Anda di halaman 1dari 13

TUGAS LANDASAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM YANG KOMPLEKS, SISTEM SOSIAL, POLITIK DAN BUDAYA

NAMA :

1. ASNA COLLINS NIMRESKOSSU


2. SUSANA ELWUAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PASCASARJANA

UNIVERSITAS PATTIMURA

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................6
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Sebagai Sistem Yang Kompleks .................................................10
B. Pendidikan Sebagai Sistem Sosial...................................................................11
C. Pendidikan Sebagai Sistem Politik .................................................................12
D. Pendidikan Sebagai Sistem Budaya.................................................................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................27


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan kita membentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia diantaranya adalah untuk mencerdasakan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas adalah bangsa
yang dapat bangkit di dalam menghadapi berbagai kesulitan. Kenyataanya dewasa ini bangsa Indonesia
sedang dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, termasuk di dalam bidnag
pendidikan. Sesungguhnya semenjak jaman perjuangan kemerdekaan dahulu, para pejuang serta perintis
kemerdekaan telah menyadari bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta
bertanggung jawab.
Pendidikan dikatakan ilmu pendidikan atau pedagogi merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan proses
pemeradaban,pemberbudayaan,dan pendewasaan manusia. Salah satu upaya untuk membangun dan
meningkatkan mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan, sehingga
pendidikan merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi setiap individu. Sistem persekolahan adalah
salah satu pilar penting yang menjadi tiang penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam suatu tatanan
kehidupan masyarakat, untuk mewujudkan cita-cita kolektif. Oleh karena itu, pendidikan yang
diselenggarakan melalui sistem persekolahan semestinya dimaknai sebagai sebuah strategi kebudayaan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Sebagai Sistem yang Kompleks?
2. Bagaimana Pendidikan Sebagai Sistem Sosial ?
3. Bagaimana Pendidikan Sebagai Sistem Politik ?
4. Bagaimana Pendidikan Sebagai Sistem Budaya?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan Pendidikan Sebagai Sistem yang Kompleks.
2. Menjelaskan Pendidikan Sebagai Sistem Sosial.
3. Menjelaskan Pendidikan Sebagai Sistem Politik.
4. Menjelaskan Pendidikan Sebagai Sistem Budaya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pendidikan Sebagai Sistem Yang Kompleks


Pendidikan adalah salah satu usaha untuk dapat mewujudkan atau membentuk manusia seutuhnya.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama
lain. Banyak orang yang beranggapan bahwa suatu keberhasilan atau kegagalan yang dialami oleh
seseorang tergantung kepada apa yang didapatkannya selama di sekolah. Mereka tidak tau bahwa
pendidikan tidak hanya bisa di dapatkan di sekolah saja tetapi banyak sekali faktor yang dapat
menentukan keberhasilan atau kegagalan dari seseorang salah satunya adalah kerjasama antar faktor-
faktor pendidikan itu. Pendidikan sebagai suatu sistem memiliki beberapa bagian yang satu dengan yang
lainnya saling mempengaruhi, bila bagian yang satu tidak diperhatikan maka akan mempengaruhi
keseluruhan dari sistem tersebut. Para pendidik perlu untuk memahami pendidikan sebagai suatu sistem
sehingga dalam melaksanakan proses belajar mengajarnya akan memperoleh hasil yang maksimal bila
pendidik memperhatikan unsur-unsur atau bagian-bagian yang ada yang sangat mempengaruhi proses
pendidikan (kegiatan belajar mengajar) yang akan dilakukannya.
Sistem pendidikan mengandung proses pendidikan khususnya di sekolah yang bekerja langsung atau
tidak langsung mencapai tujuan pendidikan. Proses ini merupakan interaksi fungsional antara komponen-
komponen pengambil kebijakan pendidikan di tingkat pemerintah pusat, provinsi, kota/kabupaten serta
penyelenggara pendidikan di sekolah yang merupakan penjabaran tujuan nasional. Pendidikan merupakan
usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsur pokok
yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha. Hubungan ketiga unsur dapat
dijelaskan dan digambarkan sebagai berikut: Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan
berbagai ciri yang ada pada peserta didik (bakat, minat, kondisi fisik dan sebagainya), proses dan hasil.
Dalam proses pendidikan terkait beberapa hal: Pendidik, kurikulum, metode dan lain-lainnya. Sedangkan
hasil berupa pengetahuan, sikap, keterampilan dan hasil berupa lulusan. Setiap unsur dalam pendidikan
saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Pendidikan sebagai suatu sistem memiliki 12 komponen yaitu:
1. Tujuan dan prioritas, yang mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi tentang
apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan pelaksanaanya.
2. Peserta didik, diharapkan peserta didik mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan
sistem pendidikan.
3. Manajemen atau pengelolaan dengan fungsi mengkoordinasikan, mengarahkan dan menilai
sistem Pendidikan, yang bersumber pada sistem nilai dan cita-cita, dimana komponen ini
merupakan informasi tentang pola kepemimpinan dalam pengelolaan sistem pendidikan.
4. Struktur dan jadwal waktu, yang mengatur pembagian waktu dan kegiatan.
5. Isi dan bahan pengajaran, yang menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran.
6. Guru dan Pelaksana.
7. Alat bantu belajar.
8. Fasilitas.
9. Teknologi, semua teknik yang digunakan agar sistem itu dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
10. Pengawasan mutu: komponen ini bersumber pada sistem nilai dan merupakan informasi tentang
pengaturan kualitas sistem pendidikan, yang berfungsi membina peraturanperaturan pendidikan
dan standar pendidikan. Misal peraturan penerimaan siswa baru, peraturan ujian dan penilaian
dsb.
11. Penelitian: komponen ini bersumber pada pengetahuan yang ada di masyarakat dan kegiatannya
menghasilkan informasi mengenai fakta-fakta yang berguna untuk/berfungsi memperbaiki
pengetahuan dan penampilan sistem pendidikan.
12. Biaya: satuan biaya yang digunakan untuk memperlancar proses pendidikan dan bersumber dari
penghasilan masyarakat dan bantuan pemerintah. Fungsinya memperlancar proses pendidikan dan
menjadi petunjuk tentang tingkat efisiensi sistem pendidikan

Pendidikan dikatakan sebagai sistem juga memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

1) Tujuan pendidikan.
2) Fungsi-fungsi: adanya tujuan yang harus dicapai oleh suatu sistem menuntut terlaksananya
berbagai fungsi yang diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan tersebut.
3) Komponen-komponen: bagian sistem yang melaksanakan usaha mencapai tujuan sistem disebut
komponen. Jadi sistem ini terdiri dari komponen-komponen dan masing-masing komponen punya
fungsi khusus. Misalnya komponen sistem instruksional meliputi manusia (guru, konselor,
administrator, dan lain sebagainya).
4) Interaksi atau saling berhubungan: semua komponen dalam satu sistem saling berhubungan satu
dengan yang lain, saling mempengaruhi dan saling membutuhkan. Penggabungan yang
menimbulkan jalinan perpaduan.
5) Proses transformasi: semua sistem punya misi untuk mencapai tujuan; untuk itu diperlukan suatu
proses yang memproses masukan (input) menjadi hasil (output).
6) Umpan balik dan koreksi untuk mengetahui masing-masing fungsi terlaksana dengan baik
diperlukan fungsi kontrol yang mencakup monitoring dan koreksi atau evaluasi. Hasil monitoring
dijadikan pertimbangan untuk suatu perubahan, perbaikan dsb.
7) Daerah batasan dan lingkungan; antara suatu sistem dengan lingkungan sekitar akan terjadi
interaksi. Namun antara satu sistem dan sistem yang lain mempunyai batasan tertentu. Suatu
sistem dapat pula merupakan bagian dari sistem yang lebih besar.

Pendidikan dapat dijalankan melalui lembaga formal, non-formal maupun informal. Salah satu bentuk
lembaga formal adalah sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga harus bersifat terbuka yang mampu
menyesuaikan diri untuk merubah kondisi eksternal menjadi efektif dan bertahan, terutama di masyarakat
modern saat ini. Sekolah adalah lembaga yang di rancang untuk pengajaran peserta didik di bawah
pengawasan guru. Menurut Hoy and Mischell, 2017 sistem adalah serangkaian atau seperangkat elemen
terbatas dan aktivitas-aktivitas yang berinteraksi dan menunjukkan suatu kesatuan fungsional tunggal.
Berdasarkan makna tersebut disimpulkan bahwa sekolah sebagai sistem merupakan suatu lembaga yang
terorganisir yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Pendidikan Sebagai Sistem Sosial


Sekolah merupakan sistem interaksi sosial yang ditandai dengan adanya saling ketergantungan antar
bagian, jaringan relasi yang kompleks dan budayanya yang khas dengan populasi yang terbatas. Sekolah
sebagai lembaga sosial memiliki tujuan institutional yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional,
yakni harus mampu menghantarkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab, tidak hanya sebagai mata pelajaran yang harus
dibelajarkan kepada peserta didik, melainkan sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk
dialami dan diwujudkan dalam perilaku peserta didik.

Pada zaman modern, peran sosial orang tua dan juga teman terdekat seringkali dikalahkan oleh
peran media sosial. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bersosialisasi dengan teman di
dunia maya dari pada bersosialisasi dengan lingkup sekitar. Hal ini bisa terlihat dari maraknya warung
kopi yang berlabel free wifi yang dipenuhi oleh pengunjung dan tak jarang pula yang berdalih dengan
nongkrong. Tapi kenyataannya, mereka sibuk dengan android maupun gadget. Tak jarang pula orang tua
merasa lebih aman apabila sang anak bermain android atau gadget daripada keluar rumah. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi pada pola pikir masyarakat modern. Disinilah peran sekolah
sebagai lembaga formal penting, karena mampu menyadarkan, memberi pengarahan, membimbing dan
bahkan mensosialisasikan bahwa peran orang tua dan teman dekat adalah penting. Para ahli sosiologi
berpendapat bahwa sekolah dapat menjadi inisiasi dan sosialisasi anak-anak karena terjadi interkasi sosial
yang dapat saling mempengaruhi. Melalui sekolah anak-anak belajar hidup kemasyarakatan, sehingga
dapat mengembangkan kepribadiannya, terutama kepribadian sosialnya sehingga dapat terbentuk pola-
pola tingkah laku sosial. Melalui sekolah, pendidik mengajarkan dan membimbing anak agar menjadi
manusia yang mencerminkan adanya sikap dan perilaku harmonis yang meliputi rukun, tepo sliro, akrab,
saling menghormati, kesetiaan dan keseimbangan, tanggung jawab, saling kebergantungan fungsional,
tidak terjadi dominasi eksploitasi, pertukaran yang saling menguntungkan, saling pengertian, dan adanya
kesamaan pandangan. Lebih lanjut menurut Durkheim, pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu (1)
memperkuat solidaritas sosial; (2) mempertahankan peranan sosial dan; (3) mempertahankan pembagian
kerja.

3. Pendidikan Sebagai Sistem Politik


Keberadaan manusia sebagai mahluk sosial yang mempunyai akal dan pemikiran untuk menciptakan
karya dalam membangun peradaban dunia dan kebudayaannya. Kemampuan manusia untuk merubah
peradaban dunia ini didasarkan atas kesadaran akan keberadaannya dalam menggali kemampuannya
untuk merubah keadaan lingkungan sekitarnya menjadi lebih berkembang dan maju. Namun untuk
melakukan perubahan ini diperlukan adanya perencanaan dan kebijakan. Perencanaan dan kebijakan
dapat dilakukan oleh seorang penguasa, namun untuk memperoleh kekuasaan maka manusia harus
melaluinya melalui politik. Isu-isu pendidikan oleh para penentu kebijakan pendidikan pada tatar
pemerintahan, seringkali hanya digunakan sebagai alat meraih dukungan politik publik menghadapi
lawan-lawan mereka memperoleh kekuasaan. Para pemimpin politik dan kelompok birokrasi pembuat
kebijakan pendidikan yang sedang berkuasa, terkesan masih menggunakan isu pendidikan untuk
mendapatkan popularitas yang signifikan dari rakyat, sehingga mereka menjadikan isu pendidikan
sebagai alat untuk memperkuat basis politik dan dukungan. Padahal secara konseptual pembangunan
pendidikan disamping menghasilkan sumberdaya manusia berkualitas, pendidikan melalui jalur
penyelenggaraan sekolah juga menghasilkan pemikir-pemikir kritis dan tindakan transformatif. Arah dan
kebijakan politik dalam hal pendidikan bagi anak didik dan masyarakat seharusnya untuk mengikuti gerak
dan kondisi ekologis, kultural, ekonomis, dan politik. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa
memahami arti pendidikan sebagai suatu faktor politik adalah untuk menstabilkan dan membangun
negara.
Pendidikan merupakan hak bagi seluruh warga negara, sehingga jika disimpulkan dari teori diatas lebih
tepatnya dalam teori yang pertama, berkenaan dengan kebebasan manusia dalam menentukan jenjang
pendidikannya, agar perkembangan peserta didik lebih difokuskan pada pengembangan daya pikir peserta
didik sesuai dengan bakatnya. Menurut pendapat Callan (1997:67): “institusi pendidikan harus dapat
membantu menciptakan tenaga kerja yang produktif, memitigasi kekerasan dan ketidakpatuhan hukum,
dan mengakomodasi kebebasan manusia. Memberikan kebebasan yang besar dan luas dalam praktik
pendidikan dan memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan pikiran jernih dan rasional
anak”. Sedangakan Menurut pendapat Ruslan (2000:34): “pendidikan atau pengajaran dapat melakukan
peran pembantu dalam merealisasikan tujuan sistem politik, yakni melalui pengokohan fungsi-fungsi
sistem politik ke dalam jiwa dan akal pikiran masyarakat. Fungsi-fungsi dimaksud meliputi:
a. fungsi ideologis, dalam hal mana kekuasaan politik menetapkan suatu ideologi yang memaksa
masyarakat harus hidup sesuai dengannya, sehingga ia menjadi identitas masyarakat. Ideologi tersebut
membutuhkan penanaman dan pengokohan dalam akal pikiran dan jiwa masyarakat. Hal ini tidak akan
dapat dicapai hanya dengan menerbitkan undangundang. Dalam hal ini, sistem pendidikan menjadi
penting karena dapat digunakan sebagai wahana untuk mendidikkan nilai-nilai ideologi kepada
masyarakat, utamanya generasi muda.
b. fungsi pengembangan, dalam arti bahwa pendidikan dapat menjembatani gap yang terjadi antara
perkembangan politik, konstitusi, dan peraturan perundang-undangan dengan pemahaman, kesadaran, dan
orientasi masyarakat.
c. fungsi distribusi, yakni untuk merealisasikan kesetaraan dalam mendapatkan kesempatan belajar
sebagaimana sistem politik melalui konstitusi menentukan kesempatan yang sama kepada warga negara
baik dalam lapangan sosial, budaya, politik, dan ekonomi.
d. fungsi balasan, di mana pendidikan seperti halnya kekuasaan politik dapat memberikan balasan dan
sanksi kepada peserta didik, namun yang diutamakan dalam sistem pendidikan adalah balasan positif
kepada siapapun yang melakukan perbuatan baik”.

Politik dan pendidikan memiliki hubungan yang erat, berpolitik tanpa arahan pendidikan berarti akan
absurd, dapat pula dikatakan bahwa pendidikan tanpa campur tangan politik maka tidak akan terarah.
Menurut Sirozi (2005:55): “Pendidikan memiliki kaitan erat dengan politik, bahkan boleh dikata tak ada
pendidikan tanpa arahan politik. Lembaga - lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam
membentuk perilaku politik masyarakat di suatu negara. Begitu pula sebaliknya, lembaga-lembaga dan
proses politik membawa dampak pada karakteristik pendidikan di suatu negara. Hubungan pendidikan
dengan politik bersifat empiris, berlangsung lama sejak awal perkembangan peradaban manusia. Plato
misalnya, melihat sekolah sebagai salah satu aspek kehidupan yang terkait dengan lembaga-lembaga
politik”. Bagi suatu negara pendidikan merupakan salah satu dari kegiatan pembangunan, maka
keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari proses sosial dan politik yang berlaku pada suatu negara.
Pendidikan selalu identik dengan sekolah, oleh karena itu sekolah sebagai lembaga pendidikan telah
menjadi tema perdebatan elit politik nasional yang hangat, bahkan menjadi sebuah wacana tersendiri
tergantung idiologinya. Seringkali dijumpai bahwa sekolah hanya membekali para siswanya ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang siap memasuki pasar kerja. Sejalan dengan penelitian Fereire
(2004:2) mengatakan bahwa sekolah tidak lebih sekedar pasar yang menghasilkan buruh atau pekerja
upahan atau orang - orang yang digaji mulai tingkat bawah, menengah, dan elit, jadi sekolah tidak lebih
sekedar penyuplai tenaga kerja. Seharusnya sekolah dirancang untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
kualifikasi kemampuan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai modal dalam
membangun bangsa.
Hal ini sejalan dengan pandangan Kartono (1997:13) yang menegaskan agar tidak terjadi salah nilai dan
salah tindak dalam menerapkan perbuatan mendidik, demi peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
demi integritas bangsa. Namun fakta empirik menunjukkan bahwa dibeberapa daerah pemerintah yang
berkuasa bertahan bukan karena antusiasme tertentu dari masyarakatnya atau kecintaan terhadap
bangsanya, atau kekaguman terhadap pejabat-pejabat di daerahnya. Tetapi masyarakatnya tidak punya
pilihan, meskipun masyarakat merasa bahwa para pejabat di daerah tersebut hampir tidak berguna bagi
mereka, tetapi mereka tidak punya pilihan lain, pilihan yang paling aman adalah diam dan apatis. Sering
dipertontonkan kepada masyarakat, bahwa dalam berbagai pidato para penguasa selalu saja menyatakan
mendukung program pendidikan sepenuhnya. Tetapi para penguasa itu cenderung sinis terhadap alternatif
apapun jika itu untuk kemajuan pendidikan. Karena alternatif memajukan pendidikan datangnya selalu
bukan dari pihak birokrasi berkuasa dan penguasa selalu kampanye negatif terhadap para pendidik
(seperti akan dipindahkan, diberhentikan, tidak naik pangkat, insentif dihentikan dan sebagainya)
mengedepankan sejumlah ancaman, dan kampanye ancaman terhadap para pendidik terbukti lebih efektif
membungkam para pendidik dibanding yang positif.

4. Pendidikan Sebagai Sistem Budaya


Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia atau proses
sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Kebudayaan adalah sistem yang
terorganisasi dari pengetahuan dan kepercayaan dari struktur penduduk berdasarkan pengalaman dan
pemahaman mereka sendiri. Kebudayaan merupakan cikal bakal dan landasan dari peradaban. Peradaban
sendiri adalah kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin; hal-hal yang menyangkut sopan santun,
budi bahasa dan kebudayaan suatu bangsa. Saat ini budaya lokal sering terkalahkan dengan budaya
modern karena kekuatan kelompok dominan yang berlandaskan kapitalisme menguasai ekonomi, politik
bahkan kekuatan yang telah menghegemoni kekuatan minoritas yang menyebabkan budaya lokal menjadi
subordinate.
Pada era global, pendidikan berperan strategis dalam menentukan posisi bangsa. Pendidikan yang
berkualitas menjadi kunci peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Salah satu perspektif yang perlu
diperhatikan di Indonesia adalah pendidikan yang ideal sesuai dengan karakter bangsa berdasarkan nilai-
nilai Pancasila. Perkembangan zaman membawa pengaruh terhadap terbentuknya masyarakat modern.
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya
yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Shonhadji (2014) menyebutkan bahwa
modernisasi menuntut upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masyarakat karena dapat
mempengaruhi pembangunan. Perkembangan ilmu pengetahuan berdampak nyata pada kehidupan
keluarga, bisnis/industri, sub-kultur dan hubungan manusia. Sebaliknya, faktor-faktor sosial budaya
dalam masyarakat menentukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Pendidikan
adalah penyemaian benih bangsa agar tumbuh menjadi bangsa yang jaya di antara bangsa-bangsa lainnya.
Menurut Fudyartanta (2010), bangsa yang jaya adalah bangsa yang dapat menciptakan hidup yang
bahagia lahir dan batin, segala unsur kebudayaan dapat berkembang secara kualitatif tinggi yakni :
1. hidup religious
2. hidup kekerabatan dan kegotongroyongan, hubungan-hubungan sosial berkembang baik
3. hidup keilmuan dan teknologi yang maju
4. hidup seni budaya indah dan luhur
5. hidup sosial ekonomis terjamin
6. hidup kebahasaannya mantap
7. hidup tata pemerintahan dan politik yang demokratis dan stabil
8. membuka diri dari lingkungan luar.

Menurut Kusumohamidjojo (2010), kebudayaan berproses dalam suatu mekanisme dimana dia diterima
dan diteruskan melalui proses pembelajaran yang disadari maupun tidak disadari. Pola perilaku yang
mencakup aspek psikologis, sosial dan transdental dan menghasilkan kebudayaan sebagian besar tidak
diteruskan secara naluriah, melainkan diajarkan dan dipelajari baik melalui proses yang disengaja maupun
yang tidak di sengaja. Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu budaya-budaya etnik
yang beraneka ragam juga harus melestanikan nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan
seperti bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal
bagi kepentingan sekolah dan sebagainya. Fungsi sekolah berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya
daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitu pertama sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga
masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu
daerah tertentu umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya
Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Sunda, sekolah di
Sumatera Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua
sekolah mempunyai tugas untuk mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-
nilai yang ada yang beragam demi kepentingan nasional. Oleh sebab itu, pada zaman modern ini, sekolah
memiliki peran penting di tengah-tengah masyarakat, dimana sekolah mampu untuk ;
a. menciptakan ruang kesadaran kritis bagi peserta didik yang mampu menimbulkkan sebuah keinginan
dan rasa ingin tahu bagi anak didik terkait apa yang harus dilakukan.
b. meletakkan dirinya sebagai media pembangunan mentalitas anak didik yang tangguh dalam berpikir,
bersikap dan bertindak.
c. mendefinisikan dirinya sebagai sebuah ruang untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bernilai guna
bagi sebuah pengangkatan harkat dan martabat manusia dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang
selalu membangi relasi sosial yang kuat serta kegiatan-kegiatan yang mampu mengunggulkan
budaya dan pada akhirnya menumbuhkan rasa bangga terhadap bangsa dan negara.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pendidikan artinya proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.
Pendidikan hadir dalam bentuk sosial, politik dan kebudayaan yang berinteraksi dengan nilai-nilai
masyarakat setempat dan memelihara hubungan timbal balik yang menentukan proses-proses perubahan
tatanan kehidupan masyarakat. Sekolah sebagai suatu lembaga harus bersifat terbuka yang mampu
menyesuaikan diri untuk merubah kondisi eksternal menjadi efektif dan bertahan, terutama di masyarakat
modern saat ini. Sekolah adalah lembaga yang di rancang untuk pengajaran peserta didik di bawah
pengawasan guru. Melalui pendidikan yang tepat, aspek individu dan aspek sosial mampu
berkembang secara selaras sesuai dengan dasar negara Indonesia yaitu “Bhineka Tunggal Ika,
berbeda-beda tetap satu jua”.
DAFTAR PUSTAKA

Salamah, Evi Rizqi. 2018. Pengaruh Kultur Sosial Sosial terhadap Sistem Pendidikan. Proceeding of
ICECR. Seminar Nasional FKIP UMSIDA. Volume 1. No 3. Hlm 155-164.
Freire, P. (2004). Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
W. Airasian, Peter, dkk, 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen
(Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom), (Jogyakarta: Pustaka Pelajar).
Kartono, K. (1997). Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional: Beberapa Kritik dan Sugesti.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Widyanta, A.B. (2002). Problem modernitas dalam kerangka sosiologi kebudayaan Georg Simmel.
Yogyakarta: Cinderelas Pustaka Rakyat Cerdas.
Soekanto, Soerjono. (1983). Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3.
Fakih, Mansur, dkk. 1999. Panduan Pendidikan Politik Untuk Rakyat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai