Anda di halaman 1dari 21

Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 dipotong oleh NPO untuk pembayaran berupa


gaji,upah,honor, tunjangan dan nama lainnya kepada individu sehubungan dengan
pekerjaannya atau jasa yang diberikannya ke NPO.

Subyek dari PPH Pasal 21 sudah jelas yaitu NPO sebagai pemberi penghasilan dan
Individu sebagai penerima penghasilan. Obyek pajak pasal 21 ini secara sederhana
dapat didefinisikan sebagai penghasilan yang diterima karena
kegiatan/jasa/pekerjaan.

Tarif dan cara perhitungan pajak pasal 21 ini tergantung pada siapa penerimanya.
Dari penerima ini kita dapat juga menduga seperti apa penghasilan yang
diterimanya. Oleh karena itu penting untuk menggolongkan pembayaran atas
jasa/kegiatan/pekerjaan dalam kategori penerima yang tepat agar kemudian
perhitungan pajaknya juga tidak salah.

Obyek pajak pasal 21- apa saja penghasilan yang tergolong sebagai obyek pajak.

 Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur


Bentuknya bisa berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium
(termasuk honorarium anggota dewan pengawas dan dewan pembina-bila
ada) premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti
rugi, tunjangan teratur, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayarkan
oleh pemberi kerja dan pengasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
 Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur
Bentuknya bisa berupa gratifikasi, tunjangan cuti yg dibayar, tunjangan
hari raya (THR), tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan dan
penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan yang biasanya
dibayarkan sekali dalam setahun.
 Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan
 Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua
(THT) uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis.
 Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apapun, komisi, beasiswa, pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib pajak dalam negeri termasuk tenaga ahli, pembawa acara,
penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, moderator, pengarang,

| Pajak Penghasilan Pasal 21 1


peneliti, pemberi jasa dibidang teknik, peserta pendidikan, pelatihan dan
pemagangan.

Pembayaran Jasa bulan ini


Hitung besaran pajak pasal 21
A Pajak dipotong dari pembayaran

Penyetoran Pajak pasal 21 tgl.10 bulan berikut


perhitungan pajak gaji staff
B perhitungan pasal 21 non staff

Penyampaian SPT Pasal 21 tgl 20 bulan berikut


SPT dengan daftar pajak yangdipotong
C
Sampaikan ke non staff bukti potong pajak
Untuk staff bukti potong nanti akhir desember
D

Grafik 1 Alur Pemotongan Pajak Penghasilan

Bukan Obyek Pasal 21 Pemberian dari lembaga nirlaba yang tidak dikenakan
pemotongan pajak penghasilan pasal 21 adalah pemberian berupa :
 pembayaran klaim asuransi dari perusahaan asuransi
 penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan nama apapun
yang diterima sepanjang memenuhi syarat yaitu:
o Fasilitas makan dan minum tidak dianggap sebagai penghasilan
yang dikenakan pajak bila diberikan di tempat kerja atau diberi
dalam bentuk kupon.
o Alat keselamatan kerja atau seragam kerja
o Diberikan di daerah tertentu (ada kriterianya dan biasanya daerah
terpencil yang tidak ada penjual makanan,perumahan,sekolah dll.
 Iuran pensiun yang diberikan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan penyelenggara Taspen serta
THT kepada Badan Penyelenggara Taspen dan Jamsostek yang dibayar oleh
pemberi kerja.
 Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan nama apa pun
yang diberikan oleh pemerintah
| Pajak Penghasilan Pasal 21 2
Bila kita sudah dapat memastikan bahwa penghasilan yang diberikan merupakan
obyek pajak, maka kini kita teliti golongan penerimanya. Tarif dan cara
perhitungan berbeda untuk masing-masing penerima.
Berikut grafik jenis-jenis penerima penghasilan dan tarif-cara perhitungan pasal 21
nya.
Orang Pribadi yang bekerja
di NPO menerima
Pegawai penghasilan berkala dalam
Tetap jumlah tertentu atau
pegawai kontrak yang
bekerja full time untuk
jangka waktu tertentu.

Pegawai Orang Pribadi yang bekerja


Lepas dan hanya menerima
penghasilan ketika ia
bekerja.

Orang pribadi yang


Penerima menerima upah pekerjaan
Upah berdasarkan harian, satuan
pekerjaan atau upah
borongan

Orang pribadi menerima


Penerima honor -bukan pegawai NPO
honor -bukan sebagai imbalan atas
pegawai pekerjaan,jasa atau kegiatan
atas permintaan NPO

Peserta yang terlibat dalam


Peserta
kegiatan rapat sidang
Kegiatan seminar, pertunjukan dll

Grafik 2 - Jenis-Jenis Penerima Penghasilan

| Pajak Penghasilan Pasal 21 3


Mulai bulan januari 2013, penghasilan tidak kena pajak ( PTKP) telah berubah,
untuk wajib pajak yang berstatus tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan
jumlah PTKP-nya sebesar Rp. 24.300.000 atau setara dengan Rp. 2.025.000,00
perbulan. Dengan adanya perubahan ini, tatacara penghitungan PPh Pasal 21 juga
mengalami perubahan. Perubahan ini diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan
Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

Penghitungan PPh pasal 21 menurut aturan yang baru, dibedakan menjadi 6


macam, yaitu: PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala;
PPh pasal 21 bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas; PPh pasal 21 bagi
anggota dewan pengawas atau dewan komisaris yang tidak merangkap sebagai
pegawai tetap, penerima imbalan lain yang bersifat tidak teratur, dan peserta
program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik dana
pensiun.

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala
dibedakan menjadi 2 (dua): Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang
rutin dilakukan setiap bulan dan penghitungan kembali yang dilakukan setiap
masa pajak Desember (atau masa pajak dimana pegawai berhenti bekerja.

Definisi Pegawai tetap tidak sama pegawai tetap disini tidak persis sama dengan
pengertian dalam UU tenaga kerja. Jadi dalam perpajakan, meskipun status
seseorang adalah kontrak namun kalau ia menerima pendapatan teratur, bekerja
penuh waktu pada jenis pekerjaan tertentu, kalau cuti atau sakit penghasilan tidak
berkurang, maka ia tergolong dalam kategori pegawai tetap.

Tidak ada implikasi hak ketenagakerjaan dengan penggolongan ini. Misalnya


seorang staff proyek yang dikontrak 1 tahun,karena menurut pajak ia tergolong
sebagai pegawai tetap,maka ia akan dapat menuntut haknya sebagai pegawai
tetap dari lembaga. Status pegawai tetap atau tidak tetap ini HANYA untuk
kepentingan perhitungan perpajakan saja.

Cara perhitungan pajak dari pegawai tetap dapat dilihat pada skema dibawah ini:
Penghasilan Kotor/Bruto Termasuk seluruh gaji,honor,bonus,uang lembur,tunjangan
Setahun (1) transport, uang makan

Hanya 5% dari Penghasilan Kotor maksimum Rp 6 Juta per


Biaya Jabatan (2) tahun

Iuran Pensiun/ Hanya yang dibayarkan kepada lembaga resmi seperti


Taspen,Jamsostek atau Dana Pensiun yang disahkan
Tunjangan Hari Tua (THT)- (3) Kementerian Keuangan

Penghasilan Bersih (4) (1) - (2) - (3)

Tergantung Status Perkawinan tgl 1 Januari setiap tahun


Penghasilan Tidak Kena Pajak T/K = Tidak Kawin ; K/0 = Kawin Tidak Punya
Anak/Tanggungan ; K/1 = Kawin Anak/Tanggungan satu ; K/2
(PTKP)-(5) = Kawin Anak/Tanggungan 2 ; K/3 = Kawin Anak/Tanggungan
3

Penghasilan Kena Pajak (6) (4) - (5)

Hingga 50 Juta/tahun tarif 5% ; Dari 50 Juta - 250 Juta, tarif 15%


Tarif Pajak (7)- Dari 250 juta- 500 Juta, tarif 25%
Diatas 500 Juta, tarif 30%

Pajak yang terhutang (8)-


Tambahkan 20% bagi yg tidak (7) x Penghasilan Kena Pajak (6)
memiliki NPWP

Grafik 3- Tata cara penghitungan pajak pasal 21


Berikut disampaikan contoh sebagaimana tercantum dalam peraturan tersebut.

Contoh 1- Pegawai tetap, punya NPWP,Menikah dan memiliki anak 3 (tiga) orang, premi asuransi
dibayarkan, ikut program Tunjangan Hari Tua Jamsostek, ikut Dana Pensiun.
Messi pegawai pada Yayasan Integrasi, menikah dan punya anak 3 (tiga) orang, memperoleh gaji
sebulan Rp. 4.000.000. Yayasan Integrasi mengikuti program jamsostek, premi jaminan kecelakaan
kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,24%
dan 0,30% dari gaji. Yayasan Integrasi menanggung iuran Jaminan hari tua setiap bulan sebesar 3,70%
dari gaji sedangkan Messi membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan.
Disamping itu Yayasan Integrasi membayar iuran pensiun untuk Messi ke dana pensiun, yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp. 100.000 sedangkan
Messi membayar iuran pensiun sebesar Rp. 50.000.

Perhitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:

1. GAJI/PENSIUAN ATAU THT/JHT


4.000.000
2. Premi Jaminan Kecelakaan kerja
9.600
3. Premi Jaminan Kematian
12.000
4. Premi Jaminan Hari Tua dibayar
perusahaan 148.000
5. Iuran pensiun 100.000
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO 4.269.600
  PENGURANGAN    
5. BIAYA JABATAN/BIAYA PENSIUN (5% dari
penghasilan bruto atau maksimal 6.000.000 pertahun) 201.080 -
6. Iuran pensiun 50.000
7. Iuran Jaminan Hari Tua 80.000
8. JUMLAH PENGURANGAN 343.410
  PENGHITUNGAN PPh PASAL 21    
9. JUMLAH PENGHASILAN NETTO Sebulan 3.926.120
10 JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK   47.113.440
. PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 (SETAHUN/DISETAHUNKAN)

11 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)


. Setahun
Wajib Pajak Sendiri 36.000.000
Tambahan Wajib Pajak Kawin 3.000.000
Tanggungan Anak 1 3.000.000
Tanggungan Anak 2 3.000.000
Tanggungan Anak 3 3.000.000
Jumlah PTKP 48.000.000
12 PENGHASILAN KENA PAJAK   NIHIL
. SETAHUN/DISETAHUNKAN
Tabel 1- Perhitungan Pajak Pasal 21 untuk contoh 1

Catatan:
1. Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat
dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang
mempunyai jabatan ataupun tidak

Contoh 2: Pegawai tetap, punya NPWP,Status K/3, premi asuransi dibayarkan, ikut program THT,ikut
Dana Pensiun, Tunjangan Hari Raya (THR), Uang Lembur, Makan siang disediakan di kantor.

Yayasan Integrasi ternyata memberikan Tunjangan Hari Raya sebesar 1 (satu) bulan gaji karena
mematuhi peraturan perburuhan. Demikian juga Messi berhak atas uang lembur untuk bekerja lebih
dari jam 5 sore. Sepanjang tahun 2014 tercatat ia mendapat uang lembur total 4 Juta. Yayasan juga
menyediakan makan siang di kantor untuk semua staffnya. Premi jaminan kecelakaan kerja dan
premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,24% dan 0,30%
dari gaji. Yayasan Integrasi menanggung iuran Jaminan hari tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
sedangkan Messi membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Disamping itu
Yayasan Integrasi membayar iuran pensiun untuk Messi ke dana pensiun, yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp. 100.000 sedangkan Messi membayar
iuran pensiun sebesar Rp. 50.000.

1. GAJI/PENSIUAN ATAU THT/JHT 48.000.000


2. Premi jaminan Kecelakaan kerja 115.200
3. Premi jaminan Kematian 144.000
4. Jaminan Hari Tua yang dibayar perusahaan 1.776.000
5. Iuran Pensiun 1.200.000
5. Uang lembur 4.000.000
6. THR 4.000.000
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO 59.235.200
  PENGURANGAN    
7. BIAYA JABATAN/BIAYA PENSIUN (5% dari
penghasilan bruto atau maksimal 6.000.000
pertahun) 2.961.760
8. Iuran pensiun 600.000
9. Iuran Jaminan Hari Tua 960.000
JUMLAH PENGURANGAN 4.521.760
  PENGHITUNGAN PPh PASAL 21    
10 JUMLAH PENGHASILAN NETO (SETAHUN/DISETAHUNKAN) 54.713.440
.
11 JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK 54.713.440
. PENGHITUNGAN PPh PASAL 21
(SETAHUN/DISETAHUNKAN)
12 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) Setahun
.
Wajib Pajak Sendiri 36.000.000
Tambahan Wajib Pajak Kawin 3.000.000
Tanggungan Anak 1 3.000.000
Tanggungan Anak 2
3.000.000
Tanggungan Anak 3 3.000.00  
0
48.000.000
13 PENGHASILAN KENA PAJAK   6.713.440
. SETAHUN/DISETAHUNKAN
14 Pembulatan   6.713.000
.
15 PPh Terutang    
.
5% * 6.713.000 335.650 
16 PPh PASAL 21 ATAS PENGJASILAN KENA PAJAK 335.650
. SETAHUN/DISETAHUNKAN
Tabel 1- Perhitungan Pajak Pasal 21 untuk contoh 2

Dengan kondisi ini, dari seluruh penghasilan yang diterima plus THR dan Lembur selama setahun
yayasan akan memotong pajak penghasilan sebesar Rp 335.650 setahun atau Rp. 27.971
Catatan: makan siang disediakan di kantor adalah kenikmatan natura yang diberikan kepada pegawai dan
memenuhi syarat untuk dikecualikan sebagai penghasilan staff.

Contoh 3: Pegawai tetap, punya NPWP,Status K/1, premi asuransi dibayarkan, ikut program THT ,
bonus kinerja, bulan ke 7 naik gaji

Andik adalah program manager di cabang LSM internasional sudah memiliki NPWP. Status per 1
Januari adalah menikah dan memiliki anak 3 (tiga) orang dengan gaji kotor sebulan sebesar Rp.
25.000.000,- plus THR sebesar 25 Juta. Lembaga juga mengikuti program jamsostek, Premi jaminan
kecelakaan kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing 0,24% dan 0,30% dari gaji. Lembaga juga menanggung iuran Jaminan hari tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Andik membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap
bulan. Ia didaftarkan. Karena prestasinya istimewa, pada bulan ke 7 ia mendapatkan bonus kinerja
sebesar Rp 20 Juta sekaligus gajinya dinaikkan mulai bulan Juli menjadi 27 Juta per bulan
Perhitungan pajak yang harus dipotong dari Andik menggunakan perhitungan tahunan karena terjadi
perubahan besaran gaji ditengah jalan.

1. GAJI/PENSIUAN ATAU THT/JHT 312.000.00


0
2. Premi jaminan Kecelakaan kerja 748.80
0
3. Premi jaminan Kematian 936.00
0
4. Jaminan Hari Tua yang dibayar perusahaan 11.544.0
00
5. Bonus 20.000.0
00
6. THR 25.000.0
00
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO 370.228.80
0
  PENGURANGAN    
7. BIAYA JABATAN/BIAYA PENSIUN (5% dari penghasilan 6.000.00
bruto atau maksimal 6.000.000 pertahun) 0
8. Iuran pensiun
9. Iuran Jaminan Hari Tua 6.240.00
0
JUMLAH PENGURANGAN 12.240.00
0
   
  PENGHITUNGAN PPh PASAL 21
10 JUMLAH PENGHASILAN NETO 357.988.
. (SETAHUN/DISETAHUNKAN) 800
11 JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK 357.988.80
. PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 0
(SETAHUN/DISETAHUNKAN)
12 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) Setahun
.
Wajib Pajak Sendiri 36.000.000
Tambahan Wajib Pajak Kawin 3.000.000
Tanggungan Anak 1 3.000.000
42.000.000
13 PENGHASILAN KENA PAJAK  
. SETAHUN/DISETAHUNKAN 315.988.800
Pembulatan   315.988.000 
14 PPh Terutang    
.
5% * 50.000.000 2.500.000  
15% * 250.000.000 37.500.000  
25% * 15.988.000 3.977.000  
  43.977.0
00
15 PPh PASAL 21 ATAS PENGJASILAN KENA PAJAK 43.977.00
. SETAHUN/DISETAHUNKAN 0
16 PPh PASAL 21 yang dipotong tiap bulan 43.977.000 : 12
. = 3.666.417
Tabel 3- Perhitungan Pajak Pasal 21 untuk contoh 3

Contoh 4 Pegawai tetap Perempuan menikah dan memiliki anak 3 (tiga) orang, Suami tidak bekerja
namun tidak memiliki Surat Keterangan tentang Suami tidak memiliki penghasilan dari Kecamatan,
punya NPWP, premi asuransi dibayarkan, ikut program THT, THR dibayarkan.

Antini Surantiningsih pegawai tetap Perkumpulan Bangsa Mandiri, memiliki NPWP dengan gaji per
bulan 5 Juta, setiap tahun mendapat THR sebesar 5 Juta, Tunjangan Transport per bulan 300 ribu,
serta Tunjangan kesehatan 5 Juta per tahun, Premi asuransi dibayar perusahaan sebesar Rp. 212.000
dan premi yang dipotong dari gaji Antini sebesar Rp. 100.000.

1. GAJI/PENSIUAN ATAU THT/JHT 60.000.000


2. Premi jaminan Kecelakaan kerja 144.000
3. Premi jaminan Kematian 180.000
4. Jaminan Hari Tua yang dibayar perusahaan 2.220.000
5. Tunjangan kesehatan 5.000.000
6. Tunjangan transport 3.600.000
7. THR 5.000.000
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO 76.144.000
  PENGURANGAN    
8. BIAYA JABATAN/BIAYA PENSIUN (5% dari 3.807.200
penghasilan bruto atau maksimal 6.000.000
pertahun)
9. Iuran pensiun -
10 Iuran Jaminan Hari Tua 1.200.000
.
JUMLAH PENGURANGAN 5.007.200
  PENGHITUNGAN PPh PASAL 21    
11 JUMLAH PENGHASILAN NETO 71.136.800
. (SETAHUN/DISETAHUNKAN)
12 JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK 71.136.800
. PENGHITUNGAN PPh PASAL 21
(SETAHUN/DISETAHUNKAN)
13 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
. Setahun
Wajib Pajak Sendiri 36.000.000
14 PENGHASILAN KENA PAJAK   35.136.800
. SETAHUN/DISETAHUNKAN
15 Pembulatan   35.136.000
.
16 PPh Terutang    
5% * 35.136.000  1.756.800
16 PPh PASAL 21 ATAS PENGJASILAN KENA 1.756.800
. PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN
15 PPh PASAL 21 yang dipotong tiap bulan 146.400
Tabel 4- Perhitungan Pajak Pasal 21 untuk contoh 4

Catatan: untuk wajib pajak perempuan, baik statusnya menikah dengan atau tanpa anak, menurut peraturan
pajak statusnya adalah T/K (tidak kawin). Untuk dapat mengklaim status sebenarnya, maka ia harus
menyertakan surat keterangan dari serendah-rendahnya Camat bahwa suaminya tidak memiliki penghasilan.
Logika dari aturan ini adalah suami sebagai pencari nafkah, sehingga status sebenarnya (menikah dan
memiliki tanggungan) akan digunakan dalam perhitungan pajak suami.
Bila ia dapat menunjukkan surat ini maka statusnya adalah K/3, sehingga PTKP meningkat dan pajak yang
dipotong menurun.

Contoh 5. Pegawai tetap, punya NPWP,Status K/3, premi asuransi dibayarkan, ikut program THT,ikut
Dana Pensiun, THR dibayarkan setengah, berhenti bulan ke 7 dipecat, pesangon dibayarkan

Budi pegawai Yayasan Maju Mundur, memiliki NPWP, sudah menikah tetapi belum punya anak
dengan gaji kotor sebulan sebesar Rp 8.000.000. Premi jaminan kecelakaan kerja dan premi jaminan
kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,24% dan 0,30% dari gaji.
Lembaga juga menanggung iuran Jaminan hari tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan
Budi membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Karena ketahuan
mengajukan bukti perjalanan palsu, per 1 Agustus ia dipecat dari lembaga. Sesuai dengan peraturan
kepegawaian di lembaga tersebut, ia berhak atas pesangon sebesar 20 Juta.

1. GAJI/PENSIUAN ATAU THT/JHT 8.000.000


2. Premi Jaminan Kecelakaan kerja 19.200
3. Premi Jaminan Kematian 24.000
4. Premi Jaminan Hari Tua dibayar perusahaan 296.000
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO 8.043.200
  PENGURANGAN    
5. BIAYA JABATAN/BIAYA PENSIUN (5% dari 402.160
penghasilan bruto atau maksimal 6.000.000 pertahun)
6. Iuran pensiun 50.000
7. Iuran Jaminan Hari Tua 160.000
8. JUMLAH PENGURANGAN 612.160
  PENGHITUNGAN PPh PASAL 21    
9. JUMLAH PENGHASILAN NETTO Sebulan 7.431.040
10 JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh   52.017.280
. PASAL 21 (Januari - Juli)

11 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) Setahun


.
Wajib Pajak Sendiri 36.000.000
Tambahan Wajib Pajak Kawin 3.000.000
39.000.000
12 PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN   13.017.280
.
13 Pembulatan   13.017.000
.
14 PPh PASAL 21 ATAS PENGJASILAN KENA PAJAK 650.850
SETAHUN/DISETAHUNKAN

15 PPh PASAL 21 yang dipotong tiap bulan 54.238


Tabel 5- Perhitungan Pajak Pasal 21 untuk contoh 5

Catatan: Pajak penghasilan untuk pesangon diatur tersendiri. Perhitungannya lebih mudah, dimana pesangon
hingga 50 juta tidak dikenakan pajak.

Contoh 6. Pegawai tetap, punya NPWP, Status K/3, premi asuransi dibayarkan, ikut program THT,ikut
Dana Pensiun, THR dibayarkan, mendapatkan uang saku perjalanan dinas dan mulai bekerja bulan
Maret.
Sugi pegawai Yayasan Maju Mundur, memiliki NPWP, sudah menikah dan memiliki anak 3 (tiga)
orang dengan gaji kotor sebulan sebesar Rp 7.000.000. Premi jaminan kecelakaan kerja dan premi
jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,24% dan 0,30% dari
gaji. Lembaga juga menanggung iuran Jaminan hari tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
sedangkan Sugi membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap. Dana pensiun dibayar
sendiri 140.000. Per 1 Maret ia mulai bekerja. THR dibayarkan prorata.

1. GAJI/PENSIUAN ATAU THT/JHT 70.000.000


2. Premi jaminan Kecelakaan kerja 168.000
3. Premi jaminan Kematian 210.000
4. Jaminan Hari Tua yang dibayar perusahaan 2.590.000
5. Perdiem uang saku (Lumpsum) 8.000.000
5. THR 5.833.000
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO 86.801.000
  PENGURANGAN    
7. BIAYA JABATAN/BIAYA PENSIUN (5% dari penghasilan 4.340.050
bruto atau maksimal 6.000.000 pertahun)
8. Iuran pensiun 1.400.000
9. Iuran Jaminan Hari Tua 1.400.000
JUMLAH PENGURANGAN 7.140.050
  PENGHITUNGAN PPh PASAL 21    
10. JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh 79.660.950
PASAL 21 (Maret- Desember)
12 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) Setahun
.
Wajib Pajak Sendiri 36.000.000
Tambahan Wajib Pajak Kawin 3.000.000
Tanggungan Anak 1 3.000.000
Tanggungan Anak 2 3.000.000
Tanggungan Anak 3 3.000.000  
Jumlah PTKP 48.000.000
13 PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN   28.660.950
.
14 Pembulatan   28.660.000
.
15 PPh Terutang    
.
5% * 28.660.000 1.433.000
16 PPh PASAL 21 ATAS PENGJASILAN KENA PAJAK 1.433.0
. SETAHUN/DISETAHUNKAN 00
17 PPh PASAL 21 yang dipotong tiap bulan 1.433.000 : 10 143.300
.
Tabel 6- Perhitungan Pajak Pasal 21 untuk contoh 6

Catatan: Meskipun bekerja tidak penuh yaitu hanya 10 bulan, penghasilan dikurangi PTKP untuk setahun
namun untuk biaya jabatan hanya 10 bulan sesuai dengan bulan bekerja tahun pajak ini.

Uang saku untuk perjalanan dinas dapat terdiri dari:

A. Uang saku dengan penggantian (reimbursable) artinya berapapun biaya yang dikeluarkan
(transport,akomodasi,makan-minum,komunikasi dll) sepanjang terkait dengan kepentingan dinas
akan diganti oleh lembaga.

B. Uang saku dengan penggantian sebagian, artinya sebagian dari biaya akan diganti berdasar bukti
aktual (akomodasi hotel,tiket pesawat dll) namun diberikan juga suatu jumlah tetap untuk biaya
makan dan transport lokal misalnya.

C. Uang saku dengan jumlah tetap (lump-sum) artinya berapapun biaya yang dihabiskan oleh staff
dalam perjalanan dinas, lembaga hanya memberikan suatu jumlah dikali dengan hari dinas. Jadi kalau
aktual lebih besar,maka staff akan merugi, sebaliknya staff akan mendapat penghasilan tambahan.

Perlakuan pajak untuk perjalanan dinas tidak ada yang secara eksplisit diatur. Konsep dasarnya: bila
itu penggantian biaya aktual maka bukan penghasilan bagi staff. Sebaliknya kalau bukan biaya
aktual,maka dianggap penghasilan.

Dari contoh diatas, untuk kasus A, penghasilan staff tidak bertambah sama sekali. Jadi pajak dihitung
hanya atas gaji dan premi asuransi saja.
Kasus C, staff mendapat penghasilan tambahan sebesar uang saku lump-sum yang telah diterima
selama setahun. Untuk kasus B, yang dianggap penghasilan hanya bagian lump-sum saja,selebihnya
bukan penghasilan karena merupakan biaya aktual.

Pajak atas Pegawai Tidak Tetap ( Upah Harian/Mingguan/ Satuan/ Borongan)

Definisi;
Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan bila bekerja, menurut jumlah
unit hasil pekerjaan, dan menurut penyelesaian suatu pekerjaan. Penghasilan pegawai tidak tetap
berupa upah harian, upah minggguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan
secara bulanan. Berikut merupakan pengertian dari jenis pegawai tidak tetap:
1. Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang
atau dibayarkan secara harian
2. Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara mingguan
3. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang
atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.
4. Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.

Teknis perhitungan
Dalam melakukan penghitungan pajak penghasilan pegawai tidak tetap berupa upah harian,
mingguan, satuan maupun borongan dapat dikenakan pajak dengan batas penghasilan lebih dari
200.000 dalam satu hari. Berikut adalah tabel yang menguraikan batas penghasilan yang dikenakan
pajak.

Tabel 1 Penjelasan tentang Batas Pajak Penghasilan

Penghasilan sehari Penghasilan kumulatif Tarif dan DPP


sebulan
< 200.000 < 3.000.000 Tidak dilakukan
pemotongan PPh 21
 200.000 < 3.000.000 5% x (Upah – 200.000)
 200.000 atau < 200.000 < 3.000.000 5% x (Upah-PTKP/360)
 200.000 atau < 200.000 < 7.000.000 Tarif pasal 17 x jumlah PKP
yang disetahunkan

1. Jika total upah sebulan lebih dario 3.000.000

Upah Upah

< 200.000 > 200.000

Tidak dipotong Dikurangi 200.000

Dipotong 5%

Jika upah sebulan > 3.000.000


Upah sehari dikurangi PTKP sehari

Dipotong 5% (tarif pasal 17)

Gambar 1: Skema penghitungan PPh jika upah sebulan lebih dari 3.000.000
2. Jika total upah sebulan lebih dari 7.000.000

Upah Upah

< 200.000 > 200.000

Tidak dipotong Dikurangi 200.000

Dipotong 5%

Jika upah sebulan


> 7.000.000

Upah sebulan dikalikan 12


dikurangi PTKP setahun

Dikenakan tarif pasal 17

PPh pasal 21 setahun dibagi 12

PPh Pasal 21 sebulan

Gambar 2 Skema penghitungan PPh jika upah sebulan lebih dari 7.000.000

Contoh perhitungan dengan upah harian:

Ristanto dengan status belum menikah pada bulan Januari 2014 bekerja sebagai buruh harian di
Lembaga Madani, ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp. 200.000

Perhitungan PPh Pasal 21 terutang sbb:


Upah Sehari Rp. 200.000
Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan pemotongan PPh Rp. 200.000
Penghasilan kena pajak sehari Rp 0
PPh Pasal 21 dipotong atas upah sehari Rp. 0
Sampai dengan hari ke 10, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp. 2.025.000 maka PPh pasal 21
terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.
Upah sampai dengan hari ke 11 (Rp. 200.000 x 11) Rp. 2.200.000
PTKP sebenarnya
11 x (36.000.000/360) Rp. 1.100.000
Penghasilan kena pajak s.d hari ke 11 Rp. 1.100.000
PPh pasal 21 terutang s.d hari ke 11
5% x 1.100.000 Rp. 55.000
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d. hari ke -10 Rp. 0
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-11 Rp. 55.000

Sehingga pada hari ke 11 upah bersih yang diterima Ristanto sebesar :


Rp. 200.000 – Rp. 55.000 = Rp. 145.000

Misalkan Ristanto bekerja selama 12 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke -12 adala
sebagai berikut:
Pada hari ke-12 jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:
Upah sehari Rp. 200.000
PTKP Sehari untuk WP Sendiri (36.000.000:360) Rp. 100.000
Penghasilan kena pajak Rp. 100.000
PPh Pasal 21 Terutang 5% x 100.000 Rp. 5.000
Sehingga pada hari ke-12 Ristanto menerima upah bersih sebesar 200.000 – 5.000 = 195.000

1. Tenaga tidak tetap (Tenaga ahli)

Tergolong sebagai tenaga ahli adalah Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai,
Aktuaris. Dari contoh ini terlihat bahwa mereka dari kelompok profesi.

Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2009, perhitungan pajak PPh 21 untuk jasa tenaga ahli (pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, aktuaris) sebagai berikut :

 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) : 50% x Penghasilan Bruto


 PPh 21 : Tarif Pasal 17 x DPP kumulatif

Contoh :Bulan Maret 2012, Yayasan membayar seorang arsitek untuk merancang bangunan yang
akan dibangun oleh Yayasan sebagai kantor pusat. Jasa tenaga ahli sebesar 80 juta. DPP : 80 juta x
50% = 40 juta; DPP kumulatif : 40 juta

PPh 21 yang harus dipotong : 5% x 40 juta = 2.000.000

Bulan Mei 2012, dibayarkan lagi fee untuk arsitek tersebut sebesar 60 juta.

DPP : 60 juta x 50% = 30 juta


DPP kumulatif : 40 juta + 30 juta = 70 juta
PPh 21 :
5% x 10 juta = 500.000
15% x 20 juta = 3.000.000

PPh 21 yang harus dipotong : 3.500.000

Jika si pemberi jasa tidak punya NPWP, maka akan dipotong sebesar 120%

2. Golongan peserta pendidikan

Peserta kegiatan yaitu orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang
diselanggarakan lembaga nirlaba, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop),
pendidikan, pertunjukan, olah raga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan
sehubungan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.

Prinsip pengenaannya sama dengan uang saku untuk perjalanan dinas. Sepanjang peserta diberikan
uang saku untuk penggantian biaya aktual, misalnya transport, akomodasi untuk datang dan hadir ke
tempat pelatihan, maka penggantian itu bukan penghasilan baginya dan tidak dikenakan pajak.

Sebaliknya, bila uang saku diberikan bukan atas dasar biaya aktual atau bukan penggantian biaya
aktual, maka uang saku tadi merupakan penghasilan bagi penerimanya. Misalnya peserta pelatihan
akan mendapatkan uang saku per hari 150 ribu selama pelatihan 3 hari, maka pajak yang harus
dipotong adalah 5% (tarif pasal 17) x 450,000 = Rp 22.500

Pelaporan Bulanan

Perhitungan diatas dilakukan setiap bulan Januari sebagai dasar untuk memotong pajak bagi setiap
pegawai tetap. Untuk mereka yang bergabung di tengah tahun, maka perhitungan seperti tabel
diatas perlu dibuat segera dan mencakup periode hingga desember atau satu tahun.

Dasar perhitungan tersebut kemudian dilaporkan dalam SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 setiap bulan.
Staff tetap tidak menerima bukti bahwa pajak sudah dipotong setiap bulannya. Namun staff tidak
tetap, tenaga ahli dan sebagainya yang bukan pegawai tetap akan selalu menerima bukti potong
ketika pada bulan yang bersangkutan pajaknya dipotong.

Bila demikian, apa yang terjadi ketika pegawai tetap mendapat kenaikan gaji ditengah periode,
menerima uang lembur yang besarnya tidak tetap setiap bulan, berhenti di tengah periode ?
Tentu perhitungan yang dibuat di awal tahun harus disesuaikan. Pada awal tahun tidak ada yang tahu
berapa uang lembur yang akan diterima oleh staff. Demikian juga uang saku perjalanan dinas,
kenaikan gaji, keluar dari tempat kerja sebelum desember dan sebagainya.
Penyesuaian dilakukan pada SPT bulan DESEMBER. Pada SPT ini seluruh perhitungan awal tahun
dihitung ulang. Seluruh komponen yang belum diketahui jumlahnya seperti uang lembur misalnya
akan diperhitungkan sebagai penghasilan aktual.

Perhitungan ulang ini akan menghasilkan jumlah pajak yang seharusnya untuk setahun. Selisih antara
perhitungan awal tahun dengan perhitungan Desember ini kemudian akan menghasilkan jumlah
kurang potong atau kelebihan potong. Penyesuaian ini dilakukan dan dilaporkan pada SPT bulan
Desember.

Contoh:
Yayasan Mitra Mandiri memiliki staf 7 (Tujuh) orang dengan daftar penghasilan sebagai berikut:

Penguran
Perhitungan        
g
No S.PTK Masa Gaji Ph. B. Jabatan Ph. Netto PTKP PKP PPh PPh
Nama
Urut P Kerja sebulan Sthn/diSThn 1 Terhutang Dipotong
perbulan

 
1 Asrizal K2 12 20.000.000 240.000.000 6.000.000 234.000.000 45.000.000 189.000.000 23.350.000 1.945.833

Chadijah  
2 Yasmin TK0 12 6.000.000 72.000.000 3.600.000 68.400.000 36.000.000 32.400.000 1.620.000 135.000

3 Diah TK0 12 3.500.000 42.000.000 2.100.000 39.900.000 36.000.000 3.900.000 195.000 16.250
 
4 Rizky TK0 12 3.000.000 36.000.000 1.800.000 34.200.000 36.000.000 0 0 0

5 Santi TK0 12 5.500.000 66.000.000 3.300.000 62.700.000 36.000.000 26.700.000 1.335.000 111.250
 
6 Sugiarto K2 12 7.500.000 90.000.000 4.500.000 85.500.000 45.000.000 40.500.000 2.025.000 168.750
Daftar penghitungan pada awal tahun
X

Perhatikan bagaimana pada bulan Desember, sebagai bulan terakhir pemotongan pajak seseorang,
dilakukan perhitungan ulang pajak penghasilan pasal 21. Karena pajak penghasilan pasal 21 tidak
mengenal pelaporan tahunan.

Jadi hanya bulan Desember sajalah koreksi perpajakan dapat dilakukan berdasarkan jumlah pajak
yang sudah dipotong selama Januari-November dan berapa jumlah yang sebetulnya harus dilaporkan.
Koreksi pelaporan pajak bisa saja berupa kurang potong atas penghasilan seseorang atau kelebihan
Pengurang Perhitungan
B. Jabatan 1 Iuran Jumlah Ph. Netto Ph. Netto PTKP PKP Pembulatan PPh PPh Dipotong Kurang/lebi Tindakan
Pensiun penguranga Sebulan Setahun Terhutang sampai dengan h Koreksi
Asuransi dibayar oleh n setelah bulan November
Nama S.PTKP Masa Kerja Gaji sebulan Ph. Sthn/diSThn
ditanggung TK perhitungan 2015
perusahaan bulan
Desember
2015

Desember
Asrizal K2 12 20.000.000 848.000 20.848.000 500.000 400.000 900.000 19.948.000 239.376.000 45.000.000 194.376.000 194.376.000 24.156.400 21.404.167 2.752.233 dipotong
sejumlah
kurang
Chadijah Yasmin TK0 12 6.000.000 254.400 6.254.400 312.720 120.000 432.720 5.821.680 69.860.160 36.000.000 33.860.160 33.860.000 1.693.000 1.485.000 208.000
bayar

Diah TK0 12 3.500.000 148.400 3.648.400 182.420 70.000 252.420 3.395.980 40.751.760 36.000.000 4.751.760 4.751.000 237.550 178.750 58.800

Rizky TK0 12 3.000.000 127.200 3.127.200 156.360 60.000 216.360 2.910.840 34.930.080 36.000.000 0 0 0

Santi TK0 12 5.500.000 233.200 5.733.200 286.660 110.000 396.660 5.336.540 64.038.480 36.000.000 28.038.480 28.038.000 1.401.900 1.223.750 178.150

Sugiarto K2 12 7.500.000 318.000 7.818.000 390.900 150.000 540.900 7.277.100 87.325.200 45.000.000 42.325.200 42.325.000 2.116.250 1.856.250 260.000

Putu Adi K2 12 8.000.000 339.200 8.339.200 416.960 160.000 576.960 7.762.240 93.146.880 45.000.000 48.146.880 48.146.000 2.407.300 2.117.500 289.800

potong. Ketika membuat SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 bulan Desember inilah dilakukan
perhitungan dan kompensasi lebih/kurang bayar.

Koreksi atau perhitungan ulang untuk bulan Desember setiap tahun perlu dilakukan untuk
menghindari lembaga kelebihan setor pajak. Kalau terlalu kecil atau kurang setor dari pemotongan
pajak malah lebih baik, karena pada bulan Desember dapat diperbaiki dalam bentuk penyetoran
kekurangan bayar.

Contoh berikut ini menggambarkan posisi pemotongan pajak, penyetoran serta perhitungan pajak
per November 2015 dan perhitungan final yang dilakukan untuk Desember 2015 oleh Yayasan Mitra
Mandiri.

Tabel 2- Contoh Perhitungan Pasal 21 oleh Badan


Hingga bulan November 2015, Lembaga telah memotong dan menyetorkan ke kas Negara untuk
pasal 21 sejumlah Rp. 28.265.417. Ketika akan memotong/menyetor bulan Desember dan karena
paham bahwa harus dihindarkan kelebihan pembayaran ke kas negara, maka Slamet selaku akuntan
segera membuat perhitungan menyeluruh hingga bulan Desember dan memasukkan seluruh
komponen penghasilan yang aktual sebagaimana pada kolom kurang bayar. Ternyata selama tahun
2015, lembaga harus memotong dan menyetor sejumlah 32.012.400. Untuk itu terjadi kekurangan
potong/setor sejumlah Rp. 3.746.983

Tindak Lanjut:
 Pada tanggal 10 Januari 2016 lembaga menyetorkan jumlah tersebut ke kas negara
 Pada tanggal 20 Januari 2016, lembaga menyampaikan SPT Pasal 21 untuk Desember 2015
dengan menyertakan bukti setor kekurangan bayar 8.655.913
 Pada akhir Desember 2015 dilakukan pemotongan pajak untuk masing-masing staff sejumlah
kurang bayar pajak

Anda mungkin juga menyukai