Anda di halaman 1dari 37

Perpajakan 1 PPh Pasal 21

• Memberi wewenang kepada pihak ketiga


Witholding untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang

Tax System • Pihak ketiga → kewajiban memotong atau


memungut pajak atas penghasilan yang
dibayarkan kepada penerima penghasilan
sekaligus menyetorkannya ke kas negara.
• Di akhir tahun pajak, pajak tersebut akan
menjadi pengurang pajak atau kredit
pajak bagi pihak yang dipotong dengan
melampirkan bukti pemotongan atau
pemungutan.
Witholding Tax System

PEMOTONGAN PEMUNGUTAN
jumlah pajak yang dipotong atas jumlah pajak yang dipungut atas
jumlah penghasilan yang diberikan, sejumlah pembayaran yang berpotensi
sehingga menyebabkan berkurangnya menimbulkan penghasilan kepada
jumlah penghasilan yang diterimanya penerima pembayaran.

PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 PPh Pasal 22


PPh Pasal 21

pajak yang dipotong dari


penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh WPDN, yaitu
penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, serta
pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun.
Dasar Hukum
01 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008

02 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016


tentang Pedoman Teknis PPh Ps 21

03 Undang-Undang No. 7 Tahun 2021


tentang UU HPP
Perubahan Aturan PPh menurut UU HPP
01 Pajak atas natura: pembebasan PPh atas natura atau fasilitas dari pemberi kerja,
meliputi makanan dan minuman, natura untuk daerah tertentu, natura karena
keharusan pekerjaan (seragam, alat keselamatan kerja, dan lainnya), natura yang
bersumber dari APBN/APBD, dan natura dengan jenis dan batasan tertentu.

02 PPh pengusaha perorangan (UMKM): perubahan tarif pajak final dari 0,5% (PP
No 23 Tahun 2018) menjadi 0% atau tidak dikenai pajak untuk peredaran bruto
setahun sampai dengan Rp500 juta.

03 PPh badan: perubahan tarif tahun 2022 dari 20% kembali menjadi 22%.

04 PPh orang pribadi: perubahan lapisan tarif pajak Pasal 17 ayat (1) huruf a UU Pajak
Penghasilan No 36 Tahun 2008.
1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri
Subjek PPh Ps 21 dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
penilai, dan aktuaris;
2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang
Pegawai film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film,
foto model, peragawan/ peragawati, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
3. olahragawan;
penerima uang pesangon, pensiun 4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
atau uang manfaat pensiun, tunjangan moderator;
hari tua, atau jaminan hari tua, 5. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik,
termasuk ahli warisnya komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi
jasa kepada suatu kepanitiaan;
bukan pegawai yang menerima atau 7. agen iklan;
memperoleh penghasilan 8. pengawas atau pengelola proyek;
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau
sehubungan dengan pemberian jasa yang menjadi perantara;
10. petugas penjaja barang dagangan;
11. petugas dinas luar asuransi;
12. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct
selling dan kegiatan sejenis lainnya;
Subjek PPh Ps 21
anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak
merangkap sebagai Pegawai Tetap
pada perusahaan yang sama

Mantan Pegawai

peserta kegiatan yang menerima 1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain
perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan,
atau memperoleh penghasilan teknologi dan perlombaan lainnya;
sehubungan dengan 2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau
keikutsertaannya dalam suatu kunjungan kerja;
kegiatan 3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu;
4. peserta pendidikan dan pelatihan;
5. peserta kegiatan lainnya.
Bukan Subjek PPh Pasal 21

pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat pejabat perwakilan organisasi internasional,


atau pejabat lain dari negara asing, dan orang- yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
orang yang bekerja dan bertempat tinggal dengan syarat bukan WNI dan tidak menjalankan
bersama mereka, dengan syarat bukan WNI usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
dan di Indonesia tidak memperoleh memperoleh penghasilan dari Indonesia.
penghasilan lain diluar jabatan atau
pekerjaannya tersebut, serta negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik
Objek PPh Ps 21

penghasilan yang diterima Pegawai Tetap → penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga
01 Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun 04 Kerja Lepas, berupa upah harian, upah
Tidak Teratur mingguan, upah satuan, upah borongan atau
upah yang dibayarkan secara bulanan
penghasilan yang diterima atau diperoleh imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain
02 penerima pensiun secara teratur berupa 05 berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk
apapun sebagai imbalan sehubungan jasa yang
penghasilan berupa uang pesangon, uang dilakukan
03 manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, 06 berupa uang saku, uang representasi, uang
yang pembayarannya melewati jangka rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan
waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan
bekerja imbalan sejenis dengan nama apapun
Objek PPh Ps 21
penghasilan berupa honorarium atau imbalan
07 yang bersifat tidak teratur yang diterima atau Termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura
diperoleh anggota dewan komisaris atau dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam
dewan pengawas yang tidak merangkap bentuk apapun yang diberikan oleh:
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang
sama Wajib Pajak yang dikenakan Pajak penghasilan
penghasilan berupa jasa produksi, tantiem,
01 yang bersifat final;
08 gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
bersifat tidak teratur yang diterima atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan
diperoleh mantan pegawai 02 berdasarkan norma penghitungan khusus
penghasilan berupa penarikan dana (deemed profit).
09 pensiun oleh peserta program pensiun yang
(didasarkan pada harga pasar atas barang yang
masih berstatus sebagai pegawai, dari dana
diberikan atau nilai wajar atas pemberian
pensiun yang pendiriannya telah disahkan
kenikmatan yang diberikan)
oleh Menteri Keuangan
Pemberi kerja
Pemotong 01 1. orang pribadi dan badan;
2. cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan
sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan
PPh Ps 21 pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut.

Bendahara atau pemegang kas pemerintah


02 Bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk
institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga
pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan
Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan

Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja,


03 dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara
berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
Pemotong 04 pekerjaan bebas serta badan yang membayar:
1. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
PPh Ps 21 sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi
dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga
ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan
atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya;
2. honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi
dengan status Subjek Pajak luar negeri;
3. honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta
pendidikan dan pelatihan, serta pegawai magang;

05 Penyelenggara kegiatan
badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan
internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya
yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium,
hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib
Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.
Ketentuan Lain
Pemotong PPh Pasal 21 dan penerima penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 wajib
mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pegawai, penerima pensiun berkala, serta bukan pegawai wajib membuat surat pernyataan
yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada saat mulai
menjadi SPDN dan wajib menyerahkannya kepada Pemotong PPh Pasal 21 pada saat mulai
bekerja atau mulai pensiun.

Jika ada perubahan tanggungan keluarga bagi pegawai, penerima pensiun berkala dan bukan
pegawai wajib membuat surat pernyataan baru dan menyerahkannya kepada pemotong PPh
Pasal 21 paling lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya.

Pemotong PPh Pasal 21 wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh yang
terutang untuk setiap bulan kalender, dan membuat Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
Ketentuan Lain
Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh pasal 21 untuk setiap bulan
kalender tetap berlaku, dalam hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.

Jika terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh pasal 21 yang terutang oleh pemotong,
kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang pada
bulan berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21

Bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif 20% lebih tinggi.
Penghasilan Bruto

PENGHASILAN TERATUR: Gaji, tunjangan, honorarium, insentif, uang lembur, dan


premi asuransi yang dibayar pemberi kerja

PENGHASILAN TIDAK TERATUR: Bonus, THR, Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi,


Uang Cuti, Premi Asuransi Tahunan yang dibayar pemberi kerja

JKK

JKM
PREMI ASURANSI
BPJS Tenaga Objek PPh Ps 21
Kerja
JPK

JHT
IURAN PENSIUN
Bukan Objek PPh Ps 21
Pengurang yang Diperbolehkan
(Pegawai Tetap)

Biaya Jabatan Biaya Pensiun Iuran Pensiun/JHT

• Biaya yang sifatnya fiktif 5% dari penghasilan Iuran terkait dengan


• Cerminan biaya yang bruto setinggi- gaji yang dibayarkan


berhubungan dengan
pekerjaan
Tanpa memandang
& tingginya Rp2.400.000
setahun atau
Rp200.000 sebulan
kepada dana pensiun
yang pendiriannya
telah disahkan oleh
memiliki jabatan/tidak Menteri Keuangan

5% dari penghasilan Boleh menjadi pengurang penghasilan neto


bruto, setinggi-tingginya asal dibayarkan sendiri oleh pegawai
Rp6.000.000 setahun atau
Rp500.000 sebulan
Tarif pajak dikenakan terhadap Dasar Pengenaan Pajak sebagai Penghasilan
berikut:
Tidak Kena
• PTKP → jumlah pendapatan WPOP yang dibebaskan dari PPh Pasal 21.
• PTKP → pengurang penghasilan neto WP, untuk mencari jumlah
Pajak
penghasilan yang dikenakan pajak.
• PTKP bisa dikatakan dasar penghitungan PPh 21 → jika penghasilan
seorang WP tidak melebihi PTKP maka tidak dikenakan pajak
penghasilan Pasal 21.
• Apabila penghasilan WP melebihi PTKP, maka penghasilan neto
setelah dikurangi PTKP menjadi dasar penghitungan PPh 21.
• Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada AWAL TAHUN
kalender atau AWAL BULAN dari bagian tahun kalender.
Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan status wajib pajak pada
awal tahun pajak yang bersangkutan. Status wajib pajak terdiri dari: Penghasilan
• TK/... Tidak Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota Tidak Kena
keluarga; Pajak
• K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota
keluarga;
• K/I/... Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, ditambah
dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga;
Tanggungan anggota keluarga → anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang untuk setiap keluarga.

Sedarah lurus Ayah, Ibu, Anak Kandung

Semenda lurus Mertua, anak tiri


Tarif PTKP Terbaru (PTKP 2021) Pajak Penghasilan Pasal 21 Penghasilan
Berikut ini adalah tarif PTKP yang berlaku sejak tahun 2016 hingga Tidak Kena
sekarang:
Pajak
• Wajib pajak orang pribadi lajang → Rp54.000.000.
• Istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami →
Rp54.000.000.
• Wajib pajak yang kawin → Rp4.500.000.
• Rp4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang untuk setiap
keluarga.
Daftar PTKP untuk perhitungan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Penghasilan
mulai tahun pajak 2016 yang mengacu pada PMK
No.101/PMK.010/2016 adalah sebagai berikut: Tidak Kena
Laki-laki/Perempuan Lajang Pajak
Keterangan Status Besaran PTKP
WP Tidak Kawin Tanpa Tidak Kawin → TK/0 Rp54.000.000
Tanggungan
WP Tidak Kawin, Tidak Kawin → TK/1 Rp58.500.000
punya 1 Tanggungan
WP Tidak Kawin, Tidak Kawin → TK/2 Rp63.000.000
punya 2 Tanggungan
WP Tidak Kawin, Tidak Kawin → TK/3 Rp67.500.000
punya 3 Tanggungan
Daftar PTKP untuk perhitungan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Penghasilan
mulai tahun pajak 2016 yang mengacu pada PMK
No.101/PMK.010/2016 adalah sebagai berikut: Tidak Kena
Laki-laki Kawin Pajak
Keterangan Status Besaran PTKP
WP Kawin Tanpa Kawin → K/0 Rp58.500.000
Tanggungan
WP Kawin, punya 1 Kawin → K/1 Rp63.000.000
Tanggungan
WP Kawin, punya 2 Kawin → K/2 Rp67.500.000
Tanggungan
WP Kawin, punya 3 Kawin → K/3 Rp72.000.000
Tanggungan
Daftar PTKP untuk perhitungan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Penghasilan
mulai tahun pajak 2016 yang mengacu pada PMK
No.101/PMK.010/2016 adalah sebagai berikut: Tidak Kena
Suami dan Istri Digabung Pajak
Keterangan Status Besaran PTKP
WP Kawin dan Penghasilan Kawin → K/I/0 Rp112.500.000
Istri digabung Penghasilan
Suami Tanpa Tanggungan
WP Kawin dan Penghasilan Kawin → K/I/1 Rp117.000.000
Istri digabung Penghasilan
Suami, Punya 1 Tanggungan
WP Kawin dan Penghasilan Kawin → K/I/2 Rp121.500.000
istri digabung Penghasilan
Suami, Punya 2 Tanggungan
WP Kawin dan Penghasilan Kawin → K/I/3 Rp126.000.000
Istri digabung Penghasilan
Suami, Punya 3 Tanggungan
Penghasilan
Tidak Kena
Pajak

Syarat:
Menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah setempat
(min. kecamatan) bahwa suami tidak memperoleh penghasilan
Andika adalah seorang lulusan S1 UI yang Ya/Tidak Jumlah
mulai bekerja di PT Pratama pada tanggal 1 Wajib Pajak Y 54.000.000
Juni 2020. Andika menikah pada tanggal 30 Status Kawin T -
Mei 2023, istrinya adalah seorang guru.
Tanggungan T -
Status TK/0 PTKP 54.000.000

Ryan adalah seorang pegawai, menikah, dan Ya/Tidak Jumlah


memiliki anak kembar, yang lahir pada
Wajib Pajak Y 54.000.000
tanggal 2 Februari 2023. Ryan juga memiliki
tanggungan seorang anak angkat dan orang Status Kawin Y 4.500.000
tua yang keduanya adalah pensiunan. Tanggungan T 4.500.000
PTKP 63.000.000
Status K/1
Tarif yang dipakai adalah tarif Pasal 17 ayat (1) yang diubah pada
Undang- undang Pajak Penghasilan terbaru (UU HPP), yaitu:
Tarif
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Pemotongan
Rp0 s.d. Rp60.000.000 5% PPh Pasal 21
Di atas Rp60.000.000 s.d. Rp250.000.000 15%
Di atas Rp250.000.000 s.d. Rp500.000.000 25%
Di atas Rp500.000.000 s.d. Rp5.000.000.000 30%
Di atas Rp5.000.000.000 35%

Jika tidak memiliki NPWP → dikenakan sanksi kenaikan


sebesar 20%
Tarif pajak dikenakan terhadap Dasar Pengenaan Pajak sebagai
berikut:
Penghasilan Kena Pajak Dasar
= jumlah seluruh penghasilan bruto setelah dikurangi dengan:
a. biaya jabatan, sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Pengenaan
Rp500.000,00 sebulan atau Rp6.000.000,00 setahun; Pajak
b. iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada
dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri (Pegawai
Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan
hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya Tetap)
telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
c. Dikurangi PTKP
Waktu pembayaran atau Pelunasan Pajak Penghasilan Terutang.

Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh WPOP


a. Batas waktu penyampaian SPT maksimal 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak
• Tahun Pajak → jangka waktu 1 tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
• Dikecualikan → WPOP yang dalam satu tahun Pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi PTKP.
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus dibayar
lunas sebelum SPT PPh disampaikan.

Untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan


a. Batas waktu penyampaian maksimal 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus dibayar
lunas sebelum SPT PPh disampaikan.
Waktu pembayaran atau Pelunasan Pajak Penghasilan Terutang.

Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa


Batas waktu pembayaran, penyetoran, atau pelaporan pajak untuk SPT masa untuk PPh Ps
21 adalah : tgl 10 bulan berikutnya (batas pembayaran), tanggal 20 bulan berikutnya (batas
pelaporan)

Tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporan pajak untuk SPT Masa, yaitu :
• Jika tanggal jatuh tempo pembayaran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari
sabtu atau hari libur nasional → pembayaran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
• Jika tanggal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau
hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
• Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan
umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan
oleh Pemerintah.
Perhitungan PPh pasal 21 untuk pegawai Tetap
Cahya merupakan seorang karyawati bekerja di PT BCD mendapatkan gaji perbulannya
Rp5.000.000. Dia tercatat seorang fresh graduate yang baru bekerja selama satu tahun dengan
status belum menikah dan tidak memiliki tanggungan.
Berapa besar pajak yang harus dibayar oleh Cahya?
Gaji Pokok Rp 5.000.000
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% x Rp5.000.000) Rp250.000
Penghasilan Bersih Per-Bulan Rp4.750.000
Penghasilan Bersih Per-Tahun (Rp4.750.000 x 12 bulan) Rp57.000.000

PTKP → TK/0 Rp54.000.000


Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp3.000.000
PPh Terutang (5% x Rp3.000.000) Rp150.000
PPh 21 sebulan (Rp150.000/12 bulan) Rp12.500
Perhitungan PPh pasal 21 untuk pegawai Tetap
Jefry bekerja di PT Adhi dan memperoleh gaji sebulan berupa gaji pokok Rp6.500.000. Jefry
membayar iuran pensiun sebesar Rp175.000. Hingga saat ini, Jefry belum memiliki NPWP. Jefry
sudah menikah, tetapi belum memiliki anak.

Gaji Pokok Rp 6.500.000


Pengurang:
Biaya Jabatan (5% x Rp6.500.000) Rp325.000
Iuran Pensiun Rp175.000
Penghasilan Bersih Per-Bulan Rp6.000.000
Penghasilan Bersih Per-Tahun (Rp6.000.000 x 12 bulan) Rp72.000.000

PTKP → K/0 Rp58.500.000


Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp13.500.000
PPh Terutang (5% x Rp13.500.000) Rp675.000
PPh 21 sebulan (Rp675.000/12 bulan) Rp56.250
PPh 21 sebulan (Tidak memiliki NPWP) → 120% x Rp56.250 Rp67.500
Contoh Kasus 01
Juna merupakan pegawai pada PT BAP, ber NPWP dan status K/1, memperoleh gaji Rp3.500.000
dan tunjangan Rp9.500.000 per bulan. PT BAP mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan,
membayar premu JKK dan JKM untuk pegawainya masing-masing 0,5% dan 0,3% dari gaji.

PT BAP menanggung iuran JHT sebesar 3,7% dari gaji dan Juna membayar sendiri iuran JHT
sebesar 2% dari gaji setiap bulan.

PT BAP membayar iuran pensiun untuk pegawainya ke dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp500.000, sedangkan Juna membayar
iuran pensiun sebesar Rp200.000.

Berapakah PPh Ps 21 yang terutang atas penghasilan tersebut?


Contoh Kasus 01
Gaji 3.500.000
Tunjangan Kinerja 9.500.000
Premi Asuransi dibayar pemberi kerja
JKK (0,5% x 3.500.000) 17.500
JKM (0,3% x 3.500.000) 10.500
Penghasilan Bruto 13.028.000
Pengurang penghasilan:
Biaya Jabatan (5% x 13.028.000) 500.000
Iuran pensiun yang dibayar sendiri 200.000
Iuran JHT (2% x 3.500.000) 70.000
Pengurang Penghasilan Bruto 770.000
Penghasilan Neto 12.258.000
Penghasilan Neto Setahun 147.096.000
PTKP (K/1) 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak 84.096.000
Contoh Kasus 01
Penghasilan Kena Pajak 84.096.000
PPh Ps 21 setahun:
5% x 60.000.000 3.000.000
15% x 24.096.000 3.614.400
6.614.400

PPh Ps 21 sebulan (6.614.400 : 12) = 551.200

Take Home pay


Gaji 3.500.000
Tunjangan Kinerja 9.500.000
Iurang Pensiun (200.000)
Iuran JHT (70.000)
PPh 21 (551.200)
Take Home Pay 12.178.800
Contoh Kasus 02
Pada bulan Juni, Juna mendapatkan bonus sebesar 6.000.000. Hitunglah berapa PPh Ps 21 atas
bonus yang diterima Juna?
Penghasilan bruto 1 bulan 13.028.000
Penghasilan bruto 1 tahun 156.336.000
Bonus 6.000.000
Jumlah Penghasilan bruto setahun 162.336.000
Pengurang penghasilan:
Biaya Jabatan (5% x 162.336.000) 6.000.000
Iuran pensiun yang dibayar sendiri setahun 2.400.000
Iuran JHT setahun 840.000
Pengurang Penghasilan Bruto 9.240.000
Penghasilan Neto setahun 153.096.000
PTKP (K/1) 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak 90.096.000
Contoh Kasus 02
Penghasilan Kena Pajak 90.096.000
PPh Ps 21 setahun:
5% x 60.000.000 3.000.000
15% x 30.096.000 4.514.400
PPh Ps 21 dengan bonus 7.514.400
PPh Ps 21 Gaji 6.614.400
PPh Bonus 900.000

Anda mungkin juga menyukai