Tim Asisten:
Dwitya Rahma Suci 26050118140073
Namira Yunita Prasasti 26050118120017
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Nabila Fitri Choiriah 26050118140061
Yavin Zacharia Hadi Utama 26050118130090
Arbi Wahid 26050118130064
Nauvan Prabhu Nandiwardhana 26050119130081
Alvaro Theondra Undap 26050119140093
Fressan Patrick 26050119130097
Zahra Aninda Pradiva 26050119130090
Alessandro Alvaro Hadiantoro 26050119130051
DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
KONTAK ASISTEN
Tujuan praktikum:
Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengolahan data pasang surut dengan metode
Admiralty.
Mahasiswa dapat mengetahui nilai komponen harmonic serta mengetahui tipe pasang surut
di suatu perairan.
Mahasiswa dapat menggunakan metode admiralty dan menentukan tipe suatu perairan
melalui perhitungan bilangan Formzahl.
Mahasiswa dapat mengetahui nilai dari elevasi muka air rencana pada suatu perairan.
Menurut Ongkosongo (1989) pasang surut laut (ocean tide) adalah fenomena naik dan turunnya
permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda benda langit terutama bulan
dan matahari. Pengaruh gravitasi benda benda langit terhadap bumi tidak hanya menyebabkan pasang surut laut,
tetapi juga mengakibatkan perubahan bentuk bumi dan atmosfer.
Pasang purnama (spring tide) (gambar 1) adalah pasang surut yang terjadi pada saat posisi
matahari, bumi, dan bulan berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu, akan dihasilkan pasang
maksimum yang sangat tinggi dan surut minimum yang sangat rendah, juga dikenal dengan pasang besar
(Surbakti, 2007). Pasang perbani (neap tide) (gambar 2) adalah pasang surut yang terjadi pada saat posisi
bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus terhadap bumi. Pada saat itu, akan dihasilkan pasang
maksimum yang rendah dan surut minimum yang tinggi, juga dikenal dengan pasang kecil (Surbakti,
2007).
➢ Formzahl
Pada umumnya sifat pasang surut di perairan di tentukan dengan menggunakan rumus Formzahl,
yang berbentuk:
𝐴𝐾1 + 𝐴𝑂1
𝐹=
𝐴𝑀2 + 𝐴𝑆2
Penentuan tinggi dan rendahnya pasang surut ditentukan dengan rumus – rumus sebagai berikut :
MSL = Z0 + 1,1 (M2 + S2)
HHWL = Z0 + (M2 + S2) + (K1 + O1)
MHWL = MSL + Z0
MLWL = MSL – Z0
LLWL = Z0 – (M2 + S2) – (K1 + O1)
HAT = Z0 + (M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1)
LAT = Z0 - (M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1)
Dimana:
MSL = Muka air laut rerata, adalah muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air
rendah rerata.
HHWL = Muka air tinggi tertinggi, adalah air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan
mati
MHWL = Muka air tinggi rerata, adalah rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun
MLWL = Muka air rendah rerata, adalah rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun
LLWL = Muka air rendah terendah, adalah air terendah pada saat pasang surut purnama atau
bulan mati
HAT = Tinggi pasang surut
LAT = Rendah pasang surut
➢ Metode Admiralty
Metode perhitungan yang dipakai untuk pasang surut laut erat kaitannya dengan pengamatan, yakni
untuk menentukan muka laut rata – rata harian, bulanan, tahunan, atau lainnya. Pada umumnya dikenal
dua cara perhitungan data pasang surut, yaitu:
Metode Konveksional
Metode konvensional yaitu dengan cara mengambil harga rata – rata dari semua data
pengamatan, dimana harga tersebut menyatakan kedudukan permukaan air laut rata – rata
Metode Admiralty
➢ Metode Admiralty
Metode perhitungan yang dipakai untuk pasang surut laut erat kaitannya dengan
pengamatan, yakni untuk menentukan muka laut rata – rata harian, bulanan, tahunan, atau lainnya.
Pada umumnya dikenal dua cara perhitungan data pasang surut, yaitu:
Metode Konveksional
Metode konvensional yaitu dengan cara mengambil harga rata – rata dari semua data
pengamatan, dimana harga tersebut menyatakan kedudukan permukaan air laut rata – rata
Metode Admiralty
Metode Admiralty yaitu dengan cara dimana permukaan air laut rata – rata diperoleh dengan
menghitung konstanta – konstanta pasang surut. Cara melaksanakan perhitungan ini dilakukan
dengan skema – skema (Djaja, 1989)
Pada tahun 1928, Doodson mengenalkan metode yang amat praktis untuk analisa pasang
surut dari pengamatan 15 atau 29 hari, yang kemudian terkenal denagn sebutan Admiralty Methode
of Analysis Of Tide. Dengan metode ini maka analisa praktis pasang surut akan menghasilkan
sampai 64 komponen termasuk diantaranya 36 komponen laut dangkal (Mihardja, 1994).
Pasang Surut 2020 | 9
Seperti juga metode analisis harmonik yang lain, metode Admiralty digunakan untuk
menghitungdua konstanta harmonik dari data pasang surut yang ada. Dalam metode Admiralty
harus mencari nilai amplitude dan phasa sesaat dari masing – masing komponen (Mihardja, 1994).
Perhitungan Admiralty dimulai dengan melakukan yang disebut proses harian, yakni menyusun
kombinasi dari tinggi muka air laut perjam dari setiap hari pengamatan. Metode Admiralty
membedakan ke 9 komponen yang akan dihitung berdasarkan kecepatan sudutnya ke dalam 4
kelompok yang masing – masing beranggotakan (S2, K2, K1 dan P1), (M2, MS4, dan O1),
(N2) dan (M4) (Mihardja, 1994)
Sebenernya komponen – komponen yang berada dalam satu kelompok yaitu (S2, K2), (K1,
P1), (M2 dan N2) tidak dapat dipisahkan dengan analisa periode pendek. Dalam analisa komponen
– komponen ini akan muncul dalam bentuk satu komponen. Dalam hal ketiga kelompok diatas
kompnen utamanya adalah S2, K1, dan N2. (Mihardja, 1994)
c. Skema-IV
Mengisi seluruh kolom – kolom pada skema-IV, diisi dengan data setelah penyelesaian skema-III
dibantu dengan daftar 2 (Tabel-5).
Arti indeks pada skema-IV:
Indeks 00 untuk X berarti Xoo, Xo pada skema-III dan indeks 0 pada daftar 2
Indeks 00 untuk Y, berarti Yoo, Yo pada skema-III dan indeks 0 pada daftar 2
1) Baris 1 untuk V:PR cos r, merupakan penjumlahan semua bilangan pada kolom kolom Skema Vuntuk
masing – masing kolom.
2) Baris 2 untuk VI: PR sin r, merupakan penjumlahan semua bilangan pada kolom kolomSkema VI
untuk masing – masing kolom.
3) Baris 3 untuk PR dicari dengan rumus:
𝑃𝑅 = √(𝑃𝑅 sin 𝑟) 2 + (Pr cos 𝑟) 2
4) Baris 4 untuk P didapat dari daftar 3a untuk masing – masing So, M2, S2, N2, K1, 01, M4, danMS4.
5) Baris 5 untuk f didapatkan dari daftar (table node factor f) atau dengan menggunakanperhitungan
berikut ini.
Dapatkan nilai s, h, p dan N dari persamaan berikut:
s = 277,025 + 129,38481 (Y- 1900) + 13,17640 (D+l)
h = 280,190 – 0,23872 (Y- 1900) + 0,98565 (D+l)
p = 334,385 + 40,66249 (Y- 1900) + 0,11140 (D+l)
N = 259,157 – 19,32818 (Y- 1900) – 0,05295 (D+l)
Y = tahun dari tanggal tengah pengamatan
D = jumlah hari yang berlalu dari jam 00.00 pada tanggal 1 januari tahun tersebut sampai
jam 00.00 tanggal pertengahan pengamatan.
1
l = bagian integral tahun = (𝑌 − 1901)
4
4,6
= -0,157 – [ 𝑥 −0,157 − (−0,245))]
10
4,6
= -0,157 – [ x (0,088)]
10
D = ((Januari = 31)+(Febuari = 29)+(Maret = 31)+(April = 30) + (Mei yaitu tanggal tengah padabulan
pengamatan = 17) = 138
l = (1/4 ∗ (Y − 1901)) = (1/4 ∗ (2012 − 1901)) = 27
Setelah nilai Y, D dan l dapat maka bisa melanjutkan untuk mencari nilai s, h, p dan N.
s = 277,025+129,38481(Y-1900)+13,1764(D+ l)
= 277,025+129,38481(2012-1900)+13,1764(138+27) = 16942,23
h = 280,190 – 0,23872 (Y- 1900) + 0,98565 ( D+l )
= 280,190 – 0,23872 (2012- 1900) + 0,98565 (138+27)
= 416,08561
p = 334,385 + 40,66249 (Y- 1900) + 0,11140 ( D+l )
= 334,385 + 40,66249 (2012- 1900) + 0,11140 (138+27)
0,7
= 13,8 +( )x (11,8 − 13,8) ]
10
= 13,8 + 0,07 𝑥 (−2)
= 13,8 + (-0,14)
= 13,66 ≈ 13,7
e) Baris 5 adalah Wf diperoleh dengan cara interpolasi menggunakan daftar 10.
Cara hitungan :
(2V + u ) = 300,7nilai ini berada diantara sudut 300o dan 310o (bedanya 10). Beda antara 300,7-
300 = 0,7
Jadi cara interpolasi nya untuk menghitung Wf adalah :
0,7
W/f = Wf K1 sudut 300 + [ 𝑥 wf K1 sudut 310 − wf K1 sudut 300) ]
o
10
0,7
= 0,201+ [ 𝑥 0,239 − 0,201) ]
10
= 0,201 + 0,003
= 0,204 ≈ 0,2
f) Baris 6 adalah f diperoleh dengan cara interpolasi menggunakan daftar 5, cara interpolasinya
sama dengan skema-VII.
𝑤𝑓 (𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 4)
g) Baris 7 adalah w diperoleh dengan cara : 𝑤 =
𝑓(𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠6)