Anda di halaman 1dari 7

2.

3 Pasang Surut

2.3.1. Pengertian Pasang surut

Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya


permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan
semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar
perairan.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik
gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak
matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan
matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di
laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sedangkan
sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. (Gross,
1987).
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara
berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang
surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya
tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan
bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih
jauh atau ukurannya lebih kecil.Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis
yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide)
dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth) (Pariwono (1989).
Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan
memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem
bumi-bulan dan system bumi matahari. Pada teori kesetimbangan bumi
diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik
turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP
(Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal,
teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan,
dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada
dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory) Teori kesetimbangan
pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini
menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal
yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman
(Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut
sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut.
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan
bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda
membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke
kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan
dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya
juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. Menurut
berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus
pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan
menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan
gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin
besar pengaruh gesekannya.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik
gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak
matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan
matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di
laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut
antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari
(Priyana,1994).
Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah
rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi
terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan
luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain
itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu
perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya,
sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki,
1961).

2.3.2. Gaya Pembangkit Pasang Surut

gaya-gaya pembangkitan pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik


menarik antara bumi, bulan dan matahari. Penjelasan terjadinya pasang surut
dilakukan hanya dengan memandang suatu sistem bumi-bulan; sedangkan
untuk sistem bumi-matahari penjelasannya adalah identik. Dalam penjelasan
ini dianggap bahwa permukaan bumi, yang apabila tanpa pengaruh gaya tarik
bulan, tertutup secara merata oleh laut (bentuk permukaan air adalah bundar)
(Triatmodjo, 1999).
rotasi bumi menyebabkan elevasi muka air laut di khatulistiwa lebih
tinggi daripada di garis lintang yang lebih tinggi. Tetapi karena pengaruhnya
yang seragam di sepanjang garis lintang yang sama, sehingga tidak bisa
diamati sebagai suatu variasi pasang surut. Oleh karena itu rotasi bumi tidak
menimbulkan pasang surut. Di dalam penjelasan pasang surut ini dianggap
bahwa bumi tidak berrotasi ( Triatmodjo, 1999).
Untuk memahami gaya pembangkit pasang surut dilakukan dengan
memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem
bumi-bulan dan system bumi matahari. Pada teori kesetimbangan bumi
diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik
turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP
(Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal,
teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan,
dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada
dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
2.3.3. Klasifikasi Pasang Surut

Dikenal semi diurnal tides dengan dua kali pasang dalam sehari dan diurnal tides
dengan sekali pasang dalam sehari. Di lapangan sering dijumpai adanya campuran atau
kombinasi dua jenis pasang surut tersebut. Untuk mengelompokkan (klasifikasi) pasang
surut berdasar dominasi salah satu dari dua jenis pasang-surut tersebut dikenal bilangan
f (f-number) yaitu :

Amplitudo( K1)  Amplitudo( O1)


f 
Amplitudo( M 2)  Amplitudo( S 2)

Jika f bernilai besar, maknanya adalah diurnal tide dominan. Sebaliknya jika f bernilai
kecil, menunjukkan semi diurnal tide lebih dominan. Selanjutnya klasifikasi keadaan
pasang surut di suatu tempat mengikuti batasan-batasan berikut ini.

f  0,25 Semi diurnal

0,25  f  1,5 mixed, mainly semi diurnal

1,5  f  3,0 mixed, mainly diurnal

3,0  f diurnal

Perlu dicatat bahwa tiap komponen pasang-surut (M2, S2,…) mempunyai periode tetap
untuk semua lokasi, amplitudo yang bervariasi dan selisih fase yang juga bervariasi dari
tempat ke tempat.

2.3.4. Muka air rata-rata

Muka air laut rata-rata atau lebih dikenal dengan Mean Sea Level (MSL) adalah rata-
rata nilai tinggi muka air laut selama pengamatan. Nilai tinggi muka air laut pada setiap
titik pengukuran selama pengamatan dihitung untuk mencari nilai rata-
rata pengukurannya. Pada perekaman data satelit, jarak antar rekaman ± 5 km,
sedangkan untuk rekaman data pada titik yang seharusnya sama, terdapat perbedaan
jarak ± 1 km per cycle. Secara teori, perekaman data per titik untuk
tiap cycle seharusnya sama. Namun karena banyak faktor dari kondisi lautan dan satelit
yang dinamis, maka terjadi perbedaan posisi titik pengamatan.
2.3.5. Metode pengamatan pasang surut

Metode Admiralty yang berdasarkan pada data pengamatan selama 15


hari atau 29 hari. Pada metoda ini dilakukan perhitungan yang dibantu
dengan tabel, akan menghasilkan tetapan pasang surut untuk 9 komponen.
Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang elektronika yang sangat pesat,
penggunaan komputer mikro untuk menghitung tetapan pasang surut serta
peramalannya akan sangat memungkinkan. Sehubungan dengan itu akan
dicari suatu cara untuk memproses data pengamatan pasang surut sehingga
dapat dicari tetapan pasang surut serta peramalannya dengan cara kerja yang
mudah (Anonim,2014).
Proses perhitungan dari komputer didasarkan pada penyesuaian lengkung
dari data pengamatan dengan metoda kuadrat terkecil, dengan menggunakan
beberapa komponen yang dianggap mempunyai faktor yang paling
menentukan. Untuk ini dibahas penurunan matematiknya serta pembuatan
program untuk kamputernya. Program komputer dibuat sedemikian rupa
sehingga untuk proses perhitungan tersebut diatas hanya tinggal
memesukkan data,sedang seluruh proses selanjutnya akan dikerjakan oleh
komputer. Program untuk komputer dibahas secara terperinci mulai dari
dasar perhitungan, isi program serta bagan alirnya. Kebenaran dan ketelitian
hasil perhitungan dibuktikan dengan memberikan contoh perhitungan dan
penyajian berupa grafik. Perhitungan dilakukan untuk beberapa lokasi
pengamatan pasang surut serta waktu pengamatan yang berlainan
(Anonim,2014).
Analisa harmonik metode Admiralty adalah analisa pasang surut yang
digunakan untuk menghitung dua konstanta harmonik yaitu amplitudo dan
keterlambatan phasa. Proses perhitungan metode Admiralty dihitung dengan
bantuan tabel, dimana untuk waktu pengamatan yang tidak ditabelkan harus
dilakukan pendekatan dan interpolasi, serta tabel yang tersedia hanya sampai
tahun 2000. Untuk memudahkan proses perhitungan analisa harmonik
metode Admiralty dilakukan pengembangan perhitungan sistem formula
dengan bantuan perangkat lunak Lotus / Excel, yang akan menghasilkan
harga beberapa parameter yang ditabelkan sehingga perhitungan pada
metode ini akan menjadi efisien dan memiliki keakuratan yang tinggi serta
fleksibel untuk waktu kapanpun (Anonim,2014)
Metode perhitungan pasang surut laut dengan menggunakan metode
admiralty adalah perhitungan untuk menentukan Muka Laut Rata-rata
(MLR). Tahap-Tahap Perhitungan untuk menentukan MLR, Pada tahap ini
akan diperoleh nilai bacaan tertinggi yang menunjukkan kedudukan air
tertinggi dan nilai bacaan terendah yang menunjukkan kedudukan air
terendah yang disusun pada Tabel 1 yang disusun berdasarkan tanggal
pengamatan dan tanggal standar GMT (Anonim,2014).
2.3.6. Dinamika Pantai Teluk tawur
kondisi pantai umumnya landai dengan kemiringan antara 0,06 % di wilayah Teluk
awur sampai 0,4 % di wilayah jepara. Perbedaan kelandaian pantai ini biasanya
berkaitan dengan dinamika perairan pantai, dimana wilayah teluk umumnya
menunjukkan wilayah yang relatif lebih landai dibandingkan dengan wilayah ujung.
Diperkirakan bahwa pada jarak rata-rata 4 km (2,3 mil laut) dari garis pantai
kedalaman mencapai 5 meter, kemudian pada jarak rata-rata 13 km (7 mil laut)
kedalaman menjadi 10 meter, dan pada jarak 21 km (~ 13 mil laut) kedalaman
mencapai 20 meter. Kontur kedalaman kurang dari 5 meter memperlihatkan kondisi
yang relatif sejajar dengan garis pantai. Demikian juga pada garis kedalaman antara
5 - <10 meter dan 10 - <20 meter, kecuali pada perairan sekitar Cirebon pada
kedalaman antara 5 - <10 meter.
2.3.7 Manfaat penukuran pasang surut
Dengan menggunakan metode rampas kita dapat melakukan peramalan pasang
surut. Dan dari metode ini pula kita dapat menentukan tipe pasang dan surut pada suatu
perairan khususnya untuk daerah tertentu. Data peramalan pasang surut tentunya sangat
diperlukan dalam transportasi, laut, pembangunan di daerah pesisir pantai, kegiatan di
pelabuhan, dan sebagainya (Anonim, 2010).

Melalui RAMPAS, dapat diperoleh nilai data ramalan pasang surut dan
residunya dengan menggunakan bantuan hari tengah pada bulan yang diamati, serta
nilai MSL, HHWL, dan LLWL. Diperoleh juga grafik pasang surutnya yang kemudian
dapat digunakan untuk mengetahui tipe pasang surut yang terjadi. Kegunaan rampas
adalah untuk memperoleh nilai data dari ramalan pasang surut dan residu dengan
menggunakan bantuan hari tengah pada bulan yang diamati, serta nilai MSL, HHWL,
dan LLWL. Diperoleh juga dari grafik pasang surutnya yang kemudian dapat digunakan
untuk mengetahui tipe pasang surut yang terjadi pada perairan yang sedang diamati
(Mihardja, 1989).
2.3.8. Data Pasang Surut Untuk Verifikasi Bathimetri
(belum nemu)

Daftar Pustaka

Gross, M. G.1990. Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall, Inc. Englewood


Cliff. New Jersey.
Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga Report
Vol. 2 Scripps, Institute Oceanography, California.

Triatmodjo, Bambang, 2010, perencanaan bangunan pantai, Beta Offset, Yogyakarta

Triatmodjo, Bambang, 1999, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta

Anonim,2014, diambil dari www.dishidros.or.idpada pukul 22.15 WIB 25 Desember


2014

Mihardja, D. K. dan R. Setiadi. 1989. Analisis Pasang Surut di Daerah Cilacap dan
Surabaya, in Pasang Surut (editor: Otto R Ongkosongo dan Suyarso). Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Jakarta.

Anonim. 2010. http://ilmukelautan.com/index.php?option=com. Diakses pada tanggal


25Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai

  • Metode Oseanografi
    Metode Oseanografi
    Dokumen14 halaman
    Metode Oseanografi
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Hidropan Pak War Dwi
    Tugas Hidropan Pak War Dwi
    Dokumen43 halaman
    Tugas Hidropan Pak War Dwi
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Tipus Dwi 2.1-2.4
    Tipus Dwi 2.1-2.4
    Dokumen55 halaman
    Tipus Dwi 2.1-2.4
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Kolam Pelabuhan
    Kolam Pelabuhan
    Dokumen23 halaman
    Kolam Pelabuhan
    dwi nur hanifah
    75% (4)
  • 1
    1
    Dokumen21 halaman
    1
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Dwi
    Dwi
    Dokumen19 halaman
    Dwi
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Geofisika
    Geofisika
    Dokumen3 halaman
    Geofisika
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Siap Print
    Siap Print
    Dokumen27 halaman
    Siap Print
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Siap Print
    Siap Print
    Dokumen27 halaman
    Siap Print
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat
  • Siap Print
    Siap Print
    Dokumen27 halaman
    Siap Print
    dwi nur hanifah
    Belum ada peringkat