Anda di halaman 1dari 7

CONTROLLED FOREIGN CORPORATION (CFC)

1. Definisi Controlled Foreign Corporation (CFC)


Adanya hubungan istimewa dan kepemilikan mayoritas saham, maka badan usaha
yang berada di luar negeri tersebut akan mudah dikendalian. Entitas yang didirikan di luar
negeri dimana WPDN memiliki pengendalian biasanya dikenal dengan Controlled Foreign
Corporation . Pada dasarnya penghasilan yang mengalir dari suatu negara ke negara lain
harus dikenakan pajak. Negara yang mengenakan pajak ini bisa negara sumber (source
country) atau negara domisili (resident country). Untuk memperjelas mengenai pengertian di
atas akan di sampaikan dalam contoh berikut :

Apabila terdapat suatu perusahaan (Perusahaan Indonesia) yang merupakan subjek


pajak Indonesia mendirikan anak perusahaan (Perusahaan Singapura) di negara
singapura, maka penghasilan yang didapat dari perusahaan singapura tersebut sebagai
ketentuan umum, akan dikenakan pajak di Negara Indonesia pada saat perusahaan
singapura tersebut mendistribusikan penghasilannya (dividen) kepada perusahaan
Indonesia sebagai pemegang sahamnya.

Oleh karena saat pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh oleh perusahaan
anak yang berdomisili di negara lainnya (Negara Singapura) baru dapat dikenakan pajak di
negara domisili pemegang sahamnya (Negara Indonesia) ketika penghasilan dalam bentuk
dividen tersebut dibagikan kepada perusahan Indonesia. Akan tetapi kebanyakan perusahaan
biasanya akan melakukan penundaan pembagian dividen tersebut atau tetap menahan
penghasilan tersebut di perusahaan anaknya yaitu perusahaan Singapura sehingga dengan
demikian penghasilan berupa dividen tersebut tidak dapat dikenakan pajak di Negara D.
Kondisi di atas akan lebih menguntungkan lagi bagi perusahaan di Indonesia apabila
perusahaan anak (perusahaan Singapura) tersebut didirikan di negara-negara yang di
katagorikan sebagai negara tax haven. Hal ini disebabkan karena penghasilan tersebut akan
dikenakan pajak dengan tarif yang lebih rendah atau bahkan tidak dikenakan pajak sama
sekali pada negara tax haven. Contoh berikut ini mungkin akan memberikan penjelasan pada
pernyataan diatas :
Skema 1 Transaksi Pemberian Pinjaman

Jika kita lihat pada skema pemebrian Pinjaman diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Misalkan perusahaan D memberikan pinjaman kepada Perusahaan B sebesar 100 milyar
dengan mengasumsikan tingkat bunga pinjaman sebesar 10%. Dengan demikian
penghasilan atas bunga pinjaman yang diterima oleh Perusahaan D adalah sebesar 10% x
Rp. 100 milyar = Rp. 10 Milyar.
b. Berdasarkan pasal 23 UU PPh, pembayaran bunga pinjaman dari perusahaan B kepada
perusahaan D akan di potong PPh dengan tarif 15% dan bersifat tidak final. Oleh Karena
itu perusahaan B melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 15% x Rp. 10 Milyar = Rp.
1,5 Milyar
c. Bagi Perusahaan D, Pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 1,5 Milyar tersebut merupakan
kredit pajak. Dalam SPT Tahunan, Perusahaan D akan melaporkan penghasilan atas Bunga
Pinjaman sebesar Rp. 10 Milyar untuk dikenakan tarif seperti yang diatur dalam pasal 17
UU PPh yaitu sebesar 25% x Rp. 10 Milyar = Rp. 2,5 Milyar.
Untuk dapat menghindari beban pajak sebesar 2,5 milyar, perusahaan D bisa juga melakukan
skema transaksi melalui CFC sebagai berikut :
Skema 2 Pengalihan Penghasilan Melalui CFC

Perusahaan D, didirikan di Indonesia. Untuk memperkecil beban pajak sebesar 2,5 Milyar
tersebut dengan cara mendirikan Perusahaan anak (CFC) pada negara tax haven. Adapun
skemanya adalah sebagai berikut :
a. Membuat perusahaan anak (perusahaan s) dengan kepemilikan saham 100% dengan
jumlah nominal 100 milyar.
b. Perusahaan anak (perusahaan s) tersebut didirikan di Negara S yang nerupakan negara tax
haven yang menganut teritorial system (negara yang tidak mengenakan pajak atas
penghasilan yang tidak bersumber dari negaranya) dan di asumsikan tidak ada perjanjian
P3B antara negara Indonesia dan Negara S.
c. Kemudian uang sebesar Rp. 100 Milyar tersebut oleh perusahaan anak (perusahaan s)
dipinjamkan kepada perusahaan B dengan tingkat suku bunga 10% per tahun. Dengan
demikian jumlah bunga sebesar 10% x Rp. 100 milyar = Rp. 10 Milyar.
d. Ketika Perusahaan B membayar bunga kepada perusahaan S, perusahaan b melakukan
pemotongan pajak atas dasar Pasal 26 UU PPh (Karena tidak ada P3B) sebesar 20% x Rp.
10 Milyar = Rp. 2 Milyar
e. Di Negara S, penghasilan sebesar 10 Milyar tersebut tidak dikenakan pajak (menganut
teritorial system). Dengan demikian beban pajak efektif sebesar 20% x 10 Milyar = Rp. 2
Milyar. Jadi, penghematan pajak yang didapat oleh perusahaan D dengan cara melakukan
skema CFC adalah sebesar Rp. 2,5 milyar 2 milyar = Rp. 500 Juta

2. Ketentuan Controlled Foreign Corportation (CFC Rule)


Melihat banyaknya orang melakukan upaya mengalihkan dan menahan penghasilan di
perusahaan anak yang didirikan di negara yang dikategorikan sebagai tax haven maka
dibuatlah ketentuan CFC (CFC Rule). CDC Rule dimaksudkan untuk mencegah upaya
penghindaran pajak melalui pendirian perusahaan anak di suatu negara yang dikategorikan
sebagai negara tax haven atau negara yang menerapkan tarif pajak yang lebih rendah.
Berdasarkan CFC Rule penghasilan pemegang saham (subjek pajak dalam negeri) dari
foreign subsidiary-nya yang berlokasi di negara yang dikategorikan sebagai negara tax haven,
akan dikenakan pajak di negara di mana pemegang sahamnya mempunyai status sebagai
subjek pajak dalam negeri.
Namun dalam penerapan CFC Rule terjadi permasalahan untuk menangkal
penghindaran pajak yaitu :
a. Peraturan ini sangat sukar atau bisa dikatakan tidak dapat digunakan terhadap kegiatan
yang di lakukan di negara Tax Haven karena kerahasiaan yang menjadi daya tarik di tax
haven. Apalagi jika tidk terdapat tax treaty yang memuat pasal pertukaran informasi.
b. Tanpa informasi tentang kegiatan usaha termasuk jumlah penghasilan yang didapat di luar
negeri, peraturan ini juga sangat sukar diterapkan. Pertukaran informasi hanya diterapkan
berdasarkan Tax Treaty dengan negara lain.
c. Tax Heaven memungkinkan kerahasian pemegang saham disimpan erat-erat sehingga
sukar diketahui kepemilikan seseorang dalam badan usaha.

3. Pengklasifikasikan Negara Tax Heaven


Ketentuan CFC dikait dengan foreign subsidiary yang didirikan di suatu negara yang
dikategorikan sebagai negara tax haven. Secara umum cici-ciri negara yang diklasifikasikan
sebagai negara tax haven adalah sebagai berikut :
a. Tidak ada pajak, kalaupun terdapat pajak maka tarifnya sangat kecil
b. Informasi yang terkait denganperusahaan yang berada di negara tax haven sangat
dirahasiakan dan negara tax haven tersebut biasanya menolak untuk melakukan pertukaran
informasi dengan negara lain terkait onformasi yang dibutuhkan terhadap perusahaan
tertentu.
c. Kerahasian bank dijaga dengan sangat ketat
d. Perusahaan dapat didirikan tanpa perlu adanya keharusan untuk mengumumkan para
pemiliknya kepada masyrakat
e. Perusahaan yang terdaftar di negara tax haven biasanya tidak memiliki kegiatan usaha
(active Bussines) di negara tax haven tersebut.
Pada umumnya penentuan suatu negara diklasifikasikan sebagai suatu negara tax
haven atau tidak tergantung dengan definisi tax haven yang diberikan oleh negara tertentu.
Sebagai contoh sebagai berikut :
a. Misalkan penghasilan sebesar Rp. Milyar
b. Apabila Penghasilan 1 milyar tersebut di hitung berdasarkan ketentuan domestik negara
tax haven (negara b) maka beban pajaknya sebesar 1 milyar x 15% (misalnya tarif di
negara B) = Rp. 150 juta
c. Apabila penghasilan yang sebesar Rp. 1 milyar tersebut dihitung berdasarkan ketentuan
domestik Negara A maka beban pajaknya sebesar Rp. 1 milyar x 30% (misalkan tarif pajak
di Negara A) = Rp. 300 Juta
d. Jadi Beban pajak di negara tax haven (Negara B) sebesar Rp. 150 juta dan di negara A
sebesar Rp. 300 Juta
e. Misalkan ketentuan pajak Negara A menyatakan bahwa bahwa negara yang dikatakan
sebagai negara tax haven adalah apabila pajak yang terutang di negara tax haven tersebut
atas suatu penghasilan tertentu jumlahnya kurang dari 75% dari pajak yang terutang
seandainya penghasilan tersebut dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan di Negara A
Untuk mengetahui apakah negar B merupakan negara-negara tax heaven dari sudut pandang
negara A maka dilakukan perhitungan ebagai berikut :
a. Ambang batas suatu negara dikatakan sebagai tax heaven :
75% x Rp. 300 Juta = Rp. 225 Juta
b. Beban Pajak di Negara B = Rp. 150 Juta
c. RP. 150 JUTA < Rp. 225 Juta
d. Jadi negara B adalah negara tax haven dari sudut pandang negara A

Tabel Definisi Tax Have Countries Di Beberapa Negara


4. Jenis Penghasilan Yang Dikategorikan Sebagai Objek Ketentuan CFC
Jenis-Jenis Penghasilan yang dikategorikan sebagai objek ketentuan CFC di sebut
sebagai tainted income. Menurut Brian J. Arnold jenis-jenis pnghasilan apa saja yang
dipertimbangkan sebagai objek dan bukan objek pajak pada ketentuan CFC :
a. Passive Investment, Penghasilan yang berasal dari modal. Contohnya seperti dividen,
bunga, sewa, royalti dan capital gain. Seluruh negara yang menerapkan ketentuan CFC
memperlakukan jenis penghasilan ini sebagai objek ketentuan CFC
b. Acctive Bussiness Income, Penghasilan yang berasal dari usaha. Sebagian besar negara
mengecualikan jenis penghasilan ini sebagai objek penghasilan dari ketentuan CFC
Kecuali Hongaria, Selandia Baru dan Swedia.
c. Base Company Income, setiap jenis penghasilan selain jenis penghasilan passive income
yang dapat dikategorikan sebagai objek dari ketentuan CFC
Perlakuan perpajakan atas jenis penghasilan tersebut di atas tergantung pada pendekatan yang
dipergunakan oleh masing-masing negara. Terdapat dua pendekatan dalam memperlakukan
suatu jenis penghasilan apakah akan menjadi objek ketentuan CFC atau bukan yaitu :
a. Pendekatan Transaksional
Dalam pendektaan transaksional, setiap penghasilan yang diperoleh foreign subsidiary
dianalisis untuk menentukan apakah jenis penghasilan tersebut merupakan objek ketentuan
CFC
b. Pendekatan Entitas
Sedangkan dalam pendekatan entitas, suatu jenis penghasilan apakah merupakan objek
ketentuan CFC tidak dilihat dari jenis penghasilan tetapi didasarkan apakah foreign
subsidiary termasuk dalam definisi CFC atau tidak.
Daftar Pustaka
Darussalam, Hutagaol, J., & Septriadi, D. (2010). Konsep dan Aplikasi Perpajakan
Internasional. Jakarta: Danny Darussalam Tax Center.

Dari Internet :
https://diskusipajak.wordpress.com/2008/01/18/hello-world/
http://taxationindonesia.blogspot.co.id/2009/05/cfc-rule-penghindaran-pajak-dan-tax.html

Anda mungkin juga menyukai