Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH INTEGRASI BAHASA INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Sosiolinguistik

Dosen Pengampu: Muflihah, S.s., M.A.

Disusun oleh:

1. Yani yuliana (2110210038)


2. Fitria faradina kafa aula (2110210036)
3. Dea amanda (2110210038)

Kelas: B3BAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2021
KATA PENGANTAR

Pertama kami tujukan puja dan puji syukur kehadirat yang maha kuasa,
karena telah memberikan segala nikmat jasmani maupun rohani, sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah ini dengan tema “Integrasi Bahasa” sesuai dengan
waktu yang telah di targetkan.

Sebagaimana maksud penyusunan makalah ini guna untuk memenuhi


tugas mata kuliah Sosiolinguistik. Kami harap makalah kami menjadi sarana
pembelajaran dan edukasi bagi pembaca. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen mata kuliah Sosiolinguistik yang diampu oleh Ustadzah
Muflihah, S.S., M.A. yang telah memberi arahan dan bimbingan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami sadar akan segala kekurangan dan
ketidak sempurnaan baik dari segi penulisan maupun penyajian. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun demi
perbaikan penyusunan makalah yang akan datang.

Kudus, 12 September 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa dan masyarakat mempunyai hubungan yamg erat. Hubungan


Bahasa dengan masyarakat adalah Bahasa dipergunakan oleh anggota masyarakat
untuk berkomunikasi atau berhubungan. Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa sehari-hari dalam tindak komunikasi dipertahankan. Namun masyarakat
bilingual atau multilingual seperti masyarakat Indonesia akan mengalami kontak
Bahasa sehingga melahirkan berbagai jenis peristiwa tutur.

Seperti yang dikatakan oleh Chaer, bahwa dalam masyarakat yang


bilingual atau multilingual sebagai akibbat dari adanya kontak Bahasa (juga
kontak budaya). Kontak antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab diyakini telah
berlangsung sejak penyebaran Islam di Indonesia. Pada masa itu Bahasa Indonesia
masih merupakan Bahasa melayu. Menurut Al-Attas orang-orang arab mula-mula
datang menyebarkan agama Islam di Kawasan Indonesia dengan memilih Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa pengantarnya. Pada masa inilah Bahasa Indonesia
diperkaya oleh Bahasa Arab bersamaan dengan perkembangan Islam.

Dengan adanya fenomena kebahasaan berupa integrasi yang berlaku dalam


penyerapan, dapat terjadi bentuk variasi bentuk Bahasa. Peminjam kata dari satu
Bahasa kedalam Bahasa lain. Jika suatu unsur Bahasa terjadi secara berulang-
ulang dalam tuturan masyarakat semakin lama unsur itu semakin diterima sebagai
bagian dari sistem Bahasa mereka, maka terjadilah integrasi.

Melihat banyaknya variasi Bahasa yang muncul dalam kehidupan


masyarakat berdasarkan pengaruhnya sosial, ekonomi dan budaya. Bahasa selalu
mengalami perkembangan dan perubahan, terutama dibidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kontak pada bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan
lainnya dapat menyebabkan suatu Bahasa terpengaruh oleh Bahasa yang lain.
Proses saling mempengaruhi antara Bahasa yang satu dengan Bahasa yang lain
tidak dapat dihindarkan. Bahasa sebagai bagian integral kebudayaan tidak dapat
lepas dari masalah di atas. Saling mempengaruhi antar Bahasa pasti terjadi,
misalnya kosakata yang bersangkutan, mengingat kosakata itu memiliki sifat
terbuka.

Menuruut Wardaugh dan Holnes, sosiolinguistik adalah cabang ilmu


Bahasa yang berusaha menerangkan korelasi antara perwujudan struktur atau
elemen Bahasa dengan factor-faktor sosiokultural. Mengasumsikan penting ya
pengetahuan dasar-dasar linguistic dengan berbagai cabangnya, seperi fonologi,
morfologi,sintaksis, dan samantik dalam mengidentifikasikan dan menjelaskan
fenomena-fenomena yang menjadi objek kajiannya, yaitu Bahasa dengan berbagai
fariasi sosial atau religionnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu integrasi Bahasa?

2. Bagaimana peran Bahasa arab dalam pengembangan ilmu dan peradaban islam?

3. Apa saja kelebihan belajar Bahasa secara integrasi??

4. Bagaimana respond masyarakan terhadap munculnya berbagai integrasi


Bahasa?

5. Apa saja contoh dari adanya integrasi Bahasa?

6. Apa saja penyebab terjadinya integrasi?

C. Pembahasan

1. Pengertian Integrasi Bahasa

Sebelum membahas interrasi alangkah baiknya mendefinisikan apa itu


interferensi. Interferensi adalah penggunaan fitur-fitur milik suatu Bahasa yang di
gunakan Bahasa lain baik secara lisan maupun tulis. Proses penggunaan fitur-fitur
tersebut dilakukan dengan tujuan tertentu dan dinyatakan sebagai gangguan
Bahasa karena masyarakat mengalami kesulitan untuk memisahkan dua Bahasa
tersebut. Jadi integrasi merupakan penggunaan fitur-fitur dari milik suatu Bahasa
seolah-olah Bahasa itu adalah bagian dari bahasanya sendiri. Proses integrasi
memang terjadi karena sebah penngunaan atau peminjaman unsur-unsur Bahasa
kedalam Bahasa lain,namun sudah dianggap menjadi bagian dari bahasanya
sendiri.

Penerimaan unsur Bahasa lain dalam Bahasa tertentu sampai menjadi


berstatus integrasi memerlakukan waktu dan tahap yang relative Panjang. Pada
mulanya seorang penutur Bahasa menggunakan Bahasa lain itu dalam tuturannya
sebagai unsur pinjaman karena dirasa diperlukan, misalnya dalam BI-nya unsur
tersebut belum ada padanannya. Kalua kemudian unsur asing yang digunakan bisa
diterima dan digunakan juga oleh orang lain, maka jadilah unsur tersebut berstatus
sebagai unsur yang sudah berintegrasi.

Proses penerimaan unsur Bahasa asing, khususnya unsur kosakata didalam


Bahasa (indonesia) pada awalnya tampak banyak dilakukan secara audial.
Artinya, mula-mula penutur Indonesia mendengar ucapan dari penutur aslinya,
lalu mencoba menggunakannya. Apa yang terdengar oleh telinga itulah yang di
ujarkan, lalu dituliskan. Oleh karena itu, kosakata yang diterima secara audial
sering kali menampakkan ciri ketidakteraturan bila di bandingkan dengan
kosakata aslinya.

Pergantian pemakaian bahasa secara berulang-ulang tidak selalu berjalan


mulus. Ada beberapa kondisi di mana pelafal tidak mampu untuk
membedakan/memisahkan unsur-unsur dari dua bahasa yang dikuasainya. Hal ini
akan mengakibatkan terjadinya transfer atau pemindahan unsur bahasa dan
berujung pada pencampuran kedua unsur/kaidah bahasa tersebut secara tidak
terkontrol. Kondisi ketidakmampuan seorang bilingual dalam memisahkan unsur-
unsur kedua bahasa yang dikuasai akan menimbulkan kesalahan berhasa yang
disebut sebagai interferensi bahasa.

Pembahasan tentang integrasi memang tidak bisa dilepaskan dari


fenomena interferensi. Bagi sebagian ahli bahasa, kedua permasalahan tersebut
terkesan sulit untuk dibedakan, mengingat sama-sama terjadi proses transfer
antara bahasa satu dengan bahasa lain. Peranggapan fitur-fitur bahasa yang
“dipinjam” menjadi bagian dari bahasa yang dilafalkan terjadi karena adanya
kebiasaan menggunakan fitur tersebut dalam jangka waktu yang lama. Apalagi
jika berlangsung sampai pada tahap pewarisan bahasa, di mana ada individu baru
yang mempelajari bahasa, maka unsur-unsur yang semula dari bahasa lain sudah
tidak dianggap lagi sebagai pinjaman. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat
dikatakan bahwa integrasi merupakan hasil dari sebuah interferensi. Dengan kata
lain, interferensi merupakan sebuah proses peminjaman unsur bahasa yang
nantinya akan menghasilkan sebuah integrasi bahasa.

2. Peran Bahasa Arab Dalam Pengembangan Ilmu Dan Peradaban Islam

Posisi bahasa Arab sebagai bahasa ilmu pengetahuan Islam, bahasa


pendidikan, dan kebudayaan pada masa keemasan Islam tersebut dipandang
penting sebagai “prestasi ganda”, yaitu prestasi Islam dan [bahasa] Arab. Karena
itu, banyak penulis yang kemudian menyandingkan kata “Islam dan Arab” dalam
berbagai judul karya, seperti al-Wafi fi Tarikh al-ʻUlum ʻinda alʻArab karya
‘Abduh al-Hilwu dan Bahzad Jabir, Tarikh al-Falsafah al-ʻArabiyyah karya Jamil
Shali ba , Tajalliyat al-Falsafah alʻArabiyyah karya Abu Yaʻrib al-Marzuqı, dan
sebagainya.

Prestasi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah


faktor politik, yaitu adanya political will dari penguasa (yang sangat haus dan
antusias terhadap pengembangan iptek saat itu) untuk mengembangkan tradisi
ilmiah dan sistem pendidikan yang berorientasi kepada intelektualiasi sekaligus
spiritualisasi. Kedua, faktor ekonomi berupa kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat di bidang ekonomi, sehingga sebagian besar mereka menekuni bidang
keilmuan secara ”khusyuk”: serius dan produktif. Ketiga, faktor bahasa Arab yang
memang sangat akomodatif untuk dijadikan sebagai media reproduksi pemikiran
dan karya-karya ilmiah para filosof dan ilmuwan Muslim. Meskipun al-Khalil ibn
Ahmad, Sibawaih, Ibn Sina, al-Farabi, al- Razi, Ibn Miskawaih, al-Ghazali, Ibn
Rusyd, Ibn Malik dan sebagainya bukan orang Arab asli, mereka dengan penuh
ekspresi dan apresiasi menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa ilmu. Madrasah
Nizhamiyyah di Persia, tempat al-Ghazali diguru besar-kan, Madrasah al-
Ayyubiyyah, Pusat-pusat studi di Harran dan Jundisyapur (Persia) serta al-Azhar
di Kairo juga menjadikan Bahasa arab sebagai Bahasa akademik: bahasa studi,
pendidikan, dan kebudayaan mereka. Keempat, faktor ideologi dan mazhab
teologi negara yang rasional (Muʻtazilah) juga turut mendinamisasikan
pengembangan ilmu dan peradaban. Istana pada masa itu bukan sekadar
singgasana, tetapi sekaligus menjadi pusat diskusi, perdebatan akademik, dan
sebagainya.1

Allah Swt. memilih bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci-Nya bukan
sematamata karena masyarakat tempat Nabi Muhammad Saw. ditugasi sebagai
Rasul adalah masyarakat yang berbahasa Arab (bi lisân qawmihi) melainkan juga
karena bahasa Arab dipandang mampu dan laik untuk mewadahi dan
mengekspresikan pesan-pesan Ilahi yang abadi (eternal) dan universal. Bila
kemudian bahasa Arab menjadi bahasa lebih dari 22 negara di kawasan Timur
Tengah dan sebagian benua Afrika, 9 lalu menjadi bahasa resmi sekaligus bahasa
internasional yang digunakan sebagai bahasa kerja di PBB, maka faktor
utamanya–selain turut terpelihara bersamaan dengan “garansi dan proteksi Ilahi”
mengenai pemeliharaan al-Qur'an tersebut— adalah elan vital ( semangat juang,
daya dorong) dan dan motivasi religius umat Islam untuk memahami pesan-pesan
Ilahi dan Tradisi (Sunnah) Nabi Saw.2 Di samping itu, tentu saja, umat Islam
mendapati bahasa Arab tampil sangat elegan, ϐleksibel, dan bernilai sastra tinggi
dalam mentransmisikan berbagai karya intelektual Muslim dalam bentuk teksteks,
baik buku maupun manuskrip, yang hingga kini masih menjadi bahan kajian dan
sumber inspirasi pemikiran Islam yang sangat berharga.

Dalam konteks ini, dapat ditegaskan bahwa bahasa Arab mempunyai


posisi sangat penting dan strategis dalam pengkajian dan pengembangan ilmu-
ilmu keislaman, bahkan dalam pengembangan peradaban Islam. Menarik
dicermati bahwa sebagian besar karya intelektual Muslim yang non-Arab (tidak

1
Lihat misalnya ʻAbbâs Mahjûb, Musykilât Taʻlîm al-Lughah al-ʻArabiyyah: Hulûl Nazhariyyah
wa Tathbîqiyyah (Doha: Dâr al-Tsaqâfah, 1986), h. 19-26.
2
Mengenai karakteristik bahasa Arab sebagai bahasa Semit, lihat selengkapnya ulasan Ahmad
Muhammad Qaddur, Madkhal ilâ Fiqh al-Lughah al- ‘Arabiyyah (Damaskus: Dar al-Fikr, 1999),
h. 52-55.
berkebangsaan Arab), seperti Sıbawaih (w. 180 H), al-Fa ̂ ̂rabı (w. ̂ 339 H), Ibn
Sınâ ̂ (w. 428 H), Ibn Miskawaih (932-1030 M), al-Ghazâlı (w. 1111 M), ̂ dan lain
sebagainya ditulis dalam Bahasaarab karena pada waktu itu Bahasa arab
merupakan Bahasa pengetahuan. Dengan kata lain, bahasa Arab bukan semata-
mata bahasa komunikasi harian antarpenuturnya, melainkan bahasa ilmu
pengetahuan yang mampu mewadahi dan mentransmisikan wacana pemikiran dan
karya-karya keilmuan.

3. Kelebihan Belajar Bahasa Secara Integrasi

Rehab zanati, mengutip sejumlah pendapat, mengemukakan beberapa kele


iyan belajar bahasa secara integrasi :

a. Memudahkan belajar kedua bidang ilmu, karena sasarannya adalah


mengajar pelajar untuk membaca dan menulis, bahkan menggunakan
bacaan dan penulisan sebagai alat untuk iktisab al-lughoh (memperoleh
bahasa)
b. Realisasi integrasi antara aspek pengalaman bahasa dengan aspek
pengalaman bahasa dengan aspek pengetahuan dapat menampilkan materi
yang telah diperoleh dan sekaligus mempraktekan bahasa yang meliputi
mendengar, membaca, dan menulis.
c. Meningkatkan kemampuan mengingat apa yang telah dibelakang dari
kaidah-kaidah bahasa.
d. Meningkatkan dorongan intuk mempelajari bahasa.
e. Muncul kepercayaan pada diri seseorang terhadap kemampuan dalam
berbahasa.

4. Respon Masyarakat Terhadap Munculnya Berbagai Integrasi Bahasa

Ada satu hal yang unik dalam sejarah bangsa Arab, walau pun bangsa
Arab peradabannya tertinggal akan tetapi kesusastraannya sama sekali tidak
terengaruhi karena sebelum datangan Islam sastra di tanah arab sudah dikenl
bahkan sampai berkembang. Ketika Islam masuk, kesusastraan Arab tidak
berubah hanya saja isi dan semangat yang dikandung dalam sastra tersebut yang
mengalami perubahannya. Hal ini diakibatkan karena banyak sastrawan saat itu
yang masuk Islam sehinga mempengaruhi terhadap sastra itu sendiri.

Sebagai subsistem budaya, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa


(rumpun) atau usrah al-Lughât al-Sâmiyyah) yang dinilai paling tua dan tetap
eksis hingga sekarang. Kemampuan bahasa Arab tetap eksis hingga sekarang.
Bahasa yang mampu menampung kebutuhan para masyarakat dan menyerap
berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang.

Tentang bagaimana respon dari masyarakat, yaitu masyaallah lebih


condong ke perkembangan zaman dengan mengikuti pembaharuan-pembaharuan
yang telah terjadi. Namun tetap memilah mana sisi yang baik maupun sisi yang
buruk.

Perubahan semantik atau perubahan makna seringkali bersamaan dengan


perubahan sosial yang disebabkan oleh peperangan, perpindahan, penduduk,
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya. Menurut Chaer
perubahan makna kata atau satuan ujaran itu ada beberapa macam, ada perubahan
yang meluas, ada yang menyempit, ada juga yang berubah total. Perubahan yang
meluas artinya kalau tadinya sebuah kata bermakna ‘A’, maka kemudian menjadi
bermakna ‘B’. Perubahan makna kata yang menyempit, artinya kalau tadinya
sebuah kata atau ujaran itu memiliki makna yang sangat umum tetapi kini
maknanya menjadi khusus atau sangat khusus. Perubahan makna secara total
artinya makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan makna aslinya.

Masyarakat sebenarnya lebih menyukai bahasa internasional. Indonesia


dengan mayoritas beragama Islam, jadi banyak bahasa-bahasa baru yang
terintegrasi dari bahasa Arab. Bahasa tersebut banyak digunakan dalam
penyebutan istilah-istilah di keseharian masyarakat.

Bahasa Arab ditetapkan menjadi bahasa resmi dan bahasa kerja PBB sejak
tahun 1972, sejajar bahasa PBB lainnya, seperti bahasa Inggris, Perancis, Rusia,
Spanyol, dan Cina. Di samping itu, tentu saja, umat Islam mendapati bahasa Arab
tampil sangat elegan, fleksibel, dan bernilai sastra tinggi dalam mentransmisikan
berbagai karya intelektual Muslim dalam bentuk teksteks, baik buku maupun
manuskrip, yang hingga kini masih menjadi bahan kajian dan sumber inspirasi
pemikiran Islam yang sangat berharga. Dalam konteks ini, dapat ditegaskan
bahwa bahasa Arab mempunyai posisi sangat penting dan strategis dalam
pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, bahkan dalam
pengembangan masyarakat dan peradaban Islam.

Selain itu, posisi bahasa Arab menjadi lebih strategis dan bahkan menjadi
bahasa pendidikan dan kebudayaan, terutama karena sebagian ulama Islam juga
menguasai bahasa Suryani, Yunani, Persia, dan India. Penguasaan bahasa asing,
bagi ulama Arab, sekaligus menjadi pintu masuk berbagai bidang ilmu yang
sebelumnya dikembangkan oleh bangsa Yunani, Persia, dan India. Selain
memiliki sifat terbuka (menerima perbedaan dan perubahan), para ulama Arab
juga cenderung memperlihatkan semangat kompetitif (rûh al-tanâfus) yang tinggi,
terutama terhadap bangsabangsa yang baru dibebaskan (ditundukkan), sehingga
mereka tertarik untuk mempelajari, mengkaji, dan mengembangkan ilmu-ilmu
yang sudah berkembang di wilayah atau kawasan yang baru mereka kuasai.
Perpengaruh pada akselerasi (percepatan) persebaran bahasa Arab bagi banyak
kalangan.

Selain itu proses pembelajaran bahsa Arab di pondok pesantren modern


biasanya menerapkan model integrasi. Maksudnya adalah mengintegrasikan
antara semua maharah lughawiyah dalam pembelajaran, yaitu maharah istima’,
kalam, qira’ah, dan kitabah menjadi satu kesatuan dalam proses pembelajaran.

Model integrasi lainnya juga dapat dilakukan dengan mengaitkan


pembelajaran bahasa Arab dengan pembelajaran lainnya yang berbasis
keagamaan. Hal ini berarti bahwa untuk membina keterampilan bahasa Arab tidak
hanya dilakukan pada materi pelajaran bahasa Arab semata, tetapi juga dilakukan
pada mata pelajaran lainnya. Misalnya dengan penggunaan bahasa pengantar
bahasa Arab. penggunaan materi pembelajaran berbahasa Arab, dan tugas-tugas
lainnya yang melibatkan keterampilan bahasa Arab. Integrasi juga mungkin
dilakukan dengan menyatukan kedua pendekatan tersebut, yaitu menyatukan
antara keempat maharah dan melibatkan berbagai mata pelajaran sekaligus.

Untuk kategori perubahan makna pada integrasi bahasa Arab dalam bahasa
Indonesia ditemukan sejumlah 80 data dengan rinciannya yakni, 17 kata dengan
perubahan meluas, 15
kata dengan perubahan menyempit, 6 kata dengan perubahan total, dan 42 lainnya
tidak mengalami perubahan makna atau dimasukkan dalam kategori lain. faktor
diantaranya memperoleh suara yang sama yakni faktor untuk menjelaskan atau
menafsirkan, penggunaan istilah yang lebih populer, dan penekanan maksud
dengan jumlah data masing masing 2 data. Data paling sedikit yakni pada faktor
keterbatasan kode dengan jumlah 1 data.Adapun untuk peristiwa tutur yang
terindikasi perubahan makna pada integrasi bahasa Arab dalam bahasa Indonesia
ditemukan sejumlah 80 data dengan 17 kata merupakan perubahan meluas, 15
kata dengan perubahan menyempit, 6 kata dengan perubahan total, dan 42 kata
tidak mengalami perubahan makna atau dimasukkan dalam kategori lain.

5. Contoh Dari Adanya Integrasi Bahasa

‫شیطان‬: Setan (jin, iblis yang kejam)

‫صفة‬: Sifat

‫زمان‬: Zaman

‫واجب‬: Wajib

‫عدل‬: Adil

‫حالل‬: Halal

‫عمة‬: Ummat

‫لسان‬: Lisan

‫سالمة‬: Selamat

‫ عمر‬: umur
‫ عبادة‬: ibadah

‫ عالم‬: alim

‫ علم‬: ilmu

‫ عمر‬: umur

‫ عادة‬: adat

Teori perubahan bunyi yang dikemukakan oleh crowly menyangkut tataran kata,
frasa, maupun kalimat. Perubahan-perubahan yang menyangkut ketiga tataran
tersebut juga terjadi dalam proses penyerapan dari bahasa arab.

Berbagai jenis perubahan tersebut akan dibahas secara terperinci.

1. Pelemahan bunyi

Pelemahan bunyi merupakan perubahan dari bunyi yang kuat berubah menjadi
bunyi yang lemah. Contoh pelemahan bunyi yaitu

‫ ِٕاجازاة‬: ijazah

‫ قربان‬: qurban

‫ نصيحة‬: nasihat

‫ سبت‬: sabtu

2. Reduksi konsonan rangkap

konsonan rangkap adalah konsonan konsonan yang berurutan di dalam sebuah


kata tanpa ada vokal yang disisipkan diantaranya.

Contoh reduksi konsonan rangkap yaitu:

‫ مصلى‬: musholla

‫ تمت‬: tamat

‫ تصوف‬: tasawuf
4. Sinkope

Sinkope adalah hilangnya bunyi di tengah kata. Perubahan bunyi yang terjadi
karena pelesapan bunyi-bunyi pada posisi tengah kata ini sering menyebabkan
terbentuknya gugus konsonan pada berbagai bahasa yang semula tidak
mengenalnya.

Contoh sinkope yaitu :

‫ فا ئدة‬: faedah

‫ حاضر‬: hadir

‫ جواب‬: jawab

‫ قاعدة‬: kaidah

6. Penyebab Adanya Integrasi Bahasa

Seperti yang disebutkan sebelumnya, integrasi bahasa merupakan hasil


dari fenomena interferensi yang terjadi secara berulang-ulang dan berlangsung
dalam kurun waktu tertentu. Pada awalnya, pemakai bahasa akan menggunakan
unsur suatu bahasa untuk melafalkan bahasa lain. Jika unsur yang dipinjam ini
bisa diterima dan turut digunakan oleh pelafal/penutur lain secara periodik dalam
waktu yang lama atau tidak terlalu lama/belum lama namun sangat diperlukan
karena belum adanya padanan kata, maka unsur tersebut diklaim sebagai unsur
bahasa yang berintegrasi.

Proses peminjaman unsur bahasa yang terintegrasi ke dalam bahasa lain


akan mengalami penyesuaian berdasarkan sistem atau kaidah bahasa penerima.
Lama waktu proses penyesuaian tersebut akan sampai pada tahap integrasi
bergantung pada bentuk bahasa antar keduanya. Dengan kata lain, jika
unsur/kaidah bahasa sumber memiliki banyak kesamaan dengan bahasa penerima,
maka proses penyesuaian akan cenderung cepat.

Secara lebih detail, terdapat tiga faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
integrasi.
a. Kondisi karakteristik sistem/kaidah kebahasaan; semakin mirip antara satu
dengan lainnya maka akan semakin cepat berintegrasi.
b. Urgensi penyerapan unsur bahasa; semakin penting unsur bahasa tersebut
dalam pemakaian bahasa penerima maka semakin sering digunakan
sehingga semakin cepat berintegrasi.
c. Sikap bahasa pada penutur bahasa penerima; di mana terdapat kesetiaan,
kebanggaan, dan kesadaran akan norma-norma bahasa, jika sikap bahasa
ini semakin menurun maka akan semakin berpeluang terjadi integrasi.

D. Kesimpulan

Integrasi merupakan bab pada ilmu sosiolinguistik yang terjadi sebagai


akibat adanya penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur yang
multilingual.Peristiwa ini juga menggunakan unsur-unsur bahasa lain dalam
penggunaan suatu bahasa yang dianggap sebagai suatu kesalahan karena
menyimpang dari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan. Penyebab terjadinya
tergantung kemampuan si penutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga
dipengaruhi oleh bahasa lain.

Perlu diketahui bahwa, proses integrasi unsur serapan itu telah disesuaikan
dengan sistem atau kaidah bahasa penyerapnya, sehingga tidak terasa lagi sifat
keasingannya. Dalam hal ini, jika suatu unsur serapan (interferensi) sudah
dicantumkan dalam kamus bahasa penerima, dapat dikatakan bahwa unsur itu
sudah terintegrasi. Jika unsur tersebut belum tercantum dalam kamus bahasa
penerima, berarti bahasa tersebut belum terintegrasi.

E. Referensi

Anda mungkin juga menyukai