PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Musrenbang di setiap tingkatannya.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan pelaksanaan Musrenbang.
BAB II
PEMBAHASAN
Musrenbang desa adalah forum musyawarah tahunan para pemangku desa untuk
menyepakati Rencana Musyawarah Perencanaan Pembangunan desa. Forum musyawarah
tahunan ini digunakan para pemangku kepentingan (stakebolders) desa untuk menyepakti
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) tahun anggaran yang direncanakan.
Musrenbang desa dilakukan setiap bulan Januari dengan mengacu kepada dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Setiap desa diamanatkan untuk
menyusun dokumen rencana 6 tahunan yaitu RPJMDesa dan dokumen rencana tahunan yaitu
RKP Desa.
Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu dari tiga komponen tata
pemerintah (pemerintah, masyarakat< swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu,
Musrenbang merupakan forum pnedidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tata
pemerintahan dan pembangunan.
2. Musrenbang Tingkat Kabupaten/Kota
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) kabupaten/kota adalah
musyawarah pemangku kepentingan (stakeholder) di tingkat kabupaten/kota untuk
mematangkan Rancangan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) kabupaten/kota yang
disusun berdasarkan kompilasi seluruh Rancangan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja SKPD) dengan cara meninjau keserasian antara seluruh rancangan Renja SKPD
yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD dengan merujuk kepada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Salah satu arena proses pengambilankeputusan secara partisipatif dalam kebijakan daerah
adalah Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) kabupaten/kota Musrenbang
kabupaten/kota adalah arena strategis bagi para pihak dalam merumuskan perencanaan
pembangunan secara kolaboratif dengan melibatkan 3 pilar pemerintahan, yaitu pemerintah
daerah (eksekutif dan legislatif),kalangan masyarakat, dan kalangan swasta. Dengan demikian
Musrenbang menjadi area strategis untuk para pihak dalammerumuskan perencanaan
pembangunan daerah.
1. Efektivitas
Efektifitas pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
Meskipun sudah dilaksanakan setiap tahunnya untuk mempermudah dalam
perencanaan pembangunan sesuai dengan peraturan dan menentukan skala
prioritas, tetapi masih terdapat anggapan bahwasannya Musrenbang hanyalah
sebagai formalitas. Adapun hambatan yang dialami selama pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) sehingga belum mencapai
kriteria efektivitas, yaitu sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuaan dan koordinasi antar pihak yang terkait dalam
pelaksanaan Musrenbang Kecamatan. Baik dari Desa,
Kecamatan,Kabupaten/Kota, Provinsi, Nasional maupun Bappeda.
2. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pelaksanaan Musrenbang.
3. Masih terdapat usulan – usulan yang belum terealisasi
2. Kecukupan
Pelaksanaan Musrenbang belum dapat sepenuhnya dapat terwujud, Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat memecahkan permasalahan mengenai
pembangunan yang sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan berdasarkan
peraturan yang berlaku. Adapun hambatan yang dialami selama pelaksanaan
Musrenbang Kecamatan tahun 2015 sehingga belum mencapai kriteria kecakupan,
sebagai berikut:
1. Masih banyak program kegiatan pembangunan masih didominasi kepentingan
pemerintah, dan politis.
2. Masih rendahnya anggaran untuk bidang ekonomi dan kemiskinan hanya
terfokus pada pembangunan fisik yang terlihat.
3. Musrenbang hanya sekedar alat legitimasi saja.
3. Pemerataan
4. Responsivitas
1. Kurangnya kepercayaan dari masyarakat akan usulan – usulan yang telah diajukan
agar terealisasi
2. Anggapan dari masyarakat mengenai pelaksanaan Musrenbang yang dianggap
sudah tidak begitu penting lagi untuk dilaksanakan.
5. Ketepatan
PENUTUP
Kesimpulan
Musrenbang menjadi forum utama dalam menjaring aspirasi masyarakat dalam
rangka perumusan rencana kerja pembangunan. Namun,kekuasaan tetap berada
ditangan pemerintah dalam mengambil keputusan atas rencana kerja pembangunan
daerah yang dihasilkan. banyaknya usulan masyarakat yang disampaikan hanya
tertuju pada satu SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dimana SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) mempunyai keterbatasan anggaran dan pelaksanaan
musrenbang dan hanya menjadikan masyarakat menyampaikan aspirasi pada
kepentingan pribadi bukan kebutuhan masyarakat luas. Kondisi ini membentuk
perspektif masyarakat bahwa musrenbang yang dilaksanakan bersifat formalitas
belaka. Namun, pemerintah tetap berupaya untuk mengakomodir dan
memprioritaskan usulan masyarakat yang disampaikan melalui forum musrenbang.
DAFTAR PUSTAKA