Anda di halaman 1dari 4

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 DATA HASIL PERCOBAAN

Vsupply ≅ 12 V

R L=470 Ω

Vca 5,26 V
Vab 1,42 V
Vbe 5,25 V
Vae 6,86 V
Vcd 5,97 V
Vde 5,97 V
I2 0,8673 mADC
I3 0,866 mADC

3.2 PERHITUNGAN
V 2CC 122 V
P L= = =0,15 watt
2 R L 2 × 470
V 2CC 122 V
PCC = = =0,306 watt
RL 470
PL 0,15
η= ×100 %= × 100 %=49,02 %
PCC 0,306
3.3 PEMBAHASAN
3.3.1 ANALISIS PROSEDUR
3.3.1.1 FUNGSI ALAT
Pada praktikum penguat kelas B (push-pull) kali ini digunakan beberapa
alat dan komponen yang tentunya dengan fungsi berbeda-beda. Voltmeter DC
digunakan sebagai alat ukur pengukuran tegangan yang nilainya akan dianalisis.
Amperemeter berfungsi sebagai alat ukur pengukuran arus yang nilainya akan
dianalisis. Variable power supply digunakan sebagai sumber tegangan pada
rangkaian uji selama percobaan dilakukan. Sinyal generator berguna sebagai alat
pembangkit sinyal selama percobaan yang frekuensi dan amplitudonya dapat
diatur. Osiloskop berfungsi sebagai alat media penampil agar sinyal yang
diperoleh dari pengukuran dalam percobaan dapat dilihat dan dianalisis.
Rangkaian uji yang didalamnya terdapat komponen seperti transistor, resistor,
dioda dan kapasitor digunakan sebagai media atau tempat uji pada pelaksanaan
praktikum.
3.3.1.2 FUNGSI PERLAKUAN
Pada praktikum ini, tiap-tiap perlakuan atau langkah-langkahnya tentu
memiliki maksud dan fungsinya masing-masing. Saklar dihubungkan supaya
rangkaian uji dapat dialiri arus listrik dan arus tersebut dapat dialirkan ke titik
tertentu. Selain itu, penyambungan saklar tertentu misalnya S2, S3, dan S4
disambungkan supaya rangkaian bias dapat beroperasi dan dipergunakan. Kaki-
kaki voltmeter dihubungkan ke titik-titik tertentu supaya tegangan di antara kedua
titik dapat terukur. Amperemeter dihubungkan ke titik-titik tertentu agar arus pada
titik-titik tersebut dapat diukur. Masukan dari oscilloscope dihubungkan ke titik
tertentu agar sinyal atau gelombang listrik pada titik tersebut dapat diukur.
Volt/div dan time/div pada oscilloscope diatur supaya hasil pengukuran sinyal
dapat terbaca dengan jelas. Pengaturan sinyal generator dilakukan supaya
diperoleh sinyal masukan dengan amplitudo dan frekuensi yang diinginkan.
Kemudian telah diukur beberapa nilai tegangan keluaran sinyal generator yang
bermaksud untuk didapatkannya variasi data yang kemudian dapat dianalisis di
perhitungannya.
3.3.2 ANALISIS HASIL
Setiap sinyal keluaran yang dihasilkan oleh oscilloscope ketika tegangan
keluarannya diubah-ubah tentunya memiliki perbedaan bentuk sinyal. Pada tahapan
pengukuran tegangan AC didapatkan beberapa jenis bentuk sinyal untuk tegangan VF,
VX, VA, VB, VA, VD, dan VY. Selain itu, tegangan keluaran yang diatur dibagi menjadi 3
kali pengaturan, yaitu saat tegangan keluaran diatur 1Vpeak-to-peak, 5Vpeak-to-peak, dan 10Vpeak-to-
. Perbedaan nilai tegangan keluaran ini tentunya mempengaruhi dari bentuk sinyal
peak

keluarannya. Dari data-data yang sudah diperoleh, dapat dilihat bahwa saat saklar S 2, S3,
S4, dan S5 terhubung dan tegangan keluarannya diatur di 1 Volt, bentuk sinyal dari
tegangan di titik A-X (VA dan VX) memiliki cacat penyeberangan/crossover distortion
diantara tiap puncaknya. Terbentuknya cacat penyeberangan ini karena adanya sinyal
yang berubah dari satu transistor ke transistor lainnya pada titik tegangan nol. Karena
pada rangkaian ini terdapat 2 buah transistor, maka kedua transistor ini harus bekerja
secara bergantian sesuai dengan sinyal input untuk menghasilkan sinyal satu siklus penuh
(360º). Meskipun begitu, terdapat kondisi di mana kedua transistor dalam kondisi mati
sehingga tidak ada sinyal output untuk beberapa saat. Kondisi ini terjadi saat salah satu
transistor mati, sedangkan transistor lain sedang menunggu hingga simpangan basis-
emitor dibias maju (cut-in). Kemudian pada saat saklar S2, S3, S4, dan S6 terhubung dan
tegangan keluarannya diatur di 1 Volt, bentuk sinyal dari tegangan di titik A-X (V A dan
VX) terlihat seperti garis lurus biasa yang tidak membentuk gelombang sinus sama sekali.
Saat saklar 6 dihubungkan, berarti yang rangkaian telah terhubung dengan R L2, dimana
tahanannya bernilai 470 Ω yang berarti 1/10 dari RL1 yang bernilai 4,7 kΩ atau 4700 Ω.
Sehingga dapat diperoleh bahwa, semakin kecil nilai tahanannya maka semakin kecil
amplitudo gelombang sinyalnya, bahkan sampai amplitudonya nol (garis lurus). Namun
hal ini tidak terjadi pada percobaan saat tegangan keluarannya diatur menjadi 5 Vpeak-to-peak,
dan 10 Vpeak-to-peak. Pada saat tegangan keluaran diatur di 5 Vpeak-to-peak, tampak semua sinyal
keluaran yang ada membentuk bentuk gelombang sinus yang hampir sempurna dan tidak
ada cacat penyeberangan yang menonjol pada tiap sinyalnya. Tidak ada perbedaan yang
signifikan saat S5 yang dihubungkan maupun S6 yang dihubungkan. Kemudian saat sinyal
generator diatur di 10 Vpeak-to-peak, hampir semua sinyal keluaran mengalami cacat
penyeberangan, kecuali pada saat pengukuran VX – VF saat S5 dihubungkan maupun saat
S6 dihubungkan terlihat tidak adanya cacat penyeberangan pada bentuk sinyalnya
(bentuknya berupa gelombang sinus) pada sinyal CH2 oscilloscope yang merupakan
tegangan di titik F, dimana titik ini merupakan titik sebelum melewati RS yang bertindak
sebagai tahanan pertama pada Vinput. Titik-titik yang lain yang sudah melewati kedua
kapasitor menghasilkan cacat penyeberangan pada sinyal keluarannya. Selanjutnya untuk
percobaan
pengamatan cacat penyebrangan dan distorsi dengan S2, S3, dan S4 yang diputus tampak
semua sinyal keluaran dari setiap titik yang diamati terbentu cacat penyeberangan dan
cacat penyeberangan yang paling parah terjadi di titik Y saat S6 dihubungkan.
Data-data sinyal keluaran sinyal oscilloscope dan data perhitungan yang telah
didapatkan sudah sesuai dengan teori yang berlaku. Efisiensinya diperoleh persentase
sebesar 49,02% dimana persentase ini masih masuk pada rentang efisiensi dari penguat
kelas B yang memiliki efisiensi maksimum sekitar 78,5%. Kemudian untuk sinyal
keluarannya juga cukup sesuai karena mayoritas sinyal keluarannnya terdapat cacat
penyeberangan yang sesuai dengan karakteristik dari penguat kelas B (push-pull).
Gambar 3.1 Cacat penyeberangan pada penguat kelas B.
Cacat penyeberangan atau crossover distortion adalah distorsi yang terjadi di
daerah persilangan dengan titik nol. Hal ini merupakan gejala distorsi yang kerap muncul
pada pengoperasian penguat kelas B Push-Pull. Distorsi ini disebabkan karena tidak
adanya arus yang mengalir ketika kedua transistor mati. Penguat kelas B push-pull
menggunakan dua transistor yang masing-masing menguatkan sinyal 180º. Kedua
transistor ini harus bekerja bergantian sesuai sinyal input untuk menghasilkan sinyal satu
siklus penuh (360º). Tetapi, terdapat kondisi di mana kedua transistor dalam kondisi mati
sehingga tidak ada sinyal output untuk beberapa saat. Kondisi ini terjadi ketika salah satu
transistor mati, sedangkan transistor lain sedang menunggu hingga simpangan basis-
emitor dibias maju (cut-in). Gambar dari sinyal yang terdistorsi dapat dilihat pada gambar
3.1 di atas. Kondisi cacat penyeberangan terjadi saat sinyal input berada di bawah
tegangan lutut dioda emitor, yaitu ketika berada dalam rentang 0,6V<V i<0,6V. Untuk
mengatasi hal ini, penguat push-pull dibiaskan, atau pada percobaan kali ini disebut
dengan rangkaian bias. Penggunaan rangkaian bias ini bertujuan untuk memberikan
sedikit bias pada kedua transistor, yaitu dengan memberikan tegangan pada simpangan
basis emitor sedikit di bawah titik cut-in. Pemberian sedikit tegangan bias ini
menyebabkan adanya arus tenang IC yang mengalir pada kolektor, dan menaikkan sedikit
titik-Q pada garis bebannya. Dengan adanya rangkaian bias ini, cacat penyeberangan
pada penguat kelas B push-pull dapat diatasi.

Anda mungkin juga menyukai