Anda di halaman 1dari 51

KARYA TULIS :

“BENTENG SOMBA OPU SEBAGAI CAGAR BUDAYA


PENINGGALAN KERAJAAN GOWA”

OLEH :

KELOMPOK I
KELAS XI IPS 1

SMA NEGERI 4 BONE


TAHUN PELAJARAN 2016/2017
TUGAS BAHASA INDONESIA

Karya Tulis :
“BENTENG SOMBA OPU SEBAGAI CAGAR BUDAYA
PENINGGALAN KERAJAAN GOWA”

Karya Tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
Tugas Bidang Studi Bahasa Indonesia

OLEH :
KELOMPOK I
KELAS XI IPS 1

1. ANDI SUCI WAHYUNI 9. RESKI GUNAWAN


2. FIRDAYANTI 10. ARIS
3. ROHANI 11. RISWAN
4. NURMILA 12. KAHAR
5. SYAHRIANI 13. ASMAR
6. SEHARMINA 14. ALDI
7. SUSI SUSANNA 15. ENALDI
8. AZATUL AZIZAH 16. RAHMAT

SMA NEGERI 4 BONE


TAHUN PELAJARAN 2016/2017

i
LEMBAR PENGAJUAN

Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini :

KELOMPOK : I

KELAS : XI IPS 1

Mengajukan Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu tugas mata pelajaran Bahasa

Indonesia di SMA Negeri 4 Bone dengan judul :

“BENTENG SOMBA OPU SEBAGAI CAGAR BUDAYA


PENINGGALAN KERAJAAN GOWA”

Demikianlah pengajuan Karya Tulis Ilmiah ini saya buat, atas perhatian dan

kebijaksanaan Bapak, saya menghaturkan terima kasih.

Pompanua, 14 Juni 2017

Yang Mengajukan

(KELOMPOK I)

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul : “Benteng Somba Opu Sebagai Cagar

Budaya Peninggalan Kerajaan Gowa”

Kelompok : I

Kelas : XI IPS 1

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Dengan ini menyetujui Judul yang telah diajukan di atas.

Pompanua, 14 Juni 2017

Disetujui oleh :

Guru Bidang Studi Pembina

Hj. SITTI RAMLAH, S.Pd Hj. SITTI RAMLAH, S.Pd

Mengetahui:
Kepala Sekolah SMA Neg. 1 Ajangale

AHMAD. AR, S.Pd

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul : “Benteng Somba Opu Sebagai Cagar

Budaya Peninggalan Kerajaan Gowa”

Kelompok : I

Kelas : XI IPS 1

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Dengan ini menyatakan bahwa judul yang diajukan telah diterima dan disahkan untuk

di susun menjadi Karya Tulis Ilmiah.

Pompanua, 14 Juni 2017

Disetujui oleh :

Guru Bidang Studi Pembina

Hj. SITTI RAMLAH, S.Pd Hj. SITTI RAMLAH, S.Pd

Mengetahui:
Kepala Sekolah SMA Neg. 1 Ajangale

AHMAD. AR, S.Pd

iv
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

A. MOTTO
 Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan
yang lain, dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap.
 Roda kehidupan kadang di atas dan kadang di bawah,ketika kau di atas
senantiasalah bersyukur, ketika kau di bawah, nikmati dan jalani dengan sabar
dan penuh keikhlasan.

B. HALAMAN PERSEMBAHAN
 “BERANI BERBUAT BERANI BERTANGGUNG JAWAB”
 “GENERASI MUDA ADALAH TONGGAK MASA DEPAN BANGSA YANG
AKAN MEMBAWA PEMBAHARUAN DEMI KEMAJUANG BANGSA DAN
NEGARA SEBAGAI SATU KESATUAN YANG BERDAULAT”
 “GENERASI MUDA ADALAH TULANG PUNGGUNG BANGSA, YANG
DIHARAPKAN DI MASA DEPAN MAMPU MENERUSKAN TONGKAT
ESTAFET KEPEMIMPINAN BANGSA INI AGAR LEBIH BAIK.”

v
ABSTRAK

Kelompok I Kelas XI IPS 1, Juni 2017. Cagar Budaya Benteng Somba


Opu. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Kelas XI. Program Ilmu Pengetahuan Sosial.
SMA NEGERI 4 BONE Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone.
Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui sejarah Benteng Somba
Opu, baik dari segi latar belakang pendiriannya atau sebab pembangunan Benteng,
maupun fungsi dan peranan keletakan Benteng Somba Opu dalam sistem pertahanan
kerajaan Gowa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif
dengan metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan.
Dari hasil penulisan dapat diketahui bahwa Benteng Somba Opu didirikan
oleh Raja Gowa IX yaitu Karaeng Tumapakrisik Kallonna dan disempurnakan oleh
Raja Gowa X yaitu Manrigau Daeng Bonto Lakiung hingga pada masa pemerintahan
Raja Gowa XVI ‘I Mallombasi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin’. Benteng
Somba Opu dihancurkan oleh pihak Belanda, sebagai akibat dari kekalahan pihak
kerajaan Gowa dalam peperangan melawan Belanda. Benteng Somba Opu dijadikan
sebagai titik sentral dalam sistem pertahanan kerajaan Gowa pada masa itu.
Keletakan Benteng Somba Opu juga sangat tepat sebagai wilayah pusat segala
aktifitas karena letaknya memudahkan jalur koordinasi antar wilayah-wilayah lain.

Kata Kunci : Sejarah, Peranan, Benteng Somba Opu.

vi
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Karya Ilmiah yang berjudul: Sejarah Benteng Somba Opu ini.Karya
ilmiah ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh
atau melengkapinilai semester genap kelas XII untuk mata pelajaran Sejarah.
Kiranya hasil penulisan ini diharapkan dapat memberi sumbangsih dalam
upaya menambah pengetahuan pembaca serta memberi masukan-masukan positif dan
bermakna mengenai situs-situs sejarah yang terdapat di tanah air, khususnya Benteng
Somba Opu di daerah Sulawesi Selatan.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan berkat dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada segenap pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
memberikan kontribusi dalam upaya penyelesaian Karya Ilmiah ini.
Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa karya tulis ini masih
amat jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya kata pepatah “tak ada gading yang tak
retak”, maka tak ada pula manusia yang tak pernah melakukan kesalahan. Karena
sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah swt. oleh karena itu, pemberian
kritik serta saran-saran yang membangun sangat penulis harapkan guna pembaharuan
dan perbaikan lebih lanjut, terutama untuk penulisan saya selanjutnya.

Pompanua, 09 Juni 2017

Penyusun

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

LEMBAR PENGAJUAN...................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4

C. Tujuan ........................................................................................... 4

D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori .............................................................................. 5

B. Kerangka Pikir ............................................................................... 8

C. Sistematika Penulisan .................................................................... 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 10

B. Subjek Penelitian .......................................................................... 10

C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 10

viii
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 10

BAB IV PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Benteng Somba Opu ........................................... 11

B. Analisis Mengenai Benteng Somba Opu ...................................... 17

C. Fungsi dan Peranan Benteng Somba Opu dalam Sistem

Pertahanan Kerajaan Gowa ............................................................ 26

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 37

B. Saran .............................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. ............................................................................................................. 11

Gambar 2. ............................................................................................................. 11

Gambar 3. ............................................................................................................. 12

Gambar 4. ............................................................................................................. 12

Gambar 5. ............................................................................................................. 14

Gambar 6. ............................................................................................................. 15

Gambar 7. ............................................................................................................. 16

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak dahulu sampai sekarang kehidupan makhluk hidup di permukaan

bumi membutuhkan sarana dan prasarana bagi kelangsungan hidupnya. Salah satu

dari sekian kebutuhannya adalah tempat perlindungan. Seperti halnya hewan yang

membuat sarang, lubang-lubang, dinding pengaman sesuai kemampuannya,

manusia sebagai makhluk berakal memenuhi kebututuhannya dalam menciptakan

tempat berlindung tentu lebih baik dibanding dengan hewan, untuk pertama kali

mereka menggunakan gua sebagai tempat berlindung. Dengan kemampuan akal

yang dimiliki manusia dapat membuat rumah baik secara individu maupun

berkelompok bahkan membuat pagar tembok dan benteng.

Konsep dasar perbentengan sebagai tempat perlindungan dan pertahanan

diri atau kelompok sudah ada sejak zaman prasejarah, mengingat bahwa pada

masa prasejarah keinginan untuk mempertahankan diri sudah menjadi bagian dari

kehidupan mereka. Bukti tersebut dapat kita lihat dengan banyaknya ditemukan

struktur batu pada beberapa situs maegalitikum di Indonesia yang dianggap

sebagai perbentengan kecil.

Seperti halnya benteng yang akan dijadikan pokok bahasan kali ini, yaitu

benteng Somba Opu. Sejak masa pemerintahan Tomanurung sampai dengan raja

Gowa VIII Tunijallo Ri Pasukki belum tampak adanya kemajuan dalam kerajaan

Gowa. Sejarah dari raja-raja itu kurang sekali yang dapat diketahui aktivitasnya,

1
baik dalam bidang sosial, politik dan ekonomi kerajaan, kemajuan baru terlihat

pada masa pemerintahan raja Gowa IX “Karaeng Tumaparisik Kallonna”.

Pada masa pemerintahan Karaeng Tumapakrisik Kallonna, daerah

kekuasaan kerajaan mulai diperluas dan telah tampak adanya kemajuan di segala

bidang. Beliaulah yang membuat undang-undang dan peraturan-peraturan perang,

beliau pula mengangkat pejabat-pejabat atau penguasa dalam daerahnya,

mengadakan pungutan-pungutan pajak, dan sebagainya guna keperluan

perbelanjaan kerajaan.

Pada masa pemerintahan Raja Gowa IX banyak terjadi perang dalam

usaha memperluas daerah kekuasaan kerajaan, dalam situasi demikianlah kerajaan

Gowa mulai mengenal Benteng pertahanan. Perkembangan Makassar sebagai

bandar niaga dan pangkalan pertahanan diawali ketika raja Gowa IX Daeng

Matunru Karaeng Tumapakrisik Kallonna (1510-1546) memerintahkan

pemindahan ibukota kerajaan dari daerah Tamalate ke daerah Somba Opu dan

menetapkan Somba Opu sebagai ibukota dan pusat kegiatan administrasi

pemerintahan dan perekonomian kerajaan Gowa.

Sejalan dengan berkembangnya pelayaran dan perdagangan di Asia

Tenggara akhirnya muncullah kekuatan baru di Asia Tenggara yaitu kerajaa

Gowa dengan ibukotanya Somba Opu yang berkembang menjadi kota bandar

yang besar. Hal ini didukung dengan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun

1511 dan kemunduran bandar-bandar niaga di daerah Jawa sehingga para

pedagang mengalihkan jalur mereka ke Somba Opu.

2
Usaha untuk menjamin keamanan kerajaan dibangunlah benteng-benteng

pertahanan. Dalam beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa raja Gowa IX

Karaeng Tumaparisik Kallonna yang mengawali pembangunan Benteng Kale

Gowa dan Benteng Somba Opu dari gundukan tanah liat. Hal inilah yang

mendukung mengapa kerajaan Gowa memiliki benteng pertahanan yang cukup

banyak.

Benteng Somba Opu pada zaman kerajaan silam sangat besar

pengaruhnya dalam menjadikan Gowa sebagai kerajaan Maritim terbesar di

kawasan timur Indonesia. Benteng tersebut tinggal puing-puing dan menjadi saksi

keperkasaan dan kebesaran Gowa dimasa silam. Kini, kawasan Benteng Somba

Opu dijadikan objek wisata sejarah. Disekitar kawasan itu telah dibangun rumah

adat dari tiap kabupaten di seluruh Sulawesi Selatan dan dilengkapi berbagai

fasilitas sehingga sangat menarik bagi wisatawan untuk berkunjung di lokasi itu.

3
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Keadaan Umum Benteng Somba Opu?

2. Apa Hasil Analisis Mengenai Benteng Somba Opu

3. Apa fungsi dan peranan keletakan Benteng Somba Opu dalam sistem

pertahanan kerajaan Gowa?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Keadaan Umum Benteng Somba Opu.

2. Untuk mengetahui Analisis Mengenai Benteng Somba Opu.

3. Untuk mengetahui fungsi dan peranan Benteng Somba Opu dalam sistem

pertahanan kerajaan Gowa.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Dapat mengetahui keadaan umum Benteng Somba Opu.

2. Dapat mengetahui analisis mengenai Benteng Somba Opu.

3. Dapat mengetahui fungsi dan peranan Benteng Somba Opu dalam sistem

pertahanan kerajaan Gowa.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli dan peneliti

lain menunjukkan bahwa Benteng Somba Opu merupakan benteng yang pertama

kali dibuat oleh Raja Gowa ke IX Karaeng Tumapakrisik Kallonna dengan tujuan

untuk dijadikan sebagai alat perlindungan bagi istana kerajaan Gowa yang

ditinggali oleh raja dan keluarganya beserta para bangsawan. Oleh sebab itu

Benteng Somba Opu didirikan sebagai pelindung agar kerajaan Gowa tetap bisa

melakukan hubungan dengan dunia luar tanpa membahayakan istana kerajaannya.

1. Pengertian Sejarah

 Menurut Robert V. Daniels, Sejarah ialah kenangan dari tumpuan masa

silam. Sejarah yang dimaksud dalam definisi adalah sejarah manusia.

Manusia merupakan pelaku sejarah. Kemampuan yang dimiliki oleh

manusia adalah kemampuan untuk menangkap kejadian-kejadian yang ada

di sekelilingnya. Hasil tangkapan tersebut akan menjadi ingatan atau

memori dalam dirinya. Memori ini akan menjadi sumber sejarah.

 Moh. Hatta berpendapat bahwa, Sejarah dalam wujudnya memberikan

pengertian tentang masalampau. Sejarah bukan sekadar melahirkan

ceritera dari kejadian masa lalu sebagai masalah. Sejarah tidak sekadar

kejadian masa lampau, tetapi pemahaman masa lampau yang di dalamnya

5
mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi problematika pelajaran

bagi manusia berikutnya.

2. Pengertian Benteng

 Muhammad Ali (1963) berpendapat bahwa benteng merupakan kubu

pertahanan.

 Nurhadi (1989) berpendapat: benteng sebagai bangunan tembok keliling

yang berfungsi sebagai pagar atau pengaman satuan ruang atau rumah.

 W.J.S Poerwadarminta (1986), menguraikan benteng dalam Dua jenis

yaitu, benteng menurut wujud fisiknya adalah bangunan atau dinding yang

berbentuk tembok dari batu, tanah, dan sebagainya untuk melindungi kota

dari serangan musuh, sedangkan pengertian benteng menurut arti kiasan

yaitu apa saja yang bisa dipergunakan untuk mempertahankan diri dari

berbagai bahaya yang mengancam, lebih jauh benteng adalah bangunan

yang digunakan oleh militer (Poerwadaminta 1986, dalam Mujib, 1995;

227).

3. Somba Opu

Somba Opu merupakan daerah yang terdapat di Kabupaten Gowa. Pada

zaman kerajaan Gowa, Somba Opu dijadikan sebagai ibukota kerajaan Gowa

dan merupakan tempat berdirinya Benteng Somba Opu.

Benteng Somba Opu dibangun oleh Sultan Gowa ke-IX yang bernama Daeng

Matanre Karaeng Tumapa‘risi‘ Kallonna pada tahun 1525. Pada pertengahan

abad ke-16, benteng ini menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan rempah-

rempah yang ramai dikunjungi pedagang asing dari Asia dan Eropa.

6
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Sejarah benteng Somba Opu yaitu suatu

ceritera masa lalu mengenai pendirian alat pertahanan berupa tembok pada

kerajaan Gowa yang terletak di daerah Somba Opu.

B. KERANGKA PIKIR

Benteng
Somba Opu
Dibangun oleh Dihancurkaun oleh

Karaeng
Tumapakrisik Belanda
Kallonna

Fungsi: Sebagai alat Tujuan: Agar dapat


pertahanan terhadap menguasai monopoli
serangan dari luar yang perdagangan dii
mengarah pada kerajaan Sulawesi
Gowa.

Dalam menjalankan fungsinya,


Benteng Somba Opu didampingi
oleh: Benteng Ujung Pandang,
Panakkukang, Barombong, Mariso,
Bontorannu, Garassi, dan Bayoa.

7
C. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam karya tulis ini adalah:

BAB I Pendahuluan, berisi:

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat Penulisan

BAB II Kajian Pustaka, berisi:

A. Landasan Teori

B. Kerangka Pikir

C. Sistematika Penulisan

BAB III Metodologi Penelitian, berisi:

A. Jenis Penelitian

B. Subyek Penelitian

C. Populasi dan Sampel

D. Metode Pengumpulan Data

BAB IV Pembahasan, berisi:

A. Latar Belakang Didirikannya Benteng Somba Opu serta Penyebab

Keruntuhannya

B. Fungsi Dan Peranan Benteng Somba Opu dalam Sistem Pertahanan

Kerajaan Gowa

BAB V: Penutup, berisi:

A. Kesimpulan

B. Saran

8
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang berupa observasi yang

bertujuan memperoleh gambaran nyata tentang Peranan Benteng Somba Opu

dalam sejarah Perlawanan Kerajaan Gowa terhadap Penjajah Belanda.

B. SUBYEK PENELITIAN

Penilitian ini mengambil tempat di Benteng Somba Opu. Oleh karena itu,

subyek dalam penelitian ini adalah benda-benda peninggalan yang ada di Benteng

Somba Opu.

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini pengunjung dan pemandu yang ada di

Benteng Somba Opu.

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang saya lakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Metode observasi, yaitu dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara

langsung terhadap benda-benda bersejarah yang ada di Benteng Somba Opu.

9
2. Metode wawancara, yaitu dilakukan dengan cara mengadakan wawancara

secara langsung kepada para responden dan informan yang telah dilakukan

3. Metode studi pustaka, yaitu berupa kajian literature yang sesuai dengan

penelitian, baik berupa buku maupun dari sumber internet.

10
BAB III

PEMBAHASAN

A. KEADAAN UMUM BENTENG SOMBA OPU

1. Letak Geografis dan Peta Benteng Somba Opu

Lokasi revitalisasi yakni pada Benteng Somba Opu. Benteng Somba

Opu terletak di kampung Sapiria Kelurahan Sarombe Kecamatan Bontoala

Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Letak astronomisnya adalah 5 o 11’ 22”

LS, 119o 24’ 4” BT dengan ketinggian 0 – 10 meter.

Gambar 1. Benteng Samba Opu

Gambar 2. Dinding benteng sebelah barat

11
Gambar 3. Museum dan meriam di benteng Samba Opu

Benteng Somba Opu dapat diakses dari pusat Kota Makassar

(Lapangan Karebosi) dengan angkutan kota (petepete) atau taksi. Jika

menggunakan angkutan kota, dari Lapangan Karebosi menumpang angkutan

kota jurusan Cenderawasih. Dari Cenderawasih berganti angkutan menuju

Benteng Somba Opu.

Denah Benteng Somba Opu :

Gambar 4. Notasi Gambar Benteng Somba Opu

12
2. Informasi Umum

Benteng Somba Opu dibangun oleh Sultan Gowa ke-IX yang

bernama Daeng Matanre Karaeng Tumapa‘risi‘ Kallonna pada tahun 1525.

Pada pertengahan abad ke-16, benteng ini menjadi pusat perdagangan dan

pelabuhan rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang asing dari Asia

dan Eropa. Pada tanggal 24 Juni 1669, benteng ini dikuasai oleh VOC dan

kemudian dihancurkan hingga terendam oleh ombak pasang. Pada tahun

1980-an, benteng ini ditemukan kembali oleh sejumlah ilmuan. Pada tahun

1990, bangunan benteng yang sudah rusak direkonstruksi sehingga tampak

lebih indah. Kini, Benteng Somba Opu menjadi sebuah obyek wisata yang

sangat menarik, yaitu sebagai sebuah museum bersejarah.

Benteng Somba Opu dibangun dari tanah liat dan putih telur sebagai

pengganti semen. Secara arsitekturial, benteng ini berbentuk persegi empat,

dengan panjang sekitar 2 kilometer, tinggi 7 hingga 8 meter, dan luasnya

sekitar 1.500 hektar. Seluruh bangunan benteng dipagari dengan

dinding yang cukup tebal. Di dalam benteng, terdapat beberapa bangunan

rumah adat Sulawesi Selatan (yang mewakili suku Bugis, Makassar, Mandar,

dan Kajang), sebuah meriam bernama “Baluwara Agung” sepanjang 9 meter

dengan berat 9.500 kg, dan sebuah museum yang berisi benda-benda

bersejarah peninggalan Kesultanan Gowa. Dengan mengunjungi benteng ini

para pengunjung dapat memperoleh sejumlah informasi mengenai sejarah dan

kebudayaan dari berbagai suku-bangsa yang ada di Sulawesi Selatan.

13
Gambar 5. Pintu Gapura Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu , kedudukannya sama dengan Benteng Ujung

Pandang. Keduanya merupakan peninggalan sejarah Sulawesi Selatan di masa

lalu. Sekarang Benteng Somba Opu masih dalam proses pemugaran kembali

dengan dilengkapi museum. Miniatur Sulawesi terletak di sekitar lokasi

benteng Somba Opu. Di tempat ini dibangun berbagai rumah adat tradisional

dari semua suku bangsa di Sulawesi Selatan (yang mewakili suku Bugis,

Makassar, Mandar, dan Kajang). Setiap rumah adat tersebut dibentuk secara

artistik dan unik yang menggambarkan kekhususan filosofi budaya dari tiap-

tiap suku bangsa di Sulawesi Selatan serta dapat ditemukan sebuah meriam

bernama “Baluwara Agung” sepanjang 9 meter dengan berat 9.500 kg, dan

sebuah museum yang berisi benda-benda bersejarah peninggalan Kesultanan

Gowa.

14
Gambar 6. Baruga Somba Opu

Di tempat ini pula dipusatkan kegiatan pekan sulawesi selatan yang

pelaksanaannya pada bulan oktober setiap tahun.

Ilmuan Inggris, William Wallace, menyatakan, Benteng Somba Opu

adalah benteng terkuat yang pernah dibangun orang nusantara. Benteng ini

adalah saksi sejarah kegigihan Sultan Hasanuddin serta rakyatnya

mempertahankan kedaulatan negerinya.

Pernyataan Wallace bisa jadi benar. Begitu memasuki kawasan

Benteng Somba Opu, akan segera terlihat tembok benteng yang kokoh.

Menggambarkan sistem pertahanan yang sempurna pada zamannya. Meski

terbuat dari batu bata merah, dilihat dari ketebalan dinding, dapatlah

terbayangkan betapa benteng ini amat sulit ditembus dan diruntuhkan.

Ada tiga bastion yang masih terlihat sisa-sisanya, yaitu bastion di

sebelah barat daya, bastion tengah, dan bastion barat laut. Yang terakhir ini

15
disebut Buluwara Agung. Di bastion inilah pernah ditempatkan sebuah

meriam paling dahsyat yang dimiliki orang Indonesia. Namanya Meriam

Anak Makassar. Bobotnya mencapai 9.500 kg, dengan panjang 6 meter, dan

diameter 4,14 cm.

Gambar 7. Bagian Belakang Benteng Somba Opu

Sebenarnya, Benteng Somba Opu sekarang ini lebih tepat dikatakan

sebagai reruntuhan dengan sisa-sisa beberapa dinding yang masih tegak

berdiri. Bentuk benteng ini pun belum diketahui secara persis meski upaya

ekskavasi terus dilakukan. Tetapi menurut peta yang tersimpan di Museum

Makassar, bentuk benteng ini adalah segi empat.

Di beberapa bagian terdapat patok-patok beton yang memberi tanda

bahwa di bawahnya terdapat dinding yang belum tergali. Memang, setelah

berhasil mengalahkan pasukan Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan

Hasanuddin, Belanda menghancurkan benteng ini. Selama ratusan tahun, sisa-

sisa benteng terbenam di dalam tanah akibat naiknya sedimentasi dari laut.

16
Secara arsitektural, begitu menurut peta dokumen di Museum

Makassar, benteng ini berbentuk segi empat dengan luas total 1.500 hektar.

Memanjang 2 kilometer dari barat ke timur. Ketinggian dinding benteng yang

terlihat saat ini adalah 2 meter. Tetapi dulu, tinggi dinding sebenarnya adalah

antara 7-8 meter dengan ketebalan 12 kaki atau 3,6 meter.

Benteng Somba Opu sekarang ini berada di dalam kompleks

Miniatur Budaya Sulawesi Selatan. Wisatawan dapat menikmati bentuk-

bentuk rumah tradisional Sulawesi Selatan seperti rumah tradisional

Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar tak jauh dari benteng. Di dalam

kompleks ini pula setiap tahun digelar Pameran Pembangunan Sulawesi

Selatan.

B. ANALISIS MENGENAI BENTENG SOMBA OPU

1. Kondisi Existing

a. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan segala hal yang terkait dengan

keseluruhan sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan

wisatawan dari tempat tujuan, ke tempat tujuan, dan selama berada

didaerah tujuan. Layanan vehicles, terminals & ways dari ketiga moda

darat, laut dan udara, bukan hanya dari sisi kuantitas saja namun juga

menyangkut sisi kualitas, ketepatan waktu, kenyamanan dan keselamatan.

Objek wisata Benteng Somba Opu berjarak 25 km dari Kota

Makassar. Dari arah Jl. Cendrawasih (sebagai pusat Kota Makassar),

17
perjalanan dapat ditempuh selama 15 menit dengan menggunakan

kendaraan pribadi maupun kendaraan umum berupa taksi, ojek, dan pete-

pete (mobil mikrolet).

Ongkos naik taksi sekitar Rp.25.000,-, sedangkan pete-pete dan

ojek sekitar Rp. 7.000,-.untuk mencapai objek ini dapat dilalui dengan

dua jalur yaitu, Pertama melalui jalan Abd.Kadir dengan kondisi jalan

cukup baik,teraspal,dan jalannya yang labar dapat dilalui oleh kendaraan

apapun,serta dilalui oleh angkutan umum, sehingga para pengunjung lebih

nyaman dan Kedua,yaitu melalui Jln.Gontang untuk memudahkan

perjalanan dari arah tanjung bunga, akan tetapi jalan tersebut kurang

nyaman, karena jalannya yang sempit, aspalnya rusak, tidak dilalui oleh

kendaraan umum seperti angkot atau dikenal dengan daerah setempat

pete-pete.

Dijalan ini memang lumayan asri dengan pepohonan di sekitar

jalan, namun kondisi dari jalan itu sendiri yang sangat berdebu tentu

mengurangi keindahan pepohanan dan tanaman masyarakat sekitar yang

bedomosili di jalan tersebut. Karena debu-debu yang banyak mengotori

pepohonan dan dedaunan yang berada disekitar jalan tersebut, sehingga

keindahan dari tanaman itu sendiri berkurang.

b. Amenitas

Amenitas merupakan semua infrastruktur yang tak terkait

langsung dengan pariwisata tetapi menjadi kebutuhan yang melekat,

seperti tempat penukaran uang, telekomunikasi, rental kendaraan, penjual

18
buku panduan, cinderamata dan tempat hiburan umum, seperti kafe, teater

atau pub.

Adapun fasilitas-fasilitas terdapat di Benteng Somba Opu diantaranya:

 Listrik

Listrik memang ada di Benteng Somba Opu namun, kurang memadai.

Karena di Benteng Somba Opu sendiri terdapat tiang listrik yang

sudah mulai rusak dan hampir roboh, dan kapan saja bisa

membahayakan orang yang melewati jalan sekitar tiang listrik

tersebut. Selain itu, beberapa bohlam lampu di beberapa rumah adat

yang terdapat di Benteng Somba Opu ada yang rusak dan pecah. Dan

sampai sekarang belum ada tindak lanjut dari pengelola untuk

memperbaiki atau memperbaharuinya.

 Air

Di Benteng Somba Opu memang tersedia air, namun di beberapa toliet

yang ada di Benteng Somba Opu tidak tersedia air yang mencukupi

standar pariwisata.

 Baruga (tempat menginap)

Baruga yang tersedia di Benteng Somba Opu ini bisa di tempati ole

pengunjung untuk melakukan pertemuan atau tempat menginap

ataupun melakukan even-even tertentu lainnya. Selain baruga, rumah-

rumah adat yang terdapat di Benteng Somba Opu biasanya di jadikan

tempat untuk menginap pada even-even tertentu. Seperti perkemahan

pramuka, dll.

19
 Pusat Informasi

Pusat informasi yang ada di Benteng Somba Opu berada di museum

Karaeng Pattungalloang. Di pusat informasi tersebut, kita bisa

mendapatkan informasi lebih tentang Benteng Somba Opu.

 MCK/Rest Room umum.

Fasilitas MCK/Rest Room umum ada di objek wisata ini,Tetapi karena

kurangnya perawatan dan pemeliharaan sehingga MCK tersebut

kurang layak pakai atau tidak sesuai dengan standarisasi.Inilah

kekurangan yang terdapat pada objek wisata ini,Seharusnya

pemerintah memberikan biaya perawatan dan pemeliharaan agar MCK

tersebut layak untuk digunakan, MCK tersebut tidak terawatt

diakibatkan karena warga atau masyarakat sekitar yang tinggal

dikawasan Benteng Somba Opu yang menggunakannya dan tidak

merawatnya sehingga tidak layak untuk digunakan oleh pengunjung

yang datang.

 Tempat Ibadah (Mesjid Ussisa Alattaqwa)

Di Benteng Somba Opu terdapat mesjid tua, yang oilet dari mesjid

tersebut belum memenuhi standar pariwisata.

 Tempat Sampah

Tempat sampah memang tersedia di Benteng Somba Opu, namun

setelah melakukan analisa ke sana ternyata masih banyak masyarakat

yang datang tidak menyadari akan pentingnya membuang sampah di

tempat yang sudah disediakan. Karena, di sekiatr lingkungan Bneteng

20
Somba Opu, masih banyak sampah yang berserakan dimana-mana,

sehingga mengurangi nilai keindahan dari Benteng Somba Opu itu

sendiri. Selain sampa yang berserakan, banyak juga dinding-dinding

benteng yang dicoret-coreti oleh masyarakat sehingga terlihat kotor.

 Pedagang kaki lima/warung

Pedagang kaki lima terdapat dilokasi Benteng Somba Opu ini,tetapi

jumlahnya sedikit dan tidak memiliki lokasi khusus untuk menjual,

sehingga para pengunjung kesulitan untuk membeli keperluan yang

dibutuhkan, dan mengurangi nilai keindahan Benteng Somba Opu

karena lokasi para pedangan yang tidak ditetapkan.

 Papan Peta area Benteng Somba Opu.

Di objek wisata Benteng Somba Opu ini terdapat juga papan dimana

menjelaskan gambaran area di Benteng Somba Opu .Papan ini terdapat

di dekat pintu gerbang selamat datang.dengan adanya papan ini

memudahkan para pengunjung untuk mengetahui letak –letak lokasi

yang akan dikunjungi.

 Papan Penjelasan Sejarah Benteng somba Opu

Papan ini merupakan papan yang dimana menjelaskan tentang sejarah

ojek wisata Benteng Somba Opu tersebut,isi dari papan tersebut

memaparkan,latar historis,luas wilayah,letak geografis,potensi

peninggalan arkeologi dan raja –raja yang pernah memimpin Benteng

Somba Opu tersebut.

21
 Papan Rambu-Rambu.

Papan ini merupakan papan yang terdapat di Somba Opu yang

berisikan tentang larangan yang tak dapat dilakukan diarea objek

wisata Benteng Somba Opu,papan ini sangat penting untuk

pengunjung,agar dapat mengetahui larangan apa saja yang tidak dapat

dilakukan di objek wisata tersebut,sehingga objek wisata terawat dan

terjaga dengan baik.

 Papan Petunjuk Arah

Papan petunjuk arah ini membantu para pengunjung wisatawan untuk

mengetahui daerah atau lokasi selanjutnya yang akan

dikunjungi,.papan ini biasanya terdapat disetiap area objek wisata.

c. Atraksi

Atraksi merupakan objek wisata yang memberikan kenikmatan

bagi wisatawan, baik berupa keindahan alam, termasuk kekayaan flora dan

fauna, keragaman budaya terkait peninggalan sejarah atau adat istiadat

setempat, maupun atraksi buatan manusia seperti Taman Safari.

Adapun atraksi wisata terdapat di objek wisata Benteng somba

Opu ini adalah:

 Benteng Somba Opu.

Daya tarik utama yang bisa kita lihat di Bneteng Somba Opu adalah

Benteng Somba Opu itu sendiri yang merupakan benteng pertahanan

kerajaan Ujung Pandang. Adapun keunikan dan daya tarik dari

benteng itu sendiri adalah pembuatan benteng tersebut yang terbuat

22
tanah liat dan putih telur sebagai pengganti semen, sehingga para

wisatawan tertarik untuk mengunjunginya.

 Rumah Adat 4 Etnis

Adanya beberapa rumah adat Sulawesi Selatan yang terdapat 4 etnis

yakni Bugis, Mandar, Makassar dan Toraja. Biasanya dirumah adat ini

diadakan suatu kegiatan yang melibatkan tiap-tiap kabupaten yang ada

di Sulawesi selatan, dengan masing-masing menggunakan rumah adat

mereka yang telah ada di objek wisata Benteng Somba Opu, biasanya

di rumah tersebut dilengkapi dengan memamerkan semua yang berasal

dari daerahnya.

 Wahana Out Bond

Adanya wahana permainan Out Bond yang terdapat di Benteng Somba

Opu merupakan atraksi lainnya, dimana ada beberapa macam wahana

di dalamnya, walaupun kondisi wahana tersebut sekarang ini sudah

mulai rusak dan kurang terawat.

 Museum Karaeng Pattungalloang

Museum ini memuat beberapa peninggalan-peningalan sejarah yang

ada di Benteng Somba Opu serta beberapa hasil penggalian yang

dilakukan di Benteng Somba Opu tersebut, diantaranya :

 beberapa baju adat yang terdiri dari beberapa warna yakni biru,

hijau, merah dan kuning.

 alat-alat rumah tangga bakul nasi, tikar, dan alat-alat dapur yang

masih berbahan dari rotan.

23
 alat-alat perang seperti tombak yang terdapat 8 buah, dimana 1

tombak memiliki 3 ujung, 2 tombak yang memiliki 2 ujung, dan

kelima tombak lainnya memiliki 1 ujung.

 Perhiasan, terdiri dari gelang, kalung, dll.

 Kerang, dan uang dulu.

 Hasil penggalian batu bata Batu bata, terdapat bermacam-macam

bentuk dan ukuran yang dibuat dari tanah liat dan dibuat dengan

cetakan. Dulu, batu bata tersebut digunakan oleh masyarakat untuk

kalender dimana kalender ini bertujuan untuk menghitung hari

baik dan hari buruk. Banyak batu bata yang ditemukan dengan

banyak macam bentuk hiasan di atas batu bata tersebut. Seperti,

hiasan bekas kaki hewan (anjigng), tanaman (bunga), batik, garis-

garis lurus spereti gambar rumput, garis segi empat kecil, ukiran-

ukiran, dan cetakan hiasan jari-jari tangan.

 Hasil penggalian meriam, yang terdiri dari beberapa bentuk.

 Genteng, dimana genteng ini terdiri dari beberapa bentuk, ada yang

panjang, pendek dan lebar.

2. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

a. Strength (Kekuatan)

 Benteng yang terbuat dari batu dan putih telur,dimana benteng ini

merupakan benteng pertahanan kerajaan ujung pandang atas

penyerangan belanda.

 Terdapat rumah adat 4 etnis yaitu : Bugis, Mandar, Makassar dan

Toraja.

 Museum yang didalamnya terdapat beberapa peninggalan sejarah

24
 Merupakan aset lokal, nasional, dan internasional.

 Merupakan salah satu cagar budaya.

 Sejarah kawasan benteng masih teridentifikasi.

 Aksesibilitas yang lumayan mudah.

b. Weakness (Kelemahan)

 Fasilitas MCK yang tidak memadai.

 Pedagang kaki lima yang tersebar tidak teratur.

 Lingkungan yang kurang terawat.

 Kurangnya pengetahuan publik tentang Benteng Somba Opu.

 Masyarakat setempat tidak memperdulikan kondisi benteng karena

ketidaktahuan mereka tentang sejarah dan budaya benteng.

 Kurangnya variasi usaha di sekitar Benteng Somba Opu.

 Keamanan yang rendah.

c. Opportunity (Peluang)

 Terbukanya lapangan kerja bagi penduduk yang ada di sekitar

kawasan objek wisata tersebut.seperti : menjadi pedagang, menjadi

tenaga kerja yang membantu menjaga kebersihan objek wisata.

 Mampu menjadi tempat wisata heritage yang dapat menarik wisatawa

lokal, nasional dan internasional.

d. Treat (Ancaman)

 Dibangunnya water boom yang akan mengalihkan minat pengunjung

terhadap benteng itu sendiri dan mengaburkan eksistensi dari Benteng

Somba Opu itu sendiri.

25
 Adanya gangguan dari hewan yang bisa mengganggu wisatawan yang

datang berkunjung dan dapat merusak tanaman yang ada disekitar

lingkungan Benteng Somba Opu.

 Lahan terbuka yang ada di Benteng Somba Opu bisa dimanfaatkan

sebagai tempat makan ternak oleh penduduk setempat.

 Kurangnya daya tarik generasi muda sekarang terhadap sejarah dan

budaya.

C. FUNGSI DAN PERANAN BENTENG SOMBA OPU DALAM SISTEM

PERTAHANAN KERAJAAN GOWA

Hasil dari proses ide, gagasan, cipta manusia sebagai makhluk yang

dikaruniai akal melahirkan sistem peralatan hidup yang berkaitan pada fungsi dan

peranan mengapa benda itu mereka ciptakan. Hal ini mencerminkan kemampuan

teknologi yang mereka miliki. Landasan utama pendirian sebuah bentengadalah

pemenuhan akan kebutuhan untuk jaminan keamanan baik secara perorangan

maupun berkelompok maka secara otomatis pendirian sebuah benteng tentu

mempertimbangkan segala aspek yang berhubungan dengan fungsi dan

peranannya baik dari segi bentuk fasilitas, keletekan, dan segala aspek yang

berkenaan lainnya.

1. Benteng dalam Sistem Pertahanan Kerajaan Gowa

Berdasarkan data yang berhasil diperoleh secara umum

memperlihatkan bahwa keletakan masing-masing benteng sangat ditentukan

pada apa fungsi dan peranan serta mengapa benteng itu dibangun. Hal ini

didasarkan pada realitas bahwa pembangunan sebuah benteng ditujukan untuk

26
kepentingan pertahanan dan jaminan keamanan bagi wilayah teritorial

kerajaan dan menjadi alat legitimasi politik kerajaan Gowa. Berbicara tentang

fungsi keletakan benteng dalam subsistem alat pertahanan, permukiman

mencerminkan bahwa secara umum fungsi keletakan benteng ditujukan bagi

pertahanan pusat-pusat permukiman terutama bagi bangsawan-bangsawan

kerajaan dalam hal ini raja dan keluarganya, sertapembesar-pembesar kerajaan

yang lain. Peranan keletakannya adalah adanya penguasaan wilayah-wilayah

inti bagi terjaminnya pertahanan dan ketahanan kerajaan Gowa pada masa itu.

Munculnya benteng-benteng kerajaan Gowa sangat berkaitan dengan

situasi politik maupun ekonomi kerajaan Gowa. Benteng-benteng kerajaan

Gowa yang menjadi objek kajian dalam situasi ini memiliki penanggalan yang

beragam antara abad XVI-XVII. Pada pertengahan abad ke-XVI kerajaan

Gowa mulai melakukan penaklukan terhadap kerajaan- kerajaan yang berada

pada jalur- jalur transportasi laut. Kebijakan yang diambil raja Gowa IX

dengan memindahkan ibukota kerajaan dari daerah pedalaman ke pesisir

pantai memberi akses besar dalam perkembangan kerajaan Gowa pada masa-

masa selanjutnya. Tinjauan keletakan serta aspek lain seperti kronologi

penyempurnaan bentuk dan kelengkapan serta kontruksi menjadi sangat

penting sebab sebagai sarana perrtahanan, tempat hunian maka fungsi dan

peranan benteng terkait dengan aspek tersebut di atas. Menurut Sonda (1999),

pada awal pertumbuhan kerajaan Gowa langkah pembangunan benteng

merupakan usaha memberi ciri dan corak pada wilayah kekuasaannya,

sekaligus ciri ekspansi yang tinggi dalam menghadapi kerajaan di sekitarnya

27
baik dalam kalangan etnis Makassar maupun mengantisipasi perkembangan

kerajaan Bugis di Teluk Bone dan sekitarnya. Itulah sebabnya pada daerah

yang dikalahkan dibangun benteng baik sebagai pemukiman maupun alat

perekat terciptanya jaringan kewilayahan yang terintegrasi atau berkonfederasi

di bawah kharisma hegemoni kerajaan Gowa.

Pembangunan benteng lebih dari satu tidak lain sebagai pemenuhan

hasrat akan keamanan dari aneka macam kemungkinan ancaman yang datang

dari manusia lain. Sistem pertahanan yang bersifat preventif dapat tercermin

dari pembangunan benteng yang lebih dari satu dalam satu masa di kerajaan

Gowa.

Keletakan benteng-benteng kerajaan Gowa secara ekonomis

memudahkan jalur hubungan eksternal dan antar benteng sebagai sebuah

kerajaan berbasis maritim yang memprioritaskan pertahanan dan keamanan

yang dipusatkan pada daerah sekitar pantai dan muara sungai. Hal ini dapat

dibuktikan melalui bukti-bukti letak lokasi beberapa benteng yang umumnya

terletak di daerah pesisir pantai seperti Benteng Somba Opu tentunya serta

beberapa benteng lainnya. Misalnya, Benteng Tallo, Sanro Bone, Ujung

Pandang, Panakkukang, Barombong, Galesong, Mariso, dan Bontorannu.

Fasilitas yang ada pada benteng-benteng mendukung fungsi dan peran

benteng baik sebagai pertahanan dalam subsistem pertahanan, sebagai mesin

perang maupun pertahanan untuk melindungi pusat-pusat kegiatan masyarakat

dan sumber daya alam yang ada.

28
Benteng Somba Opu yang dibangun lebih awal dengan konstruksi

yang sangat rapi, terbuat dari batu bata dan batu andesit berbentuk persegi

empat menghadap ke laut dengan bastion dan meriam yang ditempatkan pada

dinding sebelah baratdan ketebalan dinding benteng bagian barat yang lebih

tebal merupakan bukti sistem pertahanan kerajaan yang berbasis maritim yang

sangat memperhitungkan kemungkinan datangnya serangan dari laut. Fungsi

keletakan Benteng Somba Opu adalah sebagai pertahanan bagi pusat

pemerintahan, istana raja, kegiatan administrasi serta sosial ekonomi kerajaan,

dan merupakan titik sentral dalam sistem pertahanan kerajaan Gowa.

Konstruksinya yang rapi dengan empat bastion menghadap ke laut dan

fasilitas pelengkap seperti meriam, serta kesempurnaan dalam pembangunan

merupakan bukti nyata pernyataan di atas. Keletakan Somba Opu sangat tepat

sebagai wilayah pusat segala aktivitas sebab keletakannya memudahkan jalur

koordinasi antar wilayah-wilayah lain.

Literatur sejarah dan tradisi tutur yang hidup dalam sebagian

kalangan menyebutkan bahwa Benteng Somba Opu sebagai benteng utama

kerajaan adalah benteng pusat kerajaan yang didukung oleh benteng-benteng

pengawal (Palili: bahasa Makassar). Hal ini menyiratkan bahwa peranan

keletakan benteng-benteng selain Somba Opu seperti: Benteng Barombong,

Panakkukang, Garassi, Mariso, Bayoa, dan lainnya adalah benteng yang harus

ditaklukkan terlebih dahulu sebelum memasuki Somba Opu. Kenyataan

bahwa tidak semua benteng-benteng tersebut hancur akibat perang terbuka

antara kerajaan Gowa dan VOC Belanda serta sekutunya, melainkan

29
dihancurkan sebagai tumbal dari perjanjian Bungaya, mengaburkan

pernyataan di atas. Berdasarkan sumber buku yang penulis dapatkan,

beranggapan bahwa dari semua benteng yang dimiliki kerajaan Gowa tidak

semua benteng berperan sebagai benteng pengawal (Palili). Hal ini didasarkan

pada keletakan masing-masing benteng yang menandai bahwa keletakan

benteng sebagian juga terletak pada wilayah kerajaan dengan struktur

pemerintahan otonom yang menandai satu integrasi penguasaan wilayah

dalam hegemoni kerajaan Gowa.

Berdasarkan data empirik tentang kelerengan pada keletakan

benteng-benteng pertahanan kerajaan Gowa dapat ditafsirkan bahwa daerah-

daerah yang datar dan landai merupakan tempat yang banyak dimanfaatkan

untuk menempatkan pusat-pusat kegiatan hunian dan masyarakat. Disamping

itu keleluasaan untuk bergerak mudah diperoleh dibanding daerah yang agak

curam sehingga memudahkan koordinasi antar benteng dalam memantau

wilayah teritorial kerajaan Gowa, utamanya Benteng Somba Opu. Pada daerah

yang datar dan landai, air permukaan (run off water) akan mengalir lebih

lambat tanpa menimbulkan erosi humus atau tanah permukaan sehingga

memang sesuai untuk dijadikan tempat bermukim dan diolah menjadi tanah

pertanian, oleh sebab itu sangat wajar apabila pada masa lalu Kerajaan Gowa

dikenal sebagai daerah penghasil beras wilayah nusantara pada abad XVI-

XVII.

Berdasarkan data satuan bentuk lahan pada titik-titik keletakan

benteng dapat diketahui bahwa benteng yang menurut data sejarah digunakan

30
sebagai subsistem pertahanan pusat-pusat pemukiman umumnya terletak pada

satuan bentuk lahan fluvial yang membentuk daratan alluvial, daratan banjir,

dan tanggul alam, seperti Benteng Somba Opu, Benteng Tallo, Benteng Sanro

Bone, Benteng Garassi, Benteng Bayoa, dan Benteng Ana’ Gowa. Daerah

lokasi benteng-benteng tersebut merupakan daerah resapan air yang subur

dengan ketinggian yang relatif datar. Sedangkan benteng yang difungsikan

untuk kepentingan pertahanan (mesin perang) dan pengawasan terhadap jalur-

jalur pelayaran di Selat Makassar umumnya terletak pada daerah endapan

pantai seperti Benteng Mariso, Bontorannu, Panakkukang, Barombong, Ujung

Pandang, Ujung Tanah, juga terletak pada dataran alluvial dan daerah endapan

pantai.

Hasil penafsiran foto udara, Benteng Somba Opu terletak di atas

endapan alluvial sungai dan pantai, dinding barat menopang di atas endapan

pasir pantai dan dinding sisi selatan endapan pantai dan sungai. Gambaran

tentang letak benteng itu sesuai dengan morfologi ketika itu. Daerah tersebut

dipilih sebagai pusat kegiatan karena pada lokasinya aman dan bebas banjir

serta kering dan stabil yang memungkinkan digunakan sebagai pemukiman.

Secara umum kondisi bentang alam dari penempatan benteng-

benteng kerajaan Gowa sangat potensial untuk dijadikan lokasi-lokasi hunian.

Berdasarkan anggapan buku yang dijadikan sumber oleh penulis menguraikan

pendapat bahwa anggapan pemindahan ibukota kerajaan dari Tamalate ke

Somba Opu yang mengakibatkan dibangunnya ibukota kerajaan baru bukan

karena alasan strategis atau tidaknya lokasi tersebut. Hal ini didasarkan pada

31
kondisi morfologi, geologi, yang secara umum tidak memperlihatkan

perbedaan yang signifikan antar lokasi-lokasi keletakan benteng, begitupun

ketersediaan sumber bahan penyusun konstruksi benteng banyak tersedia di

sekitar pusat-pusat keletakan benteng.

Berdasarkan data satuan tanah pada titik-titik keletakan benteng

dapat ditafsirkan bahwa secara umum satuan tanah yang terdapat pada lokasi

keletakan benteng yaitu tanah Alluvial. Satuan tanah yang digolongkan dalam

satuan tanah Alluvial yaitu cokelat kelabuan dengan bahan induknya berasal

dari endapan liat dan pasir.

Penempatan benteng sangat menunjang fungsi dan peranan keletakan

benteng sebagai subsistem pertahanan dan pusat pemukiman. Begitupun daya

dukung lingkungan dalam pengaruhnya terhadap konstruksi benteng juga

sangat mendukung baik dari segi konstruksi maupun bahan yang digunakan.

Namun, pertimbangan lingkungan fisik dalam penempatan benteng bukan

menjadi landasan utama mengapa benteng tersebut ditempatkan pada daerah

tersebut.

Menurut hemat penulis faktor lingkungan fisik akan dominan

mempengaruhi aktivitas manusia apabila kemampuan teknologi manusia

masih sangat terbatas, lain halnya dalam penempatan benteng-benteng

kerajaan Gowa, pengaruh lingkungan yang mendukung tidak lagi menjadi

faktor dominan dalam alasan penempatannya. Hal ini tercermin dari bentuk

dan kontruksi benteng yang dapat dikatakan maju pada masa benteng itu

32
digunakan begitupun dengan fasilitas yang tersedia pada masing-masing

benteng.

Realitas sejarah dari kronologi pembangunan benteng yang tidak

dibangun dalam satu masa pemerintahan semakin memperkuat asumsi di atas,

sebab nampak nyata bahwa alasan pembangunan benteng sangat didominasi

oleh pertimbangan-pertimbangan politik dari raja yang berkuasa pada saat

benteng itu dibangun. Baik untuk konfederasi politik maupun sebagai

pertahanan wilayah-wilayah inti kerajaan.

Dari pembahasan di atas tampak bahwa keletakan benteng-benteng

kerajaan Gowa mempunyai keteraturan dalam penempatannya yang

disesuaikan pada fungsi dan peranan keletakan benteng, seperti benteng yang

terletak di daerah pesisir dan muara sungai serta daerah pedalaman umumnya

berfungsi sebagai pertahanan bagi pusat politik, pemerintahan, ekonomi,

perdagangan, di tempatkan pada daerah-daerah pusat kota atau pusat

pemerintahan. Oleh karena sumber kekuasaan berada di istana maka keletakan

benteng juga berperan sebagai mesin perang untuk mempertahankan ibukota

kerajaan diperlukan lahan yang mampu mengcover secara luas baik kota, jalan

raya, jalur pelayaran, jalur transportasi air (sungai), misalnya Benteng Somba

Opu dan beberapa benteng lainnya. Begitupun dari segi perlengkapan

persenjataan yang tangguh dan konstruksi yang rapi merupakan bukti

pendukung fungsi dan peranan keletakan benteng.

Keteraturan pola keletakan benteng juga terlihat pada benteng yang

berfungsi sebagai penyangga ibukota kerajaan atau benteng yang fungsi dan

33
peranan keletakannya adalah sebagai benteng pendukung keletakan benteng

induk, baik sebagai pertahanan atau secara umum sebagai mesin perang,

maupun sebagai pertahanan untuk lokasi hunian, serta pertahanan untuk

lokasi-lokasi sumber daya alam di sekitar benteng.

2. Fungsi Keletakan Benteng Lain Terhadap Benteng Somba Opu Dalam

Pertahanan Kerajaan Gowa

a. Benteng Ujung Pandang

Benteng Ujung Pandang yang berbentuk trapesium (jajar genjang) terbuat

dari batuan andesit menghadap ke laut yang dibangun kemudian setelah

Benteng Somba Opu, Tallo, dan Sanrobone, berada di daerah tepi pantai

dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai menjadi satu bukti bahwa

peranan keletakan benteng adalah merupakan bentuk pengawasan

terhadap jalur-jalur pelayaran di laut Makassar khususnya pada bagian

sebelah utara Somba Opu. Dalam kerangka sistem pertahanan kerajaan

maka keletakan benteng Ujung Pandang berperan sebagai pertahanan

pada sisi sebelah utara wilayah kerajaan dalam satu rangakaian

pertahanan yang mencerminkan pertahanan dalam batas wilayah yang

terintegrasi dalam satu legitimasi pemerintahan kerajaan Gowa.

b. Benteng Panakkukang dan Benteng Barombong

Benteng Panakkukang dan Benteng Barombong berfungsi sebagai

benteng pertahanan yang dibangun untuk melindungi benteng pusat yaitu

Benteng Somba Opu. Peranan keletakannya adalah sebagai pertahanan

pada wilayah sebelah selatan Somba Opu dan juga pertahanan untuk

34
wilayah hunian di sekitarnya serta pengawasan terhadap sumber daya

alam yang dimiliki kerajaan Gowa. Peranan keletakannya juga sebagai

bentuk pengawasan jalur pelayaran di selat Makassar khususnya di sekitar

Somba Opu dan menghalau kemungkinan datangnya serangan dari laut.

Menurut beberapa catatan sejarah, peranan keletakan benteng

Panakkukang, Ujung Pandang, Ujung Tanah, Barombong, dan Garassi,

merupakan benteng-benteng yang strategis melindungi benteng pusat

Somba Opu, asumsi ini semakin diperkuat pada realitas sejarah yang

menyebutkan bahwa pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin

serangan VOC Belanda untuk menguasai Somba Opu terlebih dahulu

harus melalui benteng Barombong dan Panakkukang.

c. Benteng Mariso dan Benteng Bontorannu

Benteng Mariso dan Benteng Bontorannu yang terletak di sekitar pantai,

difungsikan sebagai benteng pertahanan yang dibangun untuk

kepentingan perang atau sebagai mesin perang. Realitas yang menandai

pembangunan benteng yang dibangun pada saat ketegangan dan ancaman

perang terbuka antara kerajaan Gowa danVOC Belanda semakin

memuncak. Kemungkinan lain benteng-benteng tersebut berfungsi untuk

melindungi benteng pusat yaitu Somba Opu dari sisi sebelah utara.

Peranan keletakannya adalah sebagai sebuah kubu pertahanan yang

dipersiapkan untuk menghalau serangan kompeni Belanda dan sekutunya

yang datang dari laut. Hal ini didasarkan pada data sejarah yang

menyebutkan bahwa benteng tersebut dibangun pada saat berlangsungnya

35
perundingan perdamaian setelah didudukinya Benteng Panakkukang oleh

pihak Belanda pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1660).

Sebagaimana disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Sultan

Hasanuddin beliau memerintahkan untuk membangun Benteng Mariso

dan menggali parit sepanjang 2½ mil yang menghubungkan antara Somba

Opu dan Ujung Tanah.

d. Benteng Garassi dan Benteng Bayoa

Benteng Garassi dan Benteng Bayoa sebagai benteng yang terdekat

dengan benteng induk Somba Opu terletak di sebelah selatannya

berfungsi sebagai pertahanan tempat hunian dan sumber daya alam.

Peranan keletakannya adalah sebagai benteng pengawal (palili) Somba

Opu terhadap kemungkinan serangan dari sebelah utara, selain benteng

lainnya yang terletak di sebelah utara seperti benteng Sanrobone,

Barombong, dan Panakkukanng.

36
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Benteng Somba Opu pertama kali dirintis oleh Raja Gowa IX Karaeng

Tumapakrisik Kallonna (1510-1574) dikarenakan ia ingin mengikuti nenek

moyangnya yang dikenal sebagai pelaut ulung, selain itu ia juga terobsesi

menjalin hubungan dengan dunia luar. Yang pertama kali dibangun di Somba

Opu yaitu istana kerajaan, maka disekeliling istana itu pula dibangun benteng

dari gundukan tanah, lalu menyusul sebuah dermaga. Usaha untuk menjamin

keamanan kerajaan dibangunlah benteng-benteng pertahanan. Dalam beberapa

sumber sejarah menyebutkan bahwa raja Gowa IX Karaeng Tumaparisik

Kallonna yang mengawali pembangunan Benteng Kale Gowa dan Benteng

Somba Opu dari gundukan tanah liat. Hal inilah yang mendukung mengapa

kerajaan Gowa memiliki benteng pertahanan yang cukup banyak.

Pada tanggal 24 Juni 1669 benteng pertahanan kebanggaan Makassar ini

jatuh ke tangan Belanda dan sekutunya kerajaan Bone dan dibumiratakan dengan

tanah. Oleh karena kekurangan tentara di pihak Belanda untuk mendudukinya

maka oleh Speelman benteng ini dibumiratakan dengan tanah dengan

menggunakan ribuan pon alat peledak.

Berdasarkan data yang berhasil diperoleh secara umum memperlihatkan

bahwa keletakan masing-masing benteng sangat ditentukan pada apa fungsi dan

peranan serta mengapa benteng itu dibangun. Hal ini didasarkan pada realitas

37
bahwa pembangunan sebuah benteng ditujukan untuk kepentingan pertahanan

dan jaminan keamanan bagi wilayah teritorial kerajaan dan menjadi alat

legitimasi politik kerajaan Gowa. Berbicara tentang fungsi keletakan benteng

dalam subsistem alat pertahanan, permukiman mencerminkan bahwa secara

umum fungsi keletakan benteng ditujukan bagi pertahanan pusat-pusat

permukiman terutama bagi bangsawan-bangsawan kerajaan dalam hal ini raja

dan keluarganya, serta pembesar-pembesar kerajaan yang lain. Peranan

keletakannya adalah adanya penguasaan wilayah-wilayah inti bagi terjaminnya

pertahanan dan ketahanan kerajaan Gowa pada masa itu.

Keletakan benteng-benteng kerajaan Gowa secara ekonomis

memudahkan jalur hubungan eksternal dan antar benteng sebagai sebuah

kerajaan berbasis maritim yang memprioritaskan pertahanan dan keamanan yang

dipusatkan pada daerah sekitar pantai dan muara sungai. Hal ini dapat dibuktikan

melalui bukti-bukti letak lokasi beberapa benteng yang umumnya terletak di

daerah pesisir pantai seperti Benteng Somba Opu tentunya serta beberapa

benteng lainnya. Misalnya, Benteng Tallo, Sanro Bone, Ujung Pandang,

Panakkukang, Barombong, Galesong, Mariso, dan Bontorannu. Fasilitas yang

ada pada benteng-benteng mendukung fungsi dan peran benteng baik sebagai

pertahanan dalam subsistem pertahanan sebagai mesin perang maupun

pertahanan untuk melindungi pusat-pusat kegiatan masyarakat dan sumber daya

alam yang ada.

Benteng Somba Opu yang dibangun lebih awal dengan konstruksi yang

sangat rapi, terbuat dari batu bata dan batu andesit berbentuk persegi empat

38
menghadap ke laut dengan bastion dan meriam yang ditempatkan pada dinding

sebelah baratdan ketebalan dinding benteng bagian barat yang lebih tebal

merupakan bukti sistem pertahanan kerajaan yang berbasis maritim yang sangat

memperhitungkan kemungkinan datangnya serangan dari laut. Fungsi keletakan

Benteng Somba Opu adalah sebagai pertahanan bagi pusat pemerintahan, istana

raja, kegiatan administrasi serta sosial ekonomi kerajaan, dan merupakan titik

sentral dalam sistem pertahanan kerajaan Gowa. Konstruksinya yang rapi dengan

empat bastion menghadap ke laut dan fasilitas pelengkap seperti meriam, serta

kesempurnaan dalam pembangunan merupakan bukti nyata pernyataan di atas.

Keletakan Somba Opu sangat tepat sebagai wilayah pusat segala aktivitas sebab

keletakannya memudahkan jalur koordinasi antar wilayah-wilayah lain.

B. SARAN

Pemerintah sebaiknya mencangakan upaya-upaya yang tepat serta dapat

ditempuh untuk melindungi benteng Somba Opu sebagai Situs bersejarah, agar

bukti kejayaan Kerajaan Gowa pada masa silam masih dapat disaksikan oleh

generasi mendatang.

Dalam karya tulis ini, saya meyadari masih banyak kesalahan terutama

dari segi penulisan. Oleh karena itu, saya selaku penulis mengharapkan adanya

penyampaian kritik maupun saran yang membangun agar penulis dapat

melakukan perbaikan pada karya tulis ini maupun pada penulisan-penulisan

selanjutnya.

39
DAFTAR PUSTAKA

A.Pangerang, Rimba Alam, Zainuddin Tika, dan M.Ridwan Syam. 2007. Legenda

Objek Wisata Gowa. Gowa: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Gowa.

Putra tunggal. 2012. Sejarah Benteng Somba Opu dan Benteng Rotterdam. Diakses

dari:http://zoelpoetratoenggal.blogspot.com/2012/07/sejarah-benteng-somaba-opu-

dan-benteng.htmlpada tanggal 12 Februari 2014.

Rizal, H.Hanbali, Zainuddin Tika, dan M.Ridwan Syam. Profil Raja dan Pejuang

Sulawesi Selatan. Makassar: Yayasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan (YAPIP).

Sumantri, Iwan. 2004. KepinganMozaikSejarahBudayaSulawesiSelatan. Makassar:

Ininnawa.

Tika, Zainuddin, M. Ridwan Syam, dan Rosdiana Z. 2006. Profil Raja-Raja Gowa.

Sungguminasa: Lembaga Kajian & Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan.

40

Anda mungkin juga menyukai