Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KELOMPOK 6

BENTUK PERUBAHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikososiolinguistik Arab

Disusun oleh:

Zuhdi Zainul Muttaqin 223121075

Rizky Umar Hasan 223121089

Darwisy Muhammad Ghilman 223121095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Syukur kami ucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat Islam, iman dan ilmu sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan judul “bentuk perubahan bahasa dalam masyarakat “
dengan baik dan tepat waktu.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas dari
bapak Dr. H. Saiful Islam, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Psikososiolinguistik Arab
Dalam penyusunan makalah dengan sekuat tenaga dan kesungguhan hati serta didukung
oleh berbagai pihak dan pengetahuan yang penulis peroleh selama mengikuti
pembelajaran ini.

Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca tentang materi shalat wajib. Kami juga menyadari masih terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena itu kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan untuk kebaikan dan juga pembelajaran untuk selanjutnya.

Surakarta, 15 Maret 2024

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam masyarakat seseorang tidak lagi dipandang sebagai individu
melainkan ia merupakan anggota dari sekelompok sosialnya. Oleh karena itu
bahasa dan pemakaian biasanya tidak diamati secara individual, tetapi selalu
dihubungkan dengan kegiatannya didala masyarakat. Sosiolinguistik menempatkan
kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakainanya dalam masyarakat.
Ini berarti bahwa sosiolinguistik memandang bahasa pertama sebagai sistem sosial
dan sistem komunikasi, serta bagian dari masyarakat dan kebudayaan (Suwito.
1983). Sedangkan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi di
dalam situasi-situasi yang konkret.

Kemudian dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh, dimana apabila


sesuatu bahasa lebih banyak dipakai, maka bahasa itu akan berkembang. Sebaliknya
bahasa yang tidak banyak digunakan, kosakatanya akan terdesak oleh bahasa yang
lebih dominan. Jika hal tersebut terus berlangsung maka kepunahan suatu bahasa
akan terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa bentuk perubahan bahasa dalam masyarakat ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui bentuk perubahan bahasa dalam masyarakat

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk Perubahan Bahasa Dalam Masyarakat

Membicarakan masalah perubahan bahasa, apakah perubahan bahasa itu dapat


diamati atau di observasi?. Perubahan tidak dapat diamati, sebab perubahan sudah menjadi
sifat hakiki bahasa, berlangsung dalam waktu yang relative lama, sehingga tidak mungkin
diobservasi oleh seseorang yang memiliki waktu terbatas. Namun perlu diketahui, bukti
adanya perubahan bahasa tetapi terbatas pada bahasa-bahas yang mempunyai tradisi dan
dokumen tertulis dari masa-masa yang sudah lama berlalu. Contohnya: Bahasa Inggris,
Bahasa Arab, dan Bahasa Jawa adalah bahasa-bahasa yang dapat diikuti perkembangannya
sejak awal, sebab punya dokumen-dokumen tertulis.

Perubahan bahasa lazim diartikan sebagai adanya perubahan kaidah, entah kaidah
itu direvisi, kaidahnya menghilang, atau munculnya kaidah baru; dan semuanya itu dapat
terjadi pada semua tataran linguistic: fonologi, morfologi, sintaksis, semantic, maupun
leksikon. Pada bahasa-bahasa yang sudah mempunyai sejarah panjang tentu perubahan-
perubahan itu sudah terjadi secara berangsur dan bertahap.

1. Perubahan Fonologi

Bila mengenal bahasa Inggris modern dengan baik, tentu tahu tidak ada bunyi
velar frikatif /x/ dalam bahasa Inggris modern, tetapi pada bahasa Inggris kuno
itu ada. Ini menjadi bukti adanya perubahan, yaitu yang tadinya ada menjadi
tidak ada. Kata <night dulu dilafalkan [nixt] dan kata saw dulu dilafalkan [saux].

2. Perubahan Morfologi

Perubahan bahasa dapat juga terjadi dalam bidang morfologi yakni dalam proses
pembentukan kata. Umpamanya, dalam bahasa Indonesia ada proses penasalan
dalam proses pembentukan kata dengan prefiks me- dan pe-, Kaidah ini menjadi
4
agak susah diterapkan setelah bahasa Indonesia menyerap kata-kata yang
bersuku satu dari bahasa asing Seperti kata sah, tik dan bom. Menurut kaidah di
atas kalau ketiga kata ini diberi prefiks me-dan pe- tentu bentuknya harus
menjadi menyah (kan), Menik, dan membom; dan penyah, penik, dan pembom.
Tetapi dalam kenyataan berbahasa yang ada adalah bentuk mensahatau
mengesahkan, mentik atau mengetik, membom atau mengebom.

3. Perubahan kosakata

Perubahan kosakata dapat berarti bertambahnya kosakata baru, hilangnya


kosakata lama, dan berubahnya makna kata. Bahasa Indonesia yang kabarnya
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki sekitar 65000 kosakata (dalam
kamus poerwadarminta hanya terdapat 23000 kosakata)

Kata-kata yang diterima dari bahasa lain disebut kata pinjaman atau kata serapan
proses penyerapan atau peminjaman ini ada yang dilakukan secara langsung dari
bahasa Sundanya tapi ada juga yang melalui bahasa lain.

Kata kasus dalam bahasa Indonesia adalah pinjaman langsung dari bahasa Latin.

4. Perubahan Semantik

Perubahan sematik yang umum adalah berupa perubahan pada makna butir-butir
leksikal yang mungkin berubah total, meluas, atau juga menyempit. Perubahan
yang bersifat total, maksudnya kalau dulu kata itu, misalnya bermakna 'A' maka
kini menjadi bermakna 'B'. Umpamanya, kata 'bulu (angsa)', tetapi kini berarti
'alat tulis bertinta', kata seni dulu berarti 'air kencing', tetapi kini berarti 'karya
yang bernilai halus' perubahan makna yang sifatnya meluas (broadening),
maksudnya, dulu kata tersebut hanya memiliki satu makna, tetapi kini memiliki
lebih dari satu makna. Dalam bahasa Indonesia kata papan mulanya hanya
bermakna 'lembaran kayu tipis, tetapi sekarang bermakna juga 'perumahan',
kemudian kata saudara awalnya hanya bermakna 'orang yang lahir dari ibu yang
sama', namun kini berarti juga 'kamu'.

5
Sangat mudah untuk memahami bahwa pengucapan yang dianggap bergengsi akan
ditiru dan akan menyebar melalui berbagai komunitas. Tetapi banyak contoh pengucapan
vernakular/bahasa daerah yang telah menyebar ke seluruh masyarakat petutur. Hal ini
dimungkinkan sebagai titik awal dalam perubahan bahasa. Pengucapan tersebut tampaknya
secara tidak sadar telah terjadi perubahan secara konservatif yang digunakan untuk
berhubungan dengan daerah pedalaman sebagai wujud ungkapan solidaritas dan kesetiaan
pada nilai-nilai kedacrahan yang mencerminkan gaya hidup damai. Jadi intinya, bahwa
tidak semua perubahan kebahasaan disebabkan oleh penyerapan/adopsi dari bahasa luar
masyarakat tutur, namun hal itu bisa terjadi karena sebagai penegasan menunjukkan status
mereka sebagai penduduk asli daerahnya.

Tanpa disadari, bahwa perubahan pengucapan sering terjadi dipengaruhi oleh


kelompok sosial tingkat bawah, yang pada akhirnya menyebar ke seluruh lapiran
masyarakat termasuk ke kelompok kelas atas. Timbul pertanyaan, kenapa hal itu bisa
terjadi. Ada dua hal kemungkinannya, pertama menunjukkan tingkat sosial sebagai prestise
atau identitas tertentu untuk dihargai di masyarakat. Kedua, secara kebahasaan dan faktor-
faktor sosial yang mempertimbangkan hubungan antar kelompok tertentu.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perubahan tidak dapat diamati, sebab perubahan sudah menjadi sifat hakiki bahasa,
berlangsung dalam waktu yang relative lama, sehingga tidak mungkin diobservasi
oleh seseorang yang memiliki waktu terbatas. Namun perlu diketahui, bukti adanya
perubahan bahasa tetapi terbatas pada bahasa-bahas yang mempunyai tradisi dan
dokumen tertulis dari masa-masa yang sudah lama berlalu. Pada bahasa-bahasa
yang sudah mempunyai sejarah panjang tentu perubahan-perubahan itu sudah
terjadi secara berangsur dan bertahap.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai