A. Pendahuluan
Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan
Pph pasal 21 yang dijelaskan dalam bab ini dikelompokan menjadi 3 kelompok
antara lain:
1) Pengertian-pengertian sehubungan dengan PPh pasal 21, Pemotong PPh
pasal 21, subjek pajak Pph pasal 21, Objek Pph pasal 21, Pajak terhutang
PPh pasal 21, saat terhutang PPh pasal 21, Pendapatan Tidak kena Pajak
(PTKP), Pph pasal 21 atas uang pesangon, uang tebusan pensiun dan
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang diterima sekaligus
2) Petunjuk Umum Penghitungan Pph pasal 21 pegawai tetap, pegawai
tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang menerima upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan, uang saku harian atau
mingguan, bulanan, Angaota Dewan Komisari yang tidak merangkap
sebagai karyawan, Penghitungan Pph Pasal 21 Bagi Orang Pribadi
Yang Berstatus Sebagai Bukan Pegawai, peserta kegiatan dan orang
pribadi wajib pajak luar negeri
3) Contoh contoh perhitungan PPh pasal 21, pegawai tetap, pegawai tidak
tetap, anggota dewan komisarsipeserta kegiatan dan subjek pajak orang
pribadi luar negeri
B. Uraian Materi
1. Pengertian -Pengertian
1) PPh Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Subjek Pajak dalam negeri,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak
Penghasilan
6. Pajak Terhutang:
Penghitungan besarnya pajak terhutang secara umum menggunakan rumus di
bawah ini:
= Tari DPP
Pajak Terhutang
P f
X
terhutangTerhutang
c. Tarif Pajak
1) Tarif PPh pasal 17
Besarnya tarif PPh pasal 21 yang digunakan dalam menghitung pajak
terhutang adalah tarif sesuai dengan tarif PPh pasal 17 ayat (1) huruf
a Undang Undang pajak Pengahasilan sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Tarif Pajak
Pajak NPWP Non NPWP
Rp. 0.00 sd Rp 60 Juta 5% 5%
> Rp. 60 Juta sd Rp 250 Juta 15% 18%
> Rp. 250 Juta sd Rp 500 Juta 25% 30%
> Rp. 500 Juta sd Rp 5 M 30% 36%
> Rp 5 M 35% 42%
UU No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan HPP
*Catatan:
1) Bagi Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dikenakan pemotongan
PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen)
daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak hanya berlaku untuk pemotongan PPh
Pasal21 yang bersifat tidak final.
2) Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai
penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif
yang lebih tinggi sebesar 20%, mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak, dalam tahun kalender yang bersangkutan
paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa pajak
Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan
tarif sebesar 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut tersebut
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan
selanjutnya setelah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
Contoh 1
Faza Gani mempunyai Penghasilan Kena Pajak dari gaji dan berbagai
tunjangan dan penerimaan lainnya sehubungan dengan pekerjaannya
sebagai karyawan sebuah perusahaan sebesar Rp..600.000.000,-
maka perhitungan pajak terhutang (pph pasal 21) adalah sebagai
berikut:
5% X Rp.60.000.000 = Rp.. 3.000.000,-
15% X Rp.190.000.000 = Rp.. 28.500.000,-
25% X Rp..250.000.000 = Rp.. 62.500.000,-
30% X Rp..100.000.000 = Rp.. 30.000.000,-
Jumlah ........................................ = Rp..124.000.000,-
2) 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap
pembayaran imbalan bagi bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan
yang memperoleh penghasilan tidak dari satu pemberi kerja dan atau
memperoleh penghasilan lainnya.
3) Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan
selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf 1) a,
1) b, dan 1) c.
e. Penghasilan Bruto
Penghasilan bruto adalah seluruh jumlah penghasilan dalam suatu periode pada
saat dibayarkan yang diterima atau diperoleh oleh
a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik
berupa Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur;
b) Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya
c) Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus,
yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
pegawai berhenti bekerja;
d) Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa
upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah
yang dibayarkan secara bulanan;
e) Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk
apapun sebagai imbalan sehubungan jasa yang dilakukan;
f) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku,
uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau
penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan
sejenis dengan nama apapun;
g) Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak
teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap
pada perusahaan yang sama;
h) Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai; atau
i) Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
Contoh 7
Noni pada bulan januari 2022 (01 Januari 2022) telah bekerja pada PT AAA dan
tinggal bersama Ibu kandung dan ayah kandung. Kedua orang Tua Noni menjadi
tanggunan Noni besarnya PTKP Noni adalah PTKP untuk dirinya sendiri
ditambah PTKP keluarga yang menjadi tanggungannya, maka besarnya PTKP
yang dapat diperhitungkan dalam tahun 2022 adalah sebesar dengan
perhitungkan sebebagai berikut:
Wajib Pajak Rp..54.000.000,-
Tanggungan 2 orang Rp.. 9.000.000,-
Jumlah PTKP th 2022 Rp..63.000.000,-
6) Besarnya PTKP Untuk Pegawai Tidak Tetap
PTKP Untuk Pegawai tidak tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam
1 (satu) bulan kalender melebihi Rp. 4.500.000, maka besarnya PTKP sehari
sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP
per tahun dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) hari
Tabel 1.1 PTKP Untuk Pegawai Tidak Tetap
Bulan Harian
PTKP Tahunan
1 Th /12 1 Th /360
TK 54.000.000 4.500.000 150.000
TK1 58.500.000 4.875.000 162.500
TK2 63.000.000 5.250.000 175.000
TK3 67.500.000 5.625.000 187.500
K - 54.000.000 4.500.000 150.000
K1 58.500.000 4.875.000 162.500
K2 63.000.000 5.250.000 175.000
K3 67.500.000 5.625.000 187.500
Fajar Ariwibowo pada tahun 2022 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi
dengan memperoleh gaji sebulan Rp.12.500.000,00 dan membayar iuran
pensiun sebesar Rp.300.000,00. Fajar Ariwibowo menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Fajar Ariwibowo dari PT
Jaya Abadi hanya dari gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut :
Jawab:
Penghasilan bruto Fajar Aribowo
Gaji 12.500.000
Pengurang
Biaya Jabatan
(5%x Rp.12.500.000 Max 500 Rb 500.000
Iuran Pensiun 300.000
Total Pengurang 800.000
Penghasilan Neto Sebulan 11.700.000
Penghasilan Setahun 140.400.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak
WP 54.000.000
Status menikah 4.500.000
Total PTKP 58.500.000
Penghasilan kena Pajak (PKP) 81.900.000
PPh terutang -
5% 60.000.000 3.000.000
15% 21.900.000 3.285.000
PPh terutang 1 tahun 6.285.000
PPh terutang bulan 12 523.750
Catatan:
a. Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang
mempunyai jabatan ataupun tidak.
b. Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah
memiliki NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum
memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada
bulan Januari adalah sebesar: 120% x Rp.523.750 = Rp..628.500.
Untuk contoh-contoh selanjutnya diasumsikan penerima penghasilan
yang dipotong PPh Pasal 21 sudah memiliki NPWP, kecuali disebut
lain dalam contoh tersebut
Contoh