A. Pajak Penghasilan Pasal 21
PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri.
1. Pemotong Pajak
Ketentuan mengenai pemotongan PPh Pasal 21 diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 dijelaskan bahwa Pemotong PPh Pasal 21 meliputi:
a) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau
unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun,
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
b) Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat
termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara
lainnya, dan Kedutaan Besar RI di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan
c) Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan- badan lain yang membayar uang
pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
d) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar:
1) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadai dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.
2) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh
orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri.
3) Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.
e) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional,
perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium,
hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan
suatu kegiatan.
2. Tidak Termasuk Pemotong PPh
Pemberi kerja yang tidak wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 adalah:
a) Kantor perwakilan negara asing
b) Organisasi-organisasi internasional sebgaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang PPh,
yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan
c) Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata
mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
3. Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21
a) Kewajiban umum
Setiap Pemotong Pajak sebagaimana dimaksud di atas wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor
Penyuluhan Pajak setempat. Kewajiban ini juga berlaku untuk organisasi internasional yang tidak dikecualikan sebagai
non subjek pajak berdasarkan KepMenkeu. Dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya, Pemotong Pajak
mengambil sendiri formulir–formulir yang diperlukan pada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak
setempat.
b) Kewajiban terkait dengan SPT Masa PPh Pasal 21
1) Dengan menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan takwim.
Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya. Jika tanggal 10 merupakan hari libur,
penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
2) Melaporkan penyetoran pajak, sekalipun nihil, dengan menggunakan e-surat pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor
Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat melalui e-filing, selambat-lambatnya pada tanggal 20 bulan
takwim.
3) Memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21, baik diminta maupun tidak, pada saat dilakukannya pemotongan
pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima Jaminan Hari Tua,
penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.
4) Membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 dan untuk masing-masing penerima penghasilan,
yang menjadi dasar pelaporan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan menyimpan catatan atau kertas kerja
tersebut selama 10 (sepuluh) tahun sejak berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
c) Kewajiban terkait dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21
1) Memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Tahunan kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan,
dengan menggunakan formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun
takwim berakhir. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian akhir tahun takwim, Bukti
Pemotongan tersebut diberikan oleh pemberi kerja selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah pegawai
yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.
2) Menghitung kembali jumlah PPh Pasal 21 yang terhutang oleh pegawai tetap menurut tarif, sebagaimana dimaksud
dalam pasal 17 Undang-undang nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun takwim berakhir.
3) Menyetor pajak yang kurang bayar (PPh Pasal 29), jika ada, sebelum sampai SPT Tahunan PPh Pasal 21 selambat-
lambatnya tanggal 25 Maret tahun takwim berikutnya.
4) Mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT Tahunan PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
Pemotongan Pajak terdaftar atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat selambat-lambatnya tanggal 31 Maret
tahun takwim berikutnya.
Subjek dan Non Subjek PPh Pasal 21
1. Penerima Penghasilan yang Dipotong/subjek PPh Pasal 21
Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak dalam
negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal
21 sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan baik dalam hubungannya sebagai
pegawai maupun bukan pegawai, termasuk penerima pensiun.
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan:
a) Pegawai
b) Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk
ahli warisnya.
c) Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan,
antara lain meliputi :
1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,
notaris, penilai, dan aktuaris.
2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru
film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.
3) Olahragawan.
4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika,
fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.
7) Agen iklan.
8) Pengawas atau pengelola proyek.
9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara.
10) Petugas penjaja barang dagangan.
11) Petugas dinas luar asuransi.
12) Distributor perusahaan multilevel marketing (MLM) atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.
13) Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikut sertaannya dalam
suatu kegiatan, antara lain meliputi:
Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu
pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.
Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu.
No Keterangan Tarif
1 PNS Gol I dan II, TNI/POLRI Gol Pangkat tamtama dan bintara, 0%
dan pensiunannya
2 PNS Gol III, TNI/POLRI Gol pangkat perwira pertama, dan 5%
pensiunannya
3 PNS Gol IV, TNI/POLRI Gol Pangkat perwira tinggi, dan 15%
pensiunannya
Atas uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus
dikenakan tarif PPh Final sesuai PP 68 Tahun 2009 sebagai berikut:
Penghasilan Bruto Tarif
Penghasilan Bruto Tarif
0,3% Pelumnas
Tanggal Transaksi
Feb 2 Membeli secara tunai makanan siap saji dari sebuah restoran untuk
2011 keperluan rapat seharga Rp800.000,00.
4 Membeli secara tunai alat tulis kantor Rp1.100.000,00 dan buku pelajaran
umum Rp1.500.000,00 dari toko buku “Perwira” yang dimiliki oleh Tn.
Joko yang mempunyai NPWP/NPPKP 06.325.456.3-529.000.
15 Membeli bensin dari SPBU Pertamina untuk keperluan kendaraan dinas
seharga Rp500.000,00, membayar tagihan rekening listrik sebesar
Rp1.000.000,00 kepada PLN, serta membeli benda-benda pos
Rp500.000,00 di kantor pos.
Jawab