Anda di halaman 1dari 38

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

ATAS PEGAWAI TETAP

Kelompok 3 :

Dalillah
Elisa Rahmadani
Nanda Fitria
Pajak Penghasilan Pasal 21

PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,

honorarium, tunjangan,dan Pembayaran lain dengan nama dan

dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,

jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak

dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-

undang Pajak Penghasilan.


Pengertian
Pasal 21
(1)Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib

Pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai kewajiban untuk melakukan
pemotongan pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang
Pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 26 Undang-undang Pajak
Penghasilan.

(2) Penyelenggara Kegiatan adalah orang pribadi atau badan sebagai penyelenggara kegiatan
yang melakukan pembayaran imbalan dengan nama dan dalam bentuk apa pun kepada orang
pribadi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan tersebut.

(3) Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan
berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan
pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.
(4) Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah
tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, serta
pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima
atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.
(5) Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan
apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil
pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi
kerja.

(6) Penerima Penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain pegawai tetap dan
pegawai tidak tetap (tenaga kerja lepas) yang memperoleh penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apa pun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan atas
jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan.
(7) Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu termasuk
mengikuti rapat, sidang, seminar, loka karya (workshop), pendidikan, pertunjukan, olahraga,
atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.
(8) Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima
atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu,
termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua
atau jaminan hari tua.
(9) Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur adalah penghasilan bagi
pegawai tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan imbalan
dengan nama apa pun yang diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur.

(10) Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan
bagi pegawai tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima sekali
dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari
Raya (THR), jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya
dengan nama apa pun.
(11) Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh
pegawal yang terutang atau dibayarkan secara harian.

(12) Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh
pegawai yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.
(13) Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau
dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.
(14) Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau
dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
(15) Imbalan kepada bukan pegawai adalah penghasilan dengan untuk apa pun yang terutang atau diberikan
kepada bukan pegawai sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan, antara lain berupa
honorarium, komisi, fee, dan penghasilan sejenis lainnya.
(16) Imbalan kepada peserta kegiatan adalah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
terutang atau diberikan kepada peserta kegiatan tertentu, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan, dan penghasilan sejenis lainnya.

(17) Masa Pajak terakhir adalah masa Desember atau masa pajak tertentu di mana pegawai tetap berhenti
bekerja.
Pemotong Pajak PPh Pasal 21
Yang termasuk pemotong pajak PPh pasal 21 adalah:
1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik
merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang
membayar gaji, upah, honorarium , tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai;
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-
lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besae Republik Indonesia di
luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunJangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
3.dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja,dan badan-badan lain
yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

4.orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar

• a,honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan Jasa dan/atau

kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri,
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekeriaan bebas dan bertindak untuk dan atas
namanya sendiri ,bukan untuk dan atas nama persekutuannya;

• b.honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan an dan

jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri;

• c.honorarium atau imbalan lain kepada peserta penidikan,pelatihan,dan magang;

5. penyelenggara kegiatan,termasuk badan pemerintah,organisasi yang bersifat nasional dan


internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan
kegiatan,yang membayar honorarium,hadiah,atau penghargaan dalam bentuk apa pun
kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
Yang tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai

kewajiban untuk melakukan pemotongan PPh pasal 21 adalah:

1. kantor perwakilan Negara asing;

2. organisasi-organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri

Keuangan,

3. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk

melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka

melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.


Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
adalah orang pribadi yang merupakan:

1. Pegawai;

2. Penerima uang pesangon,pensiun atau uang manfaat


pensiun,tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua,termasuk ahli
warisnya;
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan,jasa,atau kegiatan,antara lain meliputi:
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas,yang terdiri dari

pengacara, akutan,arsitek,dokter,konsultan,notaris,penilai,dan
aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi ,pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya;
c. olahragawan;

d. penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan

moderator;
e. pengarang, peneliti ,dan penerjemah;
f. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik
komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi
jasa kepada suatu kepanitiaan;
g. agen iklan;
h. pengawas atau pengelola proyek;
i. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan
atau yang menjadi perantara;
j.petugas penjaja barang dagangan;
k.petugas dinas luar asuransi;
I.distributor perusahaan multilevel marketing atau direct
selling dan kegiatan sejenis lainnya;
4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam
suatu kegiatan,antara lain meliputi:
• Peserta perlombaan dalam segala bidang,antara lain

perlombaan olahraga, seni ketangkasan,ilmu


pengetahuan,teknologi dan perlombaan lainnya;
• Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau

kunjungan kerja;
• Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai

penyelenggara kegiatan tertentu;


• Peserta pedidikan, pelatihan dan magang

• Peserta kegiatan lainnya


Tidak Termasuk Wajib Pajak PPH Pasal 21

Yang tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal
21
• Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing dan

orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan
diindonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut , Serta Negara yang bersangkutan
• Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 3

ayat 1 huruf c Undang Undang Pajak penghasilan , yang telah ditetapkan oleh
menteri keuangan dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia
Objek Pajak PPh Pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :


1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik
berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pension
secara teratur berupa uang pension atau penghasilan sejenisnya
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pension
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan
sekaligus , yang pembayarannya melewati jangka waktu dua
tahun sejak pegawai berhenti bekerja
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa
upah harian , upah mingguan, upah satuan , upah borongan atu
upah yang dibayarkan secara bulanan
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan,jasa,dan kegiatan
yang dilakukan;

6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apa pun,dan imbalan sejenis dengan nama apa
pun.
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak
teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada
perusahaan yang sama;

8. Penghasilan berupa jasa produksi,tantiem,gratifikasi,bonus atau


imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai;
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program
pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai,dari dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
10.penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh:
• a.Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau

• b.Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma

penghitungan khusus (deemed profit).

Catatan:
Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa penerimaan dalam bentuk
natura dan/atau kenikmatan lainnya didasarkan pada harga pasar atas barang
yang diberikan atau nilai wajar atas pemberian kenikmatan yang diberikan.
Dalam hal penghasilan diterima atau diperoleh dalam mata uang asing,
penghitungan PPh Pasal 21 didasarkan pada nilai tukar(kurs)yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada saat pembayaran penghasilan
tersebut atau pada saat dibebankan sebagai biaya.
PENGHASILAN YANG DIKECUALIKAN DARI PENGENAAN PPH PASAL 21
1.Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan,asuransi kecelakaan,asuransi
jiwa,asuransi dwiguna,dan asuransi bea siswa;

2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apa


pun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah,yang diberikan Wajib Pajak
yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan
Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus;
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan,iuran tunjangan hari tua atau iuran
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;

4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah,atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui
di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;

5.Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu.


BIAYA JABATAN DAN BIAYA PENSIUN
Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto untuk penghitungan pemotongan
Pajak Penghasilan bagi pegawai tetap,ditetapkan
sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya
Rp 6.000.000,00 setahun atau Rp500.00,0 se-bulan.

Besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari


penghasilan-bruto untuk penghitungan pemotongan
Pajak Penghasilan bagi pensiunan,ditetapkan sebesar
5% dari penghasilan bruto,setinggi-tingginya Rp
2.400.000,00 setahun atau Rp 200.000,00 sebulan.
TARIF PAJAK DAN PENERAPANNYA
Tarif pajak yang berlaku beserta penerapannya menurut

ketentuan dalam Pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan

adalah sebagai berikut:

• Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas

Penghasilan Kena Pajak dari:

1. Pegawai tetap;

2. Penerima pensiun berkala yang dibayarkan secara

bulanan;

3. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang

dibayarkan

secara bulanan.

4. Bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat

berkesinambungan
Penghasilan Kena Pajak dihitung sebesar:

Bagi pegawai tetap:

Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan

neto dikurangi PTKP. Sedangkan penghasilan neto dihitung seluruh penghasilan

bruto dikurangi dengan:

a. Biaya jabatan;

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun

yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan

penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan

dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

Secara ringkas dapat digambarkan sebagai herikut:

PPh Pasal 21 = (Penghasilan netto- PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

= (Penghasilan bruto- Biaya Jabatan -iuran pensiun dan

iuran THT/JHT yang dibayar sendiri PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh


Cara Menghitung PPh Pasal 21
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun
berkala dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh


Pasal 21 yang terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21, selain masa pajak Desember atau masa pajak di
mana pegawai tetap berhenti bekerja;
2. Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian Form 1721 A1 atau
1721 A2 dan pemotongan PPh Pasal 21 dan pemotongan PPh Pasal 21
yang terutang untuk masa pajak Desember atau masa pajak di mana
pegawai tetap berhenti bekerja Penghitungan kembali ini dilakukan pada:
a. bulan dimana pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun;
b. bulan Desember bagi pegawai tetap yang bekeija sampai akhir tahun
kalender dan bagi penerima pensiun yang menerima uang pensiun
sampai akhir tahun kalender.
Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Teratur Bagi Pegawai
Tetap
• Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap,

terlebih dahulu dihitung seluruh penghasilan bruto yang diterima


atau diperoleh selama sebulan, yang meliputi seluruh gaji, segala
jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang
lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.
• untuk perusahaan yang masuk program Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, Premi Jaminan


Kecelakaan Kerja (JKK), Premi Jaminan Kematian (JK) dan Premi
Jaminan Pemeliharaan Kesehataan (JPK) yang dibayar oleh
pembeli kerja merupakan penghasilan bagi pegawai. Ketentuan
yang sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk
pegawai kepada perusahaan asuransi lainnya. Dalam menghitung
PPh Pasal 21, premi tersebut digabungkan dengan penghasilan
bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai.
Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh
dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya
jabatan, serta iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, dan/atau Tunjangan
Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui
pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan atau kepada BPJS Ketenagakerjaan.
Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa gaji sebulan, maka untuk
penghitungan PPh Pasal 21,jurnlah penghasilan tersebut terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan
dengan mempergunakan faktor perkalian sebagai berikut:
a. Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4.

b. Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26.


Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan neto sebulan dikalikan 12.
Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak subjektifnya sebagai Wajib Pajak dalam negeri
sudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan neto setahun
dihitung dengan mengalikan Penghasilan neto setahun dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang
bersangkutan Mai bekerja sampai dengan bulan Desember.
Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal 17 UU PPh, yaitu
sebesar Penghasilan neto setahun dikurangi dengan PTKP.
Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh terhadap Penghasilan Kena
Pajak, selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang harus dipotong dan/atau disetor ke kas negara,
yaitu sebesar:
a. jumlah PPh Pasal 21 setahun dibagi dengan 12; atau
b.jumlah PPh Pasal 21 setahun dibagi banyaknya bulan yang menjadi faktor pengali dalam hal Wajib
Pajak mulai bekerja setelah bulan Januari.
PPh Pasal 21 atas penghasilan seminggu dihitung berdasarkan PPh Pasal 21 sebulan dibagi 4, sedangkan
PPh Pasal 21 atas penghasilan sehari dihitiung berdasarkan PPh Pasal 21 sebulan dibagi 26.
Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Tidak Teratur
Bagi Pegawai Tetap
Apabila kepada pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, premi, tunjangan hari raya, dan
penghasilan lain semacam itu yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali setahun, maka PPh Pasal 21
dihitung dan dipotong dengan cara sebagai berikut:

a. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah dengan penghasilan tidak teratur
berupa tantiem , jasa produksi dan sebagainya

b. Dihitung PPh pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa tantiem , jasa produksi , dan sebagainya
c. Selisih antara PPh pasal 21 menurut perhitungan huruf a dan huruf b adalah PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak
teratur berupa tantiem, jasa produksi dan sebagainya.
Contoh Perhitungan PPh pasal 21 bagi pegawai tetap
Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan
memperoleh gaji belun Rp 5.750.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
200.000 . Retto menikah tetapi belum mempunyai anak .Pada bulan Januari
Penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi hanya dari Gaji
Perhitungan PPh Pasal 21 bulan januari adalah sebagai berikut :
Gaji Sebulan Rp 5.750.000

Pengurangan :

BIaya jabatan

5% x Rp 5.750.000 Rp 287.500

Iuran Pensiun Rp 200.000

Rp 487.500

Penghasilan Neto sebulan Rp 5.262.500

Penghasilan Netto setahun adalah

12 x Rp 5.262.500 Rp 63.150.000

PTKP Setahun

Untuk WP Pribadi Rp 54.000.000

kawin Rp 4.500.000

RP 58.500.000

Penghasilan kena pajak setahun Rp 4.650.000

PPh pasal 21 terutang

5% x Rp 4.650.000 = Rp 232.500

PPh pasal 21 Sebulan

Rp 232.500 : 12 = Rp 19.375

Catatan : Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan , menagih dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan

setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Ketentuan Pasal 26 undang-undang mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang
bersumber di Indonesia dan diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri (baik orang
pribadi maupun badan) selain bentuk usaha tetap.
WAJIB PAJAK PPH PASAL 26
Yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 26 adalah wajib pajak luar negeri (orang pribadi
maupun badan) selain Bentuk Usaha Tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan.
OBJEK PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26 adalah:
1. A. Dividen
B. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang
C. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta
D. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
E. Hadiah dan Penghargaan
F. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
G. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya, dan atau
H. Keuntungan karena pembebasan utang
Dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya
2. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia
yang berupa:
A. Perhiasan Mewah
B. Berlian
C. Emas
D. Intan
E. Jam Tangan Mewah
F. Barang antik
G. Lukisan
H. Mobil
I. Motor
J. Kapal Pesiar, dan
K. Pesawat Terbang Riangan
Dengan nilai Rp. 10.000.000,00 ke atas untuk setiap jenis transaksi.
3. Premi asuransi yang diayarkan kepada
perusahaan akuntansi luar negeri
4. Penjualan atau pengalihan saham perusahaan
antara (conduit company atau special purpose
company) yang didirikan atau berkedudukan di
negara yang memberikan perlindungan pajak (tax
haven country) yang mempunyai hubungan
istimewa dengan badan badan yang didirikan atau
berkedudukan di Indonesia atau Bentuk Usaha
Tetap di Indonesia.
5. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi
pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia
dikenai pajak sebesar 20 %, kecuali penghasilan
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
TARIF PAJAK DAN PENERAPANNYA
Besarnya tarif PPh Pasal 26 dibedakan atas kelompok objek
PPh Pasal 26 seperti berikut:
1. Atas penghasilan yang berupa
A. Dividen
B. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
C. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta
D. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan
E. Hadiah dan penghargaan
F. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
G. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya, dan
atau
H. Keutungan karena pembebasan utang
Dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya dipotong pajak sebesar 20% dari jumlah bruto
oleh pihak yang wajib membayarkan.
PPh Pasal 26 = Penghasilan Bruto x
20%
2. Atas penghasilan yang berupa:
A. Penghasilan dari penjualan
B. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi
luar negeri, dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan
penghasilan neto.

PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Netto) x


20%penjualan harta adalah
Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk
25% dari harga jual. Besarnya perkiraan penghasilan neto untuk
premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayarkan pada
perusahaan asuransi luar negeri sebagai berikut:
A. Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan
asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui
pialang sebesar 50% dari jumlah premi yang dibayar.
B. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang
berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar
negeri, baik secara langsung maupun melalui pialang seesar 5%
dari jumlah premi yang dibayar.
C. Atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang
berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar
negeri, baik secara langsung maupun melalui pialang sebesar
5% dari jumlah premi yang dibayar.
3. Atas penghasilan yang berupa penjualan atau pengalihan saham
dipotong PPh Pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.
PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Neto) x 20%
Besarnya penghasilan neto adalah 25% dari harga jual.
4. Atas penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu
bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20%, kecuali
penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia. Penanaman
kembali tersebut harus memenuhu persyaratan sebagi berikut:
A. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena
pajak setelah di kurangi pajak penghasilan dalam bentuk
penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan
berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri.
B. Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di
Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a, harus secara aktif
mlakukan kegiatan usaha sesuai dengan akta pendiriannya, paling
lama 1 tahun sejak perusahaan tersebut dididrikan.
C. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan
atau paling lama tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima
atau diperolehnya penghasilan tersebut.
D. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali
tersebut paling singkat dalam jangka waktu 2 tahun sesudah
perusahaan baru tersebut telah berproduksi komersial
PPh Pasal 26 = (PKP - PPh Terutang)
x 20%
Catatan:
Untuk keperluan penghitungan PPh Pasal 26, penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam mata uang asing dihitung berdasarkan
nila kurs yang ditetapkan oleh menteri keuangan yang berlaku pada
saat pembayaran atau dibebankan.
CONTOH PERHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 26
Mike adalah karyawan swasta asing pada perusahaan PT Dira Consult.
Mike bertempat tinggal kurang dari 183 hari. Mike sudah beristri dan
mempunyai seorang anak. Dalam bulan April 2017, Mike memperoleh
gaji US$ 5,000 sebulan. Kurs yang berlaku adalah Rp 13.500,00 per
US$ 1.
Jawab:
Penghitungan PPh Pasal 26:
Penghasilan bruto berupa gaji sebulan:
5.000 x Rp 13.500,00 = Rp 67.500.00,00
Penerapan tarif:
20% x Rp 67.500.000,00 = Rp 13.500.00,00
PPh Pasal 26 atas gaji Mike bulan April 2017 adalah Rp 11.500.000,00
SIFAT PEMOTONGAN

Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final, kecuali:


1. Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha
atau kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di
Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau
dilakukan BUT di Indonesia.
2. Pemotongan atas penghasilan sebagaimana tersebut
dalam PPh Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor
pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT
dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan
dimaksud.
3. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh orang pribadi atau badan luar negeri yang
berubah status menjadi wajib pajak dalam negeri atau
BUT
PEMOTONGAN PAJAK

Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan


Pasal 26 wajib dilakukan oleh:
1. Badan Pemerintah
2. Subjek Pajak Dalam Negeri
3. Penyelenggaraan
4. Bentuk Usaha Tetap
5. Perwakilan Perusahaan Luar Negeri
Lainnya
6. Pembeli Yang Ditunjuk Sebagai Pemotong
PPh Pasal 26

Anda mungkin juga menyukai