Anda di halaman 1dari 24

Bab 3 Pajak Penghasilan pasal 21 /26

A. Pendahuluan

Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan
Pph pasal 21 yang dijelaskan dalam bab ini dikelompokan menjadi 3 kelompok
antara lain:
1) Pengertian-pengertian sehubungan dengan PPh pasal 21, Pemotong PPh
pasal 21, subjek pajak Pph pasal 21, Objek Pph pasal 21, Pajak terhutang
PPh pasal 21, saat terhutang PPh pasal 21, Pendapatan Tidak kena Pajak
(PTKP), Pph pasal 21 atas uang pesangon, uang tebusan pensiun dan
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang diterima sekaligus
2) Petunjuk Umum Penghitungan Pph pasal 21 pegawai tetap, pegawai
tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang menerima upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan, uang saku harian atau
mingguan, bulanan, Angaota Dewan Komisari yang tidak merangkap
sebagai karyawan, Penghitungan Pph Pasal 21 Bagi Orang Pribadi
Yang Berstatus Sebagai Bukan Pegawai, peserta kegiatan dan orang
pribadi wajib pajak luar negeri
3) Contoh contoh perhitungan PPh pasal 21, pegawai tetap, pegawai tidak
tetap, anggota dewan komisarsipeserta kegiatan dan subjek pajak orang
pribadi luar negeri

B. Uraian Materi

1. Pengertian -Pengertian
1) PPh Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Subjek Pajak dalam negeri,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak
Penghasilan

Pengertian PPh pasal 21/26

Pajak Penghasilan Sehubungan Dengan

 Pekerjaan atau Jabatan


 Jasa dan
 Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang Pribadi

Atas Penghasilan Berupa:


Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan
Pembayaran lain dengan nama/bentuk
apapun
SUBJEK PAJAK
D.NEGER L.NEGERI
I

Pph Pasal 21 PPh pasal 26



2) PPh Pasal 26, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
Subjek Pajak luar negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
Undang-Undang Pajak Penghasilan
3) Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk
anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, serta
pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka
waktu tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur
4) Badan adalah badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 3 Undang-Undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara PeRp.ajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
28TAHUN 2007.    
5) Penyelenggara kegiatan adalah orang pribadi atau badan
sebagai penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran
imbalan dengan nama dan dalam bentuk apapun kepada orang
pribadi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan tersebut.    
6) Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah
orang pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak dalam negeri
yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, sepanjang tidak dikecualikan dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dari Pemotong PPh Pasal
21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, termasuk penerima
pensiun.    
7) Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26 adalah
orang pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak luar negeri
yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, sepanjang tidak dikecualikan dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dari Pemotong PPh Pasal
21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, termasuk penerima
pensiun.    
8) Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja,
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara
tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan
memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode
tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang
ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang
melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.    
9) Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur,
termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan
pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak
untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.
10) Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai
yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang
bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah
unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu
jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.    
11) Penerima penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi
selain Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja
Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh
Pasal 26 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan
perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan.    
12) Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu
kegiatan tertentu, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar,
lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau
kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.
13) Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang
menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang
dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli
warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari
tua.    
14) Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur adalah
penghasilan bagi Pegawai Tetap berupa gaji atau upah, segala
macam tunjangan, dan imbalan dengan nama apapun yang
diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur.    
15) Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah
penghasilan bagi Pegawai Tetap selain penghasilan yang
bersifat teratur, yang diterima sekali dalam satu tahun atau
periode lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari
Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan
sejenis lainnya dengan nama apapun.    
16) Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau
diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara
harian.    
17) Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau
diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara
mingguan.   
18) Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau
diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan
jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.    
19) Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau
diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan
penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.    
20) Imbalan kepada Bukan Pegawai adalah penghasilan dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang terutang atau diberikan
kepada Bukan Pegawai sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan yang dilakukan, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan penghasilan sejenis lainnya.    
21) Imbalan kepada Bukan Pegawai yang Bersifat
Berkesinambungan adalah imbalan kepada Bukan Pegawai
yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun
kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.    
22) Imbalan kepada peserta kegiatan adalah penghasilan dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang terutang atau diberikan
kepada peserta kegiatan tertentu, antara lain berupa uang
saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau
penghargaan, dan penghasilan sejenis lainnya.    
23) Masa Pajak terakhir adalah masa Desember atau masa pajak
tertentu di mana Pegawai Tetap berhenti bekerja.  
2. Pemotong Pph Pasal 21 Dan/Atau Pph Pasal 26

1) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, meliputi:      


a. Pemberi kerja yang terdiri dari:        
1. Orang pribadi dan badan;        
2. Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan
sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan
pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, atau unit
tersebut.
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk
bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat
termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau
lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan
Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang
membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; 
c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun
secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua 
d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas serta badan yang membayar:        
1. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh
orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri,
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk
dan atas nama persekutuannya;        
2. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh
orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri;
3. honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta
pendidikan dan pelatihan, serta pegawai magang;      
e. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah,
organisasi yang bersifat nasional dan internasional,
perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium,
hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib
Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.    
3. Tidak Termasuk Sebagai Pemberi Kerja Yang Mempunyai
Kewajiban Untuk Melakukan Pemotongan Pajak Adalah:      

a. Kantor perwakilan negara asing;      


b. Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf c UU Pph, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan;      
c. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang
pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan
bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.    
d. Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksuddi atas, organisasi internasional dimaksud
merupakan pemberi kerja yang berkewajiban melakukan
pemotongan pajak.  
4. Subjek Pph Pasal 21 Dan/Atau Pph Pasal 26

Penerima Penghasilan PPh Pph pasal 21 atau 26 dalam bahasa


peRp.ajakan disebut dengan Subjek Pph pasal 21 dan atau Subjek Pph
pasal 26

a. Subjek PPh pasal 21 dan atau 26


Subjek PPh pasal 21 dan atau 26 Adalah Orang Pribadi Yang Merupakan
1) Pegawai;
2) Penerima Uang Pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
3) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi
:
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai,
dan aktuaris;
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya;
c. Olahragawan
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator;
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi,
dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
g. Agen iklan;
h. Pengawas atau pengelola proyek;
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara;
j. Petugas penjaja barang dagangan;
k. Petugas dinas luar asuransi;
l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya;
4) Peserta Kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara
lain meliputi :
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
perlombaan lainnya;
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu;
d. Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
e. Peserta kegiatan lainnya.

b. Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan PPh pasal 21 dan atau


26
Tidak termasuk dalam pengertian subjek pajak (Penerima Penghasilan)
yang Dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 Peraturan Dirjen Pajk No 31 tahun 2012 antara
lain:
1) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan
syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima
atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya
tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan
timbal balik;
2) Pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;yang
telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan
warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau
kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia
5. Objek Pajak PPh pasal 21

Objek pajak penghasilan pasal 21 adalah Penghasilan orang pribadi dari


hubungan kerja atau pekerjaan dengan wajib pajak dalam negeri ada yang
menjadi Objek PPh pasal 21 dan ada pula yang tidak menjadi objek PPh
pasal 21
1) Objek PPh pasal 21 (Penghasilan Yang Dipotong)
Penghasilan dibawah ini apabila diterima oleh subjek pajak dalam negeri di
potong PPh pasal 21, sedangkan penghasilan yang diterima oleh subjek
pajak luar negeri di potong PPh pasal 26 antara lain:
a. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
adalah:
a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
b) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c) Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus,
yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
pegawai berhenti bekerja;
d) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa
upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah
yang dibayarkan secara bulanan;
e) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk
apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan;
f) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku,
uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau
penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan
sejenis dengan nama apapun.
g) Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak
teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada
perusahaan yang sama
h) Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai; atau      
i) Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan
b. Penghasilan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
a) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final;
atau
b) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus (deemed profit).
Ketentuan Tentang Penerimaan Dalam Bentuk Natura antara lain
 Penerimaan penghasilan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
lainnya sebagaimana dimaksudkan di atas didasarkan pada harga
pasar atas barang yang diberikan atau nilai wajar atas pemberian
kenikmatan yang diberikan.
 Penghasilan apabila diterima atau diperoleh dalam mata uang asing,
penghitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 didasarkan pada
nilai tukar (kurs) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang
berlaku pada saat pembayaran penghasilan tersebut atau pada saat
dibebankan sebagai biaya
c. Penghasilan bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang
tidak di bayar secara bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu)
bulan kalender belum melebihi Rp. 4.500.000,00, berlaku ketentuan
sebagai berikut:
a) Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan
sehari atau rata-rata penghasilan sehari belum melebihi Rp. 450.000
(empat ratus lima puluh ribu rupiah);
b) Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari
atau rata-rata penghasilan sehari melebihi Rp. 450.000 (empat ratus
lima puluh ribu rupiah);;, dan jumlah sebesar Rp. 450.000 (empat
ratus lima puluh ribu rupiah);; tersebut merupakan jumlah yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
c) Rata-rata penghasilan sehari sebagaimana dimaksud di atas adalah
rata-rata upah mingguan, upah satuan atau upah borongan untuk
setiap hari kerja yang digunakan
d) Dalam hal pegawai tidak tetap telah memperoleh penghasilan
kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender melebihi Rp. 4.500.000,
maka jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
sebesar PTKP yang sebenarnya
e) `PTKP yang sebenarnya adalah untuk jumlah hari kerja yang
sebenarnya. dihitung sebesar PTKP per tahun dibagi 360 (tiga ratus
enam puluh) hari dikalikan dengan jumlah hari kerja sebenarnya
f) Dalam hal berdasarkan ketentuan di bidang ketenagakerjaan diatur
kewajiban untuk mengikutsertakan pegawai tidak tetap atau tenaga
kerja lepas dalam program jaminan hari tua atau tunjangan hari tua,
maka iuran jaminan hari tua atau iuran tunjangan hari tua yang
dibayar sendiri oleh pegawai tidak tetap kepada badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja atau badan
penyelenggara tunjangan hari tua, dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto
2) Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dipotong Pph Psl 21
Tidak termasuk penghasilan yang dipotong PPh pasal 21antara lain:
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan
asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali
penghasilan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
 bukan Wajib Pajak,
 Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final,
atau
 Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan
norma penghitungan khusus (deemed profit).
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan
hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara
tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah,
atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak
dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
e. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan

6. Pajak Terhutang:
Penghitungan besarnya pajak terhutang secara umum menggunakan rumus di
bawah ini:

= Tari DPP
Pajak Terhutang
P f
X
terhutangTerhutang

Pajak Terhutang = Tarif X Dasar Pengenaan Pajak

c. Tarif Pajak
1) Tarif PPh pasal 17
Besarnya tarif PPh pasal 21 yang digunakan dalam menghitung pajak
terhutang adalah tarif sesuai dengan tarif PPh pasal 17 ayat (1) huruf
a Undang Undang pajak Pengahasilan sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Tarif Pajak
Pajak NPWP Non NPWP
Rp. 0.00 sd Rp 60 Juta 5% 5%
> Rp. 60 Juta sd Rp 250 Juta 15% 18%
> Rp. 250 Juta sd Rp 500 Juta 25% 30%
> Rp. 500 Juta sd Rp 5 M 30% 36%
> Rp 5 M 35% 42%
UU No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan HPP

*Catatan:
1) Bagi Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dikenakan pemotongan
PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen)
daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak hanya berlaku untuk pemotongan PPh
Pasal21 yang bersifat tidak final.
2) Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai
penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif
yang lebih tinggi sebesar 20%, mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak, dalam tahun kalender yang bersangkutan
paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa pajak
Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan
tarif sebesar 20%  (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut tersebut
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan
selanjutnya setelah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

Contoh 1
Faza Gani mempunyai Penghasilan Kena Pajak dari gaji dan berbagai
tunjangan dan penerimaan lainnya sehubungan dengan pekerjaannya
sebagai karyawan sebuah perusahaan sebesar Rp..600.000.000,-
maka perhitungan pajak terhutang (pph pasal 21) adalah sebagai
berikut:
5% X Rp.60.000.000 = Rp.. 3.000.000,-
15% X Rp.190.000.000 = Rp.. 28.500.000,-
25% X Rp..250.000.000 = Rp.. 62.500.000,-
30% X Rp..100.000.000 = Rp.. 30.000.000,-
Jumlah ........................................ = Rp..124.000.000,-

2) Tarif PPh pasal 26


Tarif PPh Pasal 26 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tarif PPh Pasal 26 sebesar 20% (dua puluh persen) dan bersifat final
diterapkan atas penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh sebagai
imbalan atas pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri dengan memperhatikan
ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku
antara Republik Indonesia dengan negara domisili Subjek Pajak luar
negeri tersebut.
2. Tarif PPh Pasal 26 sebagaimana dimaksud di atas tidak bersifat final
dalam hal orang pribadi sebagai Wajib Pajak luar negeri tersebut
berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri
3. PPh Pasal 26 yang terutang dihitung berdasarkan jumlah penghasilan
bruto, dan tidak boleh diperhitungkan pengurangan-pengurangan
seperti biaya jabatan dan PTKP.
Contoh 2
William Bentley adalah pegawai asing yang berada di Indonesia kurang
dari 183 hari. Dia berstatus menikah dan mempunyai 2 orang anak. Ia
memperoleh gaji pada bulan Maret 2013 sebesar US$ 2,500 sebulan.
Kurs Menteri Keuangan pada saat pemotongan adalah Rp. 11.500,00
untuk US$ 1.00 Penghitungan PPh Pasal 26:
Penghasilan bruto berupa gaji sebulan adalah: US$ 2,500 x Rp. 11.500,00
= Rp. 28.750.000,00
PPh Pasal 26 terutang adalah: 20% x Rp. 28.750.000,00 = Rp.
5.750.000,00

d. Dasar Pengenaan Pajak


Besarnya Dasar Pengenaan Pajak dapat dibedakan menjadi
1) Jumlah kumulatif dalam satu tahun kalender dari :
a. Penghasilan Kena Pajak bagi
 Pegawai Tetap
 Penerima Pensiun Berkala
 Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara
bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam
1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp.4.500.000 (empat juta
Lima Ratus Ribu ribu rupiah);        
 Bukan Pegawai (12 Golongan) yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
yang bersifat berkesinambungan
b. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp.450.000,00 (Empat Ratus
Lima Puluh Ribu Rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegawai Tidak
Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang menerima
 upah harian,
 upah mingguan,
 upah satuan atau upah borongan,
sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan
kalender belum melebihi Rp.4.500.000 (Empat juta lima ratus ribu
rupiah);      

2) 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap
pembayaran imbalan bagi bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan
yang memperoleh penghasilan tidak dari satu pemberi kerja dan atau
memperoleh penghasilan lainnya.
3) Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan
selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf 1) a,
1) b, dan 1) c.

e. Penghasilan Bruto
Penghasilan bruto adalah seluruh jumlah penghasilan dalam suatu periode pada
saat dibayarkan yang diterima atau diperoleh oleh
a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik
berupa Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur;
b) Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya  
c) Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus,
yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
pegawai berhenti bekerja;      
d) Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa
upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah
yang dibayarkan secara bulanan;      
e) Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk
apapun sebagai imbalan sehubungan jasa yang dilakukan;
f) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku,
uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau
penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan
sejenis dengan nama apapun;      
g) Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak
teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap
pada perusahaan yang sama;      
h) Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau
imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai; atau      
i) Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

f. Penghasilan Kena Pajak


1) Bagi Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala, sebesar
Penghasilan Neto Dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP
2) Bagi Pegawai Tidak Tetap, sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP
3) Bagi Bukan Pegawai yang menerima penghasilan bersifat
berkesinambungan yaitu sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah
penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan

g. Penghasilan Netto Peg. Tetap Dan Penerima Pensiun


1) Besarnya penghasilan neto bagi pegawai tetap adalah jumlah seluruh
penghasilan bruto dikurangi dengan
a Biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,
setinggi-tingginya Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) sebulan
atau Rp. 6.000.000,- (enam juta rupiah) setahun
b Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada
dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
2) Besarnya penghasilan netto bagi penerima pensiun berkala yang
dipotong PPh Pasal 21 adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi
dengan biaya pensiun, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,
setinggi-tingginya Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp.
2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun

2. Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Besarnya PTKP per tahun dan perbulan adalah sebagai mana yang dapat dilihat
dalam tabel 1.1)

Tabel 1.1 PTKP


Pertahun Per bulan
Keterangan Status
Pertahun Kumulatif Perbulan Kumulatif
WP WP 54.000.000 54.000.000 4.500.000 4.500.000
WP Kawin K0 4.500.000 58.500.000 375.000 4.875.000
Tangungan 1 K1 4.500.000 63.000.000 375.000 5.250.000
Tangungan 2 K2 4.500.000 67.500.000 375.000 5.625.000
Tangungan 3 K3 4.500.000 72.000.000 375.000 6.000.000

Besarnya PTKP sebagaimana yang diringkas dalam tabel 1.1 ditentukan


dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Besarnya PTKP Ditentukan Berdasarkan Keadaan Pada Awal Tahun
Kalender
Contoh 3
Alvin pada bulan januari 2022 (01 Januari 2022) mempunyai tanggungan
seorang isteri dan 2 orang anak kandung. Pada bulan februari 2022 istri Alvin
melahirkan seorang bayi, maka besarnya PTKP Alvin tetap kondisi awal tahun
yaitu Alvin dengan tanggungan 2 orang. Sedangkan anak ketiga baru dapat
diperhitungkan dalam PTKP pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2023.maka
besarnya PTKP Alvin pada tahun 2022 adalah sebesar:
Wajib Pajak Rp.54.000.000.-
Status kawin Rp.. 4.500.000,-
Tanggungan 2 orang Rp.. 9.000.000-
Jumlah PTKP th 2022 Rp.67.500.000,-
2) Besarnya PTKP Untuk Pegawai Yang Baru Datang Dan Menetap Di
Indonesia Dalam Bagian Tahun Kalender
Besarnya PTKP untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia
dalam bagian tahun kalender ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan
dari bagian tahun kalender yang bersangkutan
Contoh 4
Steven Warga Negara Singapore berada di Indonesia pada bulan Maret 2022
dengan status Menikah dan tanggungan 1 Anak kandung. Pada bulan April
2022, isteri Steven melahirkan seorang bayi, maka besarnya PTKP Steven tetap
kondisi awal bulan Maret 2022 yaitu Steven dengan tanggungan 1 orang.
Sedangkan anak kedua baru dapat diperhitungkan dalam PTKP pada tahun
berikutnya yaitu pada tahun 2023 maka besarnya PTKP Steven pada tahun 2022
adalah sebesar:
Wajib Pajak Rp..54.000.000,-
Status kawin Rp.. 4.500.000,-
Tanggungan 1 orang Rp.. 4.500.000,-
Jumlah PTKP th 2022 Rp..63.000.000,-
3) Besarnya PTKP Karyawati Kawin
Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri
Contoh 5
Noni pada bulan januari 2022 (01 Januari 2022) berstatus kawin dan mempunyai
2 orang anak kandung. Suami Noni bekerja sebagai karyawan pada sebuah
perusahaan swasta, maka status PTKP noni hanya untuk dirinya sendiri yaitu
sebesar Rp..54.000.000-
Besarnya PTKP Karyawati Kawin Suaminya Tidak Mempunyai Penghasilan
4) Besarnya PTKP Karyawati Kawin Suaminya Tidak mempunyai
Penghasilan
Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukan keterangan tertulis dari
pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan
suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah
PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya
Contoh 6
Noni pada bulan januari 2022 (01 Januari 2022) telah berkeluarga dan belum
mempunyai Anak. Noni dapat menunjukan keterang tertulis dari kantor
kecamatan dimana Noni tinggal yang menyatakan bahwa suaminya tidak
menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP Nana adalah PTKP
untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya, maka besarnya PTKP yang
dapat diperhitungkan dalam tahun 2022 adalah sebesar dengan perhitungkan
sebeagi berikut:
Wajib Pajak Rp..54.000.000,-
Status kawin Rp.. 4.500.000,-
Jumlah Rp..58.500.000,

5) Besarnya PTKP Karyawati Tidak Kawin Mempunyai Tanggungan


Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah
PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

Contoh 7
Noni pada bulan januari 2022 (01 Januari 2022) telah bekerja pada PT AAA dan
tinggal bersama Ibu kandung dan ayah kandung. Kedua orang Tua Noni menjadi
tanggunan Noni besarnya PTKP Noni adalah PTKP untuk dirinya sendiri
ditambah PTKP keluarga yang menjadi tanggungannya, maka besarnya PTKP
yang dapat diperhitungkan dalam tahun 2022 adalah sebesar dengan
perhitungkan sebebagai berikut:
Wajib Pajak Rp..54.000.000,-
Tanggungan 2 orang Rp.. 9.000.000,-
Jumlah PTKP th 2022 Rp..63.000.000,-
6) Besarnya PTKP Untuk Pegawai Tidak Tetap
PTKP Untuk Pegawai tidak tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam
1 (satu) bulan kalender melebihi Rp. 4.500.000, maka besarnya PTKP sehari
sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP
per tahun dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) hari
Tabel 1.1 PTKP Untuk Pegawai Tidak Tetap
Bulan Harian
PTKP Tahunan
1 Th /12 1 Th /360
TK 54.000.000 4.500.000 150.000
TK1 58.500.000 4.875.000 162.500
TK2 63.000.000 5.250.000 175.000
TK3 67.500.000 5.625.000 187.500
K - 54.000.000 4.500.000 150.000
K1 58.500.000 4.875.000 162.500
K2 63.000.000 5.250.000 175.000
K3 67.500.000 5.625.000 187.500

7) Besarnya PTKP Penerima Penghasilan Bukan Pegawai


PTKP Penerima penghasilan bukan pegawai yang menerima imbalan yang
bersifat berkesinambungan dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP
sepanjang yang bersangkutan telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak
dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan Pemotong
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26  serta tidak memperoleh penghasilan
lainnya.
Untuk dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sebagaimana
dimaksudkan di atas, penerima penghasilan bukan pegawai harus
menyerahkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, dan bagi wanita
kawin harus menyerahkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak suami
serta fotokopi surat nikah dan kartu keluarga

Penghitungan Masa Atau Bulanan Selain Masa Pajak Desember Atau


Masa Pajak Di Mana Pegawai Tetap Berhenti Bekerja
Penghitungan Masa atau Bulanan Selain Masa Pajak Desember atau
Masa Pajak di mana pegawai tetap berhenti bekerja dikelompokan menjadi
dua yaitu:
a. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur
Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap,
dilakukan sebagai berikut:
a) Penghitungan atas dasar masa gaji 1 bulan
1) Terlebih dahulu dihitung seluruh penghasilan bruto yang diterima atau
diperoleh selama sebulan, yang meliputi: seluruh gaji, segala jenis
tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur
(overtime) dan pembayaran sejenisnya
2) Untuk perusahaan yang masuk program BPJS, premi jaminan
kecelakaan kerja (jkk), premi jaminan kematian (jk) dan premi jaminan
pemeliharaan kesehataan (jpk) yang dibayar oleh pemberi kerja
merupakan penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang sama
diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan
kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang
dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan
asuransi lainnya. Dalam menghitung pph pasal 21, premi tersebut
digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi
kerja kepada pegawai
3) Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh
dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya
jabatan, serta iuran pensiun, iuran jaminan hari tua, dan/atau
tunjangan hari tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang
bersangkutan melalui pemberi kerja kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan atau kepada
badan penyelenggara program BPJS

Fajar Ariwibowo pada tahun 2022 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi
dengan memperoleh gaji sebulan Rp.12.500.000,00 dan membayar iuran
pensiun sebesar Rp.300.000,00. Fajar Ariwibowo menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Fajar Ariwibowo dari PT
Jaya Abadi hanya dari gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari adalah sebagai berikut :
Jawab:
Penghasilan bruto Fajar Aribowo
Gaji 12.500.000
Pengurang
Biaya Jabatan
(5%x Rp.12.500.000 Max 500 Rb 500.000
Iuran Pensiun 300.000
Total Pengurang 800.000
Penghasilan Neto Sebulan 11.700.000
Penghasilan Setahun 140.400.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak
WP 54.000.000
Status menikah 4.500.000
Total PTKP 58.500.000
Penghasilan kena Pajak (PKP) 81.900.000
PPh terutang -
5% 60.000.000 3.000.000
15% 21.900.000 3.285.000
PPh terutang 1 tahun 6.285.000
PPh terutang bulan 12 523.750

Catatan:
a. Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang
mempunyai jabatan ataupun tidak.
b. Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah
memiliki NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum
memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada
bulan Januari adalah sebesar: 120% x Rp.523.750 = Rp..628.500.
Untuk contoh-contoh selanjutnya diasumsikan penerima penghasilan
yang dipotong PPh Pasal 21 sudah memiliki NPWP, kecuali disebut
lain dalam contoh tersebut
Contoh

Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah


tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp.15.000.000,00. PT Candra
Kirana mengikuti program BPJS, premi Jaminan Kecelakaan Kerja
dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan
jumlah masingmasing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana
menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari
gaji, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua
sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana
juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana
membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana pensiun, yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan
sebesar Rp.300.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran
pensiun sebesar Rp.250.000,00. Pada bulan Juli 2022 Budi Karyanto
hanya menerima pembayaran berupa gaji.

Penghasilan bruto Budi Karyono


Gaji 15.000.000
Premi Ass, KK 0,5% X 15.000.000 75.000
Premi Ass, KK 0,3% X 15.000.000 45.000
Jumlah Penghasilan Bruto 15.120.000
Pengurang
Biaya Jabatan
(5%x Rp.15.120.000 = 756 Rb (Max 500 Rb) 500.000
Iuran Pensiun 250.000
Iuran JHT 2 % X Rp.15.000.000 300.000
Total Pengurang 1.050.000
Penghasilan Neto Sebulan 14.070.000
Penghasilan Setahun 168.840.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak
WP 54.000.000
Status menikah 4.500.000
Total PTKP 58.500.000
Penghasilan kena Pajak (PKP) 110.340.000
PPh terutang -
5% 60.000.000 3.000.000
15% 50.340.000 7.551.000
PPh terutang 1 tahun 10.551.000
PPh terutang bulan 12 879.250

Tidak mempunyai NPWP 120% X 879.250 = 1.055.100


1.1 PERHITUNGAN PPH PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP YANG
BARU MEMILIKI NPWP PADA TAHUN BERJALAN
Contoh 28
Wahyu Santosa, status belum menikah dan tidak memiliki tanggungan
keluarga, bekerja pada PT Fajar Sejahtera dengan memperoleh gaji dan
tunjangan setiap bulan sebesar Rp.20.000.000,00, dan yang bersangkutan
membayar iuran pensiun kepada perusahaan Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan setiap bulan sebesar
Rp.1.200.000,00. Wahyu Santosa baru memiliki NPWP pada bulan Juni
2022 dan menyerahkan fotokopi kartu NPWP kepada PT Fajar Sejahtera
untuk digunakan sebagai dasar pemotongan PPh Pasal 21 bulan Juni.
Penghasilan bruto Budi Karyono
Gaji 20.000.000
Jumlah Penghasilan Bruto 20.000.000
Pengurang
Biaya Jabatan
(5%x Rp.20.000.000 = 1 Juta (Max 500 Rb) 500.000
Iuran Pensiun 1.200.000
Total Pengurang 1.700.000
Penghasilan Neto Sebulan 18.300.000
Penghasilan Setahun 219.600.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak
WP 54.000.000
Status menikah -
Total PTKP 54.000.000
Penghasilan kena Pajak (PKP) 165.600.000
PPh terutang -
5% 60.000.000 3.000.000
15% 105.600.000 15.840.000
PPh terutang 1 tahun 18.840.000
PPh terutang bulan 12 1.570.000

Tidak mempunyai NPWP 120% X 1.570.000 = 1.884.000

Pph Terhutang 1 bulan 1.570.000


Penghitungan PPh Mulai Januari s/d Mei = 20% 5 X Rp.1.570.000 = Rp. 1.570.000
Penghitungan PPh Juni -
Nihil
:

Anda mungkin juga menyukai