Disusun Oleh :
Kelompok 10
DOSEN PENGAMPU :
Najlatul Fathia, M.Pd.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
kami akan membahas mengenai "Pendidikan Sebagai Sistem"
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan
seorang manusia. Hal ini dikarenakan dengan adanya pendidikan, seorang
manusia dapat menjadi pribadi yang terarah. Melalui pendidikan juga
manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan
mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Pendidikan adalah
kebutuhan pokok seorang manusia. Tanpa adanya pendidikan, seorang
manusia akan menjadi pribadi yang hilang arah tanpa tujuan hidup.
Pendidikan merupakan sebuah sistem. Sistem merupakan satu
kesatuan komponen-komponen atau unsur-unsur sebagai sumber yang
memiliki hubungan fungsional yang teratur, tidak secara acak yang saling
bekerja sama untuk mencapai suatu hasil ataupun tujuan. Pendidikan
sebagai suatu sistem merupakan kesatuan dari berbagai komponen yang
saling berkaitan antara komponen satu dengan yang lainnya yang tentunya
mempengaruhi perkembangan peserta didik untuk menuju ke hal yang
lebih baik. Setiap komponen memiliki fungsi masing-masing yang saling
berkaitan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Di dalam kehidupan sehari hari, pendidikan dipandang sebagai
suatu kebutuhan dasar yang melekat pada setiap masing masing individu.
Pendidikan juga dipandang sebagai suatu fungsi yang melekat pada
kehidupan sehari hari kita. Fungsi pendidikan sebenarnya adalah
menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan suatu proses pendidikan
dapat berjalan dengan baik dan lancar tentunya. Mendapatkan suatu
pendidikan merupakan keharusan dan kebutuhan dalam berbangsa dan
bernegara. Pendidikan telah dipandang sebagai suatu investasi dalam
pembangunan sumber daya manusia yang amat diperlukan dalam
pembangunan sosial dan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan dan sistem ?
2. Bagaimana pendidikan sebagai suatu sistem ?
3. Apa tujuan dari sistem pendidikan ?
4. Apa saja komponen-komponen yang terdapat pada pendidikan sebagai
sistem ?
5. Apa tantangan dalam sistem pendidikan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendidikan dan sistem
2. Mengetahui pendidikan sebagai suatu sistem
3. Mengetahui tujuan dari sistem pendidikan
4. Mengetahui komponen-komponen yang terdapat pada pendidikan sebagai
sistem
5. Mengetahui tantangan dalam sistem Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pengertian Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani "systema" yang berarti
sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur
dan merupakan satu keseluruhan. Selanjutnya, sistem dapat didefinisikan
sebagai satu keseluruhan dari sejumlah komponen yang saling berhubungan
dan berfungsi dalam mengubah masukan (input) menjadi hasil (output) sesuai
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, sistem merupakan suatu
totalitas dari bagian-bagian yang saling berhubungan, di mana fungsi dari
totalitas tersebut berbeda dengan jumlah fungsi dari bagian-bagiannya.
Mengacu pada definisi di atas, kita dapat memandang berbagai wujud (entity)
sebagai suatu sistem sehingga dapat kita temukan adanya ragam wujud sistem.
Contohnya, mobil, sepeda motor, komputer, jam tangan, tubuh manusia,
organisasi kemahasiswaan, pendidikan, perusahaan, ilmu, filsafat, masing-
masing wujud tersebut dapat dipandang sebagai system .Dalam kehidupan
sehari-hari secara faktual kita dapat menemukan berbagai ragam wujud
sistem, tetapi karena semuanya adalah sistem maka setiap sistem mempunyai
sejumlah ciri umum yang sama. Adapun ciri-ciri umum sistem adalah sebagai
berikut.
a) Hierarchy . Suatu sistem terdiri dari sejumlah subsistem atau komponen.
b) Differentiation. Setiap subsistem atau komponen yang membentuk sistem
melakukan fungsi khusus.
c) Interrelated and interdependence. Setiap komponen pembentuk sistem saling
berhubungan dan saling tergantung satu sama lainnya.
d) Wholism . Semua komponen yang membentuk sistem merupakan keseluruhan
yang kompleks dan terorganisasi.
e) Transformation . Untuk mencapai tujuan, setiap sistem melakukan
transformasi, yaitu mengubah input menjadi output.
f) Goal Seeking . Setiap sistem memiliki tujuan karena itu setiap kegiatan atau
perilakunya mengarah kepada pencapaian tujuan tersebut.
g) Equifinality. Pada setiap sistem terbuka keadaan akhir yang sama dapat
dicapai dari berbagai macam titik tolak; hasil yang sama dapat dicapai melalui
cara-cara atau aneka macam sebab yang berbeda.
h) Feedback and Correction. Untuk kelangsungan hidup dan mempertahankan
prestasinya setiap sistem melakukan fungsi kontrol yang mencakup
monitoring dan koreksi berdasarkan umpan balik. Hal ini diperlukan sehingga
sistem mampu mengatur dirinya sendiri, mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, dan mampu mengatasi entropi, yaitu suatu proses yang terjadi
secara alamiah yang menuju pada ketidakstabilan atau kehancuran.
i) Setiap sistem berada di dalam suatu lingkungan berupa suprasistem yang
terdiri atas berbagai sistem yang secara keseluruhan membangun suatu sistem
besar.
j) System Boundaries. Setiap sistem memiliki batas-batas pemisah dari
lingkungannya atau sistem lainnya.
k) Sekalipun sistem memiliki batas-batas pemisah dari lingkungannya, namun
ada sistem yang bersifat terbuka dan ada pula yang bersifat tertutup.
Terhadap ketiga sumber utama input sistem pendidikan di atas dilakukan seleksi
berdasarkan tujuan, kebutuhan, efisiensi, dan relevansinya bagi pendidikan. Di
samping itu, seleksi dilakukan pula berdasarkan norma-norma tertentu dengan
alasan karena pendidikan bersifat normatif. Hasil seleksi tersebut selanjutnya
masuk atau dimasukkan ke dalam sistem pendidikan (menjadi input). Input sistem
pendidikan dibedakan dalam 3 jenis, yakni:
a. input mentah (raw input), yaitu anak didik atau siswa;
b. input alat (instrumental input), seperti kurikulum, pendidik atau guru. gedung,
peralatan, kegiatan belajar-mengajar, metode;
c. input lingkungan (environmental input), seperti keadaan cuaca, keamanan
masyarakat. Input lingkungan ini secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi proses pendidikan.
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan
berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan
tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk
berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen
tersebut.
komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau
terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu 1) tujuan
pendidikan, 2) peserta didik, 3) isi pendidikan, dan 6) konteks yang
memepengaruhi suasana pendidikan. Berikut akan diuraikan satu persatu
komponen-komponen tersebut.
1. Tujuan Pendidikan.
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada
tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan
bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan
pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis.
Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkahlaku perbuatan yang
sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis,
tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam
sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada
dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan danpendidik
dalam suatu masyarakat (Syaifulah, 1981). Langeveld mengemukakan
bahwa pandangan hidup manusia menjiwai tingkah laku perbuatan
mendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung pada
nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai
tingkahlaku manusia akan menjiwai tingkahlaku pendidikan dan sekaligus
akan menentukan tujuan pendidikan manusia.
Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan
umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tuuan kebetulan dan tujuan
perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari
luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai.
Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum
pendidikan yang terjabar mulai dari 1) Cita-cita nasional/tujuan nasional
(Pembukaan UUD 1945), 2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam
Sistem Pendidikan Nasional), 4) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat
pendidikan/sekolah), 5) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata
pelajran atau kuliah), dan 6) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua
yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Denga
demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapai guru
dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan
UUD 1945.
2. Peserta Didik
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia
sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik.
Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada
usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga
didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas
maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal
tersebut di atas.
Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau
sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut :
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak
memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbdeda dengan sifat hakikat
kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan
pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat
hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus
diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas.
Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik.
3. Pendidikan
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat
beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala
kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Ditinjau
dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong
pada pendidik. Guru sebgai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua
sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat
baik formal maupun informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan
pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk
kategori pendidi adalah 1) orang dewasa, 2) orang tua, 3) guru/pendidik,
dan 4) pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.
4. Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian
orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah sebagai
berikut : (1) manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang
pasti dan tetap, (2) manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita
hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik, (3) manusia yang cakap
mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang
akan dipertanggungjawabkan sendiri, (4) manusia yang telah cakap
menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif,
(5) manusia yang telah mencapai umur kronologs paling rendah 18 th, (6)
manusia berbudi luhur dan berbadan sehat, (7) manusia yang berani dan
cakap hidup berkeluarga, dan (8) manusia yang berkepribadian yang utuh
dan bulat.
5. Orang Tua
Kedudukan orang tua sebgai pendidik, merupakan pendidik yang kodrati
dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan
yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga
atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka. Kedudukan orang tua
sebagai pendidik sudah berlangsung lama, bahkan sebelum ada orang yang
memikirkan tentang pendidikan. Secara umum dapat dikatan bahwa semua
orang tua adalah pendidik, namun tidak semua orang tua mampu
melaksanakan pendidikan dengan baik. Sebagaimana telah dikemukakan
dalam bahasan di atas, bahwa kemampuan untuk menjadi orang tua sama
sekali tidak sejajar dengan kemampuan untuk mendidik.
6. Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik disekolah yang secara lagsung maupun tidak
langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk
melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik
dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi
maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasrkan pada ketentuan
yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan
intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait
dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan pesan
yangingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki
filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
8. Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk
mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik
isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi
pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan
manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal
yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat
manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan. Macam-macam isi
pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril,
pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan
intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.
9. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan.
Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala
kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja.
Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan
kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan
sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi,
dan lingkungan iklim geographis. Ditinjau dari hubungan lingkungan
denan manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan yang tidak dapat
diubah dan lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi, dan
lingkungan yang secara sadar dan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dari sudut tinjauan lain Langeveld linkgungan
pendidikan menjadi lingkunganyang bersifat pribadi atau pergaulan dan
lingkungan yang bersifat kenedaan, segala sesuatu yang ada di sekeliling
anak.
Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang
saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat memperluas wawasan pembaca dan
penulis. Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan karya tulis
yang bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA