Perubahan Bahasa
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sosiolinguistik
Dosen Pengampu: Muflihah, S.S., M.A.
Disusun oleh :
1. Deva Amelia (2110210054)
2. Aghits Nahmatana (2110210062)
3. Saidah Nur Hidayati (2110210063)
Kelas : B2BAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perubahan
Bahasa” . Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW. Semoga kami semua termasuk umat beliau didunia dan diakhirat
kelak,aamiin yarobbal ‘aalamin.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah “Sosiolinguistik”. Penyusunan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Tidak lupa kami menyampaikab rasa
terimakasih kepada Ibu Muflihah, S.S., M.A., Selaku dosen pengampu mata kuliah Logika.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.
Akhir kata, Kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfa’at kepada
pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa selalu mengalami perubahan dan perkembangan.Perkembangan dan
perubahan itu terjadi karena adanya perubahan sosial, ekonomi, dan
budaya.Perkembangan bahasa terjadi sangat pesat pada bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kontak pada bidang politik, teknologi, ekonomi dan lainya dapat
menyebabkan suatu bahasa terpengaruh oleh bahasa lain. Proses saling mempengaruhi
antar bahasa satu dengan bahasa lain tidak dapat dihindarkan.Bahasa sebagai bagaian
integral kebudayaan tidak dapat lepas dari masalah di atas.Saling mempengaruhi antar
bahasa pasti terjadi.Kontak bahasa itu terjadi adanya pemindahan unsur bahasa satu
ke dalam bahasa yang lain yang mencangkup semua tataran. Sebagai
konesekuensinya, proses pinjam-meminjam dan saling mempengaruhi terhadap unsur
bahasa yang lain tidak dapat dihindari. . Dalam setiap kontak bahasa terjadi proses
saling mempengaruhi antara bahasa satu dengan bahasa yang lain.
Dalam kehidupan bermasyrakat saat ini juga tidak dapat dihindari lagi
penggunaan bahasa campuran.Kebanyakan masyarakat sudah tidak mempedulikan
penggunaan bahasa yang dituturkan atau dipakai dalam kehidupan sehari-
hari.Seringkali masyarakat lebih menyukai atau lebih nyaman menggunakan bahasa
ibu (bahasa daerah masing-masing) dan seiring perkembangan zaman, masyarakat
juga lebih menyukai bahasa internasional dari pada penggunaan bahasa
nasional.Sosiolinguistik sendiri merupakan ilmu antardispliner anatara sosiologi dan
linguistik keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat.
Hubungan antara bahasa dengan masyarakan yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain, dalam kehidupan masyarakat yang terus berkembang,
keberadaan bahasa sebagai alat komunikasi juga akan terus mengalami perkembangan
karena bahasa memiliki sifat dinamis. Sifat dinamis dalam hal ini 2 maksudnya
bahasa tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu
dapat terjadi. Perubahan tersebut terjadi pada berbagai tataran, seperti tataran
fonologis, morfologis, sintaksis, dan leksikon.
Tidak hanya perubahan pada tataran bahasanya, tetapi juga bahasa itu sendiri
sangat beragam. Artinya, meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola
tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang bersifat
heterogen atau memiliki berbagai macam latar belakang sosial dan kebiasaan yang
berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam. Keberagaman atau yang dikenal dengan
variasi bahasa tersebut tidak hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak
homogen, tetapi juga karena adanya interaksi sosial yang sangat beragam dilakukan
oleh masyarakat, hal tersebut menyebabkan terjadinya variasi bahasa.
Hal ini tentunya disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebahkan adanya
keberagaman tersebut misalnya dengan adanya perbedaan latar belakang, pendidikan,
lingkungan tempat tinggal dan pengalaman hidup masing – masing.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perubahan bahasa?
2. Apa saja bentuk-bentuk perubahan bahasa?
3. Mengapa terjadi perubahan dalam bahasa?
4. Bagaimana cara penggunaan bahasa?
5. Bagaimana perubahan bahasa dari masa pra –pasca pubertas?
BAB II
PEMBAHASAN
4. Penggunaan Bahasa
Adanya berbagai macam dialek dan ragam bahasa menimbulkan masalah,
bagaimana kita harus menggunakan bahasa itu didalam masyarakat. Mungkin anda
akan menjawab, ikutilah kaidah-kaidah gramatikal, maka pasti bahasa yang anda
gunakan sudah benar. Jawaban ini sungguh keliru, sebab dengan hanya mematuhi
kaidah gramatikla saja, bahasa yang kita gunakan mungkin tidak bisa berterima
didalam masyarakat. Umpamanya dalam bahasa Indonesia ada disebutkan bahwa kata
ganti orang kedua dalam bahasa Indonesia adalah kamu atau engkau. Kenyataannya,
secara sosial kedua kata ganti itu tidak dapat dipakai untuk menyapa orang kedua
yang lebih tua atau yang dihormati. Kedua kata ganti itu, kamu dan engkau, hanya
dapat digunakan untuk orang kedua yang sebaya, lebih muda, atau kedudukan
sosialnya lebih rendah. Akibatnya, kedua kata ganti itu jarang dipakai, meskipun
dalam kaidah ada.
Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu
komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur, yang
diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni:
(1) Setting and Scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya
percakapan. Umpamanya percakapan yang terjadi di kantin sekolah pada waktu
istirahat tentu berbeda dengan yang terjadi di kelas ketika pelajaran sedang
berlangsung. Tentu berbeda pula dengan percakapan di rumah duka ketika jenazah
belum dikebumikan.
(2) Participants, yaitu orang-orang yang terlibat dalam per cakapan. Umpamanya,
antara Ali murid kelas dua SMA dengan Pak Ahmad gurunya. Percakapan antara Ali
dan Pak Ahmad ini tentu berbeda kalau partisipannya bukan Ali dan Pak Ahmad,
melainkan antara Ali dan Karim, teman sekelasnya.
(3) Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan. Misalnya, seorang guru bertujuan
menerangkan pelajaran bahasa Indonesia secara menarik: tetapi hasil yang didapat
adalah sebaliknya; murid-murid bosan karena mereka tidak berminat dengan pelajaran
bahasa.
(4) Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan.
Misalnya dalam kalimat:
a. Dia berkata dalam hati, "Mudah-mudahan lamaranku dite rima dengan
baik."
4 https://youtu.be/LLXq9xuJD0M
b. Dia berkata dalam hati, mudah-mudah lamarannya diterima dengan baik.
Perkataan "mudah-mudahan lamaranku diterima dengan baik" pada kalimat
(a) adalah bentuk percakapan; sedangkan kalimat (b) adalah contoh isi
percakapan.
(5) Key, yaitu yang menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan
percakapan. Misalnya, pelajaran linguistik dapat diberikan dengan cara yang santai;
tetapi dapat juga dengan semangat yang menyala-nyala.
(6) Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan; apakah secara lisan
atau bukan.
(7) Norms, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku percakapan. peserta
(8) Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
Kedelapan unsur yang oleh Del Hymes diakronimkan menjadi SPEAK ING
itu, dalam formulasi lain bisa dikatakan dalam berkomunikasi lewat bahasa harus
diperhatikan faktor-faktor siapa lawan atau mitra bicara kita, tentang atau topiknya
apa, situasinya bagaimana, tujuannya apa, jalurnya apa (lisan atau tulisan), dan ragam
bahasa yang digunakan yang mana. Sebagai contoh dari hal di atas, silakan anda
membayangkan diri anda sendiri, yang baru menjadi mahasiswa tahun pertama, harus
berbicara dengan teman sekelas yang baru anda kenal, dengan kakak-kakak
mahasiswa lama, dengan dosen linguistik yang juga baru anda kenal, atau dengan adik
anda di rumah yang sudah lama anda kenal. Silakan!5
7 6Ibid., h. 197.
bahasa itu sendiri, seperti berubahnya sistem fonologi, morfologi, sintaksis, atau tataran
lainnya.
Sedangkan perubahan eksternal merupakan perubahan bahasa akibat adanya
pengaruh dari luar, seperti peminjaman atau penyerapan unsur bahasa (kosa kata) lain.
Selain karena alasan peminjaman bahasa dan imposition, perubahan eksternal terjadi
karena adanya perbedaan kelas sosial, ekonomi, batas wilayah, usia, dan jender.Pandangan
Wardhaugh dan Holmes8 di atas juga terjadi pada masa perubahan bahasa pra-pubertas
menujupasca pubertas. Kata beik/abbaik yang berakar kata labbaik merupakan serapan dari
bahasa Arab yang ditututrkan karena pengaruh eksternal setelah terjadinya asimilasi budaya
Arab saat melakukan kontak Masyarakat di nusantara, termasuk Pada budaya melayu dan
betawi. Dalam kasus Nadya kata ”Beik/Abbaik (labbaik)” adalah ungkapan yang digunakan
anggota keluarga untuk menjawab panggilan dari anggota keluarga yang lain. Sekalipun
ungkapan ini tidak menjadi peraturan yang mesti ditaati, ungkapan ini secara konvensional
digunakan dalam tindak tutur keluarga. Kalimat ini mengandung pengertian ”ya”. Misal bila
salah satu dari anggota keluarga dipanggil:
Ibu : Nadya...
Nadya: Beik nda
Ayah: Bun...
Ibu : Beik yah
Kalimat ini dipengaruhi oleh bahasa Arab, yang sebagian besar digunakan dalam
masyarakat keturunan Betawi. Sebagai anak yang hidup dalam lingkungan keluarga besar
betawi dan tinggal di lingkungan komunitas Betawi, ungkapan ini menjadi tidak asing bagi
Nadya. Menginjak usia peralihan ke masa remaja awal, ungkapan beik/abbaik/labbaik,
dalam beberapa situasi, berubah menjadi ya/ya apa/ha.. Apa? Ungkapan tersebut
diucapkan Nadya ketika menjawab sebuah panggilan yang dilakukan oleh orang tua, adik,
pembantu, atau teman sebaya.Bila dalam kasus Nadya, perubahan bahasa dalam kata
Beik/abbaik/labbaik menjadi ya/ya Apa/ha.. apa? Terjadi dalam unsur situasi, berubah
menjadi ya/ya apa/ha.. apa? Ungkapan tersebut diucapkan Nadya ketika menjawab sebuah
panggilan yang dilakukan oleh orang tua, adik, pembantu, atau teman sebaya.Bila dalam
kasus Nadya, perubahan bahasa dalam kata Beik/abbaik/labbaik menjadi ya/ya apa/ha..
apa? terjadi dalam unsur semantik ketika terjadinya masa peralihan dari pra pubertas
menuju pasca pubertas awal, maka penelitian Zeller juga membuktikan perubahan bahasa
yang terjada karena faktor usia.9
Perbedaannya dengan penelitian ini adalah, Zeller menemukan perubahan bunyi
bahasa saat mendengar banyak penutur melapalkan kata-kata seperi haggle dan bag
dengan ritme Hegel dan beg, dan bang seperti benk di sekitar wilayah Milwaukee,
Wisconsin. Penutur bahasa yang lebih muda-- laki-laki dan perempuan--- cenderung
menghilangkan bunyi vowel pada beberapa kata.
8 Janet Holmes, An Introduction to Sociolinguistics (London and New York: Longman. 1994), h. 210-229.
9 Zeller, C, The Investigation of a Sound Change in Change in Progress. Journal of English Linguistics, 25 (2), h.142-55
Uniknya, dalam kasus penelitian ini perubahan bunyi pada kata abbaik/beik/labbaik
mengalami perubahan melalui proses peralihan kata serapan Arab yang perlahan bergeser
dan bahkan beralih pada tuturan bahasa pertama tanpa membunyikan atau menghilangkan
bunyi kata serapan Arab di atas. Dengan kata lain perubahan bunyi tidak sajaterjadi pada
peralihan bunyi Vowel semata, tapi juga kata. Namun, dalam kasus penelitian yang berbeda
Eckert menemukan bahwa penambahan usia berkorelasi dengan meningkatnya
konservatisme seseorang dalam berbicara.
Hal itu juga menjadi ambigu; apakah pola-pola bahasa dalam masyarakat berubah
sepanjang waktu atau apakah penutur menjadi lebih konservatif karena bertambahnya usia-
atau karena alasan keduanya. Tanpa bukti, tidak ada cara untuk membuktikan apakah usia
benarbenar dapat dijadikan patokan bahwa pola-pola dari variasi bahasa mengalami
perubahan.10
Dari hasil penelitian Zeller dan Eckert di atas, perbedaan usia menentukan terjadinya
perubahan bahasa. Namun demikian, menurut Wardhaugh hasil penelitian tersebut tidak
dapat digeneralisir, karena pada situasi tertentu usia dapat saja menjadi faktor dominan,
tetapi pada situasi yang lain ada faktor lain yang lebih dominan. Walau demikian,
Wardhaugh melihat bahwa segala sesuatu yang kita lihat sebagai perubahan bahasa karena
antara orang tua dan orang muda mengatakan sesuatu dengan cara yang berbeda. ”Orang
yang lebih tua mengatakan sesuatu dan orang yang lebih muda juga mengatakan sesuatu,
bukansemata karena fenomena dari perbedaan usia.”
Sejak muncul hipotesis SapirWhorf tentang linguistis determination (bahasa menentukan
pikiran) kontroversi mengenai hakikat bahasa dan pikiran kian semakin marak. Perdebatan
para ahli seputar tentang apakah bahasa mempengaruhi pikiran, apakah pikiran yang
empengaruhi bahasa, atau bahasa dan pikiran saling mempengaruhi satu sama lain.
Perdebatan tersebut mengundang dua kelompok besar yaitu yang setuju pada hipotesis
Sapir-Whorf dan kelompok yang kontra dengan hipotesis tersebut. 11
Hipotesis Whorf menunjukkan bahwa bahasa dan pikiran itu sangat berhubungan.
Bahasa bukan hanya sebagai alat untuk menyuarakan ide tetapi juga merupakan pembentuk
ide, pemrograman kegiatan mental dan penentu struktur mental penuturnya, seperti
tuturan anak masa prapubertas dan pasca pubertas dalam bagan berikut ini:
10 9Eckert, P., Adolescent Social Structure and the Spread of Linguistics Change, Journal Language in Society, 17, 1988, h. 153, dan dalam Ronald Wardhaugh, Op.Cit., h. 197.
11 International Linguistics Community On Line, The Sapir-Whorf Hypothesis, diakses 29 Maret 2013.
Bentuk tingkah laku verbal di atas, telah menunjukkan adanya pertalian antara
bahasa dan pikiran pra pubertas dan pasca pubertas awal. Pada tuturan ketika menyatakan
perntah pada ujaran pra pubertas “Dek makannya jangan banyakbanyak, kalo kegemukan
nggak Cantik dek”, menunjukkan pikiran mempengaruhi bahasa dan bahasa mempengaruhi
pikiran bahwa kegemukan mengandung konsepsi negatif dalam konvensi bahasa tentang
makna dari sebuah kecantikan. Begitu pula pada pernyataan pada ujaran “Nda, kakak takut
kalau ayah merokok terus, nanti ayah sakit.” Konsep penutur mengenai kesehatan dan
pertaliannya dengan rokok masih sederhana, namun demikan bahasa verbal yang
dituturkan menggambarkan pikiran karena telah terbangun dalam kognisi sosial penutur
tentang makna kesehatan tersebut. Hubungan antara pikiran dan bahasa semakin matang
dan terlihat ketika meningkatnya usia penutur dari pra pubertas sampai pasca pubertas.
Konsep kecantikan dan kesehatan dalam tingkah laku verbal penutur semakin kritis
dengan pernyataan argumentatif dan kritis. Perubahan bahasa terjadi dengan kian
bertambahnya usia dan semakin berkembangnya penyebaran leksikal dari masa peralihan
pra menuju pasca pubertas, seperti pernyataan pada ucapan “Nda, kakak takut kalau ayah
merokok terus, nanti ayah sakit” menjadi tuturan “Nda, Nadya takut kalau ayah merokok
terus, paruparunya rusak sehingga ayah sakit”.
Di sini terlihat bahwa bahasa senantiasa mempengaruhi pikiran seseorang.
Karenanya dalam konsep Behaviorisme Skinner (1957) pikiran tidak saja merupakan bentuk
dari tingkah laku non-verbal tapi juga verbal. Bahasa penting bagi pikiran. Kita berbahasa
untuk mengembangkan pikiran. Pikiran ibarat tingkah laku dari berbahasa itu sendiri. Orang
dapat berpikir karena ada bahasa. Itu artinya bahasa mempengaruhi pikiran. Begitu pula
sistem bahasa dengan peraturan dan kosakatanya sangat penting bagi pikiran.
Referensi
https://youtu.be/gVqM0AVZGKg
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=perubahan+bahasa+dalam+sosiolinguistik&oq=#d=gs_qabs&t=166
2701084487&u=%23p%3D7dNnFcEu0SQJ
https://1drv.ms/w/s!AmTRCZOiPLlagQ0oZ3NpgtqceW0U
https://youtu.be/pP5XrfGXllE
https://youtu.be/LLXq9xuJD0M
https://1drv.ms/w/s!AmTRCZOiPLlagQ_bSoFoJ_0gUH0v
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=perubahan+bahasa+dari+masa+pra+_+pasca+pubertas&btnG=#d=
gs_qabs&t=1663036542807&u=%23p%3Dyz53SpmxIOsJ
Buku Linguistik Umum, Drs. Abdul Chaer, 2012
Buku Filsafat Umum, Prof. Dr.A. Chaedar Alwasilah, M.A., 2014
https://eferrit.com/%D8%AA%D8%BA%D9%8A%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D9%84%D8%BA
%D8%A9/