Anda di halaman 1dari 16

NAMA KELOMPOK :

1.
2.
3.
4.

Nurdiana Kameliatul J
Iskawatun Amanah
Kiki Nurmalasari
Rizki Karunia H

(12030244009)
(12030244020)
(12030244204)
(12030244217)

A. Auxin

1. STRUKTUR KIMIA :
Indole-3-acetic acid

2. BIOSINTESIS : Asam-asam amino aromatik triptofan termasuk dalam


jalur utama biosintesis IAA. Hasil-hasil intermediet yang terdapat antara
triptofan dan IAA adalah : asam indol piruvat, triptoamin, dan indol

asetaldehida. Triptofan sendiri terbentuk dari PEP (fosfo enol piruvat) dan
eritrosa fosfat. IAA juga dapat dibentuk secara langsung dari asam amino
serine dengan indol.
Pembentukan asam amino triptofan terutama diperuntukkan untuk
pembuatan protein-protein sel .Jika triptofan harus tersedia untuk sintesis
IAA. Protein sel harus mengalami proteolisis.
Lintasan biosintesis Auksin

3. LOKASI DOMINAN : Tempat utama sintesis IAA, yang sesungguhnya


dapat dihasilkan pada hampir semua bagian tanaman, adalah jaringan yang
mengalami pertumbuhan cepat khususnya pada bagian tajuk tanaman yang
meliputi meristem ujung tajuk, daun muda, serta buah dan biji yang
sedang berkembang.
4. PROSES TRANSPORT : Transport IAA utama adalah aliran atas-bawah
(basipetal) dari titik tumbuh pada bagian atas tanaman ke arah bawah
sebagaimana diamati pada koleoptil tanaman oat (Avena sativa, jenis
serealia) pada studi awal auxin. Saluran transport auxin dalam tanaman
terjadi umumnya melalui dua lintasan yang berbeda (Petrek & Friml,
2009).
Floem adalah saluran transportasi kebanyak IAA dari sumber (daun
dan bunga muda) ke seluruh tubuh tanaman dalam bentuk aliran massa
yang tidak dikendalikan. Saluran ini berlaku untuk transport akropetal

(acropetal) pada akar yaitu antara pangkal dan ujung akar. Saluran kedua,
yang juga berperan dalam pergerakan auxin jarak pendek, adalah jaringan
angkut (vascular) kambium yang terjadi lebih perlahan, terarah dan
terkendali dengan bantuan pembawa (carrier) dari sel ke sel dari tajuk
hingga ke ujung akar (Goldsmith, 1977).
Pengangkutan auksin secara polar- model kemiosmotik

1. Sel menggunakan ATP ase membran plasma untuk memompa H+ dari sitosol
menuju dinding sel
2. pH dinding sel yang lebih rendah (ph 5) mempertahankan gugus karboksil
auksin menjadi kurang terdisosiasi (daripada yang disitosol yang pHnya lebih
tinggi 7-7.5. IAA diberi muatan proton menjadi IAAH.
3. IAAH (auksin tidak bermuatan) bergerak dari dinding sel ,berdifusi
menyebrangi membran menuju ke dalam sel (sitosol) melalui kotranspor
dengan H+
4. Ketika di dalam sitosol (pH 7), pH yang lebih tinggi menyebabkan gugus
karboksil auksin terdisosiasi dan menjadi bermuatan negatif - IAAH di dideprotonasi menjadi IAA- (auksin bermuatan)
5. Pengangkutan secara polar melalui organ mensyaratkan auksin untuk bergerak
keluar hanya dari ujung dasar sel (masuknya melalui ujung atas sel)

6. Terdapat protein penerima di dasar sel /membran sel mengangkut IAA- keluar
dari sel menuju dinding sel (IAA tidak dapat melalui lipid membran, ia harus
melalui protein karier. Protein karier berada dalam membran pada sisi dasar
sel)
7. IAA- berdifusi ke dalam ruang dinding sel Ketika di dalam dinding sel, IAAdiprotonasi menjadi IAAH lagi (pH rendah menyebabkan sebagian besar
auksin menjadi tidak bermuatan)berdifusi menuju sel berikutnya.
5. PENGARUH :
1. Pertumbuhan memanjang batang :
- Pertumbuhan
memanjang
disebabkan

oleh

pembelahan sel dan pembentangan sel meristem


primer. Jadi auksin berperan dalam pembelahan dan
-

pembentangan sel-sel meristem primer.


Pertumbuhan menebal batang disebabkan oleh
pembelahan dan pembentangan sel-sel meristem
sekunder. Jadi auksin berperan dalam pembelahan
dan pembentangan meristem sekunder.

Contoh

terbentuknya lingkaran tahun pada batang.


2. Diferensiasi vaskuler Auksin memacu diferensiasi
ke arah silem, sedang GA memacu ke arah floem
3. Pertumbuhan akar Kadar auksin rendah memacu
pertumbuhan akar, sedang kadar yang tinggi
menghambat pertumbuhan akar.

Auksin sangat

diperlukan untuk inisiasi pembentukan akar.


Bukti:

stek

yang

berdaun/bertunas

lebih

mudah/cepat membentuk akar daripada yang tidak


berdaun/bertunas.
4. Dominansi apikal
- Teori kadar auksin

kadar

auksin

yang

supraoptimal diketiak daun akan menghambat


-

pertumbuhan tunas apikal


Teori distribusi nutrisi Nutrisi banyak ditranspor ke
tunas apikal, sebab berkas pengangkut ke apikal
relatif sudah tersedia daripada yang ke tunas aksiler.

Transpor nutrisi ke tunas aksiler akan berjalan lebih


cepat

setelah

terjadi

kontak

antara

berkas

pengangkut tunas aksiler dengan berkas pengangkut


batang.
5. Perkembangan buah dan biji Buah dan biji yang
sedang berkembang merupakan sumber auksin.
Buah tanpa biji (partenokarpi) umumnya berukuran
lebih kecil daripada buah berbiji. Auksin sering
dipakai sebagai fitohormon pemacu pembentukan
buah tanpa biji.

6. INTERAKSI DENGAN HORMON LAIN :


1. Auksin dengan sitokinin
Sitokinin

diproduksi

oleh

akar

dan

dapat

merangsang pembentukan akar lateral meskipun pada


konsentrasi sama dapat menghambat pertumbuhan sumbu
utama. Meskipun menghambat pemuluran akar primer,
sitokinin sangat meningkatkan diameternya yang disebabkan
rangsangan bersama dengan auksin dari kegiatan kambium
akar

(Wilkins,

1992).

Sitokinin

berfungsi

memacu

pembelahan sel dan pembentukan organ, menunda penuaan,


meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu
perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, dan
memacu perkembangan kloroplas dan sintesis klorofil
(Salisbury dan Ross, 1995).
Sebagian

besar

tumbuhan

memiliki

pola

pertumbuhan yang kompleks yaitu tunas lateralnya tumbuh


bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini
merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan
perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari akar dan
diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di kuncup
terminal kemudian diangkut ke bagian bawah tumbuhan.

Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral


yang letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga
membatasi pembentukan tunas-tunas cabang dan fenomena
ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di
bagian bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar)
biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan dengan
tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal.
Hal ini menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang
lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan. Interaksi
antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah
satu cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan
akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan
menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan
konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem tunas
membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak.
Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di antara ZPT
tumbuhan lainnya.

B. ETHYLEN
1. STRUKTUR KIMIA : Struktur kimia etilen sangat sederhana yaitu
terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom hidrogen seperti gambar di bawah
ini :

2. BIOSINTESIS : Biosintesis ethylene terjadi di dalam jaringan tanaman


yaitu terjadi perubahan dari asam amino methionine atas bantuan cahaya
dan FMN (Flavin Mono Nucleotide) menjadi Methionel. Senyawa tersebut
mengalami perubahan atas bantuan cahaya dan FMN menjadi ethykene,
methyl disulphide, formic acid.
3. LOKASI DOMINAN : Etilen disintesis di semua jaringan yang
mengalami cekaman, terutamadisintesis jaringan yang mengalami penuaan
atau pemasakan (ripening).

4. PROSES TRANSPORT : Transportnya menggunakan mekanisme difusi.


Transport ke jaringan yang jauh dilakukan dalam bentuk senyawa antara
sebagai prekursor, yaitu CCC (1-aminocyclopropane-1-carboxylic acid).

5. PENGARUH : 1. Ethylene Pada Absisi Daun :


Kehilangan daun pada setiap musim gugur merupakan suatu
adaptasi untuk menjaga agar tumbuhan yang berganti daun, selama musim
dingin tetap hidup ketika akar tidak bisa mengabsorpsi air dari tanah yang
membeku. Sebelum daun itu mengalami absisi, beberapa elemen essensial
diselamatkan dari daun yang mati, dan disimpan di dalam sel parenkhim
batang. Nutrisi ini dipakai lagi untuk pertumbuhan daun pada musim semi
berikutnya. Warna daun pada musim gugur, merupakan suatu kombinasi
dari warna pigmen merah yang baru dibuat selama musim gugur, dan

warna karotenoid yang berwarna kuning dan orange, yang sudah ada di
dalam daun, tetapi kelihatannya berubah karena terurainya klorofil yang
berwarna hijau tua pada musim gugur. Ketika daun pada musim gugur
rontok, maka titik tempat terlepasnya daun merupakan suatu lapisan absisi
yang berlokasi dekat dengan pangkal tangkai daun.
Sel parenkhim berukuran kecil dari lapisan ini mempunyai dinding
sel yang sangat tipis, dan tidak mengandung sel serat di sekeliling jaringan
pembuluhnya. Lapisan absisi selanjutnya melemah, ketika

enzimnya

menghidrolisis polisakarida di dalam dinding sel. Akhirnya dengan


bantuan angin, terjadi suatu pemisahan di dalam lapisan absisi. Sebelum
daun itu jatuh, selapisan gabus membentuk suatu berkas pelindung di
samping lapisan absisi dalam ranting tersebut untuk mencegah patogen
yang akan menyerbu bagian tumbuhan yang ditinggalkannya. (Sumber :
Campbell dan Reece, 2002 : 816).
2. Ethylene Dalam Proses Pematangan Buah
Ethylene sebagi hormon akan mempercepat terjadinya klimakterik.
Biale (1960) telah membuktikan bahwa pada buah adpokat yang disimpan
di udara biasa akan matang setelah 11 hari, tetapi apabila disimpan dalam
udara dengan kandungan ethylene 10 ppm selama 24 jam buah adpokat
tersebut akan matang dalam waktu 6 hari. Aplikasi C2H2 (Ethylene) pada
buah-buahan klimakterik, makin besar konsentrasi C2H2 sampai tingkat
kritis makin cepat stimulasi respirasinya. Ethylene tersebut bekerja paling
efektif pada waktu tahap klimakerik, sedangkan penggunaan C2H2 pada
tahap post klimakerik tidak merubah laju respirasi. Pada buah-buahan non
klimakterik respon terhadap penambahan ethylene baik pada buah pra
panen maupun pasca panen, karena produksi ethylene pada buah non
klimakterik hanya sedikit.
Menurut Winarno (1979) dikatakan bahwa buah-buahan non
klimakterik akan mengalami klimakterik setelah ditambahkan ethylene
dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh buah non klimakterik untuk
percobaannya adalah jeruk. Di samping itu pada buah-buahan non

klimakterik apabila ditambahkan ethylene beberapa kali akan terjadi


klimakterik yang berulang-ulang.
Penelitian Mattoo dan Modi (1969) telah menunjukkan bahwa
C2H2 meningkatkan kegiatan enzym-enzym katalase, peroksidase, dan
amylase dalam irisanirisan mangga sebelum puncak kemasakannya. Serta
selama pemacuan juga diketemukan zat-zat serupa protein yang
menghambat pemasakan, dalam irisan-irisan itu dapat hilang dalam waktu
45 jam. Perlakuan dengan C2H2 mengakibatkan irisanirisan menjadi lunak
dan tejadi perubahan warna yang menarik dari putih ke kuning, yang
memberi petunjuk timbulnya gejala-gejala kematangan yang khas.
3. Ethylene dan Permeablitas Membran
Ethylene adalah senyawa yang larut di dalam lemak sedangkan
memban dari sel terdiri dari senyawa lemak. Oleh karena itu ethylene
dapat larut dan menembus ke dalam membran mitochondria. Apabila
mitochondria pada fase pra klimakterik diekraksi kemdian ditambah
ethylene, ternyata terjadi pengembangan volume yang akan meningkatkan
permeablitas sel sehingga bahan-bahan dari luar mitochondria akan dapat
masuk.

Dengan

perubahan-perubahan

permeabilitas

sel

akan

memungkinkan interaksi yang lebih besar antara substrat buah dengan


enzym-enzym pematangan.
4. INTERAKSI DENGAN HORMON LAIN
1. Etilen dengan auksin pada proses absisi daun
Absisi diatur oleh perubahan keseimbangan etilen dan auksin.
Lapisan absisi dapat dilihat disini sebagai suatu lapisan vertikal pada
pangkal tangkai daun. Setelah daunnya gugur, suatu lapisan pelindung dari
gabus, menjadi bekas tempelan daun yang membantu mencegah serbuan
patogen. Suatu perubahan keseimbangan etilen dan auksin, mengontrol
absisi. Daun yang tua, menghasilkan semakin sedikit auksin; yang
menyebabkan sel lapisan absisi lebih sensitif terhadap etilen. Pada saat
pengaruh etilen terhadap lapisan absisi kuat, maka sel itu memproduksi
enzim, yang mencerna sellulose dan komponen dinding sel lainnya.

C. SITOKININ
1. STRUKTUR

2. BIOSINTESIS Secara singkat biosintesis sitokinin dapat dijelaskan


sebagai berikut: Jaringan tumbuhan yang mengandung enzim isopentenil
AMP diubah menjadi isopentenil adenosine 5 fosfat (isopentenyl
AMP) dihidrolisi oleh enzim fosfatase menjadi isopentenil
adenosine melepaskan gugus ribose menjadi isopentenil adenine
(sitokinin) mengelami oksidadi menjadi zeatin (sitokinin) mengalami
reduksi NADPH menjadi dihidrozeatin (sitokinin).

3. LOKASI , lokasi yang paling dominan pada organ tumbuhan ialah pada
ujung akar.
4. PROSES TRANSPORT Sitokinin ditransportasikan xilem dan sebagian

kecil melalui pembuluh floem. Sitokinin dalam bentuk ribosida


ditransportasikan dari akar ke tajuk tanaman melalui xilem. Transport
melalui xilem merupakan jalur utama dalam mentrasportasikan sitokinin.
Sedangkan jalur transport melalui floem hanya sedikit sekali digunakan.
Dalam jalur ini sitokinin ditransportasikan dari floem daun yang lebih tua
ke floem daun yang lebih muda atau ke wadah penampungan lain. Jalur ini
digunakan untuk meentransportasikan sitokinin dalam bentuk glikosida.
5. PENGARUH :
-

Mengatur Siklus Sel (Regulates Cell Cycle),


Menghambat penuaan daun (senescence)
Memacu perkembangan kloroplas
Pengendalian bentuk (kontrol morfogenesis)

6. INTERAKSI DENGAN HORMON LAIN : Sitokinin, auksin, dan

faktor lainnya berinteraksi dalam mengontrol dominasi apikal, yaitu suatu


kemampuan dari tunas terminal untuk menekan perkembangan tunas
aksilar. Sampai sekarang, hipotesis yang menerangkan regulasi hormonal
pada dominansi apikal, yaitu hipotesis penghambatan secara langsung,
menyatakan
bahwa auksin
dan
sitokinin
bekerja
secara
antagonistis dalam mengatur pertumbuhan tunas aksiler.
Berdasarkan atas pandangan ini, auksin yang ditransportasikan ke
bawah tajuk dari tunas terminal, secara langsung menghambat
pertumbuhan tunas aksilari. Hal ini menyebabkan tajuk tersebut menjadi
memanjang dengan mengorbankan percabangan lateral. Sitokinin yang
masuk dari akar ke dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan kerja
auksin, dengan mengisyaratkan tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi

rasio auksin dan sitokinin merupakan faktor kritis dalam mengontrol


penghambatan tunas aksilar.
D. GIBERELIN (GA)

1. STRUKTUR KIMIA

2. BIOSINTESIS : Jalur biosintesis giberelin berasal dari


prekursor asam mevalonat yang dibentuk oleh asetil
koenzim A. Giberelin disintesis pada daun yang sedang
berkembang, primordium cabang, ujung akar dan biji yang
sedang berkembang. Salisbury dan Ross menyatakan
bahwa pengangkutan asam giberelat dalam tumbuhan
tidak terjadi secara polar. Pengangkutan berlangsung
melalui difusi. Selain itu, pengangkutan juga berlangsung
melalui xilem dan floem.

Giberelin merupakan senyawa isoprenoid disintesis dar


asetil koenzim A melalui asam mevalonat. GGPP senyawa
C20 bertindak donor bagi semua atom karbon kemudian
diubah menjadi kopalil pirofosfat mempunyai sistem 2
cincin yang diubah menjadi kauren dgn sistem 4 cincin.

Oksidasi terjadi di retikulum endoplasmik dengan hasil


kaurenol (jenis alkohol) Kaurenal (aldehid) Asam
kaurenoat

Oksidasi

berbagai

Giberelin.

Giberelin

diproduksi pada saat daun masih muda, ujung akar.


Sintesis

giberelin

Giberelin

dipacu

ditranslokasi

oleh

lewat

temperatur

berkas

20-30C.

pengangkut

dan

parenkim.
3. Lokasi yang Dominan Produksi giberelin yang paling
besar berada pada Meristem apikal tunas ujung dan akar,
daun muda dan embrio. Meskipun demikian pangaruh
giberelin hanya pada batang dan daun. Pada batang
giberelin bersama auksin merangsang pemanjangan dan
pembelahan sel batang. Giberelin juga berpengaruh pada
perkembangan
dibarengi

buah.

dengan

pengaplikasian

Namun

control

giberelin

kinerja

auksin.
adalah

giberelin

Salah
pada

satu
buah

harus
contoh
anggur

Thompson yang tumbuh besar dan terpisah jauh antara


buah yang lain. Perkecambahan biji juga dipengaruhi oleh
giberelin, karena setelah sebuah biji mengimbibisi air,
giberelin akan dibebaskan dan mengakhiri dormansi biji.
4. PROSES TRANSPORT GA ditransportasikan melalui xilem
dan

floem,

Salisbury

dan

Ross

menyatakan

bahwa

pengangkutan asam giberelat dalam tumbuhan tidak


terjadi secara polar. Pengangkutan berlangsung melalui
difusi. Selain itu, pengangkutan juga berlangsung melalui
xilem dan floem.
5. PENGARUH : - Genetik
1. Gejala kerdil oleh adanya mutasi.
2. Memendeknya internodus
3. GA mampu mengubah tanaman kerdil menjadi
tinggi
- Pembungaan
1. Hormon yg berperan florigen Giberelin yg
berperan dlm pembentukan batang

2. Antesin berperan pembentukan bunga


- Partenokarpi
1. Pencelupan cluster anggur sebelum berbunga
dan sesudah berbunga dalam larutan GA3
dpt memacu buah tak berbiji 88- 96%.
Dormansi
1. Kemampuan biji untuk mengundurkan fase
perkecambahan sampai tempat
menguntungkan untuk tumbuh.
E. Asam Absisat (ABA)
Naman IUPAC

: Asam [S-(Z,E)]-5-(1-Hidroksi-2,6,6 trimetil-4okso-2-sikloheksen-1-il)-3-metil-2,4pentanadienoat

Rumus molekul

: C15H20O4

1. STRUKTUR KIMIA
:

2. Biosintesis

: biosintesis ABA dapat terjadi secara tidak

langsung dan secara langsung dengan memanfaatkan karotenoid. pada


kebanyakan tanaman tingkat tinggi biosintesis ABA terjadi secara tidak
langsung melalui oksidasi senyawa violxanxin menjadi xantoxin yang
akan dikonversi menjadi ABA.
1. Tahap pertama biosintesis ABA ialah epoksidasi
Zeaxanthin dan antheraxanthin menjadi violaxanthin, yang

terjadi diplastida. tahap ini dikatalisis oleh enzim


zeaxanthin opoxidase (ZEP).
2. Setelah serangakaian modifikasi struktural, violaxanthin
diubah menjadi 9 - cis - epoxycarotenoid. pembelahan
oksidatif epoxycarotenoid 9-cis-neoxanthin oleh 9-cisepoxycarotenoid dioxygenase (NCED) menghasilkan
senyawa intermediet xanthoxin.
3. xanthoxin selanjutnya ditansport ke sitosol, dimana
selanjutnya di ubah menjadi ABA dengan dua langkah
reaksi melalui ABA- aldehid. alkohol rantai pendek
dehidrogenase / reduktase yang dikode oleh gen AtABA2
mengkatalis langkah pertama dan menghasilkan ABA
aldehid. ABA aldehid oksidase (AAO) mengkatalis
langkah terakhir dalam jalur biosintesis ini, sehingga
dihasilkan ABA.

3. LOKASI
4. TRANSPORT

: pada daun
: Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi baik

melalui xilem maupun floem dan arah pergerakannya bisa naik atau
turun.Transportasi ABA dari loem menuju ke daun dapat dirangsang oleh
salinitas. pada tumbuhan tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA
dalam siklus hidupnya. daun muda memerlukan ABA dari xilem dan
floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber dari ABA dan dapat
ditranspor ke luar daun.
:
1. ABA akan menghambat germinasi dan memacu dormansi.
2. ABA menghambat pertumbuhan vegetati tanaman.
3. Stress lingkungan seperti kekeringan, salinitas tinggi, dan suhu yang

5. PENGARUH

rendah akan meningkatkan konsentrasi ABA. Konsentrasi ABA yang


tinggi akan memicu penutupan stomata sehingga tingkat transpirasi
rendah.
4. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.

6. INTERAKSI DENGAN HORMON LAIN


1. Hubungan asam absisat dengan Giberelin. Rasio asam absisat terhadap
giberelin menentukan biji untuk berkecambah atau dorman. Tingginya
rasio absisat terhadap giberelin akan memicu dormansi biji, sedangakan
tingginya rasio giberelin akan memicu perkecambahan biji.

Anda mungkin juga menyukai