Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

Daftar Isi1
I. Pendahuluan..3

1.1 Latar Belakang..........3


1.2 Tujuan..................... 3

II. Tinjauan Pustaka.....5


2.1 Plankton......5
2.1.1.Fitoplankton........................6
2.1.2 Zooplankton..7
2.2 Klasifikasi Plankton....8
2.2.1 Fitoplankton..8
2.2.1.1 Bacillariophyceae.8.
2.2.1.2 Cyanophyceae..8
2.2.1.3 Dynophyceae9
2.2.1.4 Chlorophyceae..9
2.2.2 Zooplankton..10
2.2.2.1 Protozoa...10
2.2.2.2 Arthropoda...10
2.2.2.3 Molusca10
2.2.2.4 Coelenterata..11
2.2.2.5 Chordata...11
2.2.2.6 Chaetognata..11
2.3 Taksonomi Plankton..12
2.4 Persebaran..13
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hidup Plankton.14
2.2.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hidup Fitoplankton..14
2.2.5.1.1 Fisika..14
2.2.5.1.2 Kimia..15
2.2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hidup Zooplankton..15
2.2.5.2.1 Fisika..15
2.2.5.2.2 Kimia..16
2.6 Cara Pengambilan Sampel Plankton.....17
III Materi Metode...18
3.1 Materi...................18
3.1.1 Waktu dan Tempat...18
3.1.2 Alat dan Bahan............18
3.2 Metode.................20
3.2.1 Metode Pengambilan Sampel..20
3.2.2 Identifikasi Plankton20
IV Hasil dan Pembahasan.....................21
4.1 Hasil.......................21

1
4.1.1 Fitoplankton...21
4.1.2 Zooplankton...22
4.2 Pembahasan.........................24
V. Penutup........................26
5.1 Kesimpulan.......26
5.2 Saran..26
Daftar Pustaka.....27
Lampiran.28

2
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Bacillariophyceae...8
2. Gambar Dynophyceae..9
3. Gambar Alat dan Bahan......18

3
DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto hasil praktikum fitoplankton


2. Foto hasil praktikum zooplankton
3. Laporan sementara praktikum planktonologi

4
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Plankton merupakan biota laut yang beranekaragam dan jumlahnya
tersebar luas di laut. Banyak biota laut yang di dalam daur hidupnya menempuh
lebih dari satu cara hidup. Pada saat mereka menjadi larva atau juwana (juvenil),
mereka hidup sebagai plankton. Plankton mempunyai peranan yang sangat
penting di dalam ekosistem bahari. Salah satunya yaitu fitoplankton yang
berperan sebagai produsen primer yang dapat mensuplai kebutuhan zat organik
di laut, dan zooplankton yang berfungsi sebagai konsumen primer yang
menghubungkan produser primer dengan tingkat pakan yang lebih tinggi yaitu
hewan-hewan besar.
Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu fitoplankton yang
disebut plankton nabati dan zooplankton yang disebut plankton hewani.
Fitoplankton merupakan tumbuhan yang banyak terdapat di seluruh massa air,
mulai dari permukaan sampai di kealaman dimana intensitas cahaya masih
memungkinkan untuk fotosintesis, sedangkan, zooplankton yaitu hewan laut
yang berukuran sangat kecil yang terdiri atas berbagai bentuk larva dan bentuk
dewasa. Zooplankton memiliki peranan yang sangat penting di lautan, dimana
zooplankton merupakan kunci tingkatan trofik terendah (fitoplankton) ke
tingkatan trofik tertinggi (sumberdaya ikan) dalam rantai makanan di lautan.

I.2 Tujuan
1. Mengetahui secara mendalam tentang jenis jenis fitoplankton yang terdapat
di perairan laut. Sehingga dapat mengenal dan membedakan fitoplankton dan
zooplankton.
2. Pengenalan teknik metoda sampling dan teknik pencacahan fitoplankton dan
zooplankton

II. TINJAUAN PUSTAKA

5
2.1 Plankton
2.1.1 Fitoplankton
Fitoplankton didefinisikan sebagai organisme-tumbuhan mikroskopik
yang hidup melayang, mengapung di dalam air dan memiliki kemampuan
gerak yang terbatas. Fitoplankton terdiri dari divisi chrysophyta (diatom),
chlrorophyta dan cyanophyta. Biasanya chlorophyta dan cyanophyta
mudah ditemukan pada komunitas plankton perairan tawar sedangkan
chrysophyta dapat ditemukan diperairan tawar dan asin. Komunitas
fitoplankton umumnya didominasi oleh jenis fitoplankton yang berukuran
lebih kecil dari 10 m. Dalam pertumbuhannya setiap jenis fitoplankton
mempunyai respon yang berbeda terhadap perbandingan nutrien yang
terlarut dalam badan air. Oleh karena itu, perbandingan nutrien, khususnya
nitrogen, fosfor dan silikat terlarut sangat menentukan dominasi suatu jenis
fitoplankton di perairan (Garno, 2010).
Faktor lain dominasi fitoplankton juga ditentukan oleh pemangsaan
oleh zooplankton. Telah diketahui bahwa beberapa jenis fitoplankton tidak
dapat dimakan oleh zooplankton, karena bentuk morfologi dan fisiologi
fitoplankton ukuran, komposisi dan mekanisme makan zooplankton serta
faktor abiotik lainnya. Fitoplankton adalah produktivitas primer produsen
primer, yang struktur komunitasnya mudah berubah oleh perubahan sifat
fisik, kimia (zat-zat hara) dan biologi ekosistemnya maka keberadaan
fitoplankton dalam suatu perairan bukan hanya dapat dijadikan parameter
biologi dalam analisis status kualitas lingkungan perairan namun dapat pula
dijadikan indikator biologi dalam penentuan tingkat pencemaran (Garno,
2010).

2.1.2 Zooplankton
Zooplankton merupakan organisme laut yang memainkan peran
yang sangat penting dalam menopang rantai makanan di laut. Meskipun
daya geraknya terbatas dan distribusinya ditentukan oleh keberadaan
makanannya, zooplankton berperan pada tingkat energi yang kedua yang

6
menghubungkan produsen utama (fitoplankton) dengan konsumen dalam
tingkat makanan yang lebih tinggi. Peranan zooplankton sebagai konsumen
pertama sangat berpengaruh dalam rantai makanan suatu ekosistem
perairan. Umumnya sebaran konsentrasi plankton di perairan pantai tinggi
karena tingginya kadar nutrien yang berasal dari daratan melalui limpasan
air sungai. Namun sebaliknya, konsentrasi nutrien di perairan laut terbuka
sangat terbatas. Pengayaan nutrien yang dijumpai di laut terbuka
kemungkinan berasal dari penaikan massa air laut dalam yang lebih dingin
dan kaya nutrient (Fitriya dan Muhammad, 2013).
Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau
yang hidup di dasar laut (benthos) menjalani awal kehidupannya sebagai
zooplankton yakni ketika masih berupa telur dan larva. Baru dikemudian
hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang bermula sebagai plankton
berubah menjadi nekton atau benthos. Zooplankton ada yang hidup di
permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula yang
dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan.
Zooplankton melakukan migrasi harian dimana Zooplankton bergerak ke
arah dasar pada siang hari dan ke permukaan pada malam hari. Rangsangan
utama yang menyebabkan migrasi vertikal harian adalah cahaya.
Zooplankton akan bergerak menjauhi permukaan bila intensitas cahaya di
permukaan meningkat, dan Zooplankton akan bergerak ke permukaan laut
apabila intensitas cahaya di permukaan menurun (Davis (1995) dalam
Fitriya dan Muhammad (2013)).

2.2 Klasifikasi Plankton


2.2.1 Fitoplankton
2.2.1.1 Bacillariophyceae
Bacillariophyceae merupakan kelas dari diatom, yang
merupakan mikroalga yang mendominasi komunitas fitoplankton di
lintang tinggi di daerah Artik dan Antartika, pada zonaneritik
daerah tropis dan perairan lintang sedang dan pada daerah

7
upwelling. Ukuran diatom berkisar dari < 10 m sampai mendekati
200m. Tidak adanya flagel, cilia, atau organ pergerakan lain,
bersifat non-motil, dan akan tenggelam pada perairan yang tidak
terdapat turbulensi. Jenis diatom yang banyak dijumpai di perairan
lepas pantai Indonesia antara lain Chaetoceros sp., Rhizosolenia
sp., Thalassiothrix sp. dan Bachteriastrum sp. Sedangkan pada
daerah pantai atau muara sungai biasanya terdapat Skeletonema
sp., dan kadang -kadang Coscinodiscus sp (Sunarto, 2008).

Gambar 1. Macam Bacillariophyceae

2.2.1.2 Cyanophyceae
Blue-green alga (BGA) ini umumnya ditemui pada perairan
dangkal, pantai-pantai tropis, tetapi dalam densitas yang rendah.
Terkadang terjadi blooming alga ini pada daerah payau dan habitat
pantai. Kandungan klorofil a pada BGA berisi phycobilin dan
carotenoid yang menentukan variasi warna pada beberapa spesies.
Pigmen phycocyanin menyebabkan warna biru-hijau pada beberapa
individu kelompok ini. Salah satu jenis alga dari kelompok ini
adalah Trichodesmium erythraeum yang keberadaannya memberi
pewarnaan Laut Merah. Ukuran BGA berkisar dari < 1 m untuk
yang bersel tunggal sampai lebih dari 100 m untuk tipe filamen.
Cyanophyceae pelagis mencakup spesies dari Haliarachne,
Katagnymene, Oscillatoriadan Trichodesmium. Spesies bentik
sering berada pada lapisan dasar dekat substrat dan terapung
kepermukaan oleh pergerakan air pasang (Sunarto, 2008).
2.2.1.3 Dynophyceae

8
Dynophyceae merupakan kelas dari dinoflagellata yang
memiliki tipe uniseluler, biflagelata, dan merupakan organisme
autotrof yang seperti juga diatom, mensuplai produktivitas yang
terbesar pada beberapa wilayah perairan. Individu sel dinoflagellata
memiliki kisaran ukuran 5-200 m, tetapi beberapa spesies (seperti
Polykrikos sp.) terkadang tumbuh dalam rantai lebih besar atau
pseudocoloni. Dinoplagellata mendominasi komunitas fitoplankton
di periran sub-tropik dan tropik. Antara 1000 -1500 spesies
dinoflagellata menempati lingkungan laut dan air tawar, tetapi
sebagian besarnya (lebih dari 90%) hidup dilaut. Kelompok yang
mewakili kelas ini umunya berasal dari Peridinales yang meliputi
Ceratium, Gonyaulax dan Peridinium dan genera Gymnodiniales
yang meliputi Amphidinium, Ptychodiscus (Gymnodinium) dan
Gyrodinium (Sunarto, 2008).
Beberapa jenis dinoflagellata mempunyai kemampuan
menghasilkan cahaya (bioluminescent) antara lain Noctiluca,
Gymnodinium, dan Pyrocystis. Pada malam hari kelompok
Noctiluca akan mengeluarkan cahaya apabila air laut terpercik oleh
benda-benda yang mengusiknya. Cahaya ini terpancar karena
oksidasi zat non protein (luciferin) dengan bantuan enzim
(luciferase). Umumnya dinoflagellata bereproduksi secara aseksual
dengan melalui pembelahan sel, meskipun ada beberap individu
bereproduksi secara seksual seperti Ceratium dan Glenodinium
(Sunarto, 2008).

Gambar 2. Macam Dinophyceae

2.2.1.4 Chlorophyceae

9
Mikroalga atau ganggang adalah organisme perairan yang lebih
dikenal dengan fitoplankton (alga laut bersel tunggal). Organisme
ini dapat melakukan fotosintesis dan hidup dari nutrien anorganik
serta menghasilkan zat-zat organik dari CO2 oleh fotosintesis.
Mikroalga mempunyai zat warna hijau daun (pigmen) klorofil yang
berperan pada proses fotosintesis dengan bantuan H2O, CO2 dan
sinar matahari untuk menghasilkan energi. Energi ini digunakan
untuk biosintesis sel, pertumbuhan dan pertambahan sel, bergerak
atau berpindah dan reproduksi. Disamping itu famili ganggang
halus Chlorophyceae menghasilkan asam lemak tak jenuh omega-3,
6, dan 9, serat, vitamin, protein, dan mineral. Kandungan beta
karoten 900 lebih banyak dibandingkan dengan wortel, dan
kandungan omega-3 mikroalga lebih banyak dibandingkan minyak
ikan, biji rami, dan kedelai, yaitu 50-60 persen (Chalid et.al., 2012).

2.2.2 Zooplankton
2.2.2.1 Protozoa

Kingdom Protista terdiri dari protozoa, berukuran kecil, dari


fauna bersel tunggal sampai dengan beberapa filum, beberapa jenis
terkenal sebagai bentuk yang dijumpai di lautan adalah
foraminifera, radiolaria, zooflagellata dan ciliata. Protozoa dibagi
dalam empat kelas yaitu: rhizopoda, ciliata, flagelata, dan sporozoa
(Nyabakken (1992) dalam Wardhana (2012)).
2.2.2.2 Arthropoda

Filum arthropoda adalah bagian terbesar zooplankton dan


hampir semuanya termasuk kelas Crustacea. Crustacea berarti
hewan-hewan yang mempunyai shell terdiri dari chitine atau kapur,
yang sukar dicernakan. Salah satu subklasnya yang penting bagi
perairan adalah Copepoda yang merupakan Crustacea

10
holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di
semua laut dan samudera (Nybakken (1992 dalam Wardhana
(2012)).
2.2.2.3 Moluska

Dalam dunia hewan, filum moluska adalah nomor dua terbesar


(Nybakken (1992 dalam Wardhana (2012)). Moluska bertubuh
lunak, tidak beruas-ruas dan tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang
terbuat dari kalsium karbonat. Cangkang tersebut berguna untuk
melindungi organ dalam dan isi rongga perut, tetapi ada pula
moluska yang tidak bercangkang. Antara tubuh dan cangkang
terdapat bungkus yang disebut mantel. Reproduksi terjadi secara
seksual dengan fertilisasi internal.
2.2.2.4 Coloenterata

Coelenterata atau Cnidaria adalah invertebrata laut yang pada


taraf dewasa sering dijumpai. Biota-biota dalam filum ini meliputi
hydra, ubur-ubur, anemon laut dan koral (Nybakken, (1992 dalam
Wardhana (2012)). Coelenterata mempunai siklus hidup yang
menarik. Proses reproduksi aseksual maupun seksual menunjukkan
suatu siklus hidup yang terkait dengan periode planktonik.
2.2.2.5 Chordata

Anggota filum Chordata yang planktonik termasuk dalam kelas


Thaliacea dan Larvacea, memiliki tubuh agar-agar dan makan
dengan cara menaring makanan dari air laut. Larvaceae membangun
cangkang di sekelilingnya dan memompa air agar melalui suatu alat
penyaring di dalam cangkang ini terus menerus dibangun dan
ditanggalkan (Nyabakken (1992) dalam Wardhana (2012)).
2.2.2.6 Chaetognata

11
Chaetognatha adalah invertebrata laut dengan jumlah spesies
relatif sedikit tetapi sangat berperan terhadap jaring-jaring makanan
di laut. Biota ini memiliki ciri-ciri antara lain bentuk tubuh
memanjang seperti torpedo, transparan, organ berpasangan pada
masing-masing sisi, memiliki bagian caudal yang memanjang sirip
dan kepala dengan sepasang mata dan sejumlah duri melengkung di
sekeliling mulut (Nyabakken (1992) dalam Wardhana (2012)).

2.3 Taksonomi Plankton


Plankton dapat dikelompokkan benjadi beberapa kelompok berdasarkan
cara makan, keberadaan/dominansi/sebarant, asal usul, ukuran, bentuk dan koloni
sel, serta alat penangkap. Pengelompokkan plankton yang paling umum
didasarkan pada cara makannya. Berdasarkan cara makannya, plankton dapat
dikelompokkan ke dalam bakterioplankton (saproplankton), fitoplankton, dan
zooplankton. Bakterioplankton atau saproplankton merupakan kelompok plankter
yang terdiri atas organisme yang tidak berklorofil, meliputi bakteri (Micrococcus,
Sarcina, Vibrio, Bacillus, dll) dan fungi. Fitoplankton merupakan tumbuhan
planktonik berklorofil yang umumnya terdiri atas Bacillariphyceae,
Chlorophyceae, Dinophyceae, dan Haptophyceae. Selain berkhlorofil,
fitoplankton juga memiliki bahan makanan cadangan yang umumnya berupa pati
atau lemak, diding sel yang tersusun dari selulosa, serta bentuk flagel yang
beragam,. Zooplankton merupakan kelompok plankter yang mempunyai cara
makan holozoik. Anggota kelompok ini meliputi hewan-hewan dari kelompok
Protozoa, Coelenterata, Ctenophora, Chaetognatha, Annelina, Arthropoda,
Urochordata, Mollusca, dan beberapa larva hewan-hewan vertebrata. Kelompok
zooplankton hampir seluruhnya didominasi oleh Copepoda dengan nilai sebesar
50--80% (Witty, 2004).

2.4 Persebaran Plankton


Sunarto (2008) membagi distribusi plankton menjadi tiga, yaitu:
1. Distribusi Horizontal

12
Distribusi plankton secara horizontal lebih banyak dipengaruhi faktor
fisik berupa pergerakan masa air. Oleh karena itu pengelompokan
(pathciness) plankton lebih banyak terjadi pada daerah neritik terutama yang
dipengaruhi estuaria dibandingkan dengan oseanik. Faktor-faktor fisik yang
menyebabkan distribusi fitoplankton yang tidak merata antara lain arus
pasang surut, morfogeografi setempat, dan proses fisik dari lepas pantai
berupa arus yang membawa masa air kepantai akibat adanya hembusan
angin. Selain itu ketersediaan nutrien pada setiap perairan yang berbeda
menyebabkan perbedaan kelimpahan fitoplankton pada daerah-daerah
tersebut.
2. Distribusi Vertikal
Distribusi vertikal plankton sangat berhubungan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi produktivita snya, selain kemampuan pergerakan atau
faktor lingkungan yang mendukung plankton mampu bermigrasi secara
vertikal. Distribusi plankton di laut secara umum menunjukkan densitas
maksimum dekat lapisan permukaan (lapisan fotik) dan pada waktu lain
berada dibawahnya. Hal ini menunjukan bahwa distribusi vertikal sangat
berhubungan dengan dimensi waktu (temporal). Selain faktor cahaya, suhu
juga sangat mendukung pergerakannya secara vertikal. Hal ini sangat
berhubungan dengan densitas air laut yang mampu menahan plankton untuk
tidak tenggelam. Perpindahan secara vertikal ini juga dipengaruhi oleh
kemampuannya bergerak atau lebih tepat mengadakan adaptasi fisiologis
sehingga terus melayang pada kolom air.
3. Distribusi Harian dan Musiman
Distribusi plankton dari waktu ke waktu lebih banyak ditentukan oleh
pengaruh lingkungan. Distribusi temporal banyak dipengaruhi oleh
pergerakan matahari atau dengan kata lain cahaya sangat mendominasi pola
distribusinya. Distribusi harian plankton, terutama pada daerah tropis,
mengikuti perubahan intensitas cahaya sebagai akibat pergerakan semu
matahari. Pada pagi hari dimana intensitas cahaya masih rendah dan suhu
permukaan air masih relatif dingin plankton berada tidak jauh dengan

13
permukan. Pada siang hari plankton berada cukup jauh dari pemukaan
karena menghindari cahaya yang terlalu kuat. Pada sore hingga malam hari
plankton begerak mendekati bahkan berada pada daerah permukaan.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hidup Plankton


2.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hidup Fitoplankton
2.5.1.1 Fisika

1. Suhu
Suhu perairan dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk
kedalam air. Suhu berperan dalam ekologi dan distribusi
plankton baik fitoplankton maupun zooplankton (Sunarto, 2008).
Suhu mempunyai efek langsung dan tidak langsung terhadap
fitoplankton. Efek langsung yaitu toleransi organisme terhadap
keadaan suhu, sedangkan efek tidak langsung yaitu melalui
lingkungan misalnya dengan kenaikan suhu air sampai batas
tertentu akan menurunkan kelarutan oksigen (Chalid et.al.,
2012).
2. Kecerahan

Secara vertikal, kecerahan akan mempengaruhi intensitas


cahaya yang akan menentukan tebalnya lapisan eufotik. Dalam
distribusi fitoplankton, faktor cahaya sangat penting karena
intensitas cahaya sangat diperlukan dalam proses fotosintesis
(Sunarto, 2008).
3. Cahaya

Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan


menerangi lapisan permukaan air laut setiap hari dan perubahan
intensitas dengan bertambahnya memiliki peranan penting dalam
menentukan pertumbuhan fitoplankton (juga zooplankton yang
ada didalamnya) (Sunarto, 2008).
2.5.1.2 Kimia

14
1. Padatan Total Tersuspensi
Bahan-bahan terlarut dan tersuspensi pada perairan alami
tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan, terutama TSS
dapat meningkatkan nilai kekeruhan, yang selanjutnya akan
menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan
akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis (Sunarto,
2008).
2. Derajat Keasaman
Fluktuasi pH sangat dipengaruhi oleh proses respirasi,
karena gas karbondioksida yang dihasilkannya. Semakin banyak
karbondioksida yang dihasilkan dari proses respirasi, maka pH
akan semakin rendah. Namun sebaliknya jika aktivitas
fotosintesis semakin tinggi maka akan menyebabkan pH semakin
tinggi (Sunarto, 2008).

3. Karbondioksida (CO2)
Ketersediaan karbondioksida adalah sumber utama untuk
fotosintesis, dan pada banyak cara menunjukkan hubungan
keterbalikan dengan oksigen (Sunarto, 2008).
4. Nitrat (N-NO3)
Nitrat adalah sumber nitrogen dalam air laut maupun air
tawar. Bentuk kombinasi lain dari elemen ini bisa tersedia dalam
bentuk amonia, nnitrit dan komponen organik. Kombinasi
elemen ini sering dimanfaatkan oleh fitoplankton terutama kalau
unsur nitrat terbatas. Nitrogen terlarut juga bisa dimanfaatkan
oleh jenis blue-green algae dengan cara fiksasi nitrogen
(Apridiyanti, 2008).
5. Oksigen Terlarut/ Dissolved Oxygen (DO)
Sumber oksigen terlarut di perairan dapat berasal dari difusi
oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas
fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Sunarto, 2008).

2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hidup Zooplankton

15
2.5.2.1 Fisika

1. Suhu
Pemilihan suhu yang optimal untuk budidaya pada pembesaran
tergantung dari tipe morfologinya, small type dan long type juga
berbeda dalam kebutuhanya terutama suhu optimal untuk
pertumbuhannya. Suhu optimal antara 15-25oC. pada umumnya
peningkatan suhu didalam batas-batas optimal biasanya
mengakibatkan aktivitas reproduksi juga meningkat (Sunarto,
2008).
2. Kecerahan
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya partikel-
partikel liat lumpur atau lainya yang mengendap, akan merusak
nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah pemijahan dan
habitat berbgai organism. Banyaknya cahaya yang menembus
permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan air laut setiap
hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya memiliki
peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton (juga
zooplankton yang ada didalamnya) (Sunarto, 2008).

2.5.2.2 Kimia
1. pH
Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan
organic, zooplankton alam hidup pada pH > 6,6, sedangkan pada
kondisi biasa yang optimal hidup pada kondisi pH 6-8
(Sunarto,2008).
2. DO (Oksigen Terlarut)
Beberapa spesies zooplankton dapat bertahan hidup di air dengan
kadar oksigen terlarut yang rendah yakni 2mg/l. tingkat oksigen
tertinggi dalam air budidaya tergantung pada suhu, salinitas,
kepadatan, jenis makanan yang yang digunakan (Sunarto, 2008).
3. Material Organik

16
Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya
pada materi organik, baik berupa fitoplankton maupun detritus
(Sunarto, 2008)

2.6 Cara Pengambilan Sampel


Menurut Wardhana (2012), teknik dalam mengambil sampel plankton ada dua,
yaitu:
1. Sampling plankton dengan botol
Botol gelas berukuran 2 liter bermulut lebar dan bertutup gelas
dipasang pada tali dan diturunkan sampai kedalaman yang ditentukan dan air
dibiarkan masuk ke dalamnya. Cara pengumpulan plankton seperti ini
memiliki kekurangan karena plankton motil dapat mengindar masuk ke
dalam botol. Untuk mengumpulkan plankton secara vertikal pada kedalaman
tertentu dapat digunanakan botol Kemmerer atau Nensen. Botol Kemmerer
dibuat dari plastik atau gelas berukuran 1,2 liter, 2 liter, dan 3 liter. Botol
dikaitkan dengan tali dan diturunkan sampai kedalaman yang diinginkan.
Pemberat (mesenger) kemudian diturunkan sehingga melepaskan kait tutup
yang terbuat dari karet. Air yang tertampung dalam botol kemudian disaring
dengan jala plankton
2. Sampling plankton dengan jala
Jala plankton mempunyai bentuk bermacam-macam, tapi pada
umumnya berbentuk kerucut dengan mulut melingkar dan di ujung jala diberi
botol penampung. Bahan jala umumnya terbuat dari nilon dengan ukuran
mesh tertentu.

17
III. MATERI METODE

3.1 Materi
3.1.1 Waktu dan Tempat
Hari, tanggal : Sabtu, 21 November 2015
Waktu : Sampling : 11.50 12.10
Laboratorium : 14.00 16.00 dan 19.30 22.00
Tempat : Perpustakaan Kampus Teluk Awur Jepara
3.1.2 Alat dan Bahan

Nama Gambar Fungsi

Plankton net Untuk menangkap plankto

Botol sampel Untuk wadah sampel

Kertas label Untuk menamai botol sam

18
Mikroskop Untuk mengamati plankto

Untuk menutup sedgewick


Kaca preparat
rafter

Wadah sampel fitoplankto


dan zooplankton saat akan
Sedgewick-Rafter
diamati menggunakan
mikroskop

Pipet tetes Untuk mengambil sampel


sebanyak 1 ml

Kertas tisu Untuk menyeka air yang


tumpah

Sampel zooplankton dan Sebagai sampel yang akan


fitoplankton diuji

3.2 Metode

19
3.2.1 Metode Pengambilan Sampel
Sampel diambil menggunakan plankton-net dengan ukuran mesh 35
m untuk fitoplankton, dan ukuran 50 m untuk zooplankton. Teknik
pengambilannya yaitu dengan memasukan plankton-net ke dalam laut pada
permukaan saja, kemudian memegangi pada bagian depan dan bagian
belakang sehingga plankton-net terbang secara horizontal, dan kapal ditarik
dengan kecepatan 7 knots. Waktu yang dibutuhkan untuk mengambil
sampel zooplankton dan fitoplankton yaitu masing-masing selama 3 menit.
3.2.2 Identifikasi Plankton
Proses identifikasi plankton dilakukan 2x yaitu pada siang menjelang
sore untuk fitoplankton dan malam hari untuk zooplankton. Mula-mula
sampel diambil sebanyak 1 ml (20 tetes) kemudian diletakkan pada
sedgewick-rafter dan ditutup dengan kaca preparat, kemudian diamati
dengan mikroskop perbesaran 100x untuk fitoplankton dan 40x untuk
zooplankton. Hasil plankton yang nampak kemudian digambar dan
diidentifikasi jenisnya sampai genus dengan menggunakan buku
identifikasi plankton.

20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Fitoplankton
No Genus Gambar Taksonomi
Fitoplankton

Kingdom: Protista
Divisi : Euglenozoa
Kelas : Euglenoidea
Ordo : Euglenida
1 Euglena Famili : Euglenidae
Genus : Euglena

Kingdom: Plantae
Divisi : Chrysophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Thalassiosirales
Famili : Thalassiosiraceae
2 Thalassiosira Genus : Thalassiosira
Kingdom: Protista
Divisi : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Biddulphiales
Famili : Biddulphiaceae
3 Biddulphia Genus : Biddulphia
Kingdom: Chromalveolata
Divisi : Heterokontophyta
Kelas : Coscinodiscophyceae
4 Coscinodiscus Ordo : Coscinodicales
Famili : Coscinodiscaceae
Genus : Coscinodiscus
Kingdom: Plantae
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Oscillatoriales

21
5 Trichodesmium Famili : Oscillatoriaceae
Genus : Trichodesmium

4.1.2 Zooplankton
N Genus Gambar Taksonomi
o
1 Cyclops Kingdom: Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Maxillopoda

Ordo : Cyclopoida

Famili : Cyclopidae

Genus : Cyclops
2 Aurelia Kingdom: Animalia

Filum : Cnidaria

Kelas : Scyphozoa

Ordo : Semaeostomeae

Famili : Ulmaridae

Genus : Aurelia
Kingdom: Animalia
3 Larva Udang Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Caridea
4 Larva Lobster Kingdom: Animalia

22
Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Nephropidae
5 Copepoda Kingdom: Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Maxillopoda

Subkelas : Copepoda

Ordo : Calanoida
6 Amphipod Kingdom :Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Ordo : Amphipoda

Famili : Melitidae

Genus :Abludomelita

Kingdom: Animalia
Filum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Anostraca
Famili : Artemidae
7 Artemia Genus : Artemia

Kingdom: Animalia
8 Phoronida
Filum : Phoronida

23
4.2 Pembahasan
Sampel diambil pada perairan Teluk Awur, Jepara pada tanggal 21
November 2015. Perairan ini dipilih karena tidak banyak sampah di sekitarnya
namun juga tidak terlalu bersih karena dekat dengan pemukiman warga, sehingga
diharapkan dapat menemukan salah satu jenis plankton yang menjadi suatu
indikator perairan apakah perairan Teluk Awur sudah tercemar atau belum dan
mengetahui dominasi plankton di dalamnya. Kondisi cuaca saat sedang
dilakukan sampling pada pagi hari yaitu cerah namun menjelang siang cuaca
berubah menjadi berawan, berangin, bahkan turun sedikit hujan. Arus laut yang
ada dapat dikatakan sangat tenang pada saat cuaca cerah, kemudian menjadi agak
kuat saat langit mulai mendung dan terjadi hujan.
Berdasarkan hasil plankton yang ditangkap, pada kelompok 6A ditemukan
banyak zooplankton jenis larva crustacea dan copepoda dan fitoplankton jenis
Thalassiosira . Hasil yang didapat dari mikroskop dengan perbesaran 100x,
fitoplankton Thalassiosira sangat bervariasi dengan berbagai bentuk mulai dari
melingkar bersegmen, memanjang dengan banyak segmen, pendek bersegmen,
dan berbentuk seperti kubus dengan bola didalamnya yang menandakan sedang
berlangsungnya proses pembelahan sel, dan hasil pengamatan pada zooplankton
terdapat beberapa larva ubur-ubur, dan sisanya didominasi oleh larva crustacea
dengan bermacam-macam ukuran, serta copepod jenis Cyclops.
Banyaknya jumlah plankton di perairan Teluk Awur Jepara terjadi karena
perairan ini dekat dengan pemukiman warga, dimana mayoritas penduduknya
mengembangkan produk jasa tani, sehingga banyak limbah organik yang
terbuang ke dalam laut dan mengakibatkan banyaknya jumlah fitoplankton
sebagai produktivitas primer, maka disitu juga banyak terdapat zooplankton
sebagai konsumen primer. Distribusi plankton yang terjadi yaitu berupa sebaran
horizontal yang dipengaruhi oleh kuat arus, serta distribusi vertikal yang
dipengaruhi oleh intensitas cahaya serta densitas air laut yang dapat menahan
plankton supaya tidak tenggelam.

24
25
V. PENUTUP

5.2 Kesimpulan
1. Dari fitoplankton yang berhasil diidentifikasi, kelompok 6A mendapatkan
genus Euglena, Thalassiosira, Biddulphia, Coscinodiscus, dan
Trichodesmium.
2. Dari zooplankton yang berhasil diidentifikasi, kelompok 6A mendapatkan
jenis Cyclops, larva crustacea, larva ubur-ubur, Copepoda, Amphipoda,
Artemia, dan Phoronida.

5.3 Saran
1. Sebaiknya ketika praktikum sedang berlangsung, praktikan membawa tisu
sendiri-sendiri untuk membersihkan air laut yang tumpah.
2. Sebaiknya praktikan berhati-hati saat menggunakan segala macam peralatan
supaya tidak ada yang rusak.
3. Sebaiknya sebelum memulai praktikum, praktikan mengecek semua peralatan
apakah berfungsi dengan baik atau tidak, dan mengecek kondisi mikroskop
serta sedgewick-rafter terlebih dahulu.

26
DAFTAR PUSTAKA

Chalid, Sri Yadial, dkk. 2012. Kultivasi Chlorella, sp Pada Media Tumbuh yang
Diperkaya dengan Pupuk Anorganik dan Soil Extract. UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta
Fitriya, Nurul dan Muhammad Lukman. 2013. Komunitas Zooplankton di Perairan
Lamalera dan Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur. Jakarta
Garno, Yudhi Soetrisno. 2010. Kualitas Air dan Dinamika Fitoplankton di Perairan
Pulau Harapan. Jakarta
Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton bagi Ekosistem Laut.
Universitas Padjajaran. Jatinangor
Wardhana, Wisnu. 2012. Penggolongan Plankton. Universitas Indonesia. Depok
Witty, Lyene M. 2004. Practical Guide to Identifying Freshwater Crustacean
Zooplankton. Laurentian University Ontario. Canada

27

Anda mungkin juga menyukai

  • Metode Oseanografi
    Metode Oseanografi
    Dokumen14 halaman
    Metode Oseanografi
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Tipus Dwi 2.1-2.4
    Tipus Dwi 2.1-2.4
    Dokumen55 halaman
    Tipus Dwi 2.1-2.4
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Pasut
    Pasut
    Dokumen7 halaman
    Pasut
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Hidropan Pak War Dwi
    Tugas Hidropan Pak War Dwi
    Dokumen43 halaman
    Tugas Hidropan Pak War Dwi
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Kolam Pelabuhan
    Kolam Pelabuhan
    Dokumen23 halaman
    Kolam Pelabuhan
    dwi nur hanifah
    75% (4)
  • 1
    1
    Dokumen21 halaman
    1
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Dwi
    Dwi
    Dokumen19 halaman
    Dwi
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Siap Print
    Siap Print
    Dokumen27 halaman
    Siap Print
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Geofisika
    Geofisika
    Dokumen3 halaman
    Geofisika
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Siap Print
    Siap Print
    Dokumen27 halaman
    Siap Print
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat