Anda di halaman 1dari 35

Perhitungan

PPh Pasal 21
Nama Kelompok :

Reza Afrizal
17013010297
Kintan Amelia Kuntjoro
18013010098
Jayanti Dwi Lestari
18013010123
Bima Sakti Anggoro P.
18013010178
Emilia Nur H.
18013010179
Soffi Marisha Y. 18013010188
Apa itu PPh 21 ??
PPh 21 merupakan pajak pemotong an yang
dikenakan atas peng has ilan yang diterima
oleh s eorang Wajib Pajak Orang Pribadi
(WPOP) dalam neg eri atas pe kerjaan, jas a
atau keg iatan yang dilakukannya . PPh 21
akan dipotong dari peng has ilan yang
diterima oleh s es eorang .

Perlakuan atas PPh 21 s ang at bervarias i terg antung pada je nis
pe ng has ilannya. Ada berbag ai kateg ori jenis peng has ilan yang
dikenakan PPh 21 :

Pe ng has ilan Pe ng has ilan Pe ng has ilan


bag i Pe g awai bag i Pe g awai bag i Bukan
Tetap Tidak Tetap Pe g awai

Pe ng has ilan
yang Pe ng has ilan
dikenakan Lainnya
PPh 21 Final
 Pegawai.
Wajib Pajak PPh 21  Penerima uang pesangon, pensiun atau
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua, termasuk ahli
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, warisnya juga merupakan wajib pajak PPh
penyuluh, dan moderator; Pasal 21.
 Pengarang, peneliti, dan penerjemah;  Wajib pajak PPh 21 kategori bukan
 Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk pegawai yang menerima atau memperoleh
teknik, komputer dan sistem aplikasinya, penghasilan sehubungan dengan
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, pemberian jasa, meliputi:
dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu  Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
kepanitiaan; bebas, yang terdiri dari pengacara,
 Agen iklan; akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
 Pengawas atau pengelola proyek; penilai dan aktuaris;
 Pembawa pesanan atau menemukan langganan  Pemain musik, pembawa acara, penyanyi,
atau yang menjadi perantara; pelawak, bintang film, bintang sinetron,
 Petugas penjaja barang dagangan; bintang iklan, sutradara, kru film, foto
 Petugas dinas luar asuransi; dan/atau model, peragawan/peragawati, pemain
 Distributor perusahaan multilevel marketing atau drama, penari, pemahat, pelukis dan
direct selling dan kegiatan sejenis lainnya seniman lainnya;
 Olahragawan;
Objek Pajak PPh Pasal 21
A. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang
bersifat teratur maupun tidak teratur.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur berupa uang
pensiun atau penghasilan sejenisnya.
3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan
dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis.
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan,
upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan
sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat,
honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan
sejenis dengan nama apapun.
B. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan


dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa.
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun diberikan
oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, termasuk Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh
pemberi kerja, termasuk yang ditanggung oleh Pemerintah, merupakan penerimaan.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau Badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.
4. Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari Badan atau lembaga amil zakat
yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang
berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan.
5. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (3) huruf l Undang-Undang Pajak
Penghasilan.
Pemotongan PAJAK PPh PASAL 21

Bendahara/pemegang kas pemerintah,


termasuk bendahara/ pemegang kas pd
Pemberi kerja yg terdiri dari
Pemerintah Pusat termasuk institusi
orang pribadi dan badan , baik
TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi/
merupakan pusat maupun
lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
cabang, perwakilan / unit yg
negara lainnya,dan Kedutaan Besar RI di
membayar gaji, upah,
luar negeri, yang membayar gaji,upah,
honorarium, tujangan, dan
honorarium, tunjangan, dan pembayaran
pembayaran lain dgn nama
lain dgn nama dan dlm bentuk apa pun
dan dlmm bentuk apa pun, Dana pensiun, badan sehubung dengan pekerjaan/jabatan,
sebagai imbalan sehubungan penyelenggara jaminan social
jasa dan kegiatan
dgn pekerjaan/jasa yg tenaga kerja, dan badan-badan
dilakukan oleh pegawai/ bukan lain yg membayar uang
pensiun dan tunjangan hari
pegawai.
tua atau jaminan hari tua
Penyelenggara kegiatan,
termasuk badan pemerintaha,
organisasi yang bersifat
Orang pribadi yg melakukan kegiatan usaha/pekerjaan nasional dan internasional ,
bebas serta bada yang membayar : perkumpulan, orang pribadi
a. honorarium/pembayaran lain sebagai imbalan serta lembaga lainnya yg
sehubungan dgn jasa dan/atau kegiatan yg menyelenggarakan kegiatan,
dilakukan oleh orang pribadi dgn status Subjek yg membayar honorarium,
Pajak dlm negeri, termasuk jasa tenaga ahli yg hadiah, atau penghargaan dlm
melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk bentuk apa pun kepada WP
dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas prang pribadi dlm negeri
nama persekutuannya ; berkenaan dgn suatu
b. Honorarium/pembayaran lain sebagai imbalan kegiatan.
sehubungan dgn kegiataan dan jasa yg dilakukan
oleh orang pribadi dgn status Subjek Pajak luar
negeri;
c. Honorarium/imbalan lain kepada peserta Yang tdk termasuk sebagai pemberi kerja yg mempunyai kewajiban untuk
pendidikan, pelatihan, dan magang; melakukan pemotongan pasal 21 adalah :
1. Kantor perwakilan Negara asing ;
2. Organisasi-organisasi internasional yg telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
3. Pemberi kerja orang pribadi yg tdk melakukan kegiatan usaha/pekerjaan
bebas yg semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga bukan dlm rangka melakukan kegiatan usaha /
pekerjaan bebas.
Pengisian Formulir SPT PPh 21/26

Formulir SPT Masa PPh Pasal 21/26 adalah formulir yang


digunakan untuk melaporkan objek PPh Pasal 21/26 dan PPh
Pasal 21/26 terutang atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan.
Yang wajib melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21/26 adalah
Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan yang
mempunyai kewajiban sebagai pemotong pajak PPh Pasal 21
dan/atau Pasal 26.
Formulir yang digunakan untuk melaporkan PPh Pasal 21
dan/ atau PPh pasal 26 terdiri dari :

Formulir Dan Petunjuk


Formulir dan Petunjuk Pengisian Formulir Formulir Dan Petunjuk
Pengisian SPT Masa Pengisian Formulir 1721-II
1721-I Daftar Pemotongan Daftar Pemotongan PPh
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 21 Pegawai Tetap Pasal 21 (Tidak Final)
PPh Pasal 26 1721 dan Penerima dan/atau Pasal 26
Pensiun/Tunjangan Hari Tua

Formulir Dan Petunjuk Formulir Dan Petunjuk


Pengisian Formulir 1721-IV
Pengisian Formulir Daftar Surat Setoran Pajak
1721-III Daftar (SSP) dan/atau Bukti
Pemotongan PPh Pasal Pemindahbukuan (Pbk) Untuk
Pemotongan PPh Pasal 21
21 Final dan/atau Pasal 26
Formulir yang digunakan untuk melaporkan PPh Pasal 21
dan/ atau PPh pasal 26 terdiri dari :

Formulir Dan Petunjuk Formulir Dan Petunjuk


Formulir Dan Petunjuk Pengisian Formulir 1721-VI Pengisian Formulir
Pengisian Formulir Bukti Pemotongan PPh Pasal 1721-VII Bukti
1721-V Daftar Biaya 21 (Tidak Final) atau Pasal Pemotongan PPh Pasal
26 21 (Final)

Formulir Dan Petunjuk


Formulir Dan Petunjuk Pengisian
Pengisian Formulir Pemotongan PPh
Pasal 21 1721-A2 Untuk
Formulir Pemotongan PNS, Pejabat Negara,
PPh Pasal 21 1721-A1 Anggota TNI, Anggota POLRI
dan Pensiunannya
E-Filling
E-Filing merupakan sistem yang berfungsi membantu wajib pajak dalam
Pajak
melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) secara online. Sistem ini sebenarnya
sudah berjalan sejak tahun 2005, namun belum masif digunakan karena saat
itu E-Filing menggunakan jasa penyedia aplikasi, yang merupakan
perusahaan swasta, sehingga masih berbayar.
Di tahun 2012 baru pemerintah menyediakan fasilitas E-Filing
secara gratis khusus untuk pelaporan SPT PPh orang pribadi 1770S dan
1770SS. E-Filing bisa langsung diakses di
situs http://www.pajak.go.id/ atau https://djponline.pajak.go.id/account/login.
Pelaporan pajak ini dilakukan setiap bulan Maret dengan tenggat waktu
hingga akhir bulan Maret.

Surat Pemberitahuan atau SPT untuk wajib pajak


pribadi memiliki tiga jenis:

01 SPT 1770

02 SPT 1770S

03 SPT 1770SS
Bagaimana cara pelaporan pajak
online dengan E-Filing?
Adapun persyaratan untuk menggunakan E-Filing pajak adalah :

1.Kode EFIN (Electronic Filing Identification Number)


2.SPT baik dalam bentuk lembaran atau elektro nik (disampaikan lewat email)
3.Sudah terdaftar di OlinePajak

Selanjutnya, perhatikan langkah-langkah berikut ini untuk proses E-Filing


1. Dapatkan EFIN terlebih dahulu
Untuk bisa melakukan pengisian E-Filing, terlebih dahulu Anda harus mendapatkan
EFIN. Jika Anda sudah memiliki EFIN dan sertifikat elektronik maka tidak perlu lagi
meminta EFIN baru.
Yang dimaksud dengan sertifikat elektronik adalah sertifikat yang berisi tanda
tangan elektronik dan identitas wajib pajak. Sertifikat elektronik diberikan pihak
Dirjen Pajak pada Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebagai bukti otentikasi pengguna
layanan pajak, baik berupa aplikasi pajak yang disediakan oleh Dirjen Pajak maupun
layanan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak melalui website.
Bagi Wajib Pajak yang belum, harus mengajukan 2. Buat akun E-Filing di DJP Online
permintaan EFIN ke tempat pelayanan pajak, dengan Bagi Wajib Pajak yang sudah pernah melakukan E-Filing
langkah-langkah sebagai berikut: sebelumnya, bisa langsung login
ke https://djponline.pajak.go.id/account/login dengan mengisi
nomor NPWP dan password
1. Wajib Pajak harus unduh dulu formulir
Sedangkan bagi Anda yang belum pernah registrasi, bisa
permohonan aktivasi EFIN di
mengikuti langkah-langkah berikut :
link https://www.pajak.go.id/id/formulir-
permohonan-efin .
1. Masuk ke
2. Selanjutnya pastikan Wajib Pajak memiliki
link https://djponline.pajak.go.id/account/login
persyaratan lengkap yaitu;
kemudian pilih menu “Anda belum terdaftar? Daftar
• Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli dan fotokopi
di sini”
untuk warga negara Indonesia,
2. Langkah kedua adalah memasukkan nomor dari kartu
• Paspor dan Kartu Izin Tinggal Sementara
NPWP dan EFIN yang telah Anda terima lalu klik
(KITAS)/ Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP)
“Verifikasi”
• Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau surat
3. Anda kemudian akan menuju laman yang
keterangan terdaftar sebagai wajib pajak
menunjukkan identitas Anda secara otomatis. Periksa
• Email
kembali apakah data yang tertera sudah benar. Lalu
3. Dapatkan dan aktifkan EFIN di kantor pelayanan
buat password sesuai keinginan dan klik “Simpan”
pajak terdekat atau di booth pelayanan pajak.
4. Setelah itu cek pesan masuk di email Anda. Anda
Biasanya pihak kantor pajak membuka booth
akan mendapatkan email yang berisikan nomor
layanan pajak setiap bulan Maret di area-area
identifikasi dan password (kata sandi), serta link
perkantoran untuk memudahkan karyawan.
aktivasi. Klik link tersebut untuk aktivasi
Login dan laporkan pembayaran pajak online

Setelah daftar dan memiliki akun, sekarang Wajib Pajak tinggal melakukan proses pelaporan pembayaran pajak
dan upload SPT.
1. Login ke situs https://djponline.pajak.go.id/account/login 2. Klik “E-Filing” untuk diarahkan ke laman “Daftar SPT”. Lalu
dengan memasukkan nomor kartu NPWP dan password Anda. klik “Buat SPT” untuk menuju ke laman selanjutnya. Anda akan
menemukan ada pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk
menentukan jenis formulir SPT Anda (1770, 1770-S, atau 1770-
SS).
3. Kemudian Wajib Pajak bias memilih apakah
hendak mengisi STP dengan formulir atau
pertanyaan panduan. • Dengan panduan

• Bentuk Formulir
4. Isi semua halaman sampai dengan halaman terakhir.
Kemudian klik “disini” untuk meminta kode verifikasi. Kode
verifikasi akan dikirimkan ke email.

5. Langkah selanjutnya adalah klik “Kirim SPT”. Terakhir, simpan


data yang sudah diisi dengan klik “Simpan”.
PEMBAYARAN DAN PELAPORAN

Pembayaran PPh 21

PPh 21 merupakan jenis pajak pemotongan, sehingga


penghasilan yang diterima akan dipotong sebesar
jumlah PPh 21 yang terutang. Dalam hal ini, PPh 21 Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan
melibatkan 2 pihak, yaitu pemberi kerja dan penerima peraturan pembayaran pajak mulai 1 Juli 2016
penghasilan. PPh 21 ditanggung oleh penerima hanya dapat dilakukan secara elektronik.
penghasilan, namun pembayaran pajaknya dilakukan Pembayaran pajak dan penyetoran dilakukan oleh
oleh pemberi kerja dengan memotong penghasilan pihak pemotong ke Kas Negara menggunakan
yang dibayarkan kepada penerima penghasilan. aplikasi e-Billing dengan cara membuat ID billing
Pembayaran pajak PPh 21 harus dilakukan selambat- terlebih dahulu, lalu membayarnya melalui Bank
lambatnya pada tanggal 10 bulan berikutya. Persepsi (ATM, teller bank, internet banking​) yang
telah disetujui oleh Kementerian Keuangan. Jatuh
tempo pembayaran PPh Pasal 21 adalah tanggal
10 bulan berikutnya. Setelah melakukan
penyetoran, maka pemberi kerja akan
memperoleh Nomor Transaksi Penerimaan
Negara (NTPN) sebagai bukti pembayaran.
Bukti pemotongan juga terdiri dari beberapa jenis
Pelaporan PPh 21 formulir yang dibedakan berdasarkan jenis
penghasilan, berikut adalah rincian nama dan kode
PPh 21 dilaporkan oleh pemberi kerja melalui SPT PPh Pasal
21 selambat-lambatnya pada tanggal 20 bulan berikutnya. formulir bukti pemotongan dalam pelaporan PPh 21:
Sementara penerima penghasilan akan menerima bukti
No. Nama Formulir Kode Formulir
potong yang digunakan sebagai pengurang PPh Orang
1 Bukti Pemotongan PPh 21 (Tidak Final) atau PPh 26 1721-VI
Pribadi pada akhir periode.SPT PPh 21 terdiri dari
serangkaian formulir yang harus dilengkapi 2 Bukti Pemotongan PPh 21 (Final) 1721-VII

3 Bukti Pemotongan PPh 21 bagi Pegawai Tetap atau Penerima 1721-A1


Pensiun atau THT/JHT Berkala

nama dan kode formulir SPT 4 Bukti Pemotongan PPh 21 bagi PNS atau Anggota TNI atau 1721-A2

PPh 21: Nama Formulir


Anggota Polisi RI, Pejabat Negara dan Pensiunannya
No. Kode Formulir

1 Induk SPT Masa PPh 21 dan/atau PPh 26 1721 Proses pelaporan SPT PPh 21 harus dilakukan melalui e-
2 Daftar Pemotongan PPh 21 bagi Pegawai Tetap dan Penerima 1721-I filling sesuai dengan yang diwajibkan oleh
Pensiun atau THT/JHT Berkala serta bagi PNS, Anggota TNI, PMK.09/PMK.03/2018. Setelah melakukan pelaporan
Anggota Polisi RI, Pejabat Negara dan Pensiunannya
melalui e-filling, pemberi kerja akan memperoleh Bukti
3 Daftar Bukti Pemotongan PPh 21 (Tidak Final) dan/atau PPh 1721-II
26 Penerimaan Elektronik (BPE).
4 Daftar Bukti Pemotongan PPh 21 (Final) 1721-III
Batas Pembayaran Batas Pelaporan
5 Daftar SSP dan/atau Bukti Pemindahbukuan (Pbk) untuk 1721-IV
Pemotongan PPh 21 dan/atau PPh 26
Tanggal 10 Bulan Berikutnya Tanggal 20 Bulan Berikutnya
6 Daftar Biaya 1721-V
Perhitung an & Tarif
PPh 21 = Tarif Pajak x (Penghasilan - Pengurang)

Pada das arnya tarif pajak untuk PPh 21 adalah tarif pajak s ebag aimana yang diatur dalam UU PPh

Pas al 1 7 ayat 1 , kecuali ditetapkan lain oleh Peraturan Pemerintah. Tarif yang ditetapkan pada UU PPh

Pas al 1 7 merupakan jenis pajak prog res if yang dirincikan s ebag ai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Tarif UU PPh Pasal 17


Selain itu, terdapat peningkatan tarif pajak Pajak
sebesar 20% sebagai denda bagi pihak
s.d. Rp 50 juta 5%
penerimapenghasilan yang belum memiliki NPWP.
Diatas Rp 50 Juta - 250 Juta 15%

Diatas Rp 250 Juta - 500 Juta 25%


PPh 21 yang harus dibayar = 120% x PPh 21 Terutang
Diatas Rp 500 Juta 30%
Pe ng has ilan untuk Pe g awai Teta p
Penghasilan Teratur Penghasilan Tidak Teratur

• Penghasilan bagi pegawai tetap berupa • Penghasilan bagi pegawai tetap ​selain
gaji atau upah,segala macam tunjangan, penghasilan yang bersifat teratur, yang
dan imbalan dengan nama apapun yang diterima sekali dalam satu tahun
diberikan secara periodik berdasarkan atauperiode lainnya, antara lain berupa
ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi bonus, THR, jasa produksi, tantiem,
kerja,termasuk uang lembur. gratifikasi,atau imbalan sejenis lainnya
dengan nama apa pun.

PPh 21 bagi pegawai tetap merupakan jenis pajak yang dikenakan per bulan, namun
perhitungannya dilakukan baik per bulan (berupa perhitungan estimasi) maupun pada akhir
tahun (berupa perhitungan aktual).
PPh 21 setahun = Tarif Pasal 17 UU PPh x PKP disetahunkan

PPh 21 sebulan = PPh 21 setahun / 12 bulan

PKP disetahunkan = Penghasilan Bruto disetahunkan - Pengurang disetahunkan


Penghasilan Bruto
Perhitungan PPh 21 untuk penghasilan teratur dan
Gaji, tunjangan, uang lembur, jaminan tidak teratur bagi pegawai tetap hampir sama. Hanya
dari BPJS, dan asuransi atau tunjangan saja perhitungan untuk PPh 21 penghasilan tidak
teratur diperoleh dengan mengurangi jumlah PPh 21
lainnyayang dibayarkan oleh pemberi atas total penghasilan pegawai (penghasilan teraturdan
kerja. tidak teratur) dengan PPh 21 atas penghasilan teratur
saja.
Pengurang
Biaya Jabatan (sebesar 5%, maksimal PPh 21(Ph. Tidak Teratur) : PPh 21(Total Penghasilan) –
Rp 6.000.000 per tahun) PPh 21(Ph. Teratur)
Iuran Pensiun (yang ditanggung oleh
Karyawan)
Iuran Tunjangan Hari Tua/ Jaminan
Hari Tua (yang ditanggung oleh
Karyawan)
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
Penghasilan untuk Pegawai Tidak
PenghasilanTetap
yang dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima selama 1 bulan
kalender telah melebihi jumlah PTKP sebulan untuk wajib pajak sendiri. Pajak atas penghasilan yang diterima
oleh pegawai tidak tetap dapat dihitung dengan basis harian dan tahunan.

PERHITUNGAN DILAKUKAN DENGAN BASIS


PERHITUNGAN DILAKUKAN DENGAN BASIS HARIAN
TAHUNAN

Jenis Upah Dasar Perhitungan Jenis Upah Dasar Perhitungan


Upah harian Upah yang diperoleh dalam
sehari Upah bulaanan Upah bulanan
Upah mingguan Upah seminggu / Jumlah hari disetahunkan
kerjadalam seminggu
Upah satuan Upah satuan x Jumlah rata-
ratasatuan yang dihasilkan
dalam sehari
Upah Borongan Upah borongan / Jumlah hari
dalammenyelesaikan pekerjaan
borongan
Tarif yang digunakan untuk perhitungan PPh 21 atas upah bagi pegawai tidak tetap juga berbeda-beda
berdasarkan jenis upah dan tingkat penghasilannya. Berikut ini merupakan rincian perhitungan upah tersebut:

PPh 21 = Tarif Pajak x PKP


PKP = Penghasilan Bruto - Pengurang ​(berdasarkan basis yang ditentukan)

Upah harian, mingguan, Upah Bulanan


satuan, borongan Tarif Psl 17 x (Ph. Bruto disetahunkan -
Sehari < 450Rb PTKP setahun)
Sehari > 450Rb
Apabila yang diterapkan adalah Tarif Pasal 17 UU PPh,
Sebulan ≤ 4,5Jt = 5% x (Ph. Bruto - 450Rb/ hari) maka ketentuan yang diberlakukan adalah sebagai
Sebulan > 4,5Jt – 8,2Jt = 5% x (Ph. Bruto - PTKP berikut:
setahun/ 360 hari)
PPh 21 setahun = Tarif Pasal 17 UU PPh x PKP
Sebulan > 8,2Jt = Tarif Psl 17 x (Ph. Bruto disetahunkan
disetahunkan - PTKP setahun) PPh 21 sebulan = PPh 21 setahun / 12 bulan
Penghasilan untuk Bukan Pegawai
Penghasilan yang berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi antara lain:

○ tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
○ pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain
drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
○ olahragawan;
○ penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
○ pengarang, peneliti, dan penerjemah;
○ pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
○ agen iklan;
○ pengawas atau pengelola proyek;
sejenis lainnya.
Perlakuan PPh 21 bagi Bukan Pegawai dibagi menjadi dua bagian, yaitu atas penghasilan
berkesinambungan dan tidak berkesinambungan.

Penghasilan tidak berkesinambungan Penghasilan berkesinambungan

○ Memiliki NPWP
Penghasilan yang dibayarkan hanya Penghasilan yang dibayarkan berkali- ○ Penghasilan
satu kali dan apabila terjadi kali dan tidak harus berturut-turut. berasal dari
pembayaran Pada perhitungan pajak atas hubungan kerja
berikutnya, maka akan langsung penghasilan ini, terdapat persyaratan ○ Tidak
untuk memperoleh memperoleh
diperlakukan sebagai penghasilan
pengurang PTKP, sebagai berikut: penghasilan
berkesinambungan.
lainnya, dan
○ Menyerahkan
fotokopi kartu
NPWP (bagi
wanita kawin
ditambah surat
nikah dan Kartu
Keluarga)
Perhitungan Tarif Pajak untuk Bukan Pegawai

Terdapat tiga kondisi yang berpengaruh pada cara


perhitungan PPh 21 untuk seseorang yang berstatus
sebagai bukan pegawai. Kondisi pertama adalah ketika
penerima upah merupakan bukan pegawai
berkesinambungan yang memperoleh PTKP. Yang
dimaksud dengan berkesinambungan adalah pekerjaan
tersebut dilakukan secara terus-menerus sehingga
penghasilan tidak sekadar dibayarkan pada waktu saja.
Perhitungan pun dilakukan secara kumulatif dengan
mempertimbangkan PTKP sebulan. Dalam kondisi ini,
rumus perhitungannya adalah:

PPh 21= ((50% x Penghasilan Bruto)-PTKP Sebulan) x Tarif Pasal 17


Kondisi kedua adalah ketika penerima penghasilan dengan
status bukan pegawai tidak memperoleh PTKP. Namun
demikian, perhitungan PPh 21 tetap dilakukan secara kumulatif
lantaran penghasilan diterima secara berkesinambungan. Maka,
rumus perhitungannya adalah:
PPh 21= (50% x Penghasilan Bruto) x tarif Pasal 17

Untuk kondisi ketiga, ketika penghasilan diterima secara tidak


berkesinambungan. Artinya, pembayaran atas pekerjaan
seseorang dengan status bukan pegawai dilakukan secara
sekaligus. Dalam kondisi ini, rumus perhitungannya adalah:
PPh 21 = (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17
Penghasilan yang Dikenakan PPh 21 Final
Penghasilan yang terdiri dari penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai
berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan
Hari Tua yang dibayarkan sekaligus (sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 2 tahun). Ketentuan hukum terkait PPh 21 yang
bersifat final diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 68/2009 dan Peraturan Menteri
Keuangan No. 16/PMK.03/2010.
a. Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk
Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan
hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
b. Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan
kepada orang pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi
Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
c. Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia
pensiun.
d. Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam
jangka waktu yang telah ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan.
PPh 21 : Tarif Pajak x Penghasilan
PPh 21 final yang berlaku bagi jenis penghasilan ini merupakan jenis pajak progresif.
Perlakuan PPh 21 final dibagi menjadi dua bagian tarif progresif, yaitu tarif untuk
penghasilan berupa uang pesangon dan tarif untuk penghasilan berupa uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua. Perbedaan mendasar dari kedua
bagian tersebut terletak pada alasan/penyebab perolehan penghasilan tersebut.
Tarif Pajak & Perhitungan
❏ Uang Pesangon diperoleh karena berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan
hubungan kerja.
Tarif Pajak:
● 0% x Penghasilan s.d. Rp 50 Juta
● 5% x Penghasilan di atas Rp 50 Juta s.d Rp 100 Juta
● 15% x Penghasilan di atas Rp 100 Juta s.d Rp 500 Juta
● 25% x Penghasilan di atas Rp 500 Juta
❏ Uang Manfaat Pensiun , Tunjangan Hari Tua , dan Jaminan Hari Tua diperoleh
karena seseorang memang telah mencapai usia pensiun atau jangka waktu
tertentu yang telah ditentukan.
Tarif Pajak:
● 0% x Penghasilan s.d. Rp 50 Juta
● 5% x Penghasilan di atas Rp 50 Juta
Penghasilan Lainnya

Penghasilan berupa imbalan yang diterima atau diperoleh dalam kondisi berikut:
a. Imbalan berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, uang honorarium, hadiah atau penghargaan, dan
imbalan sejenis lainnya kepada peserta kegiatan yang meliputi:
○ peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan perlombaan lainnya;
○ peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
○ peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;
○ peserta pendidikan dan pelatihan; atau
○ peserta kegiatan lainnya.
b. Honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris
atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
c. Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau
diperoleh mantan pegawai .
d. Penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan.
Perhitungan PPh 21 untuk Penghasilan Lainnya

PPh 21 : Tarif Pasal 17 UU PPh x Penghasilan


Tarif Pajak & Perhitungan
Tarif PPh 21 bagi penghasilan lainnya menggunakan Tarif Pasal 17, perhitungannya
dibagi menjadi dua ketentuan, yaitu:
❏ Imbalan Peserta Kegiatan : Tarif Pasal 17 UU PPh x Jumlah
Ph. Bruto untuk setiap kali pembayaran
❏ Imbalan tidak teratur bagi anggota
dewan komisaris atau dewan pengawas : Tarif Pasal 17 UU PPh x Jumlah
Kumulatif Ph. Bruto
❏ Imbalan tidak teratur kepada mantan
pegawai
❏ Penarikan dana pensiun
Dengan Tarif Pasal 17 sebagai berikut:
● 5% untuk Penghasilan s.d. Rp 50 Juta
● 15% untuk Penghasilan Diatas Rp 50 Juta - 250 Juta
● 25% untuk Penghasilan Diatas Rp 250 Juta - 500 Juta
● 30% untuk Penghasilan Diatas Rp 500 Juta
Gaji sebulan Rp 5.750.000
Contoh Kasus Perhitungan PPh
21 Bagi Pegawai Tetap Pengurangan :
a. Biaya jabatan Rp 287.500
5% x Rp 5.750.000
b. Iuran pensiun Rp 200.000
Retto pada tahun 2016 bekerja Rp 487.500
pada perusahaan PT Jaya Abadi
Penghasilan neto sebulan Rp 5.262.500
dengan memperoleh gaji
Penghasilan neto setaun
sebulan Rp 5.750.000 dan 12 x Rp 5.262.500 Rp 63.150.000
membayar iuran pensiun sebesar PTKP setaun :
Rp 200.000. Retto menikah tetapi
a. WP sendiri Rp 54.000.000
belum mempunyai anak. Pada
b. Tambahan WP kawin Rp 4.500.000
bulan Januari penghasilan Retto
dari PT Jaya Abadi hanya dari gaji. Rp 58.500.000

Perhotungan PPh pasal 21 bulan PKP setahun Rp 4.650.000


Januari adalah sebagai berikut : PPh 21 terutang
5% x Rp 4.650.000 Rp 232.500
PPh 21 sebulan
Rp 232.500 : 12 Rp 19.375
Contoh Kasus Perhitungan
PPh 21 Bagi Non Pegawai

Heru Santoso melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Larona


Prima Solusi dengan fee sebesar Rp5.000.000. Hitung PPH Pasal 21
atas jasa perbaikan yang dilakukan oleh Heru!

Penyelesaian:
DPP = 50% x Rp5.000.000 = Rp2.500.000
PPH Pasal 21 = 5% x Rp2.500.000 = Rp125.000

Dalam hal ini, Heru Santoso tidak mepunyai NPWP maka


besarnya Pph Pasal 21 yang terutang menjadi sebesar
120%x Rp125.000 = Rp150.000
Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai