Anda di halaman 1dari 4

RESUME HUKUM KETENAGAKERJAAN

“KELEMAHAN DAN KELEBIHAN RUU OMNIBUS LAW CIPTA KERJA”

DISUSUN OLEH:
NAMA : Renhard Fransiskho Soloti

No. Stambuk : D101 18 049

Kelas : BT 06/G

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KELEMAHAN RUU OMNIBUS LAW CIPTA LAPANGAN KERJA
Dikemukakan dalam 2 kerang berpikir yaitu : filosofis dan sosiologis.
1. Pasal 1 ayat 3 dalam UUD 1945 Maknanya bahwa segala aspek dalam kehidupan
harus berlandaskan pada hukum dan seyokianya hukum yang lebih rendah harus
berpegangan pada norma hukum yang paling tinggi. Namun sangat disayangkan
ketika kita telusuri secara komprehensif materi muatan dari pada Rancangan Undang-
Undang Cipta Lapangan kerja ini maka akan didapati bahwa saja sejatinya materi
muatan dari pada RUU CIPTA LAPANGAN KERJA ini mengabaikan peraturan
yang paling tinggi dan mengabaikan regulasi yang telah ada, baik karena adanya
penambahan aturan baru atau penghapusan aturan yang telah ada sebelumnya.
Sejatinya ada 5 poin yang menjadi krusial dalam UU cipta lapangan kerja ini yaitu :
a. terkait dengan peniadaan izin lingkungan
b. terkait dengan ketenagakerjaan dan hak-haknya yang telah di reduksi
c. terkait dengan pemangkasan peran pemerintah daerah yang pada akhirnya berujung
pada resentralisasi
d. Adanya pasal-pasal yang tendensi mengkibiri hak-hak warga negara
e. Adanya kesalahan logika dalam salah satu pasal dalam UU CIPTA LAPANGAN
KERJA yang berkaitan dengan hierarki perundang-undangan yang menimbulkan
ketidakpastian hukum.
Adanya hal-hal tersebut memunculkan pertanyaan selaraskah materi muatan dan
tujuan dibentuknya RUU CIPTA LAPANGAN KERJA ini. Pun sejatinya jika tujuan
dibentuknya RUU cipta lapangan kerja ini adalah untuk mengingkatkan ekosistem
investasi demi meningkatkan ekonomi nasional namun malah mengabaikan aspek-
aspek kehidupan lainnya yang sejatinya tidak dapat dipisahkan dari aspek ekonomi.
Maka RUU Cipta Lapangan Kerja ini telah mengabaikan nilai keadilan sosial pada
sila ke lima pancasila sebagai staat fundamental norm.Selain itu dalam UU DASAR
1945 pada pasal 33 (4) telah jelas menegaskan bahwa perekonomian nasional tidak
dapat dipisahkan dari aspek keadilan dan kesejahteraan sosial.
2. Ditinjau dari sisi sosiologis bahwa RUU Cipta Lapangan Kerja justru tidak
mencerminkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia dan juga tidak mencerminkan tujuan negara sebagaimana
alinea ke 4 pembukaan UUD 1945. Adanya penghapusan syarat” tertentu terkait
dengan pendirian perusahaan asing di Indonesia membuat kita menarik kesimpulan
bahwa demi peningkatan ekosistem investasi maka konsep sustainable Development
di kesampingkan dengan perizinan yang begitu mudah dan bargaining power yang
begitu kuat, maka bisa menjadi salah satu pintu masuk bagi tenaga kerja asing untuk
bekerja di Indonesia dan berpotensi mengurangi hak warga negara Indonesia untuk
mendapatkan pekerjaan. Dari segi perspektif sosiologi hukum, bagaimana hukum
hadir sebagai suatu hal yang dapat berdiri sendiri atau otonom. Oleh karena itulah
untuk dapat selaras dengan perkembangan masyarakat yang menjadi objeknya,
hukum diharuskan untuk memperhatikan segala aspek-aspek yang terkait, yakni
sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Ketidak otonomian hukum juga tergambar jelas
dalam teori sibernatik dari talcot parsons dan pengembangan lebih lanjut dalam
konsep input output dari Harry Cebredimeir, yang memandang hukum sebagai
masukan sekaligus keluaran dari sub-sub sistem yang ada di masyarakat. Hukum
yang hadir sebagai pengatur haruslah memandang konteks perubahan dari sisi yang
realistis bukan pada cita-cita semata. Alangkah baiknya peningkatan ekosistem
investasi juga di diseimbangkan dengan konsep pemenuhan hak dari warga negara
Indonesia yang juga penting untuk dilindungi dari RUU ini. Setidaknya ada 4 pasal
dalam RUU Cipta Lapangan Kerja yang menunjukan kepada kita bagaimana
kemudian konsep otonomi daerah yang selama ini didukung pemerintah untuk
percepatan dan pemerataan pembangunan justru mengalami reduksi, yaitu pasal 37,
pasal 40, pasal 43 dan pasal 251 yang kemudian memunculkan resentralisasi dalam
negara Indonesia dan kekuasaan pemerintah pusat di bawah presiden menjadi absolut.
Peningkatan investasi dengan mempermudah perizinan dan penyederhanaan regulasi
jika tidak diseimbangkan dengan harmonisasi UU sektoral akan berpotensi pada
konflik dan ketidakadilan terahadap penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam
bagi kelompok diluar korporasi, berpotensi pada eksploitasi sumber daya alam, yang
berlebihan, dan memperparah kerusakan lingkungan. Investasi yang didukung adalah
investasi yang adil, demokratis, dan berkepastian hukum dan berkelanjutan. Hal yang
paling krusial dalam RUU Cipta Lapangan Kerja ini adalah pasal 170 yang dapat
merubah hierarki tatanan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

KELEBIHAN RUU OMNIBUS LAW CIPTA LAPANGAN KERJA


Di dalam RUU CIPTA LAPANGAN KERJA terdapat Jaminan Kehilangan Pekerjaan:
Dalam draft RUU Cipta Lapangan Kerja pada pasal 46A berbunyi:
- Pekerja/buruh yang di PHK berhak mendapatkan jaminan kehilangan pekerjaan
- JKP diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan.

“JKP akan diberikan kepada pekerja/buruh yang merupakan peserta BPJS


Ketenagakerjaan dan aktif membayar iuran,” bunyi Pasal 46C.

Di Pasal 46D, tertuang manfaat JKP yang akan diterima pekerja yang kena PHK, yakni
berupa:

- Pelatihan dan sertifikasi


- Uang tunai
- Fasilitas penempatan.

“Jadi manfaat JKP, pemerintah akan memberikan pelatihan (kerja), memberi uang
saku selama 6 bulan, serta penempatan bekerja. Ini khusus bagi karyawan yang
perusahaannya bangkrut atau kena PHK (bukan karena tindak kriminal) dan aktif
membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan,” kata Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam keterangan resminya.

Anda mungkin juga menyukai