Anda di halaman 1dari 20

SINTAKSIS

Disusun oleh kelompok 4 :


• Muhammad Dafa Al Gifari (11190130000052)
• Najibah (11200130000082)
• Nurhasannah (11200130000085)
• Rizka Maharani (11200130000087)
• Zahwa Febby Utami (11200130000090)
• Awan Aditya (11200130000103)
PENGERTIAN SINTAKSIS
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Belanda, “syntaxis”, dalam bahasa Inggris
terdapat istilah syntax.

Sintaksis adalah cabang linguistik yang menelaah tentang struktur (sistem)


kalimat. Ilmu mengenai prinsip dan aturan dalam membuat sebuah kalimat
dipelajari dalam sintaksis.

MISALNYA, di dalam bahasa Indonesia kalimat kami tidak dapat melihat pohon
itu, urutan katanya sudah tentu tidak mungkin kita tuturkan “kalimat” seperti
*pohon itu dapat kami tidak melihat (binatang kecil atau “arterisk”, pada awal
melambangkan tidak “beresnya” kalimat seperti itu). Demikian pula, urutan kata
dalam “kalimat Inggris seperti *we not tree that see can menyalahi aturan struktur
yang sesuai adalah we cannot see that tree.
SINTAKSIS MENURUT PARA AHLI
Sintaksis adalah cabang yang menelaah struktur kalimat. Satuan bahasa terkecil yang digunakan
untuk mengungkapkan suatu pikiran disebut sebagai kalimat. Menurut Lado (dalam Parera, 1983), kalimat
didefinisikan sebagai the smallest unit of full expression is the sentence, not the word. We talk with in
sentences (unit terkecil yang bermakna lengkap adalah kalimat. Kita berbicara dalam kalimat). Unit
terkecil itu bisa berwujud satu kata (seperti kalimat ellips) dan dapat pula berwujud kumpulan kata yang
sistemik untuk mengungkapkan suatu pengertian. Ada banyak pendapat para ahli tentang sintaksis.

1. Sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-
gabungkan kata menjadi kalimat.

2. Sintaksis merupakan analisis mengenai kontruksi-kontruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-


bentuk bebas.

3. Sintaksis merupakan bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat.
SATUAN SINTAKSIS
Satuan-satuan sintaksis (seperti frase, klausa) akan dinyatakan sebagai kalimat apabila terikat kepada alat-
alat sintaksis. Tanpa keterikatan pada alat-alat sintaksis, unsur-unsur sintaksis tidak dapat membentuk
kalimat yang gramatikal. Alat sintaksis terdiri atas :

1.Urutan. Letak suatu kata pada suatu kalimat dapat mempengaruhi makna pada kalimat tersebut.

Contoh 1: - Jam 5 dan 5 jam - Lagi mandi dan mandi lagi. Dari kedua contoh frase diatas telah
membuktikan bahwa perbedaan urutan kata dapat menimbulkan makna yang berbeda.

Contoh 2: Hari Minggu saya membeli celana di toko pakaian, Hari Minggu di toko pakaian saya membeli
celana. Contoh 2 membuktikan terkadang perubahan urutan kata TIDAK berpengaruh terhadap makna.
Urutan kata mempengaruhi apakah kalimat itu GRAMATIKAL atau TIDAK GRAMATIKAL. Tata bahasa atau
gramatika setiap bahasa mencakup kaidah-kaidah sintaktis yang mencerminkan pengetahuan penutur
bahasa atas fakta-fakta tersebut. Misalnya setiap kalimat merupakan rangkaian kata, tetapi tidak semua
rangkaian kata adalah kalimat. Rangkaian kata yang mematuhi kaidah sintaksis disebut apik/berterima (well-
formed) sedangkan yang TIDAK mematuhi kaidah sintaksis disebut tidak apik/tidak berterima (illformed).
2. Bentuk kata. Pembentukan kata umumnya menggunakan afiks (imbuhan). Penggunaan afiks yang
berbeda berimplikasi pada perbedaan makna kata. Perbedaan makna kata berimplikasi pada perbedaan
makna gramatikal suatu kalimat.

• Contoh 1: Rini mencubit Rina dengan kalimat Rini dicubit Rina.

Pada kalimat Rini mencubit Rina, Rini sebagai pelaku (agen) dan Rina sebagai penderita (pasien),
sedangkan pada kalimat Rini dicubit Rina, Rini sebagai penderita (pasien) dan Rina sebagai
pelaku (agen).

• Contoh 2: - Ana menjemput Amin

• - Amin menjemput Ana

• - Amin dijemput Ana

Hubungan gramatikal pada contoh kalimat 1 sama dengan kalimat 2, tetapi maknanya sama
dengan kalimat 3, walaupun terdapat perbedaan struktur antara kalimat 1 dan 3. Perbedaan
gramatikal makna itu terjadi bukan karena urutan kata tetapi disebabkan oleh perbedaan bentuk
verba yang digunakan.
3. Intonasi

Intonasi digunakan untuk menandai hubungan topik (topic) dengan komen (coment). Dalam
sintaksis, topik sering dipandang sebagai pokok pembicaraan (subjek) sedangkan komen sering
dinyatakan sebagai sebutan (predikat).

• Contoh: SPP mahasiswa baru dinaikkan.

Jika intonasi diberikan pada kata baru sehingga kalimat ini menjadi “SPP mahasiswa baru //
dinaikkan”

maka informasi yang disampaikan kalimat itu adalah hanya mahasiswa baru yang kena kenaikan
SPP sedangkan mahasiswa lama tidak. Akan tetapi apabila intonasi diberikan pada kata
mahasiswa sehingga kalimatnya menjadi

• SPP mahasiswa // baru dinaikkan

maka informasi yang disampaikan adalah semua mahasiswa (lama dan baru) kena kenaikan SPP.
4. Partikel

Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Memiliki makna gramatikal bukan leksikal

2. Jumlahnya terbatas

3. Biasanya tidak mengalami proses morfologis

4. Keanggotaannya biasanya tertutup

• Contoh: Kamu ingin membeli baju atau sepatu?

Pada kalimat ini subjek harus memilih salah satu di antara dua objek itu (baju atau sepatu). Berbeda
maknanya jika kalimat itu diubah menjadi

• Kamu ingin membeli baju dan sepatu?

Pada kalimat ini subjek dapat membeli baju dan sepatu bersamaan. Perbedaan makna ini disebabkan
perbedaan partikel yang digunakan.
KATA
Pengertian secara sederhana kata adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. Namun,
kamus besar bahasa indonesia mempunyai arti tersendiri mengenai kata. Pertama,
pengertian kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan fikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Yang
kedua yakni kata juga sebanding dengan pengertian ujar atau bicara.

Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: 


• Kata dasar, adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata
berimbuhan.
• Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal
(prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata.
• Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh
maupun Sebagian.
• sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda
membentuk suatu arti baru.
7 KATEGORI KELAS KATA DALAM
TATA BAHASA INDONESIA
1.Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan,
misalnya buku, kuda. Kata benda kongkret, yaitu nama dari benda-benda yang dapat ditangkap oleh
pancaindra, misalnya rumah, batu, binatang, tanah, api, pemukul, panah. Kata benda abstrak, yaitu nama-nama
benda yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra, misalnya keagungan, kehinaan, kebesaran, kekuatan,
kemanusiaan, pencucian, pencurian. Ciri-ciri kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau
diperluas dengan menambahkan yang+ kata sifat atau yang sangat+kata sifat dibelakang kata
tersebut.Misalnya: rumah yang besar, batu yang keras.

2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari. Verba
atau kata kerja merupakan kata-kata yang menyatakan suatu perbuatan atau tindakan, proses, gerak, keadaan
atau terjadinya sesuatu. Verba menduduki fungsi sebagai predikat dalam kalimat; Verba transitif (membunuh),
Verba kerja intransitif (meninggal), Pelengkap (berumah)

3. Adjektiva (kata sifat); kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sebuah benda atau
sesuatu. Misalnya: baru, tebal, tinggi, rendah, baik, buruk, malah, dan lainnya.
4. Adverbia (kata keterangan); adalah kata keterangan atau kata keterangan tambahan. Fungsinya
adalah menerangkan kata kerja atau sifat, dan jenis kata yang lainnya. Komponen makna utama yang
dimiliki dari kata-kata berkelas adverbia adalah: Negasi. Yaitu kata-kata tidak, bukan, tanpa, tiada. Kata
ini untuk menegasikan kelas verba dan adjektiva. Frekuensi. Yaitu kata sering, jarang, kadang, biasa,
sesekali, acap kali, dan selalu. Adverbia ini hanya digunakan untuk kelas verba Kuantitas atau jumlah.
Yaitu, banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagian, dan seberapa. Kata adverbia ini dapat
mendamingi nomina. Contohnya banyak rumah, sedikit uang, kurang air, semua orang, banyak bicara
dan sebagainya. Kualitas atau derajat. Yaitu, agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit, sekali.
Umumnya adverbia ini hanya digunakan untuk mendampingi kelasadjektiva. Contohnya agak baik,
cukup bagus, dan sebagainya. Waktu atau skala. Yakni adverbia sudah, belum, sedang, lagi, tengah,
atau mau. Contohnya sudah mandi, tengah malam,hendak pergi, dan sebagainya. Karena adverbia ini
mendampingi verba. Keselesaian. Yaitu adverbia sudah, belum, baru, sedang. Ini digunakan untuk
mendampingi kelas verba adjektiv. Contohnya belum makan, sudah mandi, dan sebegainya. Pembatas.
Yaitu adverbia hanya dan saja. Ini hanya digunakan untuk kelas verba, nomina. Contohnya hanya nasi,
nasi saja, hanya seribu, dan sebagainya. Keharusan. Yaitu boleh dan wajib. Mendampingi kelas verba,
contohnya boleh pergi, wajib pergi, mesti datang, dan sebagainya. Kepastian. Yaitu adverbia pasti,
tentu, mungkin, barang kali. Adverbia mendampingi kata kelas verba. Contoh pasti hadir, tentu datang,

barangkali terlambat .
5. Pronomina (kata ganti); pronomina adalah kata ganti. Kata ganti adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata
benda atau dibendakannya. Misalnya: ini, itu, ia, mereka, sesuatu, masing-masing, dan lainnya. Pronomina dibedakan
menjadi 4 macam yaitu: Kata ganti diri. Adalah pronomina yang menggantikan nomina nama orang atau yang diorangkan,
baik berupa nama diri atau buan nama diri. Kata ganti dibedakan menjadi; kata ganti orang pertama tunggal (saya dan
aku) orang pertama jamak (kami dan kita), kata ganti dari orang kedua tunggal (kamu dan engkau) orang kedua jamak
(kalian dan kamu sekalian), kata ganti orang ketiga tunggal (ia, dia, dan nya) . Kata ganti petunjuk atau pronomina
demokratif adalah kata ini dan itu yang digunakan untuk mengganti nomina sekaligus penunjukan. Kata ganti petunjuk
digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dekat dari pembicara, sedangkan kata ganti petunjuk itu digunakan unuk
menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara. Contohnya buku ini adalah buku saya. Kata ganti tanya atau pronomina
introgatife adalah kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu nomina atau (sesuatu yang dianggap
kontruksi nomina). Kata ganti tanya adalah 5W+1H.Pronomina tak tentu adalah kata yang digunakan untuk
menggantikan nomina tidak tentu. Yang termasuk kata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang, siapa saja,
setiap orang dan sewaktu-waktu.

6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu
deretan, misalnya satu, kedua; Angka kardinal (duabelas); Angka ordinal (keduabelas).

7. Kata tugas atau partikel adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi
lima subkelompok; Preposisi (kata depan) (contoh: dari), Konjungsi (kata sambung) Konjungsi berkoordinasi (dan),
Konjungsi subordinat (karena), Artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya  the),
Interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan, Partikel penegas.
FRASA Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan
tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata
tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun
keterangan, maka masih bisa disebut frasa. Contoh: gedung sekolah itu, yang akan pergi, sedang
membaca, sakitnya bukan main, besok lusa, di depan.

Jika contoh itu diletakkan dalam struktur kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.

1. Gedung sekolah itu(S) luas(P).

2. Dia(S) yang akan pergi(P) besok(Ket).

3. Bapak(S) sedang membaca(P) koran sore(O).

4. Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(P).

5. Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P).

6. Bu guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).

Jadi, walau terdiri atas dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi. Pendapat lain
mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat.
JENIS FRASA
Ramlan (1981) membagi frasa berdasarkan kesetaraan distribusi unsur unsurnya atas dua jenis, yakni frasa
endosentrik dan frasa eksosentrik.

1. Frase Endosentris, Frase endosentris yaitu frasa yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat. Dalam frasa
endosentris kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu dapat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat
menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa
yang memiliki unsur pusat. Contoh: Sejumlah mahasiswa(S) di teras(P). Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah
di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa
endosentris. Frase endosentris terbagi atas tiga jenis:

1. Frase Endosentris Koordinatif, Frase endosentris koordinatif, yakni frase yang unsur-unsurnya setara, dapat
dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya: rumah pekaranga, kakek nenek, suami isteri

2. Frase Endosentris Atributif, Frase endosentris atributif, yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga
tak dapat disisipkan kata penghubung dan, atau, misalnya: buku baru, sedang belajar, belum mengajar.

3. Frase Endosentris Apositif, Frase endosentris apositif, yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan
dalam kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata dan atau, Misalnya; Almin, anak Pak Darto sedang
membaca, anak Pak Darto sedang belajar, Ahmad, - sedang belajar

2. Frase Eksosentris Frase Eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua
unsurnya, misalnya: di pasar, ke sekolah dari kampung.
KLAUSA
Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek,
pelengkap, dan keterangan maupun tidak. Sedangkan Cook melalui Tarigan (2009:76)
memberikan batasan bahwa klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat.
Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung memandakan bahwa yang
terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada. Menurut
pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi
menjadi kalimat. klausa berkedudukan sebagai bagian dari suatu kalimat, dan oleh karena itu
klausa tidak dapat dipisahkan dari kalimat. Untuk keperluan berbahasa sehari-hari yang baik dan
benar, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis, dituntut kemampuan untuk membuat
konstruksi kalimat yang baik dan benar pula. Maka pengetahuan tentang jenis-jenis klausa dan
strukturnya menjadi sangat penting, karena sebuah kalimat merupakan satuan sintaksis yang
terdiri dari satu atau lebih klausa.Di dalam konstruksi klausa itu ada komponen, baik berupa kata
atau frase, yang berfungsi sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai subyek, obyek,
maupun keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa ini, hadirnya
fungsi subyek dapat dikatakan bersifat wajib, sedangkan fungsi lainnya bersifat tidak wajib, yaitu
seperti objek dan keterangan .
Macam-macam frasa berdasarkan jenis kriteria tertentu;

1. Berdasarkan distribusinya Klausa dibedakan menjadi dua, yaitu (1) klausa bebas dan (2) klausa terikat. Klausa bebas adalah
klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, tidak menjadi bagian yang terikat pada klausa yang lain. Klausa
bebas dalam kalimat majemuk subordinatif disebut klausa atasan, dan klausa terikat disebut klausa bawahan. Disebut klausa bebas
jika unsur-unsur fungsinya lengkap dan jika diberi intonasi final dapat menjadi kalimat. Sedangkan klausa terikat unsur-unsur
fungsinya tidak lengkap. Klausa Bebas adalah klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, tidak menjadi bagian
yang terikat pada klausa yang lain. Arifin mengatakan bahwa klausa terikat adalah klausa yang tidak berpotensi menjadi kalimat
lengkap, tetapi hanya berpotensi menjadi kalimat minor

2. Berdasarkan Struktur Internalnya Berdasarkan Struktur Internalnya, klausa dibedakan menjadi dua, yaitu klausa berstruktur runtut
dan klausa berstruktur inversi. Klausa berstruktur runtut adalah klausa yang unsur subjeknya berada di depan unsur predikat,
Contoh: (1) Ia pandai S      P.

Klausa runtut berkebalikan dengan klausa inversi. Dalam klausa inversi unsur predikat mendahului unsur subjek. Jadi, klausa
berstruktur inversi adalah klausa yang unsur subjeknya berada di belakang unsur predikat. Contoh :

(1) Pandai ia

P           S
3. Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada P. Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada predikat,
klausa dibedakan menjadi klausa positif. Klausa positif adalah klausa yang tidak mempunyai kata negasi/
pengingkaran pada fungsi predikat. Contoh: Lili seorang penari.

Klausa negatif adalah klausa yang predikatnya mempunyai unsur negasi. Unsur negasi adalah unsur-
unsur yang mengandung pengingkaran, seperti kata tidak, bukan, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan.
Contoh: Orang tuanya sudah tiada.

4. Berdasarkan Kategori Pengisi Fungsi Predikat. Berdasarkan kategori fungsi predikatnya, klausa
dibedakan menjadi dua, yaitu (1) klausa verbal, dan (2) klausa nonverbal. Klausa Verbal adalah klausa
yang predikatnya berkategori kata kerja. Klausa nonverbal adalah klausa yang predikatnya berkategori
selain kata kerja. Unsur pengisi fungsi P yang tidak berkategori verbal, antara lain nominal, adjektival,
numeral, dan preposisional. Contoh : mereka menyanyi bersama. (klausa verbal), Beni memancing di
sungai. (klausa verbal), orang tuanya pedagang. (klausa nonverbal), ia perawat di rumah sakit ini. (klausa
nonverbal: nominal), wajahnya ceria. (klausa nonverbal: adjectival), rumahnya sangat jauh.(klausa
nonverbal: adjectival), mahasiswa di kelasnya tiga puluh. (klausa nonverbal: numeral), angsa di kandang
itu lima belas. (klausa nonverbal: numeral), ia di kampus. (klausa nonverbal: preposisional), bapak dari
Surabaya. (klausa nonverbal: preposisional).
Berdasarkan struktur internalnya, klausa verbal dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu

1. klausa transitif. Klausa transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja
transitif, yaitu kata kerja yang mengkehendaki hadirnya objek. Contoh: Rudi
mengagumi Yuli. S              P            O

2. Klausa interansitif. Klausa interansitif adalah klausa yang predikat verbalnya


tidak memerlukan kehadiran objek. Contoh : Mereka berkumpul di aula. S             
P                Ket.  
Kalimat
Kalimat adalah kumpulan kata yang terdiri dari Subjek, predikat dan objek serta keterangan waktu, dapat diucapkan
secara lisan dan secara tulisan, juga rangkaian kata yang memiliki makna. Kalimat mengandung satu clausa atau
beberapa klausa. Kalimat terdiri dari kalimat tanya, kalimat permintaan, kalimat perintah, dan sebagainya. Kalimat juga
harus memiliki intonasi yang jelas agar maknanya dapat diserap dengan baik. Jika kalimat tersebut adalah ucapan
kalimat tanya maka intonasi tidak boleh datar melainkan dengan intonasi tanya, dan apabila diterapkan pada kalimat
secara tulisan, kalimat tersebut harus diberi tanda tanya. Kalimat terdiri dari subjek dan predikat, lalu didukung oleh objek
dan keterangan waktu. Subjek didalam kalimat adalah bagian yang dibicarakan didalam kalimat tersebut. Subjek dapat
berupa nama orang, hewan, tumbuhan, benda, dan sebagainya. Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa
yang dibicarakan mengenai subjek. Predikat bisa juga berupa kata kerja (mencuci, mengupas, melaksanakan,
membicarakan, mengapresiasi dan sebagainya). Objek adalah bagian kalimat yang membicarakan benda, orang, hewan,
tumbuhan, atau hal-hal lain yang menjadi sasaran kalimat. Keterangan adalah keterangan yang menjelaskan waktu,
tempat, dan sebagainya didalam kalimat. Misalnya: Doni mencuci motornya hari ini. Dalam kalimat diatas, subjek kalimat
tersebut adalah Doni, kata mencuci sebagai predikat, dan kata motor sebagai objek, serta hari ini merupakan keterangan
waktu.

Gunung Merapi Meletus pada minggu lalu. Pada kalimat ini, Gunung Merapi merupakan subjek yang dibicarakan didalam
kalimat itu, Meletus sebagai predikat, terdapat kata “Pada” sebagai kata hubung atau konjungsi, dan minggu lalu
merupakan keterangan waktu. Kalimat dapat tergantung pada Bahasa yang digunakan, misalnya di daerah jawa akan
menggunakan kalimat-kalimat yang berbahasa jawa, di Sumatra akan menggunakan kalimat yang berbahasa Sumatra,
dan sebagainya.
Kalimat juga terdapat kalimat baku dan tidak baku. Kalimat baku akan menggunakan
kata-kata atau fonem yang teratur sesuai dengan pedoman umum ejaan Bahasa
Indonesia atau PUEBI. Sedangkan kalimat tidak baku adalah kalimat yang sering
diucapkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (berbincang dengan keluarga
dirumah, berbicara dengan teman atau sahabat, dan lain-lain).

Ali syahbana (1983) mengatakan kalimat ialah satuan kumpulan kata yang terkecil
yang mengandung pikiran lengkap.Sedangkan menurut Lado (dalam Parera, 1983),
Kalimat didefinisikan sebagai the smallest unit of full expression is the sentence, t the
word. We talk with in sentences (unit terkecil yang bermakna lengkap adalah kalimat.
Kita berbicara dalam kalimat). Definisi kalimat yang dikemukakan Lado tidak terbatas
pada struktur bentuk tetapi juga mencakup makna. Dari struktur bentuk, Lado
mengatakan kalimat sebagai unit terkecil dengan pengertian lengkap. Unit terkecil itu
bisa berujud satu kata (seperti kalimat ellips) dan dapat pula berujud kumpulan kata
yang sistemik untuk mengungkapkan satu pengertian.
TERIMA KASIH
☺☺

Anda mungkin juga menyukai