Anda di halaman 1dari 18

I.

Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum metode lagrange, adalah sebagai berikut:
1. Memahami metode pengukuran kecepatan arus
2. Memahami metode pengukuran langgrang.
3. Mengetahui kecepatan arus pantai Mertasari
4. Mengetahui ralat nisbi kecepatan arus di pantai Mertasari

II. Dasar Teori


2.1. Metode Lagrange
Metode Lagrange adalah suatu cara mengukur arus laut dengan cara
melepas benda apung atau drifter ke laut, kemudian diukur jarak dan vektor
perpindahannya. Metode ini ditemukan oleh Joseph Lagrange (1736-1811),
seorang matematikawan Prancis.(Johnson dan Pattiaratchi 2004).
Metode ini dilakukan dengan memperhitungkan jalur yang dilalui oleh
setiap partikel fluida yang dinyatakan sebagai fungsi dari waktu sebagai acuan
penentuan arah dan laju suatu fluida.(Johnson dan Pattiaratchi 2004)
Kelebihan dari metode lagrange adalah instrument yang digunakan
seperti bola duga dapat sendiri dan harganya lebih ekonomis jika dibandingkan
dengan isntrument yang modern. Turunan instrument modern Lagrange adalah The
Swallow dimana merupakan pelampung jenis apung netral, yang berarti bahwa
massa mengembang ini disesuaikan sebelum meluncur sehingga akan tenggelam
ke area dengan besar densitas yang dapat ditentukan. Kerapatan air laut sebenernya
adalah fungsi tekanan primarilya. Karena kompresibilitas air laut menyebabkan
densitas menjadi lebih besar dari pada suhu atau salinitas. The Swallow
mengambang mengirimkan pulsa suara pada interval tertentu, yang diikuti dengan
mendengarkan hydrophone dari kapal yang mengejar float (pelampung) dan
sekaligus menentukan posisinya sendiri .(Johnson dan Pattiaratchi 2004)
Salah satu instrument yang menggunakan metode lagrange adalah bola
duga. Kekurangan dari bola duga adalah tingkat ketelitian yang rendah karena
dapat terjadi eror baik dari pengamat maupun instrument yang dibuat.Panjang tali
yang digunakan juga hanya sebatas 5-10 meter. Pencatatan arah arus juga tidak
dapat digunakan mengingat bahwa kecepatan arus yang didapat hanya dari jarak
(panjang tali) dan waktu yang dibutuhkan saat tali menegang .(Johnson dan
Pattiaratchi 2004)
2.2. Arus
Menurut Gross 1972, arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal
dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan yang
terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja pada
permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari gerakan massa air adalah vector
yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Ada dua jenis gaya yang bekerja
yaitu eksternal dan internal Gaya eksternal antara lain adalah gradien densitas air
laut, gradient tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. (Gross,1972)
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang
menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut
merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang
mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu
tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal
(gerakan ke samping). Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya
yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah
ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan.
Dalam pengukuran arus, biasanya dalam pengukuran ini dipengaruhi juga oleh
pasang surut pada laut. (Gross,1972)
Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga
komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya
datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari
gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya
Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang
menghasilkan pasut. (Gross,1990)
Faktor-faktor penggerak arus yaitu (menurut Gross,1990):
a. Gerakan dorongan angin
Angin adalah faktor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh
angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus
yang dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan
kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali. (Gross,1990)
b. Gerakan termohalin
Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara
2 massa air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah
permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin.
(Gross,1990)
c. Arus Pasut
Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda
angkasa. Arus pasut ini merupakan arus yang gerakannya horizontal. (Gross,1990)
d. Turbulensi
Suatu gerakan yang terjadi pada lapisan batas air dan terjadi karena adanya
gaya gesekan antar lapisan. (Gross,1990)
e. Tsunami
Sering disebut sebagai gelombang seismic yang dihasilkan dari pergeseran
dasar laut saat etrjadi gempa. (Gross,1990)
f. Gelombang lain ; Internal, Kelvin dan Rossby / Planetary. (Gross,1990)
Ketika angin berhembus di laut energi yang ditransfer dari angin ke batas
permukaan sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang
gravitasi permukaan, yang memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah
perambatan gelombang sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat
kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut,
dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan
permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan
pergerakan air turbulen. (Gross,1990)
2.3. Gelombang
Gelombang adalah gerakan dari setiap partikel air laut yang berupa
gerak longitudinal dan orbital secara bersamaan disebabkan oleh transmisi energi
serta waktu melalui berbagai ragam bentuk materi. Gelombang pasang adalah
gelombang besar dan tinggi yang datang secara mendadak diakibatkan dari
gerakan kerak bumi di dasar laut (dislokasi) atau berupa gempa tektonik dimana
energi tersebut diteruskan secara lateral sampai wilayah pantai yang dapat merusak
terhadap apa saja yang berada di wilayah pantai, biasanya dikenal dengan sebagai
Tsunami (Wibisono, 2005).
Gelombang air laut terjadi karena adanya alih energi dari angin ke
permukaan laut atau disebabkan oleh gempa di dasar laut.Gelombang merambat
ke segala arah membawa energinya yang kemudian dilepaskan ke pantai dalam
bentuk hempasan ombak.Rambatan gelombang dapat mencapai ribuan kilometer
sampai mencapai pantai. Gelombang yang mencapai pantai akan mengalami
pembiasan dan akan memusat jika mendekati semenanjung atau menyebar jika
menemui cekungan. Gelombang yang menuju perairan dangkal akan mengalami
spilling, plunging, collapsing atau surging. Semua fenomena yang terjadi pada
gelombang disebabkan oleh topografi dasar laut (Nybakken, 1992).
2.4 Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air
dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai
5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (Djoko, 2004).
Salinitas suatu kawasan menentukan dominansi makhluk hidup pada
daerah tersebut. Suatu kawasan dengan salinitas tertentu didominasi oleh suatu
spesies tertentu terkait dengan tingkat toleransi spesies tersebut terhadap salinitas
yang ada. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup tingkat tinggi yang
terpengaruh oleh salinitas. Spesies tumbuhan yang toleran terhadap salinitas tinggi
(> 5‰) adalah mangrove, yaitu antara lain Avicenia. Sedangkan tanaman yang
beradaptasi pada salinitas 0,5-5‰ antara lain Pluchea indica dan Chatarantus sp.
(Nybakken, 1992).
Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas yaitu penguapan dan
curah hujan. Makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka
salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air
lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. Makin besar/banyak curah hujan
di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin
sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi. Banyak sedikitnya
sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut
tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit
sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi (Djoko,
2004).
Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam
sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar
garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki
kadar garam sekitar 30%. Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar
garam sekitar 3,5 %, air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang paling
tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian
dari Laut Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan
sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-
sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi (Djoko, 2004).
Zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa
organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas yang terlarut. Garam-
garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55,04%), natrium
(30,61%), sulfat (7,68%), magnesium (3.69%), kalsium (1,16%), kalium (1,10%)
dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak,
strontium dan florida. Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah
pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang
hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. Keberadaan garam-garaman
mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan
temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak
menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh
secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah
garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan
osmosis (Ariyat, 2005).
III. Alat dan Bahan
3.1. Pembuatan Alat (drifter buoy)
3.1.1 Alat
Adapun alat dalam pembuatan alat drifter buoy pada praktikum
metode lagrange, adalah sebagai berikut:

No. Alat Jumlah Kegunaan


1. Gergaji 1 Untuk memotong pipa
pvc
2. Gunting 1 Untuk memotong tali

3. Meteran 1 Untuk mengukur

Table 1. Alat
3.1.2. Bahan
Adapun bahan dalam pembuatan drifter buoy pada
praktikum metode lagrange, adalah sebagai berikut:
No. Bahan Jumlah Kegunaan
1. Pipa pvc ukuran 1” 2 buah Sebagai kerangka baling-
60x45 cm baling pada lagrange
2. Tali rapia Secukupnya Untuk mengikat
pelampung, pemberat,
dan yang lainnya
3. Tali Tampar 10m Untuk mengikat drifter
buoy
4. Pelampung 1 buah Sebagai pelampung pada
drifter buoy
5. Pemberat Batu karang Sebagai pemberat pada
drifter buoy
Table 2. Bahan
3.2. Pengukuran Arus
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan untuk mengukur arus pada praktikum
fisika dasar mengenai metode pengamatan lagrange adalah sebagai berikut
No. Nama Alat Jumlah Kegunaan
1. Stopwatch 1 buah Untuk menghitung waktu
2. Alat tulis Seperlunya Untuk menulis data
3. Kamera 1 buah Untuk dokumentasi
4. Drifter buoy 1 buah Untuk mengukur arus
Table 3. alat

3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk mengukur arus pada praktikum
fisika dasar mengenai metode pengamatan lagrange adalah sebagai berikut:

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan


1. Arus Laut - Sebagai subjek yang akan
diukur
Table 4. bahan
IV. Prosedur Kerja
4.1 Pembuatan Lagrangian Drifer
Pada peraktikum kali ini dilakukan proses pembuatan lagrang sebagai
alat pengukur arus yakni dengan cara bahan-bahan disediakan terlebih
dahulu, seperti pipa dengan panjang total 5 meter, tirai dengan luas 1x1
meter sebanyak 4 buah, tali tambang sepanjang 10 meter, pelampung
sebanyak 4 bauah dan tali raffia. Lalu di potong masing-masing pipa dan
disambung dengan bentuk menyilang, kemudian dijarit tirai padamasing-
masing sambungan pipa dengan tali raffia hingga membentuk empat sisi.
Setelah itu dijahit juga pelampung pada ujung sisi lagrang dan di ikiat
bagisan tengah lagrang dengan tali tambang.
4.2. Pengukuran Arus
Setelah selesai pembuatan lagrang, digunakan lagrang untuk mengukur
kecepatan arus. Langkah-langkahnya yakni diletakkan Lagrangian Drifer
kedalam air dan diusahakan agar dasar lagrang tidak menyentuh air. Lalu
dilepaskan dan dihitung lagrang selama 2 menit dengan stopwatch. Setelah
itu di ukur jarak tempuh Lagrangian Drifer dan di ulang sebanyak 10 kali.
Hal tersebut dilakukan dengan 3 kali pengukuran pada waktu yang di jeda
selama 30 menit dengan total sebanyak 3 kali.

V. Data Pengamatan
5.1. Data hasil percobaan dengan menggunakan metode lagrange.

5.1.1. Percobaan I

Lokasi : Pantai Mertasari, Denpasar


Hari/Tanggal : Kamis, 23 Desember 2017
Pukul : 12.25
Keadaan air laut : Arus air laut mengarah ke timur (pasang)
Cuaca : Cerah
Jam Panjang tali Arah angin Kecepatan arus
12.30 wita 7 meter Timur 0,058 m/s
12.34 wita 9 meter Timur 0,075 m/s
12.43 wita 7 meter Timur 0,058 m/s
12.46 wita 6 meter Timur 0,05 m/s
12.48 wita 7 meter Timur 0,058 m/s
12.52 wita 5 meter Timur 0,041 m/s
12.56 wita 5 meter Timur 0,041 m/s
12.58 wita 8 meter Timur 0,066m/s
01.01 wita 6 meter Timur 0,05 m/s
01.03 wita 8 meter Timur 0,66 m/s
Table 5. Percobaan 1
5.1.2. Percobaan II
lokasi : Pantai Mertasari, Denpasar
hari/Tanggal : Sabtu, 23 Desember 2017
pukul : 13:30 WITA
keadaan air laut : Arus air laut mengarah ke tiur ( pasang)
cuaca : Cerah
Jam Panjang tali Arah angin Kecepatan arus
13.36 wita 6 meter Timur 0,05 m/s
13.39 wita 7 meter Timur 0,058 m/s
13.41 wita 5 meter Timur 0,041 m/s
13.44 wita 6 meter Timur 0,05 m/s
13.46 wita 5 meter Timur 0,041 m/s
13.49 wita 8 meter Timur 0,066 m/s
13.52 wita 5 meter Timur 0,041 m/s
13.54 wita 7 meter Timur 0,058 m/s
13.57 wita 6 meter Timur 0,05 m/s
14.0 wita 6 meter Timur 0,05 m/s
Table 6. Percobaan 2

5.1.3. Percobaan III

lokasi : Pantai Mertasai, Denpasar


hari/Tanggal : Kamis, 23 Desember 2017
pukul : 14.20 WITA
keadaan air laut : Arus air laut mengarah ke timur (pasang)
cuaca : Cerah

Percobaan Panjang tali Arah angin Kecepatan arus


14.30 wita 7 meter Timur 0,058 m/s
14.33 wita 7 meter Timur 0,058 m/s
14.36 wita 8 meter Timur 0,066 m/s
14.39 wita 6 meter Timur 0,05 m/s
14.42 wita 6 meter Timur 0,05 m/s
14.44 wita 6 meter Timur 0,05 m/s
14.47 wita 7 meter Timur 0,058 m/s
14.50 wita 5 meter Timur 0,041 m/s
14.52 wita 7 meter Timur 0,058 m/s
14.55 wita 7 meter Timur 0,058 m/s
Table 7. percobaan 3
V. Analisa Data
6.1. Perhitungan
Adapun rumus pada praktikum metode lagrange ini yaitu sebagai berikut
:
𝒔
𝒗=
𝒕
Keterangan :
v= kecepatan (m/s)
s= jarak (m)
t= waktu (s)
Percobaan I
Percobaan Panjang tali (m) Waktu (s) Kecepatan (v)

1 7m
120s 0,058 m/s
2 9m
120s 0,075 m/s
3 7m
120s 0,058 m/s
4 6m
120s 0,05 m/s
5 7m
120s 0,058 m/s
6 5m
120s 0,041 m/s
7 5m
120s 0,041 m/s
8 8m
120s 0,066m/s
9 6m
120s 0,05 m/s
10 8m
120s 0,066 m/s
Rata-rata 0,0563 m/s

Table 8 analisis data 1


Percobaan II
Percobaan Panjang tali (m) Waktu (s) Kecepatan (v)

1 6m
120s 0,05 m/s
2 7m
120s 0,058 m/s
3 5m
120s 0,041 m/s
4 6m
120s 0,05 m/s
5 5m
120s 0,041 m/s
6 8m
120s 0,066 m/s
7 5m
120s 0,041 m/s
8 7m
120s 0,058 m/s
9 6m
120s 0,05 m/s
10 6m
120s 0,05 m/s
Rata-rata 0,0505 m/s

Table 9. analisis data 2


Percobaan III
Percobaan Panjang tali (m) Waktu (s) Kecepatan (v)

1 7m
120s 0,058 m/s
2 7m
120s 0,058 m/s
3 8m
120s 0,066 m/s
4 6m
120s 0,05 m/s
5 6m
120s 0,05 m/s
6 6m
120s 0,05 m/s
7 7m
120s 0,058 m/s
8 5m
120s 0,041 m/s
9 7m
120s 0,058 m/s
10 7m
120s 0,058 m/s
Rata-rata 0,0547 m/s

Table 10. analisis data 3


6.2. Ralat Nisbi
Adapun ralat nisbi pada percobaan metode lagrange ini, yaitu dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:

∑(𝑋𝑖−`𝑋)² ∆= 𝑟𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖)


∆𝑋 = √ Xi = jumlah periode
(𝑛)
`X = rata – rata periode
N = jumlah data

Percobaan I

n = 10
𝑋̅ = 0,0563
((𝑋𝑖 − 𝑋̅))= (0,058– 0,0563) + (0,075 – 0,0563) + (0,058 – 0,0563) +
(0,05– 0,0563) + (0,058 – 0,0563) + (0,041 – 0,0563) +
(0,041 – 0,0563) + (0,066 –0,0563) + (0,05 – 0,0563) +
(0,066 –0,0563)
= 0

∑(𝑋𝑖 − `𝑋) ²
ΔX = √
(𝑛)

(0)2
ΔX = √
(10)
0
= √
10

= √0
Δ𝑋 = 0

Maka: 𝑋 = 0,0563 ± 0
Presentase

0
100 % − × 100%
0,0563

= 100 % − 0 %

= 100%

Percobaan II
n = 10
𝑋̅ = 0,0505
((𝑋𝑖 − 𝑋̅))= (0,05 – 0,0505) + (0,058 – 0,0505) + (0,041 – 0,0505) +
(0,05 – 0,0505) + (0,041 – 0,0505) + (0,066 – 0,0505) +
(0,041 – 0,0505) + (0,058 –0,0505) + (0,05 – 0,0505) +
(0,05 –0,0505)
= 0

∑(𝑋𝑖 − `𝑋) ²
ΔX = √
(𝑛)

(0)2
ΔX = √
(10)

0
= √
10

= √0
Δ𝑋 = 0

Maka: 𝑋 = 0,0505 ± 0
Presentase

0
100 % − × 100%
0,0505

= 100 % − 0 %

= 100%

Percobaan III
n = 10
𝑋̅ = 0,0547
((𝑋𝑖 − 𝑋̅))= (0,058 – 0,0547) + (0,058 – 0,0547) + (0,066 – 0,0547) +
(0,05– 0,0547) + (0,05 – 0,0547) + (0,05 – 0,0547) +
(0,058 – 0,0547) + (0,041 –0,0547) + (0,058 – 0,0547) +
(0,058 –0,0547)
= 0

∑(𝑋𝑖 − `𝑋) ²
ΔX = √
(𝑛)

(0)2
ΔX = √
(10)

0
= √
10

= √0
Δ𝑋 = 0

Maka: 𝑋 = 0,0547 ± 0
Presentase
0
100 % − × 100%
0,0547

= 100 % − 0 %

= 100%

VII Pembahasan
Dalam praktikumini digunakan metode Lagrangian Drifer, metode ini adalah
salah satu cara mengukur aliran massa air dengan melepas benda apung atau drifer
ke laut, dan kemudian mengikuti gerakan massa air laut tersebut, Pertamanya alat
Lagrangian Drifer dimasukkan ke dalam air dan setelah dilepas dengan selang
waktu 2 menit dengan panjang tali 10 meter, setelah itu kita dapat menghitung
kecepatan dari arus tersebut dengan menggunakan rumus kecepatan
𝒔
𝒗=
𝒕

Pada praktikum kali yang bertempat di pantai Merta Sari .Praktikum ini
dilaksakan dari sekitar jam 12.30 WITA sampai selesai. Pada percobaan pertama
dengan panjang tali yang digunakan adalah 10 m, didapat kecepatan rata-rata
yaitu 0,0563 m/s dan didapat ralat nisbi sama dengan 0 dengan persentase
kebenaran sama dengan 100%. Pada percobaan kedua dengan panjang tali yang
digunakan adalah 10 m, didapat kecepatan rata-rata yaitu 0,0505 m/s dan didapat
ralat nisbi sama dengan 0 dengan persentase kebenaran sama dengan 100%. Pada
percobaan ketiga yaitu dengan panjang tali yang digunakan adalah 10 m, didapat
kecepatan rata-rata yaitu 0,0547 m/s dan didapat ralat nisbi sama dengan 0 dengan
persentase kebenaran sama dengan 100%.

VII. Kesimpulan
1. Dalam menentukan rata-rata kecepatan arus dalam waktu yang berbeda, kita
dapat menggunakan rumus:
Pada percobaan pertama dengan panjang tali yang digunakan adalah 10cm,
didapat kecepatan rata-rata yaitu 0,0563 m/s. Pada percobaan kedua dengan panjang
tali yang digunakan adalah 10cm, didapat kecepatan rata-rata yaitu 0,0505 m/s.
Pada percobaan ketiga dengan panjang tali yang digunakan adalah 10cm, didapat
kecepatan rata-rata yaitu 0,0547 m/s.
2. Pada praktikum ini metode yang digunakan pada pengamatan terhadap arus
laut di pantai Merta Sari, yaitu metode lagrange. Metode Lagrange adalah suatu cara
mengukur arus laut dengan cara melepas benda apung atau drifter ke laut, kemudian
diukur jarak dan vektor perpindahannya. Metode ini ditemukan oleh Joseph
Lagrange (1736-1811), seorang matematikawan Prancis.
Metode ini dilakukan dengan memperhitungkan jalur yang dilalui oleh
setiap partikel fluida yang dinyatakan sebagai fungsi dari waktu sebagai acuan
penentuan arah dan laju suatu fluida.
3. Kecepatan arus di Pantai Mertesari pada percobaan pertama memiliki
kecepatan rata-rata sebesar 0,0563 m/s dan percobaan kedua memiliki kecepatan
rata-rata sebesar 0,0505 m/s dan percobaan ketiga yaitu percobaan terakhir
memiliki kecepatan rata-rata sebesar 0,0547 m/s
4. Dengan metode Ralat Nisbi kami bias mengetahui kesalahan dari
praktikum di pantai Mertasari dengan menggunakan rumus :

∑(𝑋𝑖 − `𝑋) ²
∆𝑋 = √
(𝑛)
Dari percobaan pertama sampai terakhir kami mendapat hasil perhitungan nisbi
yaitu sebesar 100%
LAMPIRAN TERAKHR

Gambar 1. Gambar 2.

Gambar 3. gambar 4.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyat, Deni. 2005. Pengantar Oseanografi. Jakarta. Penerbit UI-Press.


Djoko, Ridwan. 2004. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.
Gross, M.G. 1972. Oceanography A View of The Earth. Prentice Hall, Inc. London.
New Jersey. Englewood Cliffs.
Gross, M. G. 1990. Oceanography: A View of the Earth. London. 5th
Edition.Prentice Hall.
Johnson D, Pattiaratchi C. 2004. Application, Modelling and Validation ofSurfzone
Drifters. Oxford.Coastal Engineering Journal:
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta. PT
Gramedia Pustaka.
Nybakken, J. W. 1992. Salinitas air laut. Bandung .Erlangga.
Suhardi, 2011.Diktat Persoalan Sumber Belajar Biologi. Yogyakarta: FMIPA
UNY.
Surbakti. 2011. “Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going
Concern”. Semarang. Universitas Diponegoro.
Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai