Anda di halaman 1dari 4

Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban


berupa laporan keuangan. Pada pemerintah pusat yang merupakan entitas pelaporan adalah seluruh
kementerian negara/lembaga dan Pemerintah Pusat sendiri yaitu laporan konsolidasi dari laporan
keuangan seluruh departemen lembaga yang ada di Departemen Keuangan. Sedangkan pada
pemerintah daerah yang menjadi entitas pelaporan adalah Seluruh pemerintah provinsi (33), seluruh
kabupaten dan kota. Sehingga akan terdapat lebih dari 500 entitas pelaporan di Republik ini, yang
semuanya akan menyusun laporan keuangan dan diaudit oleh BPK. Suatu entitas pelaporan ditetapkan di
dalam peraturan perundangundangan, yang umumnya bercirikan:

a) Entitas yang dibiayai oleh APBN atau APBD atau mendapat pemisahan kekayaan dari anggaran,

b) Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundangundangan,

c) Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau pejabat negara yang
ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat, dan

d) Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak langsung kepada wakil
rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Entitas pelaporan ditetapkan berdasarkan pertimbangan:

a) kemandirian pelaksanaan anggaran,

b) pengelolaan kegiatan, dan

c) besarnya anggaran.

Entitas pelaporan pemerintah daerah menyusun laporan keuangan konsolidasian dari gabungan seluruh
laporan keuangan gabungan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang selanjutnya ditambah laporan
yang berasal dari penyelenggara Pejabat Pengelolan Keuangan Daerah (PPKD) selaku Bendahara Umum
Daerah (BUD). Entitas pelaporan satuan kerja perangkat daerah menyusun laporan keuangan dari
gabungan seluruh laporan keuangan entitas akuntansi seperti unit kerja selaku Kuasa Pengguna
Anggaran.

Entitas akuntansi merupakan setiap unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja atau mengelola
barang adalah entitas akuntansi yang wajib menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, dan
secara periodik menyiapkan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan
keuangan tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih tinggi dalam rangka
penggabungan laporan keuangan oleh entitas pelaporan. Perusahaan daerah pada dasarnya adalah
suatu entitas akuntansi, namun akuntansi dan penyajian laporannya tidak menggunakan standar
akuntansi pemerintahan, tetapi menggunakan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia. Setiap unit pemerintah dapat ditetapkan menjadi suatu entitas akuntansi apabila
unit yang dimaksud mengelola anggaran sebagaimana yang dimaksud dalam PSAP 11 paragraf 12 yang
mengatakan :

”Pengguna anggaran/ pengguna barang sebagai entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi


dan menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/ barang yang dikelolanya yang
ditujukan kepada entitas pelaporan”. Pada pemerintah daerah, setiap SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah) harus diperlakukan sebagai entitas akuntansi yang terpisah dengan entitas akuntansi yang lain.
Untuk itu masing-masing SKPD mempunyai kewajiban melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi
yang terjadi di lingkungan SKPD. Selain itu apabila suatu entitas akuntansi yang karena penetapan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka suatu entitas akuntansi tertentu yang
dianggap mempunyai pengaruh signifikan dalam pencapaian program pemerintah dapat ditetapkan
sebagai entitas pelaporan dan bukan sebagai entitas akuntansi seperti pengertian di atas sebagai contoh
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), yaitu badan yang dibentuk pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan pelayanan umum, memungut dan menerima serta membelanjakan dana masyarakat
yang diterima berkaitan dengan pelayanan yang diberikan, tetapi tidak berbentuk badan hukum
sebagaimana kekayaan

Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yangmengelola anggaran, kekayaan, dan
kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi
yang diselenggarakannya. Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang undangan wajib menyajikan
laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:

a. Pemerintah pusat;

b. Pemerintah daerah;

c. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintahpusat;

d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasilainnya, jika menurut


peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syaratpengelolaan, pengendalian, dan


penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk
pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan lainnya.
Entitas Akuntansi Pemerintahan dan Entitas Pelaporan
Dalam akuntansi pemerintahan, entitas akuntansi (accounting entity) mengacu pada sebuah entitas yang
dikukuhkan untuk tujuan akuntansi untuk aktivitas atau aktivitas-aktivitas tertentu (Engstrom & Copley,
2002), sedangkan entitas pelaporan (reporting entity) mengacu pada organisasi secara keseluruhan
(Freeman & Shoulders, 2003).

Penentuan entitas pelaporan keuangan yang merupakan entitas akuntansi yang menjadi pusat
pertanggungjawaban keuangan, perlu dilakukan untuk memastikan adanya prosedur penuntasan
akuntabilitas (accountability discharge). Entitas pelaporan mengacu pada konsep bahwa setiap pusat
pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan peraturan
(Ihyaul Ulum MD, 2004).

Pada akuntansi pemerintahan Indonesia,setiap jenis akuntansi pada setiap organisasi merupakan suatu
entitas akuntansi tersendiri. Ada kemungkinan bahwa suatu organisasi mempunyai jenis akuntansi lebih
dari satu; dan untuk ini umumnya entitas akuntansi tetap lebih dari satu, karena tiap jenis akuntansi
merupakan entitas yang terpisah. Pada akuntansi keuangan, walaupun terdapat entitas akuntansi lebih
dari satu, namun akan disatukan. Mekanisme penyatuannya bisa lewat konsolidasi laporan keuangan.
Dalam hal ini, perlu diketahui mana yang merupakan subsistem dari suatu sistem akuntansi tertentu.

Sedangkan pada akuntansi pemerintahan, konsolidasi memang dilakukan,

meskipun mekanismenya bukan seperti konsolidasi antara kantor pusat dengan

kantor cabang, tetapi berjenjang (Sony Loho, 2004). Misalnya adalah sebagai berikut:

a. Presiden menyampaikan laporan ke DPR dalam bentuk konsolidasi laporan kementerian negara
atau lembaga,

b. Antara menteri dengan direktorat jenderal dan kantor-kantornya laporannya juga harus
dikonsolidasikan

c. Eselon I mengkonsolidasikan laporan Eselon II dan Kanwil di bawah kewenangannya, demikian


pula Kanwil mengkonsolidasikan satuan-satuan kerja (satker) di bawahnya.

Dari Presiden sampai dengan satuan kerja masing-masing melakukan akuntansi (jadi merupakan entitas
akuntansi). Walaupun semuanya merupakan entitas akuntansi, tetapi hanya Presiden dan Menteri
(lebih tepatnya adalah kementerian atau departemen) yang laporannya diaudit oleh BPK. Jadi
hanya Presiden dan kementerian yang merupakan entitas pelaporan. Hal penting yang dapat
disimpulkan bahwa tidak semua entitas akuntansi menjadi entitas pelaporan.

Dalam hal keuangan pemerintah daerah, Ihyaul Ulum MD (2004) menulis bahwa entitas pelaporan dan
entitas akuntansinya adalah:

a. Pemerintah Derah secara keseluruhan sebagai entitas pelaporan

b. DPRD, Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota, Dinas-dinas pada pemerintah


Propinsi/Kabupaten/Kota, Lembaga Teknis pada Pemerintah Propinsi/ Kabupaten/Kota sebagai entitas
akuntansi.

Penetapan Dinas sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah karena dinas merupakan unit kerja
pemerintah daerah yang paling mendekati gambaran suatu fungsi pemerintah daerah. Padahal,
pengukuran kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas suatu fungsi.

Konsolidasi laporan antara pemerintah pusat dengan pemerintah tidak direncanakan untuk
dilakukan. Presiden tidak akan melaporkan laporan konsolidasi APBN dan seluruh APBD ke DPR. Jika
dilakukan konsolidasi, akan menjadi masalah:

a. siapa yang berwenang memeriksa?

b. opini hasil pemeriksaan akan ditujukan kepada siapa, apakah presiden atau kepala daerah?

Jika ada konsolidasi atau penggabungan laporan keuangan pusat dan daerah, hal itu hanya untuk
kepentingan analisa fiskal dan makro ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai