PENDAHULUAN
c. Struktur yang terbentuk setelah proses pengendapan. Struktur ini terbentuk selepas
sedimen terendap. Ini termasuklah struktur beban, 'pseudonodules' dimana sebahagian
lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan lumpur di bawahnya, laminasi konvolut
(convolute lamination) dan sebagainya. Struktur nendatan, hasil dari pergerakan mendatar
sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam struktur selepas endapan. Nendatan
boleh berlaku di tebing sungai, delta dan juga laut dalan dan ianya sangat berguna untuk
menentukan arah cerun kuno.
(Meurah et al,2006)
Didasarkan atas komposisi materialnya, endapan piroklastika terdiri dari tefra (pumis
dan abu gunung api, skoria, Peles tears dan Peles hair, bom dan blok gunung
api, accretionary lapilli, breksi vulkanik dan fragmen litik), endapan jatuhan piroklastika,
endapan aliran piroklastika, tuf terelaskan dan endapan seruakan piroklastika. Aliran
piroklastika merupakan debris terdispersi dengan komponen utama gas dan material padat
berkonsentrasi partikel tinggi. Mekanisme transportasi dan pengendapannya dikontrol oleh
gaya gravitasi bumi, suhu dan kecepatan fluidisasinya. Material piroklastika dapat berasal dari
guguran kubah lava, kolom letusan, dan guguran onggokan material dalam kubah (Fisher,
1979). Material yang berasal dari tubuh kolom letusan terbentuk dari proses fragmentasi
magma dan batuan dinding saat letusan. Dalam endapan piroklastika, baik jatuhan, aliran
maupun seruakan; material yang menyusunnya dapat berasal dari batuan dinding, magmanya
sendiri, batuan kubah lava dan material yang ikut terbawa saat tertransportasi.
Menurut Pettijohn (1975), endapan gunung api fragmental bertekstur halus dapat
dikelompokkan dalam tiga kelas yaitu vitric tuff, lithic tuff dan chrystal tuff. Menurut Fisher
(1966), endapan gunung api fragmental tersebut dapat dikelompokkan ke dalam lima kelas
didasarkan atas ukuran dan bentuk butir batuan penyusunnya. Gambar 2 adalah klasifikasi
batuan vulkanik menurut keduanya.
2.6 Transport dan Pengendapan Material Vulkanik
Ada beberapa perbedaan penting antara cara transportasi dan deposisi material vulkanik
klastik primer dan terrigenous detritus klastik. Sifat fisik yang terpenting dalam pengontrol
sedimentasi adalah bahwa kecepatan pengendapan sebanding dengan ukuran fragmen, bentuk
dan massa-jenisnya. Tidak seperti material sedimen terrigen klastik, massa jenis partikel
piroklastik sangat bervariasi.
Secara khusus Pumice mungkin memiliki massa jenis yang sangat rendah dan bisa
mengapung sampai air memenuhinya (Whitham & Sparks 1986). Grading di endapan
piroklastik membentuk grading normal maupun reverse grading dari komponen yang berbeda
dalam lapisan yang sama. Fragmen litik dan kristal akan membentuk normal graded,
dengan material kasar di dasarnya. Endapan Pumice dalam air dapat membentuk reverse
graded karena fragmen yang lebih besar akan memakan waktu lebih lama untuk menyerap
air dan akan menjadi yang terakhir untuk menjadi terendapkan, hingga menjadi reverse
graded.
Tiga proses utama transportasi dan deposisi yang akan bahas : jatuhan, aliran dan
gelombang, tetapi perlu dicatat bahwa ketiganya saling berkaitkan dalam suatu endapan.
Proses Primer:
Piroklastik Jatuhan
Piroklastik Aliran
Piroklastik Gelombang
Proses Lainnya:
Longsoran debris-flow volkanik
Lahar
Ketika sebuah letusan gunung api mengirimkan awan debris ke udara, fragmen
piroklastik dapat jatuh ke permukaan oleh karena gravitasi seperti hujan (seperti debu
vulkanik). Vulkanik blok dan bom hanya berpindah ratusan-ribuan meter dari vent-nya (mulut
gunung), hal ini tergantung pada gaya yang dikeluarkan pada saat erupsi. Lapili halus dan ash
(debu) dapat berpindah ribuan meter ke atmosfer dan disebarkan oleh angin, dan letusan
eksplosif dapat menghasilkan abu yang tersebar ribuan kilometer dari gunung api tersebut.
Ciri khas dari endapan jatuhan adalah bahwa endapannya menutupi seluruh topogfrafi bahkan
pada lereng yang cukup curam. Endapannya menjadi lebih tipis dan terdiri dari material
berbutir halus semakin jauh jaraknya dari vent vulkanik.
Campuran partikel dan gas-gas vulkanik dapat membentuk materi massa yang bergerak
sama seperti lainnya sedimen-cairan campuran, seperti sedimen grativity flow, dan jika
memiliki konsentrasi tinggi partikel-partikel itu disebut sebagai piroklastik aliran (bedakan
dengan piroklastik surge (arus/gelombang), yang kepadatan campurannya lebih rendah).
Aliran piroklastik dapat berasal dari beberapa cara, antara lain runtuhnya kolom abu vertikal,
ledakan lateral atau miring dari gunung berapi, dan runtuhnya bagian dari tubuh vulkanik.
Aliran ini bisa bergerak dengan kecepatan sangat tinggi, diatas 300m/s, dan dapat memiliki
suhu lebih dari 10008C: aliran piroklastik terdiri dari campuran gas panas disebut nue'e
ardente, atau 'awan panas' (Lonawarta,1996).
Arus yang mengandung proporsi yang tinggi dari clasts besar membentuk blok dan
endapan aliran abu: sortasi buruk aglomerat ini memiliki komposisi clast monomict dan
rekahan pendingin di blok, hal ini menunjukkan bahwa mereka panas ketika terendapkan.
Endapan scoria-aliran adalah campuran basal andesitik abu, Lapili dan blok dengan sortasi
buruk dan umumnya menunjukkan reverse graded. Piroklastik Ignimbrit adalah endapan
aliran piroklastik yang terdiri dari material pumiceous yang merupakan campuran dengan
sortasi buruk dari blok, Lapili dan abu. Ignimbrite umumnya mengandung fragmen yang
cukup panas pada saat terendapkan dan lithifikasi dan membentuk welded tuf, tetapi harus
dicatat bahwa tidak semua endapan kaya akan pumice adalah welded. Secara umum endapan
piroklastik aliran tidak menunjukkan struktur sedimen selain dari normal atau reverse grading
dan sortasi buruk mencerminkan deposisi mereka dari arus yang relatif padat (Smith,1991).
Partikel konsentrasi rendah dalam sedimen gravity flow yang terdiri dari partikel dan
gas vulkanik dikenal sebagai piroklastik surge (gelombang), dan berbeda dari piroklastik
aliran karena sifatnya yang encer dan karakteristik alirannya turbulen (Sparks 1976; Carey
1991). Umumnya, letusannya menghasilkan awan rendah yang terdiri dari campuran low-
density debris dan fluida vulkanik, dikenal sebagai endapan arus/gelombang dasar (base
surge): baik gelombang dasar yang 'basah' dan 'kering' diakui, tergantung pada intensitas air
dalam arus. Aliran ini bergerak pada kecepatan tinggi secara horisontal jauh dari pusat
letusan.
Endapan base surge biasanya membentuk perlapisan dan laminasi dengan sudut rendah
(cross-statification) yang tebentuk oleh migrasi bedforms dune dan antidune.
Lapili akresi adalah fitur dari gelombang dasar 'Basah' dan terendapkan dekat dengan lubang
besar bom gunung api. Ketebalan gelombang dasar bervariasi dari sekitar seratus meter dekat
dengan lubang freatomagmatik ke unit atau hanya beberapa cm tebal lebih jauh.
2.7 Sumber Sedimen Vulkanik
Sumber sedimen vulkanik terbentuk dari proses sedimentasi. Di dalam proses
sedimentasi berlangsung proses erosi, transportasi, sedimentasi dan litifikasi.Batuan sedimen
sendiri terbentuk dari endapan yang dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu: suspension, bed
load, dan saltation. Ketiga jenis transport sedimen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Suspension
Gerak butir endapan yang sesekali bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran
disebut suspension. Butir endapan bergerak dengan lompatan yang jauh dan tetap di dalam
aliran. Suspension umumnya terjadi pada butir endapan yang berukuran relatif kecil.
2. Bed load
Gerak butir endapan yang selalu berada di dekat dasar saluran atau sungai disebut bed
load. Butir endapan bergerak dengan cara bergeser atau meluncur mengguling, atau dengan
lompatan pendek. Cara ini umumnya terjadi pada butir endapan yang berukuran relatif besar
(seperti pasir, kerikil, kerakal, bongkah).
3. Wash load
Gerak butir endapan yang hampir tidak pernah bersinggungan dengan dasar sungai atau
saluran disebut wash load. Pada wash load, butir endapan bergerak seperti digelontor oleh
aliran dan tidak pernah menyentuh dasar sungai atau saluran. Cara ini umumnya terjadi pada
butir endapan yang berukuran sangat halus.
Endapan akan menjadi batu melalui proses pengerasan atau pembatuan (litifikasi).
Litifikasi terjadi disebabkan endapan terakumulasi dalam jumlah yang sangat banyak.
Endapan yang terkumpul dalam satu lokasi saling menekan satu sama lain. Proses tersebut
berlangsung terus-menerus dan dalam waktu yang lama. Selain itu, terbentuknya endapan
menjadi batu juga melibatkan proses pemadatan (compaction), sementasi (cementation), dan
diagenesa.
(Pipkin,1997)
Letusan strombolian atau Hawaii ditandai oleh lontaran kecil lava cair yang membeku dan
membentuk kaca, fragmen vesikuler dari komposisi basaltik dikenal sebagai Scoria. Endapan
bersortasi buruk, Lapili kasar, blok dan bom biasanya interbedded dengan lava membentuk
kerucut kecil dekat dengan vent. Scoria adalah material jatuhan besar yang dapat remobilised
dalam grain flow jika berada dilereng curam di sisi kerucut. Karakteristik fitur dari beberapa
Scoria dalam letusan adalah kehadiran Pele'es tears yang kecil, pearshaped gumpalan lava
basaltik cair yang mengeras ketika jatuh di udara, dan Pele'es hair, yaitu filamen lava
mengeras (Cas & Wright 1987).
3. Letusan Vulkanian
Letusan material piroklastik dari basal stratovolcanoes andesitik biasanya terdiri
dari volume kecil tephra yang dikeluarkan dalam serangkaian letusan dari
sebuah vent. Endapan jatuhan dari letusan ini berciri perlapisan, karena karakter
episodik letusan, dan sortasi buruk, dengan bom dan blok umumnya
bersamaan dengan material berbutir halus.
Lava dan endapan vulkanik dalam urutan pengendapan memainkan peran kunci dalam
stratigrafi, karena tidak seperti hampir semua batuan sedimen lainnya, mereka
dapat diumurkan dengan analisis isotop radiometrik. Pada situasi di mana dating dilakukan
pada batuan beku sebagai lapisan penting dalam urutan pengendapan, untuk membedakan
antara sebuah unit yang dibentuk, yaitu sebagai permukaan aliran (lava) atau sebuah
lapisan tubuh intrusi (sill). Datting pada larva yang memberikan waktu pada saat batuan
terendapkan bersamaan dengan sedimen, sedangkan penanggalan sill setelah sedimen
diendapkan. Sill dapat diidentifikasi dengan fitur yang tidak terlihat pada lava seperti efek
bakar (baked margin), yang memperlihatkan bukti kontak pemanasan terhadap kedua lapisan
bawah dan lapisan atas. Aliran lava mungkin menampilkan karakteristik yang tidak akan
terjadi pada sill seperti sebagai struktur bantal (lava bantal) jika letusan terjadi di bawah air,
atau melewati permukaan atas aliran dalam kasus letusan sub-aerial. Pelapukan atau
perubahan batuan vulkanik menyebabkan masalah untuk datting radiometrik. Karena dapat
membuat umur yang diperoleh meleset.
III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan yang telah mengalami
proses pengangkutan dari satu tempat ke tempat lainnya.. dan bila sedimen mengeras akan
menjadi batuan sedimen
2. Proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen
tersebut menjadi suatu batuan sedimen melaluiproses pengerasan atau pembatuan (lithifikasi)
yang melibatkan proses pemadatan (compaction),sementasi (cementation), diagenesa dan
lithifikasi.
3. Sedimen vulkanik terbentuk oleh magma cair yang keluar (ekstrusi) ke permukaan bumi.
Cairan magma tersebut keluar dari rekahan baik di darat ataupun di bawah laut di mana
material vulkanik tersebut membentuk suatu perbukitan ataupun sebuah gunung api.
4. Sedimen vulkanik merupakan sedimen yang terbentuk dari letusan gunung merapi. Dengan
kata lain, batuan sedimen vulkanik merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena adanya
akitivitas gunung berapi yang meletus, di mana debu-debu yang keluar dari aktivitas tersebut
akan terendap seperti sedimen lainnya. Contoh batunya ialah batu pasir dan aglomerat,
5. Sumber sedimen vulkanik terbentuk dari proses sedimentasi. Di dalam proses sedimentasi
berlangsung proses erosi, transportasi, sedimentasi dan litifikasi. Endapan akan menjadi batu
melalui proses pengerasan atau pembatuan (litifikasi). Selain itu, terbentuknya endapan
menjadi batu juga melibatkan proses pemadatan (compaction), sementasi (cementation), dan
diagenesa.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan mengenai
sedimentasi kepada pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Awang H.Satyana and Cipi Armandita, 2004, Deepwater Plays of Java Indonesia, Regional
Evaluation on Opportunities and Risks, Indonesian Petroleum Association ,
Proceeding Deepwater and Frontier Exploration in Asia and Australasia
Symposium.
Boggs, S., Jr. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy (4th ed.). Upper Saddle
River, NJ: Pearson Prentice Hall. ISBN 978-0-13-154728-5.
Budiyani, Sri., at al., 2003, The Collision of The East Java Microplate and Its Implication for
Hydrocarbon occurrences in the East Java Basin, Indonesian Petroleum
Association, Proceeding Ann.Conv.29th.
Bhatt, J.J. 1978. Oceanography: Exploring The Planet Ocean. New York: D.Van Norstrand
Comp.
Gross, M. G. 1990. Oceanography: A View of the Earth. 5th Edition. PrenticeHall. London.
Helen Smyth et al., 2005, East Java: Cenozoic Basins, Volcanoes and Ancient Basement,
Indonesia Petroleum Association, Proceeding Ann.Conv. 30th.
Helfinalis, 2003, Sedimen dan Penyusupan Massa Air Laut Samudera Hindia ke Perairan
Selat Sunda Berdasarkan Kandungan Suspensi di Perairan Selat Sunda, Pusat
Penelitian Oseanografi, LIPI. p 23-30.
Lonawarta (Majalah Semi Ilmiah). Mengenal Sedimen Laut. 1996. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Puslitbang Oseanologi. Balitbang Sumberdaya Laut
Ambon.
Meurah, Cut, dkk. Geografi. Jakarta : PT. Phibeta Aneka Gama, 2006.
Pethick, John. 1984. An Introduction to Coastal Geomorphology. Edward Arnold, Mariland.
Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary rocks. 3rd Ed. Harper & Row, New York.
Rifardi 2008. Ekologi Sedimen Laut Modern. Unri Press Pekanbaru, 145 halaman.
Smith, G.A. and Lowe, D.R.. 1991. Lahars: volcano-hydro- logic events and deposition in the
debris flow-hyper- concentrated flow continuum. In Fisher, R.V. and Smith,
G.A., eds., Sedimentation in Volcanic Settings, SEPM Spe- cial Publication,
no. 45, 59-70.
Triatmodjo, Bambang., 1999. Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.