
teknologi
lainnya
di
bidang
agroindustri/agribisnis. Komponen tersebut disebut juga humanware yang
memberikan ide pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi untuk
keperluan produksi.
3. Peringkat informasi (berwujud dokumen fakta); misalnya website di
internet, informasi yang diperoleh melalui telpon dan mesin facsimile,
database konsumen produk agribisnis, informasi mengenai riset pasar
produk agribisnis, spesifikasi mesin pengolah makanan, buku mengenai
pemeliharaan mesin-mesin pertanian, jurnal-jurnal aplikasi teknologi
mutakhir.
tersebut belum professional. Mungkin, ini juga salah satu penyebab rendahnya
daya saing produk agroindustri/agribisnis Indonesia. Database informasi yang
berkaitan dengan agribisnis tersebut tidak hanya bermanfaat dalam skala makro
saja, melainkan juga sangat dibutuhkan dalam lingkup perusahaan
agroindustri/agribisnis.
Skema tersebut juga memberikan informasi mengenai unsur-unsur yang
mencakup ada masing-masing komonen teknologi. Unsur-unsur penyusun
perangkat keras (technoware) adalah subsistem transformasi material (misalnya
mesin pengolahan makanan dan minuman, mesin pengemasan produk, mesin
pendingin) dan subsistem pengolahan informasi (misalnya computer, kalkulator,
papan informasi di pabrik atau ruangan administrasi produksi, label produksi
dan peralatan).
Unsur-unsur penyusun perangkat manusia (humanware) adalah hal-hal
yang berhubungan langsung dengan tugas dan kewajiban pekerja (misalnya
pengetahuan, keterampilan, dan keahlian mengenai hal-hal yang bersifat teknis
bagi seorang teknisi) dan hal-hal yang dapat mendukung kemampuannya dalam
berkarya atau bekerja (misalnya seorang teknisi memiliki kreativitas yang tinggi
dalam pemecahan masalah/trouble shooting sehingga dapat menghemat
pengeluaran biaya untuk mengganti kerusakan alat atau mesin.
Ada lima unsur yang menyusun perangkat organisasi (orgaware) yaitu
konvensi kerja (misalnya adanya hukum ketenagakerjaan yang dibuat oleh
pemerintah
dan
aturan
kerja
yang
dibuat
oleh
perusahaan
agroindustri/agribisnis, seingga segala permasalahan yang berkaitan dengan
keorganisasian dapat diselesaikan secara hukum), organisasi kerja (misalnya
adanya struktur organisasi dan job description yang jelas sehingga setiap
karyawan di suatu perusahaan agribisnis dapat bekerja dengan teratur dan baik),
fasilitas kerja (misalnya adanya kemudahan dalam mengikuti kegiatan pelatihan
(training, kemudahan dalam pengeluaran biaya kesehatan), evaluasi kerja
(misalnya adanya rapat mingguan/bulanan/tahunan untuk membahas kemajuan
kinerja perusahaan dan pergerakan keuntungan yang dieroleh oleh suatu
perusahaan agroindustr/agribisnis, dan modifikasi kerja (misalnya melakukan
merger atau aliansi dengan perusahaan lain yang mempunyai kinerja yang baik
dan teknologi yang tinggi sehingga kehiduan organisasi dapat lebih dinamis.
Perangkat informasi (infoware) tersusun atas unsur-unsur informasi yang
berkaitan dengan ketiga komponen teknologi lainnya (technoware, humanware,
dan orgaware). Informasi mengenai buku manual peralatan, jadwal operasional
di pabrik, dan diagram alur proses produksi adalah sebagai informasi yang
berkaitan dengan technoware. Informasi mengenai biodata karyawan, penilaian
prestasi kerja karyawan, dan hasil psikotes karyawan adalah sebagian informasi
yang berkaitan dengan humanware. Adapun informasi mengenai buku hokum
fram dan 500 gram dengan bentuk kaleng oval dan silinder, karena berdasarkan
riset pasarnya konsumen sangat menginginkan kemasan berbentuk oval dan
bentuk oval dalap menghemat tempat penyimpanan di gudangnya. Dari
ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa produk akhir yang sama dapat
diperoleh dengan menggunakan kombinasi komponen teknologi yang berbeda.
Walaupun kombinasi komponen teknologi yang digunakan oleh masingmasing perusahaan itu berbeda-beda, tetap saja prinsip penambahan kadar
teknologi pada input tergantung pada persediaan sumber daya fisik, kualitas
sumber
daya
manusia,
kegunaan
informasi,
dan
keefektifan
manajemen, Pengembangan tingkat kecanggihan komponen teknologi secara
langsung juga akan meningkatkan penambahan kadar teknologi output-nya.
Menurut Sharif (1993), pengembangan tingkat kecanggihan komponen
teknologi biasanya dilakukan melalui dua cara, yaitu (1) investasi teknologi
baru kedalam sebuah sistem saat ini; dan (2) investasi teknologi baru kedalam
sistem yang ada saat ini. Komponen teknologi technoware dan orgaware
biasanya berubah melalui sebuah proses lompatan nonlinear dari generasi
sekarang ke generasi berikutnya (berbentuk huruf S). Sementara itu, komponen
teknologi humanware dan infoware malakukan perubahan yang incremental
(penambahan ke dalam sistem saat ini).
Technoware berubah melalui sebuah proses substitusi antara yang lama
dengan yang baru. Seorang petani yang mempunyai lahan seluas dua hektar
akan menggantikan alat bajak yang sudah usang dengan traktor yang
modern. Adapun humanware berubah melalui sebuah proses pembelajaran halhal baru. Pengetahuan keahlian, dan keterampilan yang dimiliki oleh manusia
akan semakin bertambah sejalan dengan proses pembelajaran yang
diperoleh. Ilmu yang telah diperoleh tidak mungkin dihapus begitu saja dengan
tambahnya ilmu baru. Selanjutnya, infoware berubah melalui sebuah proses
perkembangan persiapan dan jaringan kerja. Sebuah perusahaan agribisnis
biasanya melalui suatu organisasi yang kecil dulu(misalnya; koperasi, CV,
Firma) sebelum berkembang menjadi perusahaan agribisnis yang besar dan
terintegrasi dari hulu sampai hilir (misalnya PT dan PT Persero).
Dari penjelasan perkembangan komponen teknologi di atas dapat
disimpulkan bahwa secara umum kecanggihan technoware berkaitan dengan
peningkatan kerumitan proses transformasi fisik, kecanggihan himanware
menunjukkan peningkatan kompetensi, kecanggihan infoware mewakili
peningkatan penggunaan informasi yang tersedia; dan kecanggihan orgaware
menghasilkan peningkatan kinerja dan cakupan usaha.
Dalam kondisi tertentu suatu perusahaan dapat melakukan lompatan
teknologi. Namun demikian, lompatan teknologi hanya dapat dilakukan melalui
investasi yang besar dan terencana baik. Lompatan teknologi tersebut biasanya
1.
pengatur suhu dan kapal bermotor. Akhirnya mereka memiliki kapal penangkap
ikan tuna/cakalang, yang juga merupakan pabrik pengalengan ikan.
2. Perkembangan kecanggihan infoware
Awalnya nelayan primitive hanya memiliki informasi tentang cara menangkap
ikan dari leluhurnya secara turun-temurun. Kemudian, mereka memperoleh
informasi teknis khusus tentang cara menangkap ikan yang lebih baik dari
penyuluh di desa mereka. Setelah itu, mereka memperoleh informasi mengenai
evaluasi biaya dari buku atau dari bangku akademis. Evaluasi biaya tersebut
digunakan oleh mereka untuk menghitung dan menilai perkembangan usaha
tangkapan ikannya. Akhirnya, informasi tentang penelitian terakhir mengenai
pengolahan ikan mereka peroleh melalui jurnal-jurnal ilmiah, seminar, atau
internet untuk meningkatkan mutu produk olahan ikannya. Dalam hal ini, para
nelayan mulai menggunakan informasi untuk berkreasi atau menciptakan halhal baru yang dapat menunjang perkembangan usahanya.
3. Perkembangan kecanggihan organoware
Nelayang primitive mulai bekerja menangkap ikan hanya berdasarkan
pengalaman nenek moyangnya saja bersama keluarganya. Kemudian dengan
semakin berkembangnya proses pembelajaran mereka mulai dapat bekerja sama
dengan pihak lain dengan mengandalkan diri pada penelitian terhadap gejalagejala alam yang ada. Setelah itu, dengan semakin majunya informasi mereka
mulai menggunakan sistem komputerisasi sebagai atal untuk mengefisienkan
aktifitas. Akhirnya mereka mampu mengandalkan jaringn kerja yang mapan
untuk mengembangkan usaha tangkapan ikannya.
4. Perkembangan kecanggihan humanware
Kemampuan dasar yang dimiliki nelayan pada awalnya pada awalnya hanya
kemampuan penangkap ikan berdasarkan warisan leluhurnya. Seiring dengan
perkembangan zaman, pengetahuan mereka bertambah dan mulai memahami
mengenai daerah mana yang terdapat banyak ikan berdasarkan gejala-gejala
alam. Kemudian kemampuan mereka mulai bertambah lagi karena mereka
sudah dapat menilai mutu ikan tangkapannya. Akhirnya, mereka dapat
berkreasi dengan menciptakan produk olehan ikan tangkapan tersebut sehingga
berdaya jual tinggi.
Kombinasi yang unik dari keempat komponen teknologi sangat
mempengaruhi penguasaan teknologi yang dimiliki oleh suatu perusahaan
dalam mencapai tujuan bisnisnya. Dari keempat komponen teknologi tersebut,
indikator kecanggihan teknologi yang dapat dilihat secara kasat mata
adalah technoware dan orgaware. Kecanggihan technoware dapat diraih jika
perusahaan
tersebut
didukung
kemampuan humanware dan infoware yang tinggi.
oleh
tingkat
kediaman atau untuk upacara agama seperti piramida dan candi, atau tempat
penimpanan hasil panen pertanian.
A.
bahan organik itu, tumbuhan dan hewan harus dapat hidup di dalam suatu
lingkungan yang terdiri atas tanah, air, dan udara pada suatu iklim yang sesuai.
Perkembangan usaha pertanian yang bersifat subsisten menjadi kegiatan
yang dikelola secara bisnis terjadi pada awal abad ke-20 di Eropa dan Amerika
dengan penerapan prinsip manajemen seiring dengan berkembangnya ilmu
usaha tani (farm management). Ilmu usaha tani adalah ilmu terapan yang
membahas atau mempelajari mengenai pembuatan atau pendayagunaan
sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian. Sesuai dengan
kelahiran ilmu usaha tani, kegiatan yang ditelaah pada umumnya berskala besar
dengan padat teknologi. Kegiatan usaha tani di Asia dipelopori oleh para
ahli Taiwanyang menerapkan pada skala usaha yang lebih kecil. Oleh karena
itu, walaupun usaha petani-petani Asia itu berskala kecil, tetapi prinsip-prinsip
bisnis telah diterapkan. Dalam kegiatan usaha ini ditandai dengan pendekatan
biaya, pendapatan, interaksi antara modal dan tenaga kerja (Prawirokusumo,
1990).
Pada perkembangan lebih lanjut, ilmu usaha tani lebih popular dengan
sebutan agribisnis (Baharsyah, 1993, Soekartawi, 1991). Menurut Arsyad, et
al (1985), agribisnis merupakan kesatuan kegiatan usaha yang meliputi
salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil,
dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti
luas. Berdasarkan batasan tersebut, ranah agribisnis dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu
1.
kegiatan hulu - kegiatan usaha yang menyediakan/menghasilkan
sarana-prasarana bagi kegiatan pertanian
2.
kegiatan pertanian yang meliputi penyiapan lahan, bibit,
penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan;
3.
kegiatan hilir - kegiatan usaha yang menggunakan hasil pertanian
sebagai masukan/pengolahan hasil pertanian serta pemasaran dan
perdagangan.
Dalam pengertian yang lebih umum, kegiatan usaha pengolahan hasil
pertanian
dikenal
dengan
agroindustri,
yang
dipopulerkan
oleh Austin(1981). Menurut Austin,agroindustri adalah kegiatan usaha
yang memproses bahan nabati (berasal dari tanaman) atau hewani (berasal
atau dihasilkan dari/oleh hewan termasuk ikan) Proses yang
diterapkan mencakup perubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik
atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Produk yang
dihasilkan dari agroindustri dapat merupakan produk akhir siap
pengolahan,
distribusi,
penyimpanan
pangan
berikut
pemanfaatannya. Ilmu terapan yang menjadi landasan pengembangan
teknologi pangan, meliputi ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan,
fisika pangan, dan teknik proses.
Ilmu pangan merupakan penerapan dasar-dasar biologi, kimia, fisika dan
teknik dalam mempelajari sifat-sifat bahan pangan, penyebab kerusakan
pangan, dan prinsip-prinsip yang mendasari pengolahan Powrie (1977)
mendefinisikan ilmu pangan sebagai pengetahuan tentang sifat-sifat kimia,
fisika, structural, nutrisional, toksikologik, mikrobiologis, dan organoleptik dari
bahan pangan serta perubahan-perubahan yang terjadi selama penanganan
bahan mentah, pengolahan, pengawetan, dan penyimpanan.
Kimia pangan mencakup aspek dasar, penerapan, dan pengembangan
dalam penentuan komposisi kimiawi secara kualitatif dan kuantitatif dan
telaahan reaksi kimia/biokimia yang terjadi sejak bahan dipanen sampai siap
dikonsumsi.
Mikrobiologi pangan mencakup penelaahan mikroba yang berperan
dalam kerusakan, penanganan dan pengawetan bahan pangan, sanitasi,
penerapan mikrobiologi di industri serta aspek keamanan pangan (food
safety). Perkembangan bioteknologi yang pesat di tahun 1980-an menjadi
wahana yang sangat tepat bagi penerapannya di pangan dan dikenal sebagai
bioteknologi pangan yang memfokuskan pada penerapan bioproses untuk
produksi, pengawetan, atau peningkatan nilai tambah pangan.
Penelaahan tentang nutrisi pangan dan metabolisme yang terjadi pada
bahan pangan yang dikonsumsi oleh manusia menjadi cakupan gizi
pangan. Bidang ini juga mempelajari dan mengembangkan teknik evaluasi gizi
pangan secara in vivo maupun in vitro, evaluasi toksisitas, zat anti gizi alami,
seta bahan pangan dan upaya penanganannya.
3. Teknologi Industri Pertanian
Kegiatan hilir dari pertanian, berupa penanganan, pengolahan, dan
distribusi serta pemasaran yang semula secara sederhana tercakup dalam
teknologi hasil pertanian, berkembang menjadi lebih luas dengan pendekatan
dari sistem industri. Perkembangan ini sejalan dengan perkembangan disiplin
teknik industri (industrial engineering). Di Indonesia, teknik industri
berkembang pesat di paruh 1980-an, meskipun embrio teknik industri sejak
tahun 1958 telah dirintis sebagai bagian dari teknik mesin di ITB
(Taroepratjeka, 2001). Teknik industri sendiri pada perkembangannya menjadi
teknik sistem industri (industrial system engineering) yang diterapkan untuk
obyek formal kegiatan atau sistem agroindustri melahirkan teknologi industri
pertanian menjadi bidang ketiga pada lingkup teknologi pertanian. Teknologi
http://triyanto-agroindustri.blogspot.com/2010/10/ilmu-teknologi-danteknologi-pertanian.html