Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN MODUL

PRAKTIKUM DARING METODE OSEANOGRAFI


“LAJUR PERUM SUNDA STRAIT”

Oleh :
Nadina Raisa
26050120140161
Oseanografi B

Koordinator Mata Kuliah Metode Oseanografi :


Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto, S. T., M. Si.
NIP. 197408102001121001

Tim Asisten :
Rohmatun Dwi Astuti 26050119120019
Beltrand Yordan Simangunsong 26050119120031
Naela Marizka Aulia 26050119120011
Riska Widyah Ningrum 26050119120002
Syifa Arrahmah 26050119140050

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
I. PERHITUNGAN LAJU PEMERUMAN

1.1 Perhitungan Interval


1 : 30.000 = 300m
Panjang =3
Lebar =1
Banyaknya interval dalam 3 km:
Jarak 3 km 3000 m
= = =10
Interval 300 m 300 m
Dalam 1 km banyak interval :
Jarak 1km 1000 m
= = =4
Interval 300 m 300 m
1.2 Panjang Jalur Vertikal
11 x 1 = 11 km
1.3 Panjang Jalur Horizontal
5 x 3 = 15 km
1.4 Panjang Total Jalur
11 + 15 =26 km
1.5 Panjang Interval Horizontal
4 x 300 m = 1200m = 1.2 km
1.6 Panjang Interval Vertikal
10 x 300 m = 3000m = 3 km
1.7 Panjang Total Interval
1.2 + 3 = 4.5 km
1.8 Total Panjang Jalur Wilayah Studi
26 + 4.5 = 30.5 km
1.9 Perhitungan Biaya
Diketahui :
Panjang jalur kapal = 30.5 km
Kecepatan kapal = 4 knot = 7 km/h
Waktu survey = 3 jam/hari
Biaya survey = Rp 200.000/jam
Ditanya :
Berapa lama dan biaya survey batimetri tersebut?
Jawab :
Lama Survey
Panjang jalur 30.5
Kebutuhan survey = = =4.35=4.5 jam
Kecepatan kapal 7
Kebutuhan survey 4.5
Lama survey = = =1.5=2 hari
Waktu survey 3
Biaya survey
Kebutuhan survey = 4.5 jam
Biaya survey = Rp 200.000 x 4.5 = Rp 900.000
Jadi survey membutuhkan waktu 2 hari dengan total kotor biaya survey sebesar
Rp900.000
II. SPASIAL PEMERUMAN

2.1 Peta Hasil Google Earth

Gambar 1. Peta Hasil Google Earth


2.2 Titik Acuan

Gambar 2. Titik Acuan


2.3 Peta Perum Tanpa Cross

Gambar 3. Peta Perum Tanpa Cross


2.4 Hasil Lajur Perum Dengan Cross

Gambar 4. Hasil Lajur Perum Dengan Cross


III. PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Hidro-oseanografi di Selat Sunda


Selat Sunda yang berada di antara Samudera Hindia dan Laut Jawa yang
dipengaruhi oleh massa air dari Samudera Pasifik menjadi salah satu lokasi potensial. Perairan
Selat Sunda memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik tenaga arus laut. Wilayah perairan selat merupakan tempat melintasnya dan
berkumpulnya massa air laut. Pada lokasi selat ini memungkinkan massa air laut mengumpul
dan bergerak lebih cepat karena semakin menyempitnya ruang gerak dari laut menuju selat.
Kecepatan maksimum tertinggi terdapat di kedalaman 31,77 m dengan nilai kecepatan 1,95
m/dt pada arah utara. Sedangkan kecepatan rata-rata tertinggi terdapat pada kedalaman
31,77 meter dengan nilai kecepatan sebesar 0,20 m/dt. Sedangkan nilai kecepatan rata-rata
terendah terdapat pada kedalaman 15,7 m, 19,7 m dan 23,77 m.Hasil dari pengolahan
Current rosemenunjukkan bahwa arah dominan arus laut di Perairan Selat Sunda adalah
ke arah selatan dan barat daya. Perairan Selat Sunda memiliki dominansi arus laut yang
dibangkitkan oleh arus residu. tipe pasang surut di perairan barat Lampung dan sekitar
Selat Sunda adalah campuran dominasi ganda yang diperkirakan karena adanya
pengaruh dari Samudera Hindia dengan tipe yang sama. Pasang surut dari Samudera Hindia
merambat ke Selat Sunda hingga Laut Jawa, kemudian mengalami perubahan akibat perairan
Selat Sunda dan Laut Jawa yang dangkal. Sampai di Laut Jawa tipe pasang surut menjadi
campuran dominasi tunggal. Tipe pasang surut dapat berubah karena perubahan kondisi
kedalaman perairan (Nuriyati et al.,2019).
3.2 Morfologi/Keadaan Batimetri di Selat Sunda
Selat Sunda adalah selat yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatra di
Indonesia, juga yang menghubungan laut Jawa dengan Samudera Hindia. Bagian tersempit
dari Selat Sunda hanya dengan lebar sekitar 30 kilometer. Terdapat beberapa pulau kecil di
antara pulau vulkanik krakatau pada Selat Sunda. Selat Sunda merupakan salah satu dari dua
jalur utama dari China Selatan menuju Samudera Hindia dan Selat Malaka yang merupakan
jalur pelayaran penting. Tipe pasang surut yang berbeda untuk stasiun-stasiun pasut di
perairan Selat Sunda. Untuk stasiun Kota Agung tipe pasang surut Campuran Condong
Harian Ganda. Stasiun Panjang mempunyai tipe pasut Harian Ganda Beraturan. Stasiun
Ciwandan memiliki tipe pasang surut Campuran Condong Harian Ganda. Stasiun Serang
memiliki tipe pasut Harian Ganda Beraturan. AT lowest astronomical tide (chart datum)
stasiun pasut di Selat Sunda menunjukan bahwa berdasarkan nilai komponen pasang surut
selama satu tahun dapat digunakan untuk menentukan chart datum di perairan Selat Sunda
terdapat beberapa perbedaan persamaan dalam menentukan LAT lowest astronomical tide
(chart datum) (Alpian et al.,2021).
DAFTAR PUSTAKA

Alpian, N.R., R.R. Atmawidjaja., dan A.L. Ibrahim. 2021. Analisa Nilai Lowest Astronomical
Tide (Chart Datum) di Perairan Selat Sunda Untuk Kepentingan Peta Navigasi.
Jurnal Online Mahasiswa Bidang Teknik Geodesi., 1(1):1-12.

Nuriyati., Purwanto., H. Setiyono., W. Atmodjo., P. Subardjo., A. Ismanto., dan Muslim.


2019. Potensi Energi Arus Laut di Perairan Selat Sunda. Indonesian Journal of
Oceanography., 1(1).

Anda mungkin juga menyukai