Anda di halaman 1dari 4

SEBUAH JAKET BERLUMUR DARAH

(KARYA : TAUPIK ISMAIL)

Sebuah jaket berlumur darah


Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka ang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita


Dibawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang


Seraya mengucapkan "selamat tinggal perjuangan"
Berikan setia pada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran pelayan

Spanduk kumal itu, ya spanduk kumal itu


Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan – bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana –mana


Melalui kendaraan yang melintas
Abang – abang beca, kuli – kuli pelabuhan
Teriakan – teriakan di atas bis kota
Pawai – pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semua berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN
PUISI DIPENOGORO
(KARYA : CHAIRIL ANWAR)
Dimasa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Didepan sekali tuan menanti
Tak gentar lawan banyak seratus kali
Pedang dikana, keris dikiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

Maju

Ini barisan tak bergenderang – berpalu


Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti
Sudah itu mati

Maju
Bagimu Negri
Menyediakan api

Pernah di atas menghamba


Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
GUGUR
( KARYA : W.S RENDRA)
IA MERANGKAK
Di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
Pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
Di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
Luka –luka dibdannya

Bagai harimu tua


Susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
Menatap musuh pergi dari kotanya

Sudah pertempuran yang gemilang itu


Lima pemuda mengangkatnya
Diantaranya anakna
Menuju kota kesangannya
Ia merangkak
Di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak
Mautpun menghadangnya
Ketiika anaknya memegang tangannya
Ia berkata " yang beasal dari tanah kembali rebah ke tanah"
Dan akupun berasal dari tanah
Tanah ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Karena kita punya bumi kecintaan
Bumi yang menyusui kita
Dengan mata airnya
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah
Bumi kita adalah kehormatan
Bumi kita adalah juwa dari jiwa
Ia adalah bumi nenek moyang
Ia adalah bumi waris yang akan datang
Haripun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Karena api menyala di kota Ambarawa
Orang tua itu berkata : "lihatlah , hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah
Kita akan berpelukan buat selama – lamanya!
Nanti sekali waktu
Seorang cucuku
Akan menancapkan bajak
Dibumi tempatku berkubur
Kemudian akan ditanam benih
Dan tumbuh dengan subur
Maka iapun berkata : " Alangkah gemburnya tanah disini !"

Haripun lengkap malam


Ketika menutup matanya

Anda mungkin juga menyukai