Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN

“DIGITALISASI PERBANKAN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5 :

ARSYA PUTRI 2018.62.001144

ELISA RAHMADANI 2018.62.001130

FADHLAN SYAKIRAN 2018.62.001150

SELLA BELIA 2018.62.001133

SITI IMAMAH 2018.62.001128

KELAS : AKUNTANSI 4B

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BALIKPAPAN

2020 / 2021

1
KATA PENGANTAR

            Dengan mengucap puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia dan hidayahnya sehingga makalah tentang “DIGITALISASI PERBANKAN” dapat

terselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas “BANK DAN LEMBAGA

KEUANGAN LAIN” Demikian pula makalah ini kiranya  bermanfaat bagi rekan-rekan.

            Makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan pengetahuan dan pemahaman bagi

para pembaca. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan

kritik yang membangun senantiasa diharapkan sebagai umpan balik yang positif untuk

memperbaiki di masa mendatang.

            Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan makalah ini, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat.

Balikpapan 12 Juni 2020

                                                                                                            Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………….… 1

KATA PENGANTAR .……………………………………......................…………...……. 2

DAFTAR ISI ….……………………...………………………………………….…………. 3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ..............……………….………..……………………………..……………. 4

Tujuan………………..……………….………………………………………..……………. 4

BAB II ISI

Perkembangan Digitalisasi Perbankan…….………………………………………….…….. 5

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………...............………………………………………......……… 18

DAFTAR PUSTAKA……………….……………………………………………... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era technology disruption kini, setiap industri harus siap bergerak menghadapi perubahan-

perubahan yang dinamis. Industri keuangan dan perbankan pun mau tidak mau harus

menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang ada. Berdasarkan

riset Salesforce pada Digital Banking Report, 62% konsumen di zaman sekarang berharap

perusahaan beradaptasi dengan persona mereka (tingkah laku, pola komunikasi, dan kebiasaan).

Oleh karena itu seiring bergantinya pola gaya hidup, mobilitas, dan kebutuhan nasabah, bank

harus siap melakukan transformasi digital.

Transformasi digital lebih dari sekedar menyediakan layanan online dan mobile

banking. Industri finansial perbankan perlu berinovasi dalam menggabungkan teknologi digital

dengan interaksi nasabah, dalam hal ini temuan-temuan teknologi baru tersebut haruslah

mempermudah dan memberikan kenyamanan bagi pengguna dalam mengakses layanan

perbankan. Salah satunya adalah perbankan digital yang menggambarkan proses virtual

penunjang seluruh layanannya.

B. Tujuan

1. Mempermudah transaksi

2. Biaya lebih efisien

3. Dapat membuka pasar baru ( new market )

4
BAB II

ISI

Perkembangan Digitalisasi Perbankan

Implementasi sebuah transformasi digital perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak

untuk memastikan perubahan berjalan dengan baik dan benar. Dukungan dari pemerintah secara

menyeluruh baik dari sisi regulasi akan membantu membentuk ekosistem yang nyaman bagi

pelaku usaha melakukan sebuah transformasi digital.

Digitalisasi-pun menghadirkan era ekonomi digital yang serba instan, cepat, dan

transparan menggantikan era ekonomi konvensional. Layanan transportasi umum dan kurir

pengiriman berbasis online bisa dikatakan, hanya sebagian kecil dari arak-arakan ekosistem

ekonomi digital.

Kita semua telah menjadi saksi bahwa era transformasi digital menjadi sebuah kenyataan

yang tidak bisa terelakan lagi. Transformasi oleh Rosabeth Moss Kanter, Professor Manajemen

Harvard Business School diartikan sebagai sebuah perubahan dari yang sebelumnya menjadi

baru sama sekali. Sedangkan, Digital berasal dari kata Digitius yang dalam  bahasaYunani

berarti jemari, menggambarkan bilangan yang menjadi basis data system computer.

Saat ini adalah era digital, tidak ada pekerjaan atau aktivitas yang tidak bersentuhan

dengan peralatan digital, mulai dari kehidupan rumah tangga hingga aktivitas perkantoran dan

pemerintahan. Bahkan ada prediksi Lembaga Riset International Data Corporation Indonesia

(IDC) bahwa 33% perusahaan global akan gulung tikar jika tak segera mengadopsi teknologi

cloud dan melakukan transformasi digital. Akses rumah tangga di Indonesia pun tidak sedikit

yang sudah menggunakan jaringan internet, terutama di Pulau Jawa dan Sumatera. Demikian

5
juga lembaga keuangan, seperti perbankan yang tujuan utamanya untuk pelayanan terbaik bagi

nasabah.

Dalam dunia bisnis, transformasi digital sangat dibutuhkan oleh seluruh perusahaan agar

tidak tertinggal dengan perusahaan yang telah mengadopsi digitalisasi teknologi. Apalagi, pada

era digitalisasi seperti ini hampir seluruh perusahaan start up sudah mulai menerapkan

digitalisasi teknologi dan menyiapkan diri untuk bertarung dengan perusahaan mapan yang

belum melakukan transformasi digital.

Sejumlah perusahaan kini juga telah mulai menerapkan transformasi digital di Indonesia.

Sebagai ilustrasi perusahaan transportasi seperti taksi yaitu Blue Bird dan Express kini mulai

menerapkan teknologi berbasis aplikasi untuk melakukan pemesanan transportasi secara online.

Serupa dengan layanan transportasi berbasis aplikasi seperti Uber, Grabcar dan Go Car.

Selain cloud dan data center, Internet of Things (IoT) masih menjadi topik hangat yang

dibicarakan para perusahaan untuk mendukung bisnis secara digital. Bisnis digital kini juga

dikenal sebagai satu istilah eksplisit yang digunakan untuk menggambarkan satu ekosistem

bisnis yang mendominasi cara berbisnis.

Kebutuhan Nasabah

Ledakan penggunaan smartphone, tablet, Internet, aplikasi yang saling terhubung

memungkinkan relasi business-to-business (B2B) dan bisnis ke konsumen (B2C) berjalan

dengan baik. Ini membuat perusahaan mampu berinteraksi secara personal, langsung dan real

time dengan konsumen dan partner bisnis tanpa batasan.

Sektor keuangan pun tak luput dari pemanfaatan digitalisasi dengan orientasi pelayanan

sepenuhnya kepada nasabah. Seperti diungkapkan Jasmi, Direktur Grup Pengawasan Spesialis III

6
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa di lingkup perbankan juga dikenal dengan digital banking

yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan nasabah dengan memanfaatkan teknologi digital,

baik aplikasi, perangkat sebagai delivery channel yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja.

Menurutnya, dengan pertimbangan berbagai faktor internal dan eksternal pada tahap

awalnya, digital banking di Indonesia dimulai dengan fase digital branch yaitu adanya sarana

yang secara khusus memproses registrasi nasabah dan pembukaan rekening secara mandiri.

Digital banking, menurut Jasmi, masih dalam tahap pengenalan di industri perbankan

Indonesia, karena itu penting bagi semua untuk meyakini keandalan keamanan transaksi digital

banking-nya dengan memastikan keabsahan data nasabah melalui pemanfaatan KTP elektronik

sehingga ada kepercayaan dari semua pihak.

“Semua ini menuju dua fase yaitu kantor yang menyediakan sarana elektronik atau office digital

branch dan fase banking anywhere atau bank yang menyediakan layanan digital banking

sehingga nasabah dapat menggunakan media digitalnya kapan pun dan di mana pun mereka

berada,” jelas Jasmi.

BANKING: Account & Transaction

Branches

 Account opening

 Investment

 Bancassurance

 Cash in/out

 Loan/Trade/Treasury

7
 Advisory

Video Banking

 Account opening through video call

 Investment

 Bancassurance

 Cash in/out

Internet Banking

 Transfer

 Payment/purchase

 Cash management

ATM/EDC

 Cash in/out

 Transfer

 Payment/purchase

Mobile Banking

 Transfer

 Payment/purchase

 NFC transaction

Other Institution

E-Commerce

Housing Broker, Utility Service Provider, On-line shop

8
 E-Advisory

Financial Planner

Others

Documents (Cloud Storage), Interaction (Email, Chat, Video Chat, Games)

Characteristics:

 Customer needs rather than product based oriented

 Single channel

 Self service

 Any time, any where

 Advanced data analysis

 Financial & Non Financial Product and Services

“Transformasi Digital Banking Untuk Bisnis yang Berkelanjutan”

Digital banking secara prinsip tidak berbeda dengan e-banking, tapi karakteristik digital

banking lebih luas, karena nasabahnya dapat mengakses seluruh layanan perbankan melalui

kumpulan e-banking di satu tempat (digital branch) dan atau melalui satu jenis e-banking pada

perangkat milik bank/nasabah (omni channel).

Sementara e-banking lebih terbatas pada layanan perbankan yang memungkinkan

nasabah memperoleh informasi, berkomunikasi dan transaksi melalui media elektronik seperti

ATM, phone banking, sms banking, electronic fund transfer, internet banking, dan mobile

banking, secara multi channel.

9
Perkembangan teknologi digital ikut membuat industri perbankan berbenah. Belakangan, bank

beralih mengembangkan layanan digital.

Perkembangan digital juga ikut memengaruhi perilaku nasabah dalam bertransaksi. Bank Central

Asia (BCA) termasuk salah satu bank yang terdampak perubahan perilaku nasabah ini.

Bank berbenah

Menurut Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, tahun ini transaksi nasabah melalui

kantor cabang hanya sebesar 1,8%. Padahal, pada 2017 jumlahnya masih 17%.

"Sekarang total transaksi 75% pengguna digital mobile banking  dan internet banking,

jadi di cabang makin sedikit," kata Jahja saat ditemui usai acara “BCA Finhacks 2019” di

Senayan City, Jakarta, Sabtu (23/11).

Situasi nasabah yang bertransaksi di anjungan tunai mandiri (ATM) juga tak jauh berbeda.

Sebelumnya, jumlah transaksi 71%, saat ini menyusut menjadi 17%.

"Jadi memang perubahannya drastis. Semuanya sudah banyak ke digital," ujar Jahja.

Jahja menyebut pihaknya akan menyiapkan dana sebesar Rp5-5,2 triliun untuk belanja

modal kebutuhan teknologi pada 2020. Dana sebesar itu juga akan dimanfaatkan untuk kantor

cabang tambahan dan ATM baru.

Sementara itu, Senior Executive Vice President Strategic Information Technology BCA

Hermawan Tendean menuturkan, per November 2019, BCA sudah mengalokasikan anggaran

sebesar Rp2,3 triliun dari total anggaran biaya belanja modal teknologi 2019 sebesar Rp5 triliun.

"Sekitar 60% perkiraan untuk run dan growth, penambahan kapasitas, dan 20-30% kita

alokasikan untuk optimalisasi inovation, hal-hal yang baru," kata Hermawan.

10
Menurut dia, sisa anggaran itu dimanfaatkan untuk membiayai proyek yang masih belum

berjalan secara keseluruhan pada 2019. Anggaran belanja untuk modal teknologi dan informasi

pada 2020, menurutnya, mengalami kenaikan sekitar 10%-12%.

Hermawan mengatakan, pada 2020 BCA akan mempersiapkan infrastruktur open

banking untuk bisa memberi kemudahan kepada nasabah dalam berbagi data.

Ia mengatakan, perkembangan teknologi menuntut perbankan untuk bisa saling berbagi data

terhadap unit perusahaan lain, seperti financial technology (fintech). Sebelum hal itu dilakukan,

menurutnya, BCA akan menyiapkan infrastruktur untuk menjamin keamanan data nasabah.

"Supaya nanti open banking itu bisa berjalan dengan baik," kata Hermawan. "Kalau nanti

misalnya ada beberapa fintech yang butuh data costumer kan kita bisa sharing,

selama costumer membutuhkan dan mengizinkan."

Hermawan mengaku, pendapatan berbasis biaya yang diperoleh dari transaksi digital

tidak besar. Bahkan, cenderung berkurang. Hanya, kata dia, hal itu sangat berpengaruh pada

efisiensi dalam meningkatkan jumlah transaksi nasabah.

"Dengan adanya digital, kita bisa proses transaksi jauh lebih banyak dengan biaya yang jauh

lebih murah," tuturnya.

Bukan hanya BCA, bank lain pun meningkatkan sentuhan teknologi digital dalam bisnis

mereka. Direktur Bisnis Konsumer Bank Nasional Indonesia (BNI) Anggoro Eko Cahyo

mengakui, transaksi digital BNI terus meningkat setiap tahun. Menurut dia, hal itu takbisa

dilepaskan dari meningkatnya literasi keuangan digital masyarakat.

11
Transaksi digital di perkotaan, kata Anggoro, jauh lebih tinggi dibandingkan di daerah.

“Karena hal itu terkait koneksi atau perangkat IT (informasi dan teknologi),” ucap Anggoro saat

dihubungi, Senin (25/11).

Digitalisasi perbankan, kata dia, sangat memberi dampak positif, terutama terhadap peningkatan

efisiensi operasional.

Dihubungi terpisah, Direktur Compliance Bank Tabungan Negara (BTN) R. Mahelan

Prabantarikso mengatakan, nasabah BTN pengguna digital banking mengalami pertumbuhan

setiap tahun.

Per September 2019, kata Mahelan, pertumbuhan pengguna digital banking mencapai 10%-

15%, dari total nasabah yang berjumlah sembilan juta orang.

"Kira-kira bertambah sekitar dua jutaan yang menggunakan digital banking," kata Mahelan saat

dihubungi, Jumat (22/11).

Hingga kini, Mahelan menambahkan, total nasabah BTN pengguna digital

banking mencapai 3-4 juta nasabah. "Semua perbankan ke arah sana (digital)," kata Mahelan.

Jumlah transaksi melalui digital di BTN, ujar Mahelan, jauh lebih tinggi dibandingkan di kantor

kas atau  outlet BTN. Mahelan mengakui, sepanjang 2019 BTN mengurangi jumlah kantor kas.

"Jadi kita mereposisi dan juga mengurangi jumlah outlet yang memang tidak break event point.

Tahun ini saja sudah hampir 100 outlet  yang dikurangi," ucap Mahelan.

Masih perlukah kantor cabang?

Jahja mengakui, keberadaan kantor cabang masih tetap dibutuhkan untuk memberi

pelayanan, seperti cek giro, setor, dan penarikan tunai dalam jumlah besar. Oleh karenanya, BCA

tetap melakukan penambahan kantor cabang. Namun, jumlahnya terbatas, sekitar 20-30 kantor

cabang per tahun.

12
"Tidak ada pengurangan kantor cabang. Malah nambah karena uang tunai belum bisa diganti

digital, jadi tetap perlu uang tunai," kata dia.

Tak seperti BCA, dengan digitalisasi, menurut Anggoro Eko Cahyo, BNI tak lagi agresif

membuka kantor cabang baru. Akan tetapi, Anggoro tak membantah keberadaan kantor cabang

masih dibutuhkan. Namun, fungsinya sudah berubah sebagai "bank penasihat".

"Tenaga teller memang berkurang, tetapi tetap diperlukan sebagai financial

advisor untuk nasabah yang masih datang ke cabang," katanya.

Sedangkan Mahelan Prabantarikso mengatakan, keberadaan kantor kas maupun kantor cabang

BTN sejauh ini masih dibutuhkan. Sebab, tak semua bisa dilakukan melalui digital.

BTN merupakan perbankan yang mengurus perkreditan rumah, seperti kredit perumahan

rakyat (KPR). Maka, tak semua akadnya bisa dilakukan secara online.

"Harus ada tatap muka. Jadi, kita tetap harus melayani," ujarnya.

Ia menuturkan, BTN juga tak melakukan pemutusan hubungan kerja karyawannya, yang

terdampak efisiensi. Alasannya, kebutuhan masyarakat akan rumah masih sangat tinggi,

sehingga mereka yang bakal terdampak peralihan ke digital bisa mengisi pos-pos pekerjaan sales

dan pelayanan.

"Jadi tidak ada yang dikeluarkan, malah kami masih juga merekrut pegawai baru," katanya.

Pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara (Binus) Doddy Ariefianto

mengatakan, tren digitalisasi takbisa dihindari oleh siapa pun, termasuk industri perbankan.

Menurutnya, industri perbankan harus segera beralih ke digital agar tidak ditinggalkan

nasabahnya.

13
"Bank itu harus mengubah model bisnisnya, sekarang orang tidak mau lagi datang ke cabang,

kalau perlu buka rekening lewat digital," kata Doddy, Jumat (22/11).

Menanggapi soal kantor cabang bank, peneliti dari Institute for Development of

Economics and Finance (Indef), Nailul Huda menuturkan, masih tetap dibutuhkan. Alasannya,

pengawasan umumnya dilakukan di kantor cabang.

Doddy pun mengatakan, kantor cabang akan tetap eksis. Kalau pun hilang, kata dia, tak akan

secepat di negara maju.

“Budaya Asia, terutama di Indonesia, human touch-nya masih cukup tinggi,” ujarnya.

Pengamat ekonomi dari Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menuturkan, dibutuhkan

atau tidaknya kantor cabang lebih didasarkan pada profil nasabah bank yang bersangkutan.

Menurut dia, jika profil nasabah sebuah bank didominasi generasi milenial dengan

karakter yang ingin mudah, cepat, dan praktis, maka bank akan semakin cepat menutup kantor

cabangnya, dan total beralih ke digital.

"Nantinya paling yang datang ke bank hanya yang masih merasa uang itu harus melihat fisiknya,

tapi anak milenial saat ini kan tidak," kata dia saat dihubungi, Sabtu (23/11).

Positif dan negatif

Ada pengaruh positif dan negatif jika perbankan beralih ke digital. Nailul Huda

mengatakan, peralihan perbankan ke digital mendukung tumbuhnya industri berbasis digital

yang lain. Menurutnya, hal itu positif bagi perekonomian. Terutama dalam hal efisiensi dan

kemudahan bertransaksi.

14
"Perusahaan juga bisa lebih efisien secara biaya, sehingga bisa menurunkan BOPO (belanja

operasional terhadap pendapatan operasional)," kata Huda saat dihubungi, Sabtu (23/11).

Menurutnya, dengan efisiensi tersebut, perbankan dapat menekan harga suku bunga

pinjaman. Hal itu akan menjadi daya tarik nasabah karena bunga yang diberikan tidak lagi besar.

Sedangkan pengaruh negatif, sebut Doddy, perbankan tidak mendapatkan pendapatan

berbasis komisi (fee based income) yang besar jika dibandingkan sebelum beralih ke digital.

Dengan digitalisasi, perbankan hanya bisa memaksimalkan jumlah transaksi nasabahnya.

Terkait memaksimalkan jumlah transaksi nasabah, menurut Lana, dengan digital perbankan akan

tetap bisa memberi pelayanan, meski kantor cabang tutup pada hari-hari tertentu.

"Artinya, yang melayani mesin, sehingga transaksi itu masimal," kata dia. "Sabtu-Minggu kita

tetap bisa bikin buku tabungan, cetak, setor tunai. Sudah ada mesinya semua, dan keuntungan

bank di situ."

Selain itu, kata Doddy, investasi digital bukan barang murah. Perbankan harus

mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, terutama untuk membeli infrastruktur pendukung.

"Butuh infrastruktur software, hardware, people, IT mahal. Mereka juga harus bersaing dengan

dompet digital, biaya promosinya itu bisa lebih mahal dari biaya software dan hardware," ucap

dia.

Doddy melihat, perbankan yang paling siap dalam peralihan digital adalah bank-bank

besar, seperti bank buku III dan bank buku IV. Alasannya, mereka memiliki kemampuan modal

yang besar untuk membeli infrastruktur.

15
Akan tetapi, ia mengatakan, bukan berarti bank-bank buku I dan II tidak dapat beralih ke

digital. Ia malah menyarankan agar bank-bank tersebut bisa bersinergi, membuat sebuat platform

digital perbankan bersama.

"Kalau misal bank buku I dan II bisa patungan meng-hire perusahaan ketiga, membuat sistem,

bisa saja itu opsi untuk mereka agar pindah ke digital tidak berat," ucap Doddy.

Sementara itu, Nailul Huda mengatakan, salah satu dampak dari digitalisasi adalah pengurangan

jumlah teller. Semakin banyak mesin ATM setor tunai, kata dia, juga mengikis fungsi dan peran

profesi itu.

"Digantikan oleh asisten virtual yang bisa berfungsi banyak hal," katanya.

Di sisi lain, Doddy mengatakan, tren pengurangan karyawan perbankan sudah terjadi secara

global.

"Bank konvensional yang ada di luar negeri itu sudah mayoritas sudah beralih ke digital karena

itu penghematan yang sangat besar bagi mereka," kata dia.

Menurutnya, mengelola kantor cabang membutuhkan biaya yang besar. Di dalam satu

kantor cabang atau kantor kas saja, kata dia, terdapat banyak karyawan dengan tugas dan jabatan

berbeda.

Satu kantor kas, ujar Doddy, harus punya pimpinan, manajer, staf, teller, costumer

service, dan satuan pengamanan. Biaya juga dibutuhkan untuk sewa ruangan, gedung, dan

telekomunikasi.

"Buat kantor kas saja biaya operasionalnya bisa sekitar Rp5 miliar per tahun, apalagi cabang

besar," katanya.

16
Menurut dia, ini sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga kerja di industri perbankan. Mereka

harus segera membekali diri dengan kemampuan yang baru.

Doddy mengatakan, seiring semakin hilangnya profesi seperti teller karena dampak

digitalasi, akan muncul keahlian atau pekerjaan baru yang akan sangat dibutuhkan. Misalnya,

tenaga informasi dan teknologi, programer, dan analis data.

Selain itu, ia menyebut, hal ini juga menjadi tugas dan tanggung jawab manajemen

perbankan. "Perbankan mulai harus memikirkan, bagaimana kalau ada pengurangan dan akan

diadaptasi ke mana?" ujarnya.

17
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perbankan adalah industri yang menangani uang tunai, kredit, dan transaksi keuangan lainnya.

Perbankan didefinisikan sebagai kegiatan bisnis dalam menerima dan menjaga uang yang

dimiliki oleh individu dan entitas lain, dan kemudian meminjamkan uang ini untuk melakukan

kegiatan ekonomi seperti menghasilkan untung atau sekadar menutupi biaya operasional.

Bank menyediakan tempat yang aman untuk menyimpan uang tunai dan kredit ekstra dan bank

menawarkan rekening tabungan, sertifikat setoran, serta rekening giro. Bank menggunakan

simpanan ini untuk memberikan pinjaman. Pinjaman ini termasuk hipotek rumah, pinjaman

bisnis, dan pinjaman mobil.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://kamus.tokopedia.com/p/perbankan/

https://www.jaringanprima.co.id/id/transformasi-perbankan-digital

https://www.alinea.id/bisnis/strategi-dan-dampak-transformasi-perbankan-di-era-digital-b1Xqe9pw6

19

Anda mungkin juga menyukai