Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan daerah yang memiliki pantai terbanyak di dunia. Pantai
merupakan sebuah wilayah yang menjadi batas antara lautandan daratan, bentuk pantai
berbeda-beda sesuai dengan keadaan, proses yang terjadi di wilayah tersebut, seperti
pengangkutan, pengendapan dan pengikisan yang disebabkan oleh gelombang, arus, angin
dan keadaan lingkungan disekitarnya yang berlangsung secara terus menerus, sehingga
membentuk sebuah pantai. Pantai merupakan tempat pasir berada, pasir yang berada di pantai
bisa berasal dari pecahan terumbu karang atau juga bisa dari sedimentasi yang terbawa dari
sungai.
Sedimentasi merupakan proses pembentukan sedimen atau endapan, atau batuan
sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan atau akumulasi dari material pembentuk atau
asalnya pada suatu tempat. Proses sedimentasi umumnya terjadi pada daerah pantai yang
mengalami erosi karena material pembentuk pantai terbawa arus ke tempat lain dan tidak
kembali ke lokasi semula.Material yang terbawa arus tersebut akan mengendap di daerah
yang lebih tenang, seperti muara sungai, teluk, pelabuhan, dan sebagainya, sehingga
mengakibatkan sedimentasi di daerah tersebut. Terjadinya sedimentasi tersebut juga
berpengaruh terhadap perubahan bentuk garis pantai. Wilayah pesisir merupakan lingkungan
yang dinamis, unik dan rentan terhadap perubahan lingkungan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pesisir antara lain adalah
aktivitas di daratan, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, peningkatan permintaan akan
ruang dan sumberdaya, serta dinamika lingkungan pantai. Disamping itu perairan pesisir
dipengaruhi oleh interaksi dinamis antara masukan air dari lautan (ocean waters) dan air tawar
(freshwater). Berbagai macam aktivitas manusia yang dilakukan baik di daratan maupun di
lautan juga mendorong terjadinya perubahan lingkungan di wilayah pesisir.
Sedimen adalah pecahan batuan, mineral atau bahan organik yang ditransportasikan dari
berbagai sumber iendapkan oleh udara, air, dan es. Biasanya, material-material sedimen
banyak terendap di daerah delta atau mulut-mulut sungai, dimana delta sungai adalah hasil
dari bentukan dari pengendapan sedimen yang dibawa oleh air sungai. Bentang alam hasil
pengendapan oleh air, yang lainya adalah meander, dataran banjir, tanggul alam dan delta.
Lalu, sand dunesterbentuk karena adanya angin yang stabil dan adanya kendala seperti
vegetasi, batuan atau pagar untuk menjebak beberapa. Bentang alam hasil pengendapan oleh
air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
Pentingnya ilmu mengenai sedimentologi bagi kehidupan, membuat masyarakat sadar
dampak pengaruh sedimen dalam lingkungan sekitar. Oleh karena itu pembuatan makalah ini
dilakukan untuk lebih memperdalam pemahaman tentang batuan sedimen, terutama sedimen
vulkanik serta manfaatnya.

I.2 Tujuan Makalah

Makalah ini dibuat dengan tujuan:


1. Mengetahui pengertian sedimen
2. Memahami proses pembentukan sedimen, jenis-jenis beserta strukturnya,
3. Memahami pengertian sedimen vulkanik, jenis dan contoh, beserta manfaatnya.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya Sedimen Vulkanik
5. Dapat mengetahui sumber sumber Sedimen Vulkanik
II. ISI

II.1 Definisi Sedimen


Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan yang telah
mengalami proses pengangkutan dari satu tempat ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan
agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras akan menjadi batuan sedimen.
Ilmu yang mempelajari batuan sedimen disebut dengan sedimentologi. Sebelum mengetahui
bagaimana sedimen terangkut dan terendapkan dalam suatu cekungan, ada baiknya dapat
memahami prinsip apa saja yang bisa ditemukan dalam batuan sedimen. Prinsip-prinsip
tersebut diantaranya prinsip uniformitarianism. Prinsip penting dari uniformitarianism adalah
proses-proses geologi yang terjadi sekarang juga terjadi di masa lampau. Dengan
menggunakan prinsip tersebut dalam mempelajari proses-proses geologi yang terjadi
sekarang, bisa diperkirakan beberapa hal seperti kecepatan sedimentasi, kecepatan kompaksi
dari sedimen, dan juga bisa memperkirakan bagaimana bentuk geologi yang terjadi dengan
proses-proses geologi tertentu. Pada umumnya batuan sedimen dapat dikenali dengan adanya
perlapisan. Perlapisan pada batuan sedimen disebabkan oleh perbedaan besar butir, seperti
misalnya antara batu pasir dan batu lempung, dan perbedaan warna batuan antara batu pasir
yang berwarna abu-abu terang dengan batu lempung yang berwarna abu-abu kehitaman.
Disamping itu, struktur sedimen juga menjadi penciri dari batuan sedimen, seperti struktur
silang siur atau struktur gelembur gelombang. Ciri lainnya adalah sifat klastik, yaitu yang
tersusun dari fragmen-fragmen lepas hasil pelapukan batuan yang kemudian tersemenkan
menjadi batuan sedimen klastik. Kandungan fosil juga menjadi penciri dari batuan sedimen,
mengingat fosil terbentuk sebagai akibat dari organisme yang terperangkap ketika batuan
tersebut diendap (Meurah et al,2006).
Sedimen terbentuk di daerah pantai dipengaruhi oleh arus dan bentuk gelombang yang
menyebabkan perbedaan kecepatan, sehingga memberikan bentukan yang berbeda pada
sedimen yang terdeposisi. Batimetri pesisir juga berpengaruh terhadap transpor sedimen.
Kedalaman pesisir berpengaruh terhadap banyaknya sedimen yang mampu terdeposisi. Pada
beberapa daerah yang dilintasi gelombang dan arus memiliki perilaku yang berbeda-beda.
Zona yang dilintasi gelombang tersebut adalah offshore zone, surf zone, danswash zone.
Karakteristik gelombang di surf zone dan swash zone adalah yang paling penting di dalam
analisis proses pantai. Arus sangat bergantung pada arah datang gelombang (Triatmodjo,
1999).
Sedimen dapat didefinisikan sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-
pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut
serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut. Erosi
sebagai penyebab timbulnya sedimentasi yang disebabkan oleh air terutama meliputi proses
pelepasan (detachment), penghanyutan (transportation), dan pengendapan (depotition) dari
partikel-partikel tanah yang terjadi akibat tumbukan air hujan dan aliran air (Gross,1990).
Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau
batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya
pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara,
danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
Menurut Bhatt (1978), sedimen yaitu lepasnya puing-puing endapan padat pada
permukaan bumi yang dapat terkandung di dalam udara, air, atau es dibawah kondisi normal.
Sedimentasi adalah proses yang meliputi pelapukan, transportasi, dan pengendapan. Batuan
sedimen adalah batuan yang dibentuk oleh sedimen. Tekstur sedimen yaitu hubungan bersama
antara ukuran butir dalam batuan dan pada umumnya ukuran butir ini dapat diamati dengan
menggunakan mikroskop. Komposisi sedimen merupakan acuan terhadap mineral-mineral
dan struktur kimia dalam batuan. Batuan klastik adalah batuan dimana material penyusun
utamanya berupa material detrital (misalnya batupasir dan serpihan). Batuan nonklastik
adalah batuan dimana material penyusun utamanya berupa material organik dan unsur kimia
(misalnya batugamping terumbu, halit, dan dolomit).
Sedimen di daerah pantai berpindah di antara dua area yaitu dasar laut dan sekitar
zona pantai, material sedimen berasal dari rombakan erosi tebing, erosi sungai maupun erosi
yang terjadi di dasar laut. Erosi tebing terbentuk akibat adanya kenaikan muka laut sehingga
mengikis tebing, sedangkan erosi dasar laut disebabkan adanya proses glacial sehingga
mempengaruhi kondisi dasar laut. Erosi sungai berupa partikel yang terkikis oleh aliran
sungai.(Pethick,1984)
Boggs (1986) menyebutkan sedimen permukaan dasar laut umumnya tersusun oleh:
material biogenik yang berasal dari organisma; material autigenik hasil proses kimiawi laut
(seperti glaukonit, garam, fosfor); material residual; material sisa pengendapan sebelumnya;
dan material detritus sebagai hasil erosi asal daratan (seperti kerikil, pasir, lanau dan
lempung).
Menurut Rifardi (2008) ukuran butir sedimen dapat menjelaskan hal-hal berikut:
1) menggambarkan daerah asal sedimen,
2) perbedaan jenis partikel sedimen,
3) ketahanan partikel dari bermacam-macam komposisi terhadap proses weathering, erosi,
abrasi dan transportasi serta
4) jenis proses yang berperan dalam transportasi dan deposisi sedimen.
II.2 Jenis-Jenis Sedimen
Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua cara, yaitu:
a. Batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan pengendapan atau dengan kata
laintidak mengalami proses pengangkutan. Sedimen ini dikenal sebagai sedimen
autochthonous. Yang termasuk dalam kelompok batuan autochhonous antara lain adalah
batuan evaporit (halit) dan batugamping.
b. Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi, atau dengan kata lain, sedimen
yang berasal dari luar cekungan yang ditransport dan diendapkan di dalam
cekungan.Sedimen ini dikenal dengan sedimen allochthonous. Yang termasuk dalam
kelompok sedimen ini adalah batu pasir, konglomerat, breksi, dan batuan epiklastik.
(Pipkin,1977)
Selain kedua jenis batuan tersebut diatas, batuan sedimen dapat dikelompokkan pada
beberapajenis, berdasarkan cara dan proses pembentukkannya, yaitu:
a. Terrigenous (detrital atau klastik). Batuan sedimen klastik merupakan batuan yang
berasal dari suatu tempat yang kemudian tertransportasi dan diendapkan pada suatu
cekungan. Contoh yaitu konglomerat atau breksi, batupasir, batulanau, dan lempung.
b. Sedimen kimiawi/biokimia (chemical/biochemical). Batuan sedimen kimiawi/biokimia
adalah batuan hasil pengendapan dari proses kimiawi suatu larutan, atau organism
bercangkang atau yang mengandung mineral silika atau fosfat. Batuan yang
termasukdalam kumpulan ini adalah, evaporit, batuan sedimen karbonat (batu gamping
dan dolomit), batuan sedimen bersilika (rijang), dan endapan organik (batubara).
c. Batuan volkanoklastik (volcanoclastic rocks). Batuan volkanoklastik yang berasal dari
pada aktivitas gunungapi. Debu dari aktivitas gunungapi ini akan terendapkan seperti
sedimen yang lain. Adapun kelompok batuan volkanoklastik adalah batupasir tufa dan
aglomerat.
(Meurah et al,2006)
Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi menjadi dua, yaitu batuan
sedimen klastik dan batuan sedimen non-klastik.
a. Batuan sedimen klastik adalah batuan yang terbentukdari hasil rombakan batuan yang
sudah ada (batuan beku, metamorf, atau sedimen) yangkemudian diangkut oleh media
(air, angin, gletser) dan diendapkan disuatu cekungan. Proses pengendapan sedimen
terjadi terus menerus sesuai dengan berjalannya waktu sehingga endapan sedimen
semakin lama semakin bertambah tebal. Beban sedimen yang semakin
tebalmengakibatkan endapan sedimen mengalami kompaksi. Sedimen yang terkompaksi
kemudianmengalami proses diagenesa, sementasi dan akhirnya mengalami lithifikasi
(pembatuan) menjadibatuan sedimen. Pada hakekatnya tekstur adalah hubungan antar
butir yang terdapat di dalam batuan.Sebagaimana diketahui bahwa tekstur yang terdapat
dalam batuan sedimen terdiri dari fragmenbatuan dan matrik (massa dasar). Adapun
yang termasuk dalam tekstur pada batuansedimen klastik terdiri dari besar butir, bentuk
butir, kemas (fabric), pemilahan (sorting),sementasi, porositas (kesarangan), dan
permeabilitas (kelulusan).
1) Besar butir adalah ukuran butir dari material penyusun batuan sedimen diukur
berdasarkanklasifikasi Wentword.
2) Bentuk butir pada sedimen klastik dibagi menjadi rounded (membundar), sub-
rounded(membundar tanggung), sub-angular (menyudut tanggung), dan angular
(menyudut).
3) Kemas (fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen
batuan/mineralnya.Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu kemas terbuka, yaitu
hubungan antara masadasar dan fragmen butiran yang kontras sehingga terlihat fragmen
butiran mengambangdiatas masa dasar batuan; dan kemas tertutup, yaitu hubungan
antar fragmen butiran yangrelatif seragam, sehingga menyebabkan massa dasar tidak
terlihat.
4) Pemilahan (sorting) adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen penyusun batuan.
5) Sementasi (cement) adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun
batuan.Macam dari bahan semen pada batuan sedimen klastik adalah karbonat, silika,
dan oksidabesi.
6) Porositas (kesarangan) adalah ruang yang terdapat diantara fragmen butiran yang ada
padabatuan. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah porositas baik, porositas
sedang,porositas buruk.
7) Permeabilitas (kelulusan) adalah sifat yang dimiliki oleh batuan untuk dapat meloloskan
air.Jenis permeabilitas pada batuan sedimen adalah permeabilitas baik, permeabilitas
sedang,permeabilitas buruk.

Sedimen non-klastik adalah kelompok batuan sedimen yanggenesanya (pembentukannya)


dapat berasal dari proses kimiawi, atau sedimen yang berasal darisisa-sisa organisme yang
telah mati. Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses
kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang sebagai proses
kimiawi. Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil proses organik,
seperti batugamping terumbu yang berasal dari organisme yang telah mati atau batubara yang
berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu
material kimiawi yang larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena
proses kimiawi seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan
proses biologi (seperti membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil bahan kimia
yang ada dalam air). Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar
untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau proses biologi (yang
juga melibatkan proses kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai dari kedua-dua jenis
sedimen ini dimasukan dalam satu kelas yang sama, yaitu sedimen endapan
kimiawi/biokimia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah sedimen evaporit (evaporites),
karbonat (carbonates), batugamping dan dolomit (limestones and dolostone), serta batuan
bersilika (siliceous rocks), rijang (chert) (Meurah et al,2006).
2.3 Manfaat Sedimen
Sedimen laut terdiri dari bahan organic dan anorganic, sedimen dari bahan organic
biasanya berasal dari sisa-sisa mahluk hidup yang mati dari tumbuhan maupun hewan laut.
Biasanya sedimen organic ini dimanfaatkan oleh hewan laut dalam untuk sumber makannya.
Ada pula sedimen laut dimanfaat untuk tempat perlindungan dari bahaya predator, dengan
demikian sedimen di dasar laut dalam sebagai ekosistem baru bagi hewan laut dalam.
Sedimen organic juga dapat dirubah oleh detritus menjadi ion (Rifardi, 2008).
Menurut Budiyani et al (2003), sebuah solusi inovatif untuk menyimpan karbon dioksida
yang dihasilkan dari kegiatan manusia, yang mana kini semakin menumpuk di atmosfer dan
menyebabkan pemanasan global dapat disimpan di dalam sedimen yang ada di dasar lautan.
Hal ini dilakukan karena telah ditemukan bahwa sedimen di laut dalam dapat menyediakan
tempat yang permanen dan tak terbatas untuk menyimpan gas rumah kaca dan diperkirakan
bahwa sedimen yang berada di lantai samudera wilayah Amerika cukup luas untuk
menyimpan emisi karbon dioksida nasional untuk ribuan tahun yang akan datang.
2.4 Struktur Sedimen
Pada hakikatnya, struktur sedimen dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu struktur sedimen
primerdan struktur sedimen sekunder, namun demikan berdasarkan proses pembentukan
batuansedimen, maka struktur sedimen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu struktur sedimen
yangterbentuk sebelum proses pembatuan, struktur sedimen yang terbentuk pada
prosessedimentasi (struktur primer), dan struktur sedimen yang terbentuk setelah
pembentukan batuansedimen (struktur sekunder).
a. Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan (lithifikasi). Struktur sedimen
yang terbentuk sebelum proses pembatuan dapat terjadi di bagian atas lapisan,sebelum
lapisan atau endapan yang lebih muda atau endapan baru di endapkan. Struktursedimen ini
merupakan hasil kikisan, 'scour marks', 'flutes', 'grooves', 'tool marking' dansebagainya.
Struktur-struktur ini sangat penting untuk menentukan arah aliran atau arah sedimentasi.
b. Struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi (struktur primer). Struktur yang
terbentuk semasa proses pengendapan, antara lain adalah perlapisan mendatar (flat
bedding), perlapisan silang-siur (cross bedding), laminasi sejajar (paralel lamination), dan
ripple mark.

c. Struktur yang terbentuk setelah proses pengendapan. Struktur ini terbentuk selepas
sedimen terendap. Ini termasuklah struktur beban, 'pseudonodules' dimana sebahagian
lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan lumpur di bawahnya, laminasi konvolut
(convolute lamination) dan sebagainya. Struktur nendatan, hasil dari pergerakan mendatar
sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam struktur selepas endapan. Nendatan
boleh berlaku di tebing sungai, delta dan juga laut dalan dan ianya sangat berguna untuk
menentukan arah cerun kuno.

(Meurah et al,2006)

2.5 Sedimen Vulkanik


Sedimen vulkanik merupakan sedimen yang terbentuk dari letusan gunung merapi.
Dengan kata lain, batuan sedimen vulkanik merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena
adanya akitivitas gunung berapi yang meletus, di mana debu-debu yang keluar dari aktivitas
tersebut akan terendap seperti sedimen lainnya. Contoh batunya ialah batu pasir dan
aglomerat. Sedimen vulkanik terbentuk oleh magma cair yang keluar (ekstrusi) ke permukaan
bumi. Cairan magma tersebut keluar dari rekahan baik di darat ataupun di bawah laut di mana
material vulkanik tersebut membentuk suatu perbukitan ataupun sebuah gunung api. Contoh
hasil dari aktivitas gunung api berupa lava yang mengalir dipermukaan atau di dasar laut
sebelum mengalami pengerasan, atau berupa material volkaniklastik yang terdiri dari fragmen
keras yang berasal dari pembekuan magma yang ter-transport dan diendapkan oleh proses
yang berhubungan dengan letusan, gravitasi, udara, air ataupun debris flow. Daerah yang
dekat dari aktivitas gunung api, produk letusan mendominasi lingkungan pengendapan, maka
itu urutan stratigrafinya : partikel dikeluarkan oleh letusan eksplosif dapat melontar tinggi ke
atmosfer dan menyebar ke seluruh dunia, memberikan beberapa kontribusi materi untuk
semua lingkungan pengendapan di seluruh dunia (Helen,2005). Sifat dari produk vulkanisme
ditentukan oleh sifat kimia dan fisika magma pada lokasi letusan, dan dengan tipe letusan
yang berbeda akan menghasilkan karakteristik batuan vulkanik yang berbeda.
Pada dasarnya batuan gunung api (vulkanik) dihasilkan dari aktivitas vulkanisme.
Aktivitas vulkanisme tersebut berupa keluarnya magma ke permukaan bumi, baik secara
efusif (ekstrusi) maupun eksplosif (letusan). Batuan gunung api yang keluar dengan jalan
efusif mengahasilkan aliran lava, sedangkan yang keluar dengan jalan eksplosif menghasilkan
batuan fragmental (rempah gunung api).Lebih dari 80% permukaan bumi, baik di dasar laut
hingga daratan tersusun atas batuan gunung api. Di Indonesia saja, terdapat 128 gunung api
aktif yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dan sebanyak 84 di antaranya menunjukkan
aktivitas eksplosifnya sejak 100 tahun terakhir. Di samping itu, batuan gunung api berumur
Tersier atau yang lebih tua juga samgat melimpah di permukaan, bahkan jauh lebih banyak
dari pada batuan sedimen dan metamorf.

Didasarkan atas komposisi materialnya, endapan piroklastika terdiri dari tefra (pumis
dan abu gunung api, skoria, Peles tears dan Peles hair, bom dan blok gunung
api, accretionary lapilli, breksi vulkanik dan fragmen litik), endapan jatuhan piroklastika,
endapan aliran piroklastika, tuf terelaskan dan endapan seruakan piroklastika. Aliran
piroklastika merupakan debris terdispersi dengan komponen utama gas dan material padat
berkonsentrasi partikel tinggi. Mekanisme transportasi dan pengendapannya dikontrol oleh
gaya gravitasi bumi, suhu dan kecepatan fluidisasinya. Material piroklastika dapat berasal dari
guguran kubah lava, kolom letusan, dan guguran onggokan material dalam kubah (Fisher,
1979). Material yang berasal dari tubuh kolom letusan terbentuk dari proses fragmentasi
magma dan batuan dinding saat letusan. Dalam endapan piroklastika, baik jatuhan, aliran
maupun seruakan; material yang menyusunnya dapat berasal dari batuan dinding, magmanya
sendiri, batuan kubah lava dan material yang ikut terbawa saat tertransportasi.
Menurut Pettijohn (1975), endapan gunung api fragmental bertekstur halus dapat
dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu vitric tuff, lithic tuff dan chrystal tuff. Menurut Fisher
(1966), endapan gunung api fragmental tersebut dapat dikelompokkan ke dalam lima kelas
didasarkan atas ukuran dan bentuk butir batuan penyusunnya. Gambar 2 adalah klasifikasi
batuan vulkanik menurut keduanya.
2.6 Transport dan Pengendapan Material Vulkanik
Ada beberapa perbedaan penting antara cara transportasi dan deposisi material vulkanik
klastik primer dan terrigenous detritus klastik. Sifat fisik yang terpenting dalam pengontrol
sedimentasi adalah bahwa kecepatan pengendapan sebanding dengan ukuran fragmen, bentuk
dan massa-jenisnya. Tidak seperti material sedimen terrigen klastik, massa jenis partikel
piroklastik sangat bervariasi.
Secara khusus Pumice mungkin memiliki massa jenis yang sangat rendah dan bisa
mengapung sampai air memenuhinya (Whitham & Sparks 1986). Grading di endapan
piroklastik membentuk grading normal maupun reverse grading dari komponen yang berbeda
dalam lapisan yang sama. Fragmen litik dan kristal akan membentuk normal graded,
dengan material kasar di dasarnya. Endapan Pumice dalam air dapat membentuk reverse
graded karena fragmen yang lebih besar akan memakan waktu lebih lama untuk menyerap
air dan akan menjadi yang terakhir untuk menjadi terendapkan, hingga menjadi reverse
graded.
Tiga proses utama transportasi dan deposisi yang akan bahas : jatuhan, aliran dan
gelombang, tetapi perlu dicatat bahwa ketiganya saling berkaitkan dalam suatu endapan.
Proses Primer:
Piroklastik Jatuhan
Piroklastik Aliran
Piroklastik Gelombang
Proses Lainnya:
Longsoran debris-flow volkanik
Lahar
Ketika sebuah letusan gunung api mengirimkan awan debris ke udara, fragmen
piroklastik dapat jatuh ke permukaan oleh karena gravitasi seperti hujan (seperti debu
vulkanik). Vulkanik blok dan bom hanya berpindah ratusan-ribuan meter dari vent-nya (mulut
gunung), hal ini tergantung pada gaya yang dikeluarkan pada saat erupsi. Lapili halus dan ash
(debu) dapat berpindah ribuan meter ke atmosfer dan disebarkan oleh angin, dan letusan
eksplosif dapat menghasilkan abu yang tersebar ribuan kilometer dari gunung api tersebut.
Ciri khas dari endapan jatuhan adalah bahwa endapannya menutupi seluruh topogfrafi bahkan
pada lereng yang cukup curam. Endapannya menjadi lebih tipis dan terdiri dari material
berbutir halus semakin jauh jaraknya dari vent vulkanik.

Campuran partikel dan gas-gas vulkanik dapat membentuk materi massa yang bergerak
sama seperti lainnya sedimen-cairan campuran, seperti sedimen grativity flow, dan jika
memiliki konsentrasi tinggi partikel-partikel itu disebut sebagai piroklastik aliran (bedakan
dengan piroklastik surge (arus/gelombang), yang kepadatan campurannya lebih rendah).
Aliran piroklastik dapat berasal dari beberapa cara, antara lain runtuhnya kolom abu vertikal,
ledakan lateral atau miring dari gunung berapi, dan runtuhnya bagian dari tubuh vulkanik.
Aliran ini bisa bergerak dengan kecepatan sangat tinggi, diatas 300m/s, dan dapat memiliki
suhu lebih dari 10008C: aliran piroklastik terdiri dari campuran gas panas disebut nue'e
ardente, atau 'awan panas' (Lonawarta,1996).
Arus yang mengandung proporsi yang tinggi dari clasts besar membentuk blok dan
endapan aliran abu: sortasi buruk aglomerat ini memiliki komposisi clast monomict dan
rekahan pendingin di blok, hal ini menunjukkan bahwa mereka panas ketika terendapkan.
Endapan scoria-aliran adalah campuran basal andesitik abu, Lapili dan blok dengan sortasi
buruk dan umumnya menunjukkan reverse graded. Piroklastik Ignimbrit adalah endapan
aliran piroklastik yang terdiri dari material pumiceous yang merupakan campuran dengan
sortasi buruk dari blok, Lapili dan abu. Ignimbrite umumnya mengandung fragmen yang
cukup panas pada saat terendapkan dan lithifikasi dan membentuk welded tuf, tetapi harus
dicatat bahwa tidak semua endapan kaya akan pumice adalah welded. Secara umum endapan
piroklastik aliran tidak menunjukkan struktur sedimen selain dari normal atau reverse grading
dan sortasi buruk mencerminkan deposisi mereka dari arus yang relatif padat (Smith,1991).

Partikel konsentrasi rendah dalam sedimen gravity flow yang terdiri dari partikel dan
gas vulkanik dikenal sebagai piroklastik surge (gelombang), dan berbeda dari piroklastik
aliran karena sifatnya yang encer dan karakteristik alirannya turbulen (Sparks 1976; Carey
1991). Umumnya, letusannya menghasilkan awan rendah yang terdiri dari campuran low-
density debris dan fluida vulkanik, dikenal sebagai endapan arus/gelombang dasar (base
surge): baik gelombang dasar yang 'basah' dan 'kering' diakui, tergantung pada intensitas air
dalam arus. Aliran ini bergerak pada kecepatan tinggi secara horisontal jauh dari pusat
letusan.
Endapan base surge biasanya membentuk perlapisan dan laminasi dengan sudut rendah
(cross-statification) yang tebentuk oleh migrasi bedforms dune dan antidune.
Lapili akresi adalah fitur dari gelombang dasar 'Basah' dan terendapkan dekat dengan lubang
besar bom gunung api. Ketebalan gelombang dasar bervariasi dari sekitar seratus meter dekat
dengan lubang freatomagmatik ke unit atau hanya beberapa cm tebal lebih jauh.
2.7 Sumber Sedimen Vulkanik
Sumber sedimen vulkanik terbentuk dari proses sedimentasi. Di dalam proses
sedimentasi berlangsung proses erosi, transportasi, sedimentasi dan litifikasi.Batuan sedimen
sendiri terbentuk dari endapan yang dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu: suspension, bed
load, dan saltation. Ketiga jenis transport sedimen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Suspension
Gerak butir endapan yang sesekali bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran
disebut suspension. Butir endapan bergerak dengan lompatan yang jauh dan tetap di dalam
aliran. Suspension umumnya terjadi pada butir endapan yang berukuran relatif kecil.
2. Bed load
Gerak butir endapan yang selalu berada di dekat dasar saluran atau sungai disebut bed
load. Butir endapan bergerak dengan cara bergeser atau meluncur mengguling, atau dengan
lompatan pendek. Cara ini umumnya terjadi pada butir endapan yang berukuran relatif besar
(seperti pasir, kerikil, kerakal, bongkah).
3. Wash load
Gerak butir endapan yang hampir tidak pernah bersinggungan dengan dasar sungai atau
saluran disebut wash load. Pada wash load, butir endapan bergerak seperti digelontor oleh
aliran dan tidak pernah menyentuh dasar sungai atau saluran. Cara ini umumnya terjadi pada
butir endapan yang berukuran sangat halus.
Endapan akan menjadi batu melalui proses pengerasan atau pembatuan (litifikasi).
Litifikasi terjadi disebabkan endapan terakumulasi dalam jumlah yang sangat banyak.
Endapan yang terkumpul dalam satu lokasi saling menekan satu sama lain. Proses tersebut
berlangsung terus-menerus dan dalam waktu yang lama. Selain itu, terbentuknya endapan
menjadi batu juga melibatkan proses pemadatan (compaction), sementasi (cementation), dan
diagenesa.
(Pipkin,1997)

2.7.1 Longsoran Debris-flow volkanik

Bagian struktur gunung api yang mengalami keruntuhan dapat mengakibatkan


kelongsoran dari material pada bawah lerengnya, hal ini disebut sebagai longsoran debris
flow. Hal ini dapat dipicu oleh ledakan letusan, gempa vulkanik atau oleh oversteepening
dari sisi tubuh vulkanik karena penambahan material selama letusan, sehingga bagian
tersebut runtuh akibat gravitasi (Meurah et al,2006).
Sebagian besar material unstabilised vulkanik bergerak menuruni lereng oleh gravitasi
termasuk blok yang ber-diameter puluhan hingga ratusan meter di dalam matriks halus abu
vulkanik. Endapan pada vent ini memiliki sortasi yang sangat buruk, tebal massa detritusnya
dapat mencapai puluhan hingga ratusan meter dan mencakup luasan ratusan kilometer
persegi. Ketika air terlibat dalam longsoran itu, maka longsoran tersebut dapat menjadi lahar
(Meurah et al,2006).
2.7.2 Lahar
Lahar adalah debris flow yang berisi proporsi dominan dari material asal vulkanik. Lahar
berasal dari pencampuran material vulkanik yang belum konsolidasi dengan air, dan
selanjutnya gerakan dari campuran tersebut disebut sedimen gravity flow (Smith & Lowe
1991). Lahar dapat terbentuk selama atau setelah letusan, dimana material piroklastik yang
keluar ke dalam atau menuju air, salju atau es dan ketika hujan deras yang terus menerus
bersamaan letusan pada abu yang baru terendapkan. Mobilisasi abu basah juga dapat
mengakibatkan lahar dalam keadaan dimana tanah terganggu oleh gempa bumi atau
rusaknya sebuah danau oleh suatu letusan. Remobilisation detritus basah vulkanik dapat
terjadi setelah letusan, dan beberapa lahar mungkin tidak terkait dengan aktivitas gunung
berapi, termasuk kasus di mana debrisvulkanikclasik epiclastic terlibat. Karakteristik lahar
yang pada dasarnya sama dengan Debris flow lainnya, yang membedakan adalah material
yang diendapkan. Endapan lahar tidak menunjukan struktur sedimen dengan sortasi yang
sangat buruk. Lahar dapat dengan mudah dibedakan dari endapan primer gunung api di
mana ada campuran klastik terrigenous dan volkaniklastik detritus, tetapi semua materialnya
berasal dari vulkanik, dan ada kesamaan antara lahar dan endapan piroklastik aliran.

2.8 Tipe Letusan Vulkanik


Ada beberapa tipe letusan vulkanik, yaitu :
1. Letusan Plinian
Letusan Plinian adalah letusan yang besar, eksplosif dengan viskositas magma tinggi dari
andesit untuk rhyolitic. Letusan ini mengeluarkan sejumlah besar Pumice yang membentuk
endapan pumiceous piroklastik jatuhan lebih dari ratusan persegi kilometer. Dekat dengan
vent, endapan dari suatu letusan dapat setebal 10 sampai 20 m : pembagian materialnya
tergantung pada besarnya letusan, tapi endapan dengan tebeal satu meter dapat ditemukan
puluhan kilometer jauh dari vent (Cas & Wright 1987). Pada umumnya endapan ini bretipe
clast-support, angular, berfragmen, Pumice atau Scoria clasts dengan subordinat kristal dan
fragmen litik. Kemasnya dapat berupa massive atau perlapisan, sedangkan stratifikasi
mungkin timbul dari fluktuasi intensitas letusan atau arah angin
2. Letusan Strombolian (Hawaiian)

Letusan strombolian atau Hawaii ditandai oleh lontaran kecil lava cair yang membeku dan
membentuk kaca, fragmen vesikuler dari komposisi basaltik dikenal sebagai Scoria. Endapan
bersortasi buruk, Lapili kasar, blok dan bom biasanya interbedded dengan lava membentuk
kerucut kecil dekat dengan vent. Scoria adalah material jatuhan besar yang dapat remobilised
dalam grain flow jika berada dilereng curam di sisi kerucut. Karakteristik fitur dari beberapa
Scoria dalam letusan adalah kehadiran Pele'es tears yang kecil, pearshaped gumpalan lava
basaltik cair yang mengeras ketika jatuh di udara, dan Pele'es hair, yaitu filamen lava
mengeras (Cas & Wright 1987).
3. Letusan Vulkanian
Letusan material piroklastik dari basal stratovolcanoes andesitik biasanya terdiri
dari volume kecil tephra yang dikeluarkan dalam serangkaian letusan dari
sebuah vent. Endapan jatuhan dari letusan ini berciri perlapisan, karena karakter
episodik letusan, dan sortasi buruk, dengan bom dan blok umumnya
bersamaan dengan material berbutir halus.
Lava dan endapan vulkanik dalam urutan pengendapan memainkan peran kunci dalam
stratigrafi, karena tidak seperti hampir semua batuan sedimen lainnya, mereka
dapat diumurkan dengan analisis isotop radiometrik. Pada situasi di mana dating dilakukan
pada batuan beku sebagai lapisan penting dalam urutan pengendapan, untuk membedakan
antara sebuah unit yang dibentuk, yaitu sebagai permukaan aliran (lava) atau sebuah
lapisan tubuh intrusi (sill). Datting pada larva yang memberikan waktu pada saat batuan
terendapkan bersamaan dengan sedimen, sedangkan penanggalan sill setelah sedimen
diendapkan. Sill dapat diidentifikasi dengan fitur yang tidak terlihat pada lava seperti efek
bakar (baked margin), yang memperlihatkan bukti kontak pemanasan terhadap kedua lapisan
bawah dan lapisan atas. Aliran lava mungkin menampilkan karakteristik yang tidak akan
terjadi pada sill seperti sebagai struktur bantal (lava bantal) jika letusan terjadi di bawah air,
atau melewati permukaan atas aliran dalam kasus letusan sub-aerial. Pelapukan atau
perubahan batuan vulkanik menyebabkan masalah untuk datting radiometrik. Karena dapat
membuat umur yang diperoleh meleset.

III. PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan yang telah mengalami
proses pengangkutan dari satu tempat ke tempat lainnya.. dan bila sedimen mengeras akan
menjadi batuan sedimen
2. Proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen
tersebut menjadi suatu batuan sedimen melaluiproses pengerasan atau pembatuan (lithifikasi)
yang melibatkan proses pemadatan (compaction),sementasi (cementation), diagenesa dan
lithifikasi.
3. Sedimen vulkanik terbentuk oleh magma cair yang keluar (ekstrusi) ke permukaan bumi.
Cairan magma tersebut keluar dari rekahan baik di darat ataupun di bawah laut di mana
material vulkanik tersebut membentuk suatu perbukitan ataupun sebuah gunung api.
4. Sedimen vulkanik merupakan sedimen yang terbentuk dari letusan gunung merapi. Dengan
kata lain, batuan sedimen vulkanik merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena adanya
akitivitas gunung berapi yang meletus, di mana debu-debu yang keluar dari aktivitas tersebut
akan terendap seperti sedimen lainnya. Contoh batunya ialah batu pasir dan aglomerat,
5. Sumber sedimen vulkanik terbentuk dari proses sedimentasi. Di dalam proses sedimentasi
berlangsung proses erosi, transportasi, sedimentasi dan litifikasi. Endapan akan menjadi batu
melalui proses pengerasan atau pembatuan (litifikasi). Selain itu, terbentuknya endapan
menjadi batu juga melibatkan proses pemadatan (compaction), sementasi (cementation), dan
diagenesa.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan mengenai
sedimentasi kepada pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Awang H.Satyana and Cipi Armandita, 2004, Deepwater Plays of Java Indonesia, Regional
Evaluation on Opportunities and Risks, Indonesian Petroleum Association ,
Proceeding Deepwater and Frontier Exploration in Asia and Australasia
Symposium.

Awang H.Satyana, 2005, Oligo-Mioscene Carbonates of Java, Indonesia. Tectonic-Volcanic


Setting and Petroleum Implication. Indonesia Petroleum Association,
Proceeding Ann.Conv. 30th.

Boggs, S., Jr. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy (4th ed.). Upper Saddle
River, NJ: Pearson Prentice Hall. ISBN 978-0-13-154728-5.
Budiyani, Sri., at al., 2003, The Collision of The East Java Microplate and Its Implication for
Hydrocarbon occurrences in the East Java Basin, Indonesian Petroleum
Association, Proceeding Ann.Conv.29th.

Bhatt, J.J. 1978. Oceanography: Exploring The Planet Ocean. New York: D.Van Norstrand
Comp.

Gross, M. G. 1990. Oceanography: A View of the Earth. 5th Edition. PrenticeHall. London.

Helen Smyth et al., 2005, East Java: Cenozoic Basins, Volcanoes and Ancient Basement,
Indonesia Petroleum Association, Proceeding Ann.Conv. 30th.

Helfinalis, 2003, Sedimen dan Penyusupan Massa Air Laut Samudera Hindia ke Perairan
Selat Sunda Berdasarkan Kandungan Suspensi di Perairan Selat Sunda, Pusat
Penelitian Oseanografi, LIPI. p 23-30.

Lonawarta (Majalah Semi Ilmiah). Mengenal Sedimen Laut. 1996. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Puslitbang Oseanologi. Balitbang Sumberdaya Laut
Ambon.

Meurah, Cut, dkk. Geografi. Jakarta : PT. Phibeta Aneka Gama, 2006.
Pethick, John. 1984. An Introduction to Coastal Geomorphology. Edward Arnold, Mariland.

Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary rocks. 3rd Ed. Harper & Row, New York.

Pipkin, B.W.1977.Laboratory Exercise in Oceanography. W.H Freeman and


Company. San Fransisco.

Rifardi 2008. Ekologi Sedimen Laut Modern. Unri Press Pekanbaru, 145 halaman.

Smith, G.A. and Lowe, D.R.. 1991. Lahars: volcano-hydro- logic events and deposition in the
debris flow-hyper- concentrated flow continuum. In Fisher, R.V. and Smith,
G.A., eds., Sedimentation in Volcanic Settings, SEPM Spe- cial Publication,
no. 45, 59-70.
Triatmodjo, Bambang., 1999. Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Metode Oseanografi
    Metode Oseanografi
    Dokumen14 halaman
    Metode Oseanografi
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Tipus Dwi 2.1-2.4
    Tipus Dwi 2.1-2.4
    Dokumen55 halaman
    Tipus Dwi 2.1-2.4
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Pasut
    Pasut
    Dokumen7 halaman
    Pasut
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Hidropan Pak War Dwi
    Tugas Hidropan Pak War Dwi
    Dokumen43 halaman
    Tugas Hidropan Pak War Dwi
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Kolam Pelabuhan
    Kolam Pelabuhan
    Dokumen23 halaman
    Kolam Pelabuhan
    dwi nur hanifah
    75% (4)
  • 1
    1
    Dokumen21 halaman
    1
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Geofisika
    Geofisika
    Dokumen3 halaman
    Geofisika
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Siap Print
    Siap Print
    Dokumen27 halaman
    Siap Print
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Siap Print
    Siap Print
    Dokumen27 halaman
    Siap Print
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Siap Print
    Siap Print
    Dokumen27 halaman
    Siap Print
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat