Subyek dari PPH Pasal 21 sudah jelas yaitu NPO sebagai pemberi penghasilan dan
Individu sebagai penerima penghasilan. Obyek pajak pasal 21 ini secara sederhana
dapat didefinisikan sebagai penghasilan yang diterima karena
kegiatan/jasa/pekerjaan.
Tarif dan cara perhitungan pajak pasal 21 ini tergantung pada siapa penerimanya.
Dari penerima ini kita dapat juga menduga seperti apa penghasilan yang
diterimanya. Oleh karena itu penting untuk menggolongkan pembayaran atas
jasa/kegiatan/pekerjaan dalam kategori penerima yang tepat agar kemudian
perhitungan pajaknya juga tidak salah.
Obyek pajak pasal 21- apa saja penghasilan yang tergolong sebagai obyek pajak.
Bukan Obyek Pasal 21 Pemberian dari lembaga nirlaba yang tidak dikenakan
pemotongan pajak penghasilan pasal 21 adalah pemberian berupa :
pembayaran klaim asuransi dari perusahaan asuransi
penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan nama apapun
yang diterima sepanjang memenuhi syarat yaitu:
o Fasilitas makan dan minum tidak dianggap sebagai penghasilan
yang dikenakan pajak bila diberikan di tempat kerja atau diberi
dalam bentuk kupon.
o Alat keselamatan kerja atau seragam kerja
o Diberikan di daerah tertentu (ada kriterianya dan biasanya daerah
terpencil yang tidak ada penjual makanan,perumahan,sekolah dll.
Iuran pensiun yang diberikan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan penyelenggara Taspen serta
THT kepada Badan Penyelenggara Taspen dan Jamsostek yang dibayar oleh
pemberi kerja.
Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan nama apa pun
yang diberikan oleh pemerintah
| Pajak Penghasilan Pasal 21 2
Bila kita sudah dapat memastikan bahwa penghasilan yang diberikan merupakan
obyek pajak, maka kini kita teliti golongan penerimanya. Tarif dan cara
perhitungan berbeda untuk masing-masing penerima.
Berikut grafik jenis-jenis penerima penghasilan dan tarif-cara perhitungan pasal 21
nya.
Orang Pribadi yang bekerja
di NPO menerima
Pegawai penghasilan berkala dalam
Tetap jumlah tertentu atau
pegawai kontrak yang
bekerja full time untuk
jangka waktu tertentu.
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala
dibedakan menjadi 2 (dua): Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang
rutin dilakukan setiap bulan dan penghitungan kembali yang dilakukan setiap
masa pajak Desember (atau masa pajak dimana pegawai berhenti bekerja.
Definisi Pegawai tetap tidak sama pegawai tetap disini tidak persis sama dengan
pengertian dalam UU tenaga kerja. Jadi dalam perpajakan, meskipun status
seseorang adalah kontrak namun kalau ia menerima pendapatan teratur, bekerja
penuh waktu pada jenis pekerjaan tertentu, kalau cuti atau sakit penghasilan tidak
berkurang, maka ia tergolong dalam kategori pegawai tetap.
Cara perhitungan pajak dari pegawai tetap dapat dilihat pada skema dibawah ini:
Penghasilan Kotor/Bruto Termasuk seluruh gaji,honor,bonus,uang lembur,tunjangan
Setahun (1) transport, uang makan
Contoh 1- Pegawai tetap, punya NPWP,Menikah dan memiliki anak 3 (tiga) orang, premi asuransi
dibayarkan, ikut program Tunjangan Hari Tua Jamsostek, ikut Dana Pensiun.
Messi pegawai pada Yayasan Integrasi, menikah dan punya anak 3 (tiga) orang, memperoleh gaji
sebulan Rp. 4.000.000. Yayasan Integrasi mengikuti program jamsostek, premi jaminan kecelakaan
kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,24%
dan 0,30% dari gaji. Yayasan Integrasi menanggung iuran Jaminan hari tua setiap bulan sebesar 3,70%
dari gaji sedangkan Messi membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan.
Disamping itu Yayasan Integrasi membayar iuran pensiun untuk Messi ke dana pensiun, yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp. 100.000 sedangkan
Messi membayar iuran pensiun sebesar Rp. 50.000.
Catatan:
1. Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat
dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang
mempunyai jabatan ataupun tidak
Contoh 2: Pegawai tetap, punya NPWP,Status K/3, premi asuransi dibayarkan, ikut program THT,ikut
Dana Pensiun, Tunjangan Hari Raya (THR), Uang Lembur, Makan siang disediakan di kantor.
Yayasan Integrasi ternyata memberikan Tunjangan Hari Raya sebesar 1 (satu) bulan gaji karena
mematuhi peraturan perburuhan. Demikian juga Messi berhak atas uang lembur untuk bekerja lebih
dari jam 5 sore. Sepanjang tahun 2014 tercatat ia mendapat uang lembur total 4 Juta. Yayasan juga
menyediakan makan siang di kantor untuk semua staffnya. Premi jaminan kecelakaan kerja dan
premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,24% dan 0,30%
dari gaji. Yayasan Integrasi menanggung iuran Jaminan hari tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
sedangkan Messi membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Disamping itu
Yayasan Integrasi membayar iuran pensiun untuk Messi ke dana pensiun, yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp. 100.000 sedangkan Messi membayar
iuran pensiun sebesar Rp. 50.000.
Dengan kondisi ini, dari seluruh penghasilan yang diterima plus THR dan Lembur selama setahun
yayasan akan memotong pajak penghasilan sebesar Rp 335.650 setahun atau Rp. 27.971
Catatan: makan siang disediakan di kantor adalah kenikmatan natura yang diberikan kepada pegawai dan
memenuhi syarat untuk dikecualikan sebagai penghasilan staff.
Contoh 3: Pegawai tetap, punya NPWP,Status K/1, premi asuransi dibayarkan, ikut program THT ,
bonus kinerja, bulan ke 7 naik gaji
Andik adalah program manager di cabang LSM internasional sudah memiliki NPWP. Status per 1
Januari adalah menikah dan memiliki anak 3 (tiga) orang dengan gaji kotor sebulan sebesar Rp.
25.000.000,- plus THR sebesar 25 Juta. Lembaga juga mengikuti program jamsostek, Premi jaminan
kecelakaan kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing 0,24% dan 0,30% dari gaji. Lembaga juga menanggung iuran Jaminan hari tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Andik membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap
bulan. Ia didaftarkan. Karena prestasinya istimewa, pada bulan ke 7 ia mendapatkan bonus kinerja
sebesar Rp 20 Juta sekaligus gajinya dinaikkan mulai bulan Juli menjadi 27 Juta per bulan
Perhitungan pajak yang harus dipotong dari Andik menggunakan perhitungan tahunan karena terjadi
perubahan besaran gaji ditengah jalan.
Contoh 4 Pegawai tetap Perempuan menikah dan memiliki anak 3 (tiga) orang, Suami tidak bekerja
namun tidak memiliki Surat Keterangan tentang Suami tidak memiliki penghasilan dari Kecamatan,
punya NPWP, premi asuransi dibayarkan, ikut program THT, THR dibayarkan.
Antini Surantiningsih pegawai tetap Perkumpulan Bangsa Mandiri, memiliki NPWP dengan gaji per
bulan 5 Juta, setiap tahun mendapat THR sebesar 5 Juta, Tunjangan Transport per bulan 300 ribu,
serta Tunjangan kesehatan 5 Juta per tahun, Premi asuransi dibayar perusahaan sebesar Rp. 212.000
dan premi yang dipotong dari gaji Antini sebesar Rp. 100.000.
Catatan: untuk wajib pajak perempuan, baik statusnya menikah dengan atau tanpa anak, menurut peraturan
pajak statusnya adalah T/K (tidak kawin). Untuk dapat mengklaim status sebenarnya, maka ia harus
menyertakan surat keterangan dari serendah-rendahnya Camat bahwa suaminya tidak memiliki penghasilan.
Logika dari aturan ini adalah suami sebagai pencari nafkah, sehingga status sebenarnya (menikah dan
memiliki tanggungan) akan digunakan dalam perhitungan pajak suami.
Bila ia dapat menunjukkan surat ini maka statusnya adalah K/3, sehingga PTKP meningkat dan pajak yang
dipotong menurun.
Contoh 5. Pegawai tetap, punya NPWP,Status K/3, premi asuransi dibayarkan, ikut program THT,ikut
Dana Pensiun, THR dibayarkan setengah, berhenti bulan ke 7 dipecat, pesangon dibayarkan
Budi pegawai Yayasan Maju Mundur, memiliki NPWP, sudah menikah tetapi belum punya anak
dengan gaji kotor sebulan sebesar Rp 8.000.000. Premi jaminan kecelakaan kerja dan premi jaminan
kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,24% dan 0,30% dari gaji.
Lembaga juga menanggung iuran Jaminan hari tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan
Budi membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Karena ketahuan
mengajukan bukti perjalanan palsu, per 1 Agustus ia dipecat dari lembaga. Sesuai dengan peraturan
kepegawaian di lembaga tersebut, ia berhak atas pesangon sebesar 20 Juta.
Catatan: Pajak penghasilan untuk pesangon diatur tersendiri. Perhitungannya lebih mudah, dimana pesangon
hingga 50 juta tidak dikenakan pajak.
Contoh 6. Pegawai tetap, punya NPWP, Status K/3, premi asuransi dibayarkan, ikut program THT,ikut
Dana Pensiun, THR dibayarkan, mendapatkan uang saku perjalanan dinas dan mulai bekerja bulan
Maret.
Sugi pegawai Yayasan Maju Mundur, memiliki NPWP, sudah menikah dan memiliki anak 3 (tiga)
orang dengan gaji kotor sebulan sebesar Rp 7.000.000. Premi jaminan kecelakaan kerja dan premi
jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,24% dan 0,30% dari
gaji. Lembaga juga menanggung iuran Jaminan hari tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji
sedangkan Sugi membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap. Dana pensiun dibayar
sendiri 140.000. Per 1 Maret ia mulai bekerja. THR dibayarkan prorata.
Catatan: Meskipun bekerja tidak penuh yaitu hanya 10 bulan, penghasilan dikurangi PTKP untuk setahun
namun untuk biaya jabatan hanya 10 bulan sesuai dengan bulan bekerja tahun pajak ini.
A. Uang saku dengan penggantian (reimbursable) artinya berapapun biaya yang dikeluarkan
(transport,akomodasi,makan-minum,komunikasi dll) sepanjang terkait dengan kepentingan dinas
akan diganti oleh lembaga.
B. Uang saku dengan penggantian sebagian, artinya sebagian dari biaya akan diganti berdasar bukti
aktual (akomodasi hotel,tiket pesawat dll) namun diberikan juga suatu jumlah tetap untuk biaya
makan dan transport lokal misalnya.
C. Uang saku dengan jumlah tetap (lump-sum) artinya berapapun biaya yang dihabiskan oleh staff
dalam perjalanan dinas, lembaga hanya memberikan suatu jumlah dikali dengan hari dinas. Jadi kalau
aktual lebih besar,maka staff akan merugi, sebaliknya staff akan mendapat penghasilan tambahan.
Perlakuan pajak untuk perjalanan dinas tidak ada yang secara eksplisit diatur. Konsep dasarnya: bila
itu penggantian biaya aktual maka bukan penghasilan bagi staff. Sebaliknya kalau bukan biaya
aktual,maka dianggap penghasilan.
Dari contoh diatas, untuk kasus A, penghasilan staff tidak bertambah sama sekali. Jadi pajak dihitung
hanya atas gaji dan premi asuransi saja.
Kasus C, staff mendapat penghasilan tambahan sebesar uang saku lump-sum yang telah diterima
selama setahun. Untuk kasus B, yang dianggap penghasilan hanya bagian lump-sum saja,selebihnya
bukan penghasilan karena merupakan biaya aktual.
Definisi;
Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan bila bekerja, menurut jumlah
unit hasil pekerjaan, dan menurut penyelesaian suatu pekerjaan. Penghasilan pegawai tidak tetap
berupa upah harian, upah minggguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan
secara bulanan. Berikut merupakan pengertian dari jenis pegawai tidak tetap:
1. Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang
atau dibayarkan secara harian
2. Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara mingguan
3. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang
atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.
4. Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
Teknis perhitungan
Dalam melakukan penghitungan pajak penghasilan pegawai tidak tetap berupa upah harian,
mingguan, satuan maupun borongan dapat dikenakan pajak dengan batas penghasilan lebih dari
200.000 dalam satu hari. Berikut adalah tabel yang menguraikan batas penghasilan yang dikenakan
pajak.
Upah Upah
Dipotong 5%
Gambar 1: Skema penghitungan PPh jika upah sebulan lebih dari 3.000.000
2. Jika total upah sebulan lebih dari 7.000.000
Upah Upah
Dipotong 5%
Gambar 2 Skema penghitungan PPh jika upah sebulan lebih dari 7.000.000
Ristanto dengan status belum menikah pada bulan Januari 2014 bekerja sebagai buruh harian di
Lembaga Madani, ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp. 200.000
Misalkan Ristanto bekerja selama 12 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke -12 adala
sebagai berikut:
Pada hari ke-12 jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:
Upah sehari Rp. 200.000
PTKP Sehari untuk WP Sendiri (36.000.000:360) Rp. 100.000
Penghasilan kena pajak Rp. 100.000
PPh Pasal 21 Terutang 5% x 100.000 Rp. 5.000
Sehingga pada hari ke-12 Ristanto menerima upah bersih sebesar 200.000 – 5.000 = 195.000
Tergolong sebagai tenaga ahli adalah Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai,
Aktuaris. Dari contoh ini terlihat bahwa mereka dari kelompok profesi.
Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2009, perhitungan pajak PPh 21 untuk jasa tenaga ahli (pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, aktuaris) sebagai berikut :
Contoh :Bulan Maret 2012, Yayasan membayar seorang arsitek untuk merancang bangunan yang
akan dibangun oleh Yayasan sebagai kantor pusat. Jasa tenaga ahli sebesar 80 juta. DPP : 80 juta x
50% = 40 juta; DPP kumulatif : 40 juta
Bulan Mei 2012, dibayarkan lagi fee untuk arsitek tersebut sebesar 60 juta.
Jika si pemberi jasa tidak punya NPWP, maka akan dipotong sebesar 120%
Peserta kegiatan yaitu orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang
diselanggarakan lembaga nirlaba, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop),
pendidikan, pertunjukan, olah raga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan
sehubungan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.
Prinsip pengenaannya sama dengan uang saku untuk perjalanan dinas. Sepanjang peserta diberikan
uang saku untuk penggantian biaya aktual, misalnya transport, akomodasi untuk datang dan hadir ke
tempat pelatihan, maka penggantian itu bukan penghasilan baginya dan tidak dikenakan pajak.
Sebaliknya, bila uang saku diberikan bukan atas dasar biaya aktual atau bukan penggantian biaya
aktual, maka uang saku tadi merupakan penghasilan bagi penerimanya. Misalnya peserta pelatihan
akan mendapatkan uang saku per hari 150 ribu selama pelatihan 3 hari, maka pajak yang harus
dipotong adalah 5% (tarif pasal 17) x 450,000 = Rp 22.500
Pelaporan Bulanan
Perhitungan diatas dilakukan setiap bulan Januari sebagai dasar untuk memotong pajak bagi setiap
pegawai tetap. Untuk mereka yang bergabung di tengah tahun, maka perhitungan seperti tabel
diatas perlu dibuat segera dan mencakup periode hingga desember atau satu tahun.
Dasar perhitungan tersebut kemudian dilaporkan dalam SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 setiap bulan.
Staff tetap tidak menerima bukti bahwa pajak sudah dipotong setiap bulannya. Namun staff tidak
tetap, tenaga ahli dan sebagainya yang bukan pegawai tetap akan selalu menerima bukti potong
ketika pada bulan yang bersangkutan pajaknya dipotong.
Bila demikian, apa yang terjadi ketika pegawai tetap mendapat kenaikan gaji ditengah periode,
menerima uang lembur yang besarnya tidak tetap setiap bulan, berhenti di tengah periode ?
Tentu perhitungan yang dibuat di awal tahun harus disesuaikan. Pada awal tahun tidak ada yang tahu
berapa uang lembur yang akan diterima oleh staff. Demikian juga uang saku perjalanan dinas,
kenaikan gaji, keluar dari tempat kerja sebelum desember dan sebagainya.
Penyesuaian dilakukan pada SPT bulan DESEMBER. Pada SPT ini seluruh perhitungan awal tahun
dihitung ulang. Seluruh komponen yang belum diketahui jumlahnya seperti uang lembur misalnya
akan diperhitungkan sebagai penghasilan aktual.
Perhitungan ulang ini akan menghasilkan jumlah pajak yang seharusnya untuk setahun. Selisih antara
perhitungan awal tahun dengan perhitungan Desember ini kemudian akan menghasilkan jumlah
kurang potong atau kelebihan potong. Penyesuaian ini dilakukan dan dilaporkan pada SPT bulan
Desember.
Contoh:
Yayasan Mitra Mandiri memiliki staf 7 (Tujuh) orang dengan daftar penghasilan sebagai berikut:
Penguran
Perhitungan
g
No S.PTK Masa Gaji Ph. B. Jabatan Ph. Netto PTKP PKP PPh PPh
Nama
Urut P Kerja sebulan Sthn/diSThn 1 Terhutang Dipotong
perbulan
1 Asrizal K2 12 20.000.000 240.000.000 6.000.000 234.000.000 45.000.000 189.000.000 23.350.000 1.945.833
Chadijah
2 Yasmin TK0 12 6.000.000 72.000.000 3.600.000 68.400.000 36.000.000 32.400.000 1.620.000 135.000
3 Diah TK0 12 3.500.000 42.000.000 2.100.000 39.900.000 36.000.000 3.900.000 195.000 16.250
4 Rizky TK0 12 3.000.000 36.000.000 1.800.000 34.200.000 36.000.000 0 0 0
5 Santi TK0 12 5.500.000 66.000.000 3.300.000 62.700.000 36.000.000 26.700.000 1.335.000 111.250
6 Sugiarto K2 12 7.500.000 90.000.000 4.500.000 85.500.000 45.000.000 40.500.000 2.025.000 168.750
Daftar penghitungan pada awal tahun
X
Perhatikan bagaimana pada bulan Desember, sebagai bulan terakhir pemotongan pajak seseorang,
dilakukan perhitungan ulang pajak penghasilan pasal 21. Karena pajak penghasilan pasal 21 tidak
mengenal pelaporan tahunan.
Jadi hanya bulan Desember sajalah koreksi perpajakan dapat dilakukan berdasarkan jumlah pajak
yang sudah dipotong selama Januari-November dan berapa jumlah yang sebetulnya harus dilaporkan.
Koreksi pelaporan pajak bisa saja berupa kurang potong atas penghasilan seseorang atau kelebihan
Pengurang Perhitungan
B. Jabatan 1 Iuran Jumlah Ph. Netto Ph. Netto PTKP PKP Pembulatan PPh PPh Dipotong Kurang/lebi Tindakan
Pensiun penguranga Sebulan Setahun Terhutang sampai dengan h Koreksi
Asuransi dibayar oleh n setelah bulan November
Nama S.PTKP Masa Kerja Gaji sebulan Ph. Sthn/diSThn
ditanggung TK perhitungan 2015
perusahaan bulan
Desember
2015
Desember
Asrizal K2 12 20.000.000 848.000 20.848.000 500.000 400.000 900.000 19.948.000 239.376.000 45.000.000 194.376.000 194.376.000 24.156.400 21.404.167 2.752.233 dipotong
sejumlah
kurang
Chadijah Yasmin TK0 12 6.000.000 254.400 6.254.400 312.720 120.000 432.720 5.821.680 69.860.160 36.000.000 33.860.160 33.860.000 1.693.000 1.485.000 208.000
bayar
Diah TK0 12 3.500.000 148.400 3.648.400 182.420 70.000 252.420 3.395.980 40.751.760 36.000.000 4.751.760 4.751.000 237.550 178.750 58.800
Rizky TK0 12 3.000.000 127.200 3.127.200 156.360 60.000 216.360 2.910.840 34.930.080 36.000.000 0 0 0
Santi TK0 12 5.500.000 233.200 5.733.200 286.660 110.000 396.660 5.336.540 64.038.480 36.000.000 28.038.480 28.038.000 1.401.900 1.223.750 178.150
Sugiarto K2 12 7.500.000 318.000 7.818.000 390.900 150.000 540.900 7.277.100 87.325.200 45.000.000 42.325.200 42.325.000 2.116.250 1.856.250 260.000
Putu Adi K2 12 8.000.000 339.200 8.339.200 416.960 160.000 576.960 7.762.240 93.146.880 45.000.000 48.146.880 48.146.000 2.407.300 2.117.500 289.800
potong. Ketika membuat SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 bulan Desember inilah dilakukan
perhitungan dan kompensasi lebih/kurang bayar.
Koreksi atau perhitungan ulang untuk bulan Desember setiap tahun perlu dilakukan untuk
menghindari lembaga kelebihan setor pajak. Kalau terlalu kecil atau kurang setor dari pemotongan
pajak malah lebih baik, karena pada bulan Desember dapat diperbaiki dalam bentuk penyetoran
kekurangan bayar.
Contoh berikut ini menggambarkan posisi pemotongan pajak, penyetoran serta perhitungan pajak
per November 2015 dan perhitungan final yang dilakukan untuk Desember 2015 oleh Yayasan Mitra
Mandiri.
Tindak Lanjut:
Pada tanggal 10 Januari 2016 lembaga menyetorkan jumlah tersebut ke kas negara
Pada tanggal 20 Januari 2016, lembaga menyampaikan SPT Pasal 21 untuk Desember 2015
dengan menyertakan bukti setor kekurangan bayar 8.655.913
Pada akhir Desember 2015 dilakukan pemotongan pajak untuk masing-masing staff sejumlah
kurang bayar pajak