Anda di halaman 1dari 5

BAB 5

AKUNTANSI PENDAPATAN(BASIS AKRUAL)

1. Definisi Pendapatan

1.1. Basis Kas (untuk Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran/LRA)

Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah atau
oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
(PSAP No.3, Paragraf 7)

1.2. Basis Akrual (untuk Penyusunan Laporan Operasional/LO)

Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. (PSAP
No.12, Paragraf 8)

2. Pengakuan Pendapatan

2.1. Basis Kas

Pendapatan-LRA diakui pada saat penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah,
dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. (PSAP No.3, Paragraf 21)

2.2. Basis Akrual

Pendapatan-LO diakui pada saat hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. (PSAP No.2, paragraf
8)

Menurut PSAP No. 12, paragraf 19 Pendapatan-LO diakui pada saat:

a. Timbulnya hak atas pendapatan;

b. Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.

Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan diakui pada saat timbulnya
hak untuk menagih pendapatan. Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan
yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan, diakui pada saat timbulnya
hak untuk menagih imbalan. Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang telah
diterima oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.
3. Pengukuran Pendapatan

3.1. Basis Kas

Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu dengan membukukan


penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto bersifat variabel terhadap pendapatan
dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas
bruto dapat dikecualikan.

Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.

Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan-
LRA pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
pendapatan-LRA.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non recurring) atas penerimaan pendapatan-
LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang pendapatan
LRA pada periode yang sama. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non recurring)
atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

3.2. Basis Akrual

Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan
bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Dalam hal
besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan
dimaksud dan tidak dapat diestimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto
dapat dikecualikan.

Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.

Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas pendapatan-LO pada periode
penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas pendapatan-LO yang terjadi
pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang
sama. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas pendapatan-LO yang
terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada periode ditemukannya
koreksi dan pengembalian tersebut.
4. Perlakuan Akuntansi

4.1. Saldo Normal Pendapatan

Baik basis kas maupun basis akrual, saldo normal rekening buku besar pendapatan adalah pada sisi
kredit. Artinya perkiraan ini akan bertambah dengan adanya transaksi yang mengkreditnya, sebaliknya
akan berkurang dengan adanya transaksi yang mendebitnya.

4.2. Pencatatan Akuntansi

Pencatatan akuntansi untuk pendapatan, berawal pada saat hak atas pendapatan muncul namun kas
belum diterima. Pencatatan transaksinya ini untuk keperluan penyusunan LO. Perlakuannya adalah
piutang bertambah dicatat di sisi debit, pendapatan bertambah dicatat di sisi kredit.

Standar jurnal untuk mencatat pendapatan karena timbulnya hak namun kas belum diterima adalah:

Pada saat kas telah diterima dari setoran dari wajib pajak/retribusi pencatatannya dilakukan 2 (dua) kali
yaitu untuk keperluan penyusunan LO dan LRA. Untuk penyusunan LO, perlakuannya adalah kas di
bendahara penerimaan bertambah dicatat di sisi debit, piutang berkurang dicatat di sisi kredit. Untuk
penyusunan LRA, kas di bendahara penerimaan bertambah dicatat di sisi debit, pendapatan bertambah
dicatat di sisi kredit.

Standar jurnal saat kas telah diterima dari setoran dari wajib setor adalah:

Apabila penerimaan tersebut disetor ke bendahara umum daerah (BUD) maka kas di bendahara
penerimaan berkurang dan dicatat di sisi kredit, R/K PPKD bertambah dan dicatat di sisi debit.
Pencatatan tersebut hanya berlaku untuk penyusunan LO.

Standar jurnai saat pendapatan disetor ke BUD adalah:

Contoh:

1 Februari 2011, pemerintah daerah menerbitkan Surat Ketetapan Retribusi (SKR) Jasa Pelayanan
Kesehatan senilai Rp.50.000.000S,-. Pada tanggal 5 Mei 2011, SKPD menerima setoran retribusi tersebut
dari wajib retribusi sebesar Rp.5.000.000,-. Pada hari itu juga bendahara penerimaan menyetorkan ke
BUD. Atas dasar STS yang

dibuat oleh bendahara penerimaan (lihat STS di bawah ini) maka proses akuntansi yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:
Jurnal saat penetapan Surat Ketetapan Retribusi (SKR) di SKPD

Jurnal saat menerima setoran retribusi di SKPD

Jurnal di SKPD, saat Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan retribusi ke BUD, untuk keperluan
penyusunan LO maupun LRA, adalah sebagai berikut:

Selanjutnya adalah jurnal di BUD, saat BUD menerima setoran pendapatan retribusi dari SKPD adalah
sebagai berikut:

5. Pengungkapan

5.1. Basis Kas

Pendapatan disajikan berdasarkan jenis pendapatan dalam laporan realisasi anggaran dan rincian lebih
lanjut jenis pendapatan disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Penjelasan sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, sangat
diajurkan untuk diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Berikut ini ilustrasi pengungkapan pendapatan dalam Catatan atas Laporan Keuangan:

Cuplikan Laporan Realisasi Anggaran untuk Pendapatan

Catatan atas Laporan Keuangan

1) Terdapat selisih lebih sebesar Rp.100.000.000,- untuk realisasi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
dibandingkan anggarannya. Selisih lebih ini disebabkan karena terjadi peningkatan tarif pajak kendaraan
bermotor dibandingkan dengan asumsi pada saat penyusunan anggaran. Hal ini disebabkan dengan
berlakunya peraturan pajak yang baru pada bulan Juni 2011.

2) Terdapat selisih kurang sebesar Rp 50.000.000,- untuk Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBN-KB) dibandingkan anggarannya. Selisih kurang ini disebabkan karena terjadi penurunan volume
kendaraan bermotor sebesar 5.000unit dibandingkan dengan asumsi pada saat penyusunan anggaran.
5.2. Basis Akrual

Pendapatan disajikan berdasarkan jenis pendapatan dalam laporan operasional dan rincian lebih lanjut
jenis pendapatan disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Berikut ini ilustrasi pengungkapan pendapatan dalam Catatan atas Laporan Keuangan:

Cuplikan Laporan Operasi untuk Pendapatan

Catatan atas Laporan Keuangan

1) Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar Rp.300.000.000,- sesuai dengan Pendapatan
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang ditetapkan melalui Surat Ketetapan Pajak Daerah pada tanggal 1
Februari 2011.

2) Pendapatan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) sebesar Rp.200.000.000,-, yang telah
diterima sebagai kas adalah sebesar Rp.150.000.000,-. Selebihnya, senilai Rp.50.000.000,- masih berupa
piutang.

Anda mungkin juga menyukai