Oleh:
KELOMPOK VII
MANTASIA (D1D118055)
MUH.SAHRUL (D1D118059)
AZIDUN (D1D118053)
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Air dan tanah memiliki keterkaitan yang sangat erat, pada saat air hujan
sampai ke permukaan bumi, sebagian akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi) untuk
menjadi bagian dari air tanah (groundwater), sedangkan air hujan yang tidak terserap
tanah akan menjadi aliran permukaan (run-off). Tidak semua air infiltrasi (air tanah)
mengalir ke sungai atau tampungan air lainnya, melainkan ada sebagian yang tetap
tinggal dalam lapisan bagian atas (top soil) untuk kemudian di uapkan kembali ke
atmosfer melalui permukaan tanah (evaporation) dan melalui permukaan tajuk
vegetasi (transpiration) (Asdak, 2001). Dalam penelitian Rosyidah dan
Wirosoedarmo (2013) mengatakan bahwa pergerakan air dalam tanah yang
kondisinya jenuh akan mempengaruhi limpasan dan infiltrasi di daerah tersebut,
sedangkan proses pergerakan tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah
dan perubahan penggunaan lahan akan mempengaruhi sifat fisik tanah sehingga
berpengaruh juga dalam pergerakan air dalam tanah. Suatu studi oleh Arsyad (2000)
dalam Saribun (2007), mengemukakan bahwa kemunduran sifat-sifat fisik tanah
tercermin antara lain menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan
air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah dan berkurangnya
kemantapan struktur tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya erosi.
1.3.Tujuan Makalah
PEMBAHASAN
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air tanpa henti dari atmosfer ke bumi dan
kembali lagi ke atmosfer melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan
transpirasi. Siklus hidrologi dapat juga berarti lebih sederhana yaitu peredaran air dari
laut ke atmosfer melalui penguapan, kemudian akan jatuh pada permukaan bumi
dalam bentuk hujan, yang mengalir didalam tanah dan diatas permukaan tanah
sebagai sungai yang menuju ke laut. Panasnya air laut didukung oleh sinar matahari
karna matahari merupakan kunci sukses dari siklus hidrologi sehingga mampu
berjalan secara terus menerus kemudian dalam terjadinya air berevoporasi, lalu akan
jatuh ke bumi sebagai prespitasi dengan bentuk salju, gerimis atau atau kabut, hujan
es, hujan batu. Setelah prespitasi, pada perjalanannya kebumi akan berevoporasi
kembali keatas atau langsung jatuh yang diinterepsi oleh tanaman disaat sebelum
mencapai tanah. Apabila telah mencapai tanah. siklus hidrologi akan terus bergerak
secara terus menerus. Karakteristik mendasar dari siklus hidrologi adalah bahwa ia
tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir. Hal ini dapat dipelajari dengan
memulai di salah satu proses berikut: evaporasi, kondensasi, presipitasi, intersepsi,
infiltrasi, perkolasi, transpirasi, limpasan, dan penyimpanan.
Limpasan permukaan adalah adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan
karena penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan merupakan unsur penting
dalam siklus air dan salah satu penyebab ialah erosi. Sebagian air hujan akan meresap
ke dalam tanah dan sebagian lagi akan mengalir di permukaan ke darah yang lebih
rendah, dan kemudian akan berkumpul di danau atau sungai dan akhirnya mengalir ke
laut. Bila curah hujan lebih besar daripada kemampuan tanah untuk menyerap air,
maka kelebihan air tersebut akan mengalir dipermukaan menuju ke danau atau
sungai. Air yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi) atau yang mengalir di permukaan
(run off) akan menemukan jalannya untuk kembali ke atmosfer, karena adanya
evaporasi dari tanah, danau dan sungai.
Run off adalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan
kehilangan air lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi. Airnya
berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub surface). Runoff dapat
dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge) dan volume runoff.
Air hujan yang langsung pada tubuh perairan sungai adalah air hujan yang
pertama langsung menjadi satu dengan aliran sungai.
Aliran di atas permukaan tanah (overland flow) adalah air hujan yang
meninggalkan daerah aliran sungai (DAS) setelah terjadi hujan (badai) atau
disebut sebagai bagian air dari aliran sungai yang terjadi dari hujan neto yang
tidak lagi mengalami infiltrasi ke tanah mineral, dan mengalir di atas
permukaan tanah menuju sungai terdekat.
Aliran permukaan (surface runoff) adalah sinonim dengan overland flow ,
tetapi lebih banyak dipergunakan untuk pengukuran air di pemukaan sungai.
Aliran langsung di bawah permukaan (sub surface storm flow) bagian aliran
sungai yang dipasok dari sumber air di bawah permukaan tanah, dan sampai
di saluran sungai secara langsung. Proses ini tidak dapat diamati dengan mata,
namun menambah debit sungai. Kadang-kadang dipergunakan kata sinonim,
yaitu aliran dalam (interflow), tetapi kata ini sering dipergunakan untukaliran
di bawah permukaan tanah yang tidak berada di atas permukaan air tanah.
Aliran permukaan langsung (direct runoff, strom flow) merupakan total dari
ketiga komponen aliran sungai yaitu curah hujan yang langsung tersalur aliran
ke sungai di atas permukaan tanah (overland flow, surface runoff), dan aliran
cepat di bawah permukaan tanah (sub surface storm flow,interflow) yang
umumnya dipergunakan untuk mencirikan banjir akibat karakteristik DAS.
Aliran dasar ( base flow, grand water outflow): keluaran dari equifer air tanah
yang dihasilkan dari air perkolasi vertical melalui profil tanah ke air tanah,
dan ditopang oleh aliran perlahan-lahan dari zona aerasi (zone of aeration)
pada daerah miring.
Infiltrasi
Kurva kapasitas infiltrasi
Curah Hujan
Retensi
Jika hujan berlangsung terus, air hujan yang mencapai permukaan tanah akan
meresap ke dalam tanah (infiltrasi) sampai mencapai suatu taraf dimana intensitas
hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah. Setelah itu, celah-celah dan cekungan di
permukaan tanah, parit-parit, dan cekungan lainnya (simpanan permukaan) semua
dipenuhi air, dan setelah itu barulah terjadi runoff. Kapasitas infiltrasi tanah
tergantung pada tekstur dan struktur tanah, dan dipengaruhi pula oleh kondisi lengas
tanah sebelum hujan. Kapasitas awal (tanah yang kering) biasanya tinggi, tetapi kalau
hujan turun terus, kapasitas ini menurun hingga mencapai nilai keseimbangan yang
disebut sebagai laju infiltrasi akhir.
Proses runoff akan berlangsung terus selama intensitas hujan lebih besar dari
kapasitas infiltrasi aktual, tetapi runoff segera berhenti pada saat intensitas hujan
menurun hingga kurang dari laju infiltrasi aktual.
2. Aliran di Bawah Permukaan (interflow atau subsurface flow)
Air bawah permukaan adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat
dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase, atau aliran yang
secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan
(Kodoatie, 2000). Kebanyakan air tanah berasal dari hujan. Air hujan yang meresap
ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah, perlahan-lahan mengalir ke laut, atau
mengalir langsung dalam tanah atau dipermukaan dan bergabung dengan aliran
sungai. Banyaknya air yang meresap ke tanah bergantung pada ruang dan waktu,
selain itu juga dipengaruhi kecuraman lereng, kondisi material permukaan tanah dan
jenis serta banyaknya vegetasi dan curah hujan. Meskipun curah hujan besar tetapi
lerengnya curam, ditutupi material impermeabel, persentase air mengalir di
permukaan lebih banyak dari pada meresap ke bawah. Sedangkan pada curah hujan
sedang, pada lereng landai dan permukaannya permeabel, persentase air yang
meresap lebih banyak. Sebagian air yang meresap tidak bergerak jauh karena tertahan
oleh daya tarik molekuler sebagai lapisan pada butiranbutiran tanah. Sebagian
menguap ke atmosfer dan sisanya merupakan cadangan bagi tumbuhan selama belum
ada hujan. Air yang tidak tertahan dekat permukaan menerobos ke bawah sampai
zona dimana seluruh ruang terbuka pada sedimen atau batuan 45 terisi air (jenuh air).
Air dalam zona saturasi (zone of saturation) ini dinamakan air tanah (ground water).
Batas atas zona ini disebut muka air tanah (water table). Lapisan tanah, sedimen atau
batuan diatasnya yang tidak jenuh air disebut zina aerasi (zone of aeration).
3. Aliran Bawah Tanah (ground water)
Air yang berada pada zona jenuh adalah bagian dari keseluruhan air sub
permukaan yang biasa disebut air tanah (groundwater). Air bawah tanah
(underground water dan sub terranean water)adalah istilah lain yang digunakan
untuk air yang berada pada zona jenuh, namun istilah yang lazim digunakan adalah
air tanah (Johnson, 1972).
Air tanah (groundwater) merupakan air di bawah muka air tanah dan berada pada
zona jenuh air dan menurut Davis dan De Wiest (1966), didefinisikan sebagai air
yang masuk secara bebas ke dalam sumur, baik dalam keadaan bebas (unconfined)
maupun tertekan (confined).
Bagian bawah dari zona air tanah hampir tidak mungkin digambarkan. Air pada
bukaan ini tidak bisa mengalir ke sumur karena masing-masing pori tidak saling
berhubungan. Pada daerah batuan beku, paling tidak ditemukan pada kedalaman 152
m sampai 274 m, batuan sedimen ditemukan pada kedalaman mendekati 15.900 m.
Daerah dibawahnya merupakan daerah air dengan kombinasi secara kimia pada
batuan dan mineral
(Driscoll, 1987; Skipp, 1994).
Aliran air tanah didefinisikan sebagai bagian dari aliran sungai yang sudah
meresap (infiltrasi) ke dalam tanah (ground) dan sudah masuk dalam zona jenuh air
atau phreatic zone dan sudah dialirkan (discharged) ke dalam sungai (stream
channel) melalui pancaran air (springs) atau rembesan air (seepage water). Dalam
ilmu hidrogeologi aliran tersebut diekspresikan dan dianalisis dengan persamaan
aliran air tanah/groundwater flow equation (Chorley, 1978).
Debit aliran sungai merupakan komponen penting dalam pengelolaan suatu DAS
karena dapat dijadikan indikator untuk melihat keadaan hidrologi suatu DAS. Data
debit aliran sungai berupa debit maksimum dan debit minimum serta debit rata-rata
dapat digunakan untuk perencanaan DAS yang berkelanjutan. DAS Bila merupakan
DAS prioritas di Sulawesi Selatan, karena banjir yang terjadi setiap tahunnya. Danau
Tempe yang berada di bagian hilir DAS Bila, setiap musim hujan terjadi banjir dan
mengenangi areal persawahan, pemukiman serta prasarana sosial lainnya. Selain
faktor banjir, faktor sedimentasi Danau Tempe menjadi hal prioritas yang harus
segera diselamatkan. Besarnya kebutuhan masyarakat akan lahan pertanian dan
pemukiman mengakibatkan konversi pada lahan-lahan resapan air, hal ini
mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan hidrologi pada DAS Bila. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan lahan terhadap debit aliran sungai
DAS Bila. Analisis debit aliran sungai dilakukan dengan melihat nilai debit
maksimum dan minimum dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 2002 sampai 2011
serta koefisien aliran permukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tren
perubahan penggunaan lahan mempengaruhi tren debit maksimum dan minimum dan
koefisien aliran permukaan. Konversi hutan primer menjadi hutan sekunder sebesar
8.6% telah mengubah kondisi sungai dari baik menjadi buruk dengan kisaran nilai
158- 469. Kondisi sungai yang menjadi buruk diikuti dengan peningkatan koefisien
aliran sungai sebesar 21,9% dari 0,56 menjadi 0,72 yang berarti bahwa curah hujan
yang jatuh pada DAS Bila 72% menjadi aliran permukaan.
Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Satuan debit yang digunakan adalah
meter kubik per detik (m3/s) (Asdak, 2007). Debit aliran sungai dapat berasal dari
beberapa sumber air (Susilowati, 2007), yaitu: 1) Aliran permukaan atas: Bagian
aliran yang melintas di atas permukaan tanah menuju saluran sungai. Atau disebut
aliran permukaan di atas lahan 2) Aliran permukaan Bawah Permukaan: Aliran
permukaan ini merupakan sebagian dari aliran permukaan yang disebabkan oleh
bagian presipitasi yang berinfiltrasi ke tanah permukaan dan bergerak secara lateral
melalui horizon-horizon tanah bagian atas menuju sungai 3) Aliran Permukaan
Langsung: Bagian aliran permukaan memasuki sungai secara langsung setelah curah
hujan. Aliran ini sama dengan kehilangan presipitasi atau hujan efektif. Faktor-Faktor
yang mempengaruhi debit aliran pada suatu DAS terdiri dari faktor meteorologi dan
karakteristik suatu DAS. Faktorfaktor meteorologi yang berpengaruh pada debit
aliran sungai terutama adalah karakteristik hujan, yang meliputi: 1) Intensitas hujan.
Pengaruh intensitas hujan terhadap aliran permukaan sangat tergantung pada laju
infiltrasi, maka akan terjadi limpasan permukaan sejalan dengan peningkatan
intensitas curah hujan, namun demikian, peningkatan limpasan permukaan tidak
selalu sebanding dengan peningkatan intensitas hujan karena adanya penggenangan di
permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh pada debit maupun volume aliran
permukaan. 2) Durasi hujan. Total aliran permukaan dari suatu hujan berkaitan
langsung dengan durasi hujan dengan intensitas tertentu. 3) Distribusi curah hujan.
Faktor ini mempengaruhi antara hujan dengan daerah pengaliran. Distribusi hujan
yang merata di seluruh daerah aliran, intensitasnya akan berkurang apabila curah
hujan sebagian saja dari daerah aliran. Berkurangnya distribusi curah hujan
menyebabkan laju dan volume aliran permukaan melambat. Sebaliknya, laju dan
volume aliran permukaan akan mencapai nilai maksimum apabila hujan turun merata
diseluruh daerah aliran.
Sungai adalah aliran air yang berukuran besar dan memanjang yang mengalir terus
menurus dari hulu menuju hilir. Sungai tidak harus berupa aliran air dipermukaan tanah,
namun dapat pula berada dibawah tanah atau disebut underground river.
Dengan adanya berbagai macam perbedaan di suatu wilayah dengan wilayah yang
lainnya sangat ditentukan sekali perbedaan dari kemiringan, struktur dan litologi
batuan yang berbeda.
Di bawah ini Beberapa macam pola aliran sungai yang sering dijumpai:
Dendritik
Sentrifugal Radial
Persegi panjang
Terali
Radial Sentripetal
Annular
Pararel
Maka dari beberapa kategori di atas, akan kami jelaskan satu - persatu:
1. Dendritik
Dendritik adalah pola aliran yang cabang sungai struktur pohon, pada umumnya
hal yang semacam ini memang dikontrol oleh litologi.
Dengan demikian bisa terdapat pada daerah yang berjenis batuan homogen,
dan lereng-lereng yang begitu terjal, sehingga sungai-sungai nya tidak cukup kuat
untuk menempuh jalur yang lurus.
2. Radial
Radial ialah pola sungai yang menyebar dengan aliran airnya secara radial dari
suatu titik titik ketinggian tertentu, seperti puncak, gunung, atau butir intrusi.
Aliran radial ini sering kita dijumpai pada suatu tempat di mana tempat tersebut
adalah lingkungan alam yang membentuk kubah (domis) bentuk alam yang semacam
ini akan membentuk kombinasi dari pola radial dan annular.
3. Persegi panjang
4. Terali
Trellis adalah pola aliran yang mengubah bentuk pagar yang umum dijumpai di
perkebunan padi atau sawit, adapun han yang semacam ini bisa di tandai sebagai
sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah.
5. Snetripetal
Pola aliran sentripetal ini merupakan dari aliran yang umum dijumpai di
bagian barat dan barat laut Amerika. Dengan mengingat sungai-sungai yang mengalir
ke suatu cekungan, di mana pada musim basah menjadi musim kering.
6. Annular
Annular adalah pola aliran yang mengarah ke suatu aliran yang akan menyebar secara
radial, dari satu titik ketinggian tertentu ke arah aliran yang lebih rendah sehingga
kembali bersatu di satu titik yang tertentu.
7. Paralel Atau Sejajar
Paralel yang sistem pengalirannya adalah suatu aliran yang terbentuk oleh lereng
yang curam / terjal, yang dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka akan
membentuk aliran sungai berbentuk lurus yang mengikuti arah lereng.
Pola aliran paralel yang bisa mengindikasikan adanya suatu patahan besar
yang suatu tata tertib suatu daerah yang batuan yang diwawancarai dan kemiringan
yang curam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aliran permukaan merupakan semua air yang mengalir kearah sungai,
danau, laut baik sebagai aliran diatas permukaan / dibawah permukaan Faktor
yang mempengaruhi ada 2 yaitu : Iklim àcurah hujan yang menentukan intensitas
Lamanya hujanàdistribusi, arah hujan, kelembaban air anah (ampicedent moisture
condition) . Sifat/ faktor yang
mempengaruhi terhadap sifat Aliran permukaan Faktor yang
mempengaruhi : Curah hujan à laju dan distribusi hujan; Temperatur à
kelembaban dan evapotranspirasi; Kondisi Tanah à infiltrasi dan perkolasi; Luas
daerah aliran à kerapatan drainase; Tanaman àberpengaruh terhadap penutupan
permukaan; Sistem pengolahan tanah à teknik pengolahan