Disusun oleh :
NIM : 1163116
C1 D3 Analis Kesehatan
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh
para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1983 dan juga dalam Djoko Kentjono,
1982. Sejalan dengan Barber, 1964:21; Wardaugh, 1977:3; Trager,
1949:18; De Saussure, 1966:16; Bolinger, 1975:15). Bahasa juga
merupakan suatu proses berbicara manusia yang berasal dari pentomime
mulut. Teori ini dinamakan teori quasi ilmiah yang didukung oleh Darwin
(Mario Pei dalam Notosusanto, 1971:12).
Dalam kehidupan kita, ada suatu ilmu yang mempelajari seluk beluk
bahasa yang dikenal dengan istilah linguistik. Linguistik adalah bidang
ilmu yang mempelajari bahasa sebagai objek kajiannya. Mempelajari
linguistik ini sangat penting untuk kehidupan kita, terutama bagi siapa pun
yang ingin mengetahui atau ingin mengkaji bahasa lebih lanjut. Di
Indonesia sendiri, istilah linguistik ini lebih dikenal dengan sebutan ilmu
bahasa atau dikenal sebagai studi ilmiah mengenai bahasa.
1
dikatakan baik dan terarah apabila dalam pelaksanaannya menggunakan
bahasa yang baik dan benar, yaitu sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang diterapkan.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, semua hal sudah semakin
berkembang atau bahkan ada yang bisa dikatakan berubah dan tentu saja
ada yang merubahnya, tidak terkecuali bahasa. Salah satu hal yang
sudah terkena arus globalisasi adalah bahasa yang kita gunakan sehari-
hari dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai dampak era
globalisasi, berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bahasa mulai
muncul. Permasalahan-permasalahan mengenai bahasa yang timbul saat
ini dikarenakan adanya pengaruh dari kebiasaan yang tidak biasa dalam
proses komunikasi. Dalam berbicara, sering kita jumpai bahasa yang tidak
biasa kita dengar diucapkan oleh seseorang, yang kemudian bisa dengan
cepat menyebar luas hingga bahasa yang tadinya tidak lazim ini
dilazimkan sendiri oleh orang yang mengucapkannya. Dari proses
pelaziman sendiri inilah yang kemudian menyebabkan munculnya
kosakata baru dalam bahasa atau bahkan hilangnya suatu kosakata
dalam bahasa yang sudah ada sejak lama. Kebiasaan ini kemudian dapat
menyebar luas dan mulai ditiru banyak orang dalam berbicara dari satu
orang ke orang lain, sehingga pengucap bahasa baru ini semakin hari
akan semakin bertambah dan dianggap sebagai bahasa yang lazim yang
kemudian akan menjadi suatu kebiasaan baru dalam proses komunikasi
antarmanusia.
Bahasa itu sangat diperlukan, karena bahasa tidak dapat terlepas begitu
saja dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, berbagai permasalahan
mengenai bahasa yang saat ini mulai muncul dan terus berkembang di
kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia, harus segera
diatasi agar tidak semakin meluas dan tidak mengubah tata bahasa
Indonesia yang sudah ada dan ditetapkan sejak lama.
2
1.2. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
Di Indonesia, bahasa menjadi salah satu sistem yang sudah terkena arus
globalisasi. Saat ini, perkembangan bahasa di Indonesia sudah semakin
meluas. Perkembangan bahasa tersebut jelas menimbulkan berbagai
dampak, baik dari segi positif atau dari segi negatif. Dari segi positif, kita
dapat mengatakan bahwa semakin hari, kosakata bahasa baru mulai
bermunculan. Kosakata-kosakata itu baik secara langsung atau tidak,
dapat menambah daftar kosakata bahasa yang ada di Indonesia.
Penambahan kosakata itu menyebabkan penguasaan bahasa semakin
luas. Hal ini akan memperkaya kosakata bahasa Indonesia itu sendiri dan
dapat mempermudah orang yang ingin mempelajari bahasa Indonesia.
Akan tetapi, selain dampak positif yang bisa kita ambil dari peristiwa ini,
ada juga dampak negatif yang ditimbulkan. Dampak negatif tersebut
antara lain, berkurangnya ketaatan warga negara dalam pemakaian
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidahnya. Selain itu,
sedikit demi sedikit tata bahasa Indonesia yang sudah ada sejak dulu dan
disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dalam berbahasa akan
berubah. Perubahan itu bisa saja dikarenakan oleh munculnya kosakata
yang tidak baku atau sebenarnya tidak sesuai dengan bahasa Indonesia.
Dampak negatif lainnya juga bisa saja muncul karena adanya pengaruh
4
bahasa dari budaya barat yang kemudian masuk ke dalam bahasa
Indonesia, sehingga bahasa Indonesia ini terkesan menggunakan bahasa
yang kebarat-baratan dan sebenarnya tidak sesuai dengan budaya timur,
terutama Indonesia.
Dalam hal ini, produk yang dimaksud adalah produk makanan dan barang
yang diiklankan di stasiun televisi Indonesia.
Dalam pembahasan ini, saya akan membahas satu persatu dari dua
permasalahan bahasa di atas secara berurutan.
5
Saat ini, penggunaan bahasa tidak baku dalam berkomunikasi itu semakin
mudah ditemui. Dalam realisasinya, banyak masyarakat Indonesia yang
menggunakan bahasa yang tidak baku ini sebagai bahasa sehari-hari
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa-bahasa itu, misalnya :
1. Gue yang berarti dalam bahasa bakunya adalah aku atau saya
5. dan lain-lain.
Penggunaan bahasa yang tidak baku ini semakin lama sudah semakin
meluas dan menjadi bahasa yang dibakukan sendiri oleh masyarakat
Indonesia, khususnya yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Sehingga
dalam berkomunikasi, mereka selalu menggunakan bahasa-bahasa yang
tidak baku dan sebenarnya tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia tersebut tanpa merasa aneh dengan kosakata baru itu.
Misalnya, orang Jakarta menyebut dirinya sendiri dengan sebutan gue
dan menyebut orang lain dengan sebutan elo. Dalam percakapan
kesehariannya, elo-gue, yaitu dua kata yang berhubungan erat ini, pasti
dapat kita dengar di kota ini dari ucapan satu orang dengan orang lainnya.
Bahkan mungkin saat ini, di Jakarta, kita tidak lagi mendapati orang yang
6
menyebut dirinya dengan sebutan aku dan menyebut orang lain kamu,
kecuali dalam situasi formal, seperti di suatu perusahaan atau perkantoran
yang biasanya diwajibkan menggunakan bahasa resmi dalam
berkomunikasi satu sama lain.
Kota Jakarta adalah ibu kota Indonesia dan setiap kejadian selalu diawali
dari kota ini. Karena statusnya yang menjadi pusat perhatian atau ikon
negara, Jakarta selalu menjadi kiblat adanya perubahan. Setiap
perubahan yang akan membawa berbagai pengaruh, bisa dikatakan
awalnya selalu berasal dari kota utama ini. Oleh karena itu, setiap hal baru
yang mulai muncul di kota ini, nantinya cepat atau lambat selalu
berdampak pada masyarakat Indonesia secara meluas. Tidak terkecuali
dalam hal bahasa percakapan ini. Bisa jadi, kata-kata elo-gue yang
awalnya hanya berlaku di Jakarta ini lama kelamaan akan menyebar luas
di seluruh kota di Indonesia dan menggeser kosakata aku dan kamu
yang ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ini. Apabila hal ini
benar-benar terjadi, maka bisa saja suatu saat kata-kata aku dan kamu
ini malah tidak dipergunakan lagi dalam bahasa Indonesia.
Begitu juga dengan kata nggak. Entah sejak kapan kata ini mulai dikenal
dan masuk ke dalam bahasa sehari-hari di Indonesia, masyarakat pun
juga tak pernah menyadarinya. Mereka hanya mengikuti adanya tren atau
mode bahasa baru yang sedang marak disebut dan mereka dengar,
sehingga secara sadar atau tidak, mereka juga mulai mengikuti tren itu
dalam pengucapannya. Dalam bahasa bakunya, kata nggak ini berarti
tidak. Dalam berbicara, sering kita menyebut kata nggak, padahal
bahasa tersebut sebenarnya tidak baku dan tidak sepantasnya kita
ucapkan. Karena, dari kebiasaan pengucapan itulah nantinya yang dapat
menyebabkan kita terbiasa dengan penggunaan bahasa yang tidak baku,
baik dalam tulisan maupun lisan. Seperti contoh lagi, misalnya bahasa
yang biasa kita gunakan di dalam SMS (Short Message Service). Dalam
penulisan pesan melalui SMS, kita sering menulis kata-kata dengan
menyingkatnya. Terkadang, kita juga suka mengubah kosakata agar lebih
7
ringkas tetapi mudah dimengerti oleh orang yang menjadi lawan bicara
kita. Awalnya, orang berpendapat bahwa menyingkat bahasa yang
digunakan dalam SMS berfungsi untuk menghemat biaya SMS. Tetapi,
lama kelamaan pembawaan ini semakin berlanjut dan semakin
berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini kemudian dapat
menyebabkan mulai adanya pergeseran penggunaan bahasa yang sesuai
kaidah yang sudah berlaku sebelumnya. Banyak orang yang
menggunakan bahasa di SMS dalam kehidupan sehari-hari, dalam
bercakap-cakap dengan orang lain misalnya, mereka suka menyebut kata
tidak dengan menggunakan nggak yang sebenarnya mereka tahu bahwa
kata nggak ini bukanlah bahasa baku. Hal ini dapat terjadi terus menerus
karena kebiasaan mereka dalam penggunaan kata-kata seperti ini tanpa
merasa bahwa bahasa yang mereka gunakan dalam berkomunikasi itu
adalah salah.
Selain kata nggak, masih banyak kata lainnya yang ditulis atau diucapkan
dengan awalan fonem (ng) atau (ny). Seperti contoh misalnya,
dan lain-lain.
8
kata yang demikian dan secara sadar atau tidak sadar, secara perlahan
mereka telah melupakan kata dalam bahasa Indonesia yang
sesungguhnya, yaitu kata yang baku dari kata alay atau lebay tersebut.
9
Produk iklan tersebut telah ikut mewarnai bahasa di Indonesia. Padahal,
produk-produk tersebut mempunyai nama yang menggunakan bahasa
asing. Seperti kata choco dalam produk iklan Choco Mania, yang apabila
diartikan ke dalam bahasa Indonesia, choco yang sebenarnya merupakan
kependekan dari kata chocolate ini, memiliki arti cokelat. Begitu pula
dengan Oatbits. Kata ini sebenarnya merupakan gabungan dari oat yang
berarti makanan semacan sereal dan bit yang berarti gigitan. Jadi
sebenarnya maksud dari nama produk makanan ini adalah makanan
ringan dengan rasa dan bentuk sereal padat yang dapat digigit. Sama
halnya dengan salah satu produk sabun pencuci piring ini. Sunlight
merupakan gabungan dari dua kata bahasa inggris, yaitu sun dan light
yang memiliki arti matahari dan cahaya. Maksudnya, apabila kita membeli
produk tersebut, piring dan alat-alat makan lain yang kita cuci menjadi
bersih dan berkilau seperti cahaya matahari. Pemberian nama yang
demikian dimaksudkan agar pembeli tertarik kepada produk yang mereka
buat. Selain tiga produk iklan ini, masih banyak lagi yang lainnya yang
menggunakan bahasa asing dalam penamaannya.
10
asing. Sehingga, baik disadari atau tidak dan baik secara perlahan atau
tidak, perkembangan bahasa Indonesia semakin hari semakin berkurang
apabila tidak diimbangi dengan penerapannya di segala aspek kehidupan
kita.
Dapat kita lihat, saat ini masyarakat telah banyak menggunakan bahasa
campuran dalam berbicara. Hal ini dikarenakan telah banyaknya bahasa
asing yang menyusup masuk ke dalam bahasa Indonesia tanpa melalui
tahap pemrosesan penyerapan bahasa asing yang benar dari pemerintah.
Padahal, telah banyak bahasa terapan yang sudah berlaku dengan baik di
Indonesia agar masyarakat lebih mudah dalam menggunakan bahasa
yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Namun, tetap saja
masyarakat masih menggunakan bahasa yang dicampuradukkan dengan
bahasa asing dalam berbicara dengan orang lain. Ditambah lagi
banyaknya nama-nama produk dalam negeri yang menggunakan bahasa
asing dalam penamaannya. Hal ini membuat semakin bertambahnya
deretan bahasa asing yang mulai banyak bermunculan di Indonesia dan
menjadi kebiasaan baru masyarakat dalam berbicara menggunakan
bahasa Indonesia yang bercampur bahasa asing dalam kehidupannya
baru-baru ini. Itu terbukti ketika seseorang menyebutkan dan
membicarakan nama produk iklan yang menggunakan nama dari bahasa
asing ini dengan orang lain. Sehingga, apa yang mereka ucapkan itu tentu
saja didengar oleh orang yang diajak bicara (lawan bicaranya) dan tanpa
mereka sadari, apa yang didengar oleh orang itu dapat juga menjadi
kebiasaan baru, karena dia, si pendengar tersebut, secara tidak sadar
akan ikut-ikutan mengucapkannya juga. Yaitu, mengucapkan apa yang
didengar dari lawan bicaranya mengenai produk dalam negeri yang
menggunakan nama dari bahasa asing dan istilah-istilah lain dari bahasa
asing yang biasa dia dengar itu, sehingga secara perlahan, orang tersebut
juga akan menjadi orang yang bahasa Indonesianya dapat dikatakan telah
terkontaminasi oleh bahasa asing. Dan begitu seterusnya, apabila orang
tadi berbicara dengan orang lain, pasti bahasa yang digunakan tersebut
adalah seperti apa yang dia dengar sebelumnya dan itu akan berlanjut
11
terus-menerus, menyebar dari satu orang ke orang lain. Apabila itu telah
terjadi dan semakin meluas hampir ke semua warga negara Indonesia,
dapat dipastikan bahwa tata bahasa Indonesia akan berubah secara
perlahan sesuai perkembangan zaman yang seperti sekarang ini karena
peristiwa yang demikian itu.
BAB III
PENUTUP
12
5. Memiliki sifat keterbukaan terhadap perubahan agar dapat menerima
pembaharuan tentang bahasa, tetapi masih dalam batas bahasa
tersebut memenuhi kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar
serta termasuk dalam kata baku.
13