Anda di halaman 1dari 10

Fapet Unja, semester ganjil 1999/2000 DASAR REPRODUKSI TERNAK Ir. Jalius, MS I.

DEFINISI REPRODUKSI Reproduksi adalah suatu kemewahan fungi tubuh yang secara fisiologik tidak penting bagi kehidupan individu, tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa ternak (hewan). Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung sete lah hewan/ternak mencapai masa pubertas dan diatur oleh kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan. Dalam kita mempelajari reproduksi ternak pasti akan terlintas dalam benak kita tentang prinsip-prinsip reproduksi dan cara pengendaliannya, penyebab menurunnya efisiensi reproduksi, serta cara-cara untuk meningkatkan produksi, ini merupakan satu hal yang penting untuk meningkatkan efisiensi produksi dalam usaha peternakan. Reproduksi atau perkembangbiakan yang kita kenal ada 2 yaitu aseksual dan seksual. A. Pembiakan aseksual (Monocious/Hermaphrodit). Pada hewan pembiakan secara aseksual jarang terjadi dari pada tumbuhan. Perkembangan aseksual seperti cara fragmentasi terjadi pada cacing. Setelah cacing mencapai dewasa secara spontan cacing-cacing terbagi menjadi 8 bagian, atau 9 bagian. Setiap bagian berkembang menjadi dewasa. Selain itu ada perkemabangbiakan dengan cara pertunasan (budding), ini terjadi pada ubur-ubur. Keturunan berkembang sebagai tunas pada induknya, tunas tersebut lebas dan hidup bebas. Contoh lain pada cacing pita (Taenia solium). Pada daging babi yang kurang matang mengandung cacing gelembung yang terdiri atas kaplsul yang mengandung skoleks. Bila termakan cacing gelembung, getah lambung melarutkan kasul sehingga skoleks keluar menempel pada usus dan menghisap makanan. Kemudian skoleks membuat tunas-tunas yaitu progotip. Progotif berkembang membentuk alat kelamin kemudian melepaskan diri dari induk lalu masuk kedalam kotoran. Beberapa species hewan tinggi berkembangbiak dengan cara partenogenesis. Dimana hewan betina menhasilkan telur lalu berkembang menjadi anak tanpa dibuahi. Contohnya terjadi pada kutu daun (afid), ikan tertentu, kelas molusca. B. Pembiakan seksual (Dioecious). Perkembangbiakan cara seksual terjadi dengan pertemuan dua sel germinal (sel kelamin = gamet) jantan dan betina (fertilisasi). Dalam hal ini adanya sumbangan faktor genetik dari kedua induknya yaitu kromosom (n) dari induk jantan dan kromosom (n) induk betina. Perkembangan ini umumnya terjadi pada hewan veterbrata. Untuk mencapai hal tersebut hewan harus melalui proses masa pubertas, dan dewasa kelamin. Karena itu masing-masing calon induk harus mempersiapkan pematangan organ kelamin. Pertemuan kedua gamet hewan ada 2 macam yaitu ada secara internal (in vivo) dan eksternal (in vitro). Secara in vivo, terjadi pada ternak kambing, domba, sapi, kelinci

marmut, ayam dan burung dll. Secara ekternal (in viro) ini terjadi pada kodok, katak, ikan dll. II. Tijauan Biologi Reproduksi Apabila kita perhatikan proses reproduksi hewan vertebrata secara klasik hewan dapat diklasifikasikan terdiri atas; ovi parous yaitu hewan yang menghasilkan telur dan vivi parous yang melahirkan anak. Menurut fungsinya maka vertebrata tingkat tinggi dapat dibagi atas tiga kelas, yaitu; oviparous, ovoviviparous, dan viviparous. Secara umum maka burung dimasukan kedalam kelas oviparous, yaitu hewan yang menghasilkan telur. Menurut Klasifikasi muthakhir, maka bangsa burung dimasukan dalam hewan ovoviviparous. Alasanalasannya ialah karena banyak persamaan proses reproduksi dan juga perbedaan antara bangsa burung dan hewan yang benar-benar oviparous. 1. Oviparous Sifat khusus dari reproduksi pada hewan ini adalah menghasilkan telur (betelur). Tidak ada terjadi hubungan kelamin (copulasi) pada hewan ini. Pembuahan (fertilization) terjadi diluar alat kelamin hewan betina. Ini berarti bahwa selaput telur haruslah dapat ditembus oleh sperma. Perkembangan embryo seluruhnya terjadi diluar alat kelamin induk. Peranan induk terhadap bentuknya mahluk baru adalah menghasilkan telur yang mengandung nucleus dan cytoplasma, sperma yang dikeluarkan oleh hewan jantan bertemu dengan ovum di dalam air dan terjadi pembuahan, serta perkembangan embryo. Sebagai contoh dari hewan ini adalah ikan dan katak. 2. Ovoviviparous Hewan ini juga menghasilkan telur. Namun pada hewan ini terjadi copulasi, ejakulasi atau inseminasi dan fertilisasi terjadi di dalam alat kelamin betina. Telur yang dikeluarkan dari dalam tubuh hewan ini dilapisi kulit telur yang tak dapat ditembus. Pada awal pertumbuhan embryo terjadi alat kelamin hewan betina (dalam tubuh). Dapat dikatakan bahwa bangsa burung mempunyai masa mengandung kurang lebih 24 jam. Alat-alat kelamin betina induk mempunyai peranan dalam pertumbuhan anak. Bukan hanya menghasilkan telur nucleus dan cytoplasma saja. Disamping pembuahan, juga pertumbuhan awal dari embryo tergantung pada uterus induk, sebagai contoh hewan ini adalah burung (aves) dan reptil. 3. Viviparous Pada hewan ini baik inseminasi ataupun pembuahan terjadi dalam alat kelamin hewan betina seperti pada hewan ovoviviparous. Akan tetapi seluruh pertumbuhan embrio terjadi dalam tubuh induk. Anak dilahirkan dalam keadaan sempurna, dan terdapat beberapa tingkat dapat hidup bebas. peranan induk pada hewan ini adalah menghasilkan telur dengan nucleus dan cytoplasma, mempersiapkan agar terjadi pembuahan embryo, yang dikenal dengan masa kebuntingan. Termasuk dalam golongan ini ialah semua mammalia kecuali monotremata, ornithorhynchus (Platipus) dan Tachyglossus (echidna) dimana telur dierami. Bentuk dari alat kelamin hewan betina berbeda-beda sesuai dengan proses dan species yang bersangkutan.

III. Perkembangan Teknologi Reproduksi Aritoteles (384-322), adalah orang yang pertama menulis tentang asal usul manusia (embriologi). Menurutnya bahwa suatu embrio "seharusnya" mempunyai bentuk, embrio terjadi begitu saja (generatio spontanae). Selain itu ia juga mmengemukakan suatu spekulasi bahwa embrio manusia berasal dari darah menstruasi yang diaktifkan. Pendapat ini disanggah oleh Redi (1668) walaupun ia tidak dapat membuktikan. Kemudian Pasteur (1864) membuktikan bahwa manusia berasal dari telur "omne vivum ex vivo" dan "omnis cellula e cellula". Penemuan mikroskop oleh Robert Hooke (1665), Malpighi (1672), dan Anthony Leeuwenhoek (1673) merupakan era baru bagi perkembangan penelitian reproduksi. Murid Leeuwenhoek yaitu Hamm melihat adanya jasad renik bergerak dalam air mani (semen) seorang terserang penyakit kelamin, jasad renik tersebut diberinama animalcules. Percobaan Roux, dengan menggunakan telur kodok stadium 2 sel. Salah satu sel (blastomer) dimatikan dengan jarum yang dipanaskan, lalu terjadi sel yang tidak dipanasi tetap hidup dan membelah. Akhirnya sel yang hidup berkembang menjadi setengah kecobong. Percobaan Driesch, dengan menggunakan telur hewan bulu babi (Echinus microtuberculatus). Dalam hal ini ia melakukan pemisahan sel yang berasal dari stadia 2, 4, 8, dan 16 sel. Sel-sel yang dipisahkan ditempatkan di dalam bak yang berisi air laut. Ternyata sel-sel tersebut dapat berkembang menjadi larva yang lengkap. Hal ini menunjukan sel-sel embrio tersebut terbentuk sebagai bagian embrio apabila terdapat dalam satu kesatuan, sedangkan apabila terpisah dari satu kesatuan sel tersebut ia akan berkembang secara sendiri-sendiri membentuk embrio lengkap. Sel yang dapat berkembang sendiri disebut totipoten. Percobaan Hans Spemann, dengan menggunakan telur salamender pada stadium cleavage pertama. Percobaannya ada dua macam yaitu: Pertama, ia mengikat telur ikan salamender dengan rambut bayi, sehingga terbentuk dua bagian. Bagian pertama mengandung nucleus dan bagian kedua mengandung cytoplasma. Yang mengandung nucleus segera membelah selnya menjadi 2, 4, 8 dan 16 sel dan bahkan berkembang menjadi seekor ikan salamender. Sedangkan bagian kedua yang mengandung cytoplasma tidak membelah dan berkembang. Kedua, ia mengikat seperti diatas secara lurus membagi dua. Hasilnya diperoleh satu bagian berkembang menjadi ikan salamender dan yang satu lagi berkembang menjadi jaringan hati tanpa mengandung organ-organ sensoris. Dari hasil percobaan tersebut dapatlah disimpulkan bahwa sel yang mengadung nuleus berkembang menjadi individu dan yang mengandung cytoplasma tidak berkembang, karena tidak mengandung bahan genetik. Dari percobaan tersebut orang telah mampu membelah embrio dan memisahkan sel-sel morula (transfer nucleus, splitting embrio) sehingga embrio ternak dapat diperbanyak.

Penemuan inseminasi buatan (kawin suntik) yang pertama kali di Arab, dimana Pangeran Arab yang sedang berperang dengan seorang pangeran tetangganya. Oleh karena itu ia tidak dapat mengawinkan kuda betinanya dengan kuda pejantan musuhnya, dan ia mencuri air mani. Ia mengumpulkan air mani itu dengan sikat rambut yang halus dan kemu dian memasukan kedalam liang sanggama (vagina) kuda betinanya yang sedang birahi. Ternyata kudanya berhasil bunting. Selanjutnya setelah ratusan tahun baru Malpigi dan Bibiena melakukan kawin buatan pada ulat sutra, tetapi tidak berhasil. Namun Lazzora Splanzani (1782) berhasil menginseminasi anjing. Lazzora Splanzani (1780-1985) menemukan menemukan spermatozoa kuda tahan hidup pada saju dan setelah dipanaskan spermatozoa masih dapat hidup. Penemuan inilah dasar untuk pembekuan air mani, yang dapat disimpan dalam waktu yang lama. Aplikasi Ilmu Reproduksi Aplikasi Teknologi reproduksi seperti kawin-mengawin ternak seperti inseminasi buatan (IB), dengan dapat meningkatkan populasi dan produksi ternak dengan cepat, melalui penggunaan pejantan potensial. Usaha melipatgandakan kelahiran anak dapat dilakukan dengan teknik superovulasi, dengan menggunakan perlakuan hormonal seperti FSH dan PMSG. Selain itu supaya mudah dan serempak mengawikan ternak dalam jumlah besar dapat diatur dengan teknik sinkronisasi birahi, ini dapat dilakukan dengan perlakuan hormonal seperti estrogen dan prostaglandin dll. Teknologi reproduksi Transfer embrio telah digunakan oleh perusahan untuk meningkatkan produksi. Transfer embrio adalah embrio (morula dan blastocyst) yang diambil dari betina donor, dipindahkan ke induk penerima (resepien) sehingga embrio berkembang menjadi foetus dan melahirkan. PERBEDAAN JENIS KELAMIN Performan (penampilan individu) ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan penotif, sekitar 30 persen dipengaruhi sifat genetik dan 70 persen dipengaruhi faktor penotik. Demikian pula terhadap penampilan jenis kelamin hewan/ternak, dan dapat dibedakan baik secara genetik dan penotif. A. Genotif Secara genetik jenis kelamin dapat dibedakan dari penentuan bentuk kromosom, kecuali unggas jenis kelamin jantan ditentukan oleh kromosom Y ( XY = jantan). Sedangkan jenis kelamin betina ditentukan pasangan kromosom X (XX= betina). Pada unggas jenis kelaminnya heterogametic, yaitu ia memiliki satu kromosom Z dan satu kromosom W (ZW= betina). Sedangkan unggas jantan memiliki sepasang kromosom Z (ZZ= jantan). Jumlah kromosom masing-masing species berbeda seperti pada manusia terdapat 46 kromosom. Dimana masing-masing gamet induk betina memberikan sumbangan 22 pasang kromosom X plus 1 kromosom X dan sumbangan dari induk jantan 22 pasang kromosom plus 1 kromosom X atau Y. Setelah melebur (fertilisasi) maka jumlah kromosom manusia menjadi 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.

Pada manusia ada juga kejadian dimana kromosom Y tidak ditemukan sehingga jumlah kromosom autosom dan kromosom kelamin menjadi 45 (XO) bukan 46 (XX), kelainan ini disebut Turner's syndrom. Individu ini berjenis kelamin betina, tetapi ia infertil dan system organ kelaminnya tidak berkembang baik (infantile). Pada wanita juga demikian dimana kromosom X tidak diketemukan, seharusnya XX tetapi ditemukan XO. Bentuk tubuh wanita dari luar adalah wanita, tetapi tidak mempunyai gonad (ovarium) kalaupun ada rudimenter (mengecil). Perawakan kecil dan perkembangan kelenjar susu terlambat. Tetapi tidak semua wanita yang mengalami gejala Tuner tidak mempunyai gonad, oleh karena itu ada beberapa individu yang fertil, seperti pada tikus mempunyai kromosom kelamin XO. Individu yang demikian berkembang dari sel telur yang nondisjungsi yang dibuahi oleh sperma X atau sel telur yang dibuahi sperma X dan Y tetapi non-disjungsi sehingga tidak memberi sesuatu pada sel telur berkromosom X. Kemungkinan lain adalah pembuahan berjalan normal tetapi salah satu kromosom lenyap pada awal pembelahan zygot. Pada kuda kromosom XO karakteristiknya sama dengan manusia, namun pada mencit kromosom XO juga berjenis kelamin betina tetapi fertil. Dari observasi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa pada mammalia penentuan jenis kelaminnya ditentukan oleh kromosom Y. Namun pada insecta kromosom XO berjenis kelamin jantan sedangkan kromosom XX berjenis kelamin betina. Kromosom Y pada mamalia mempunya gen H-Y antigen (dibaca = Histocompatability Y antigen) yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan organ kelamin jantan. Pada manusia gen ini secara normal selalu terkait dengan kromosom Y. Gen-gen autosomal dan kromosom X juga akan mempengaruhi ekspresi gen H-Y antigen. Pada Rusa Muntjak (Muntjac deer) kromosom Y juga menentukan jenis kelamin Jantan. Penelitian Patterson dan Petricianni (1973) bahwa kromosom X berbentuk acrocentric, sedangkan kromosom Y berbentuk metasentrik yang kecil. Klinefelter's syndrom pada manusia jenis kelamin laki-laki ditemukan jumlah kromosomnya adalah 47, XXY disini kelihatan kelebihan kromosom X satu. Dilihat secara perkembangan organ kelamin jantan baik secara interna dan eksterna kurang berkembang secara normal, seperti testis mengecil, tidak ada spermatozoa (aspermia) dan steril. Kejadian ini juga terjadi pada sapi (cattle), dimana testis mengecil (cryptorchidism) dan terjadi sterilitas seperti pada manusia. Pada manusia jenis kelamin wanita ditemukan jumlah kromosom 47, XXX; 48, XXXX ; 49, XXXXX juga pernah ditemukan. Demikian pula terjadi pada jenis kelamin jantan dimana jumlah kromosom Y berlebih seperti jumlah kromosomnya 47, XYY dimana penampilannya lebih tinggi dari rata-rata. Ciri wanita yang berkromosom XXX adalah berambut panjang, kelenjar susu membesar, tetapi tanda alat kelamin sekunder tidak berkembang. Pada lalat keadaan kromosom XXX disebut superfemale, dimana telurnya lambat menetas, susah hidup dan mandul( steril). Persilang ternak yang mempunyai jumlah kromosom berbeda biasanya menghasilkan keturunan yang steril, artinya anak hasil keturunan tidak bisa menurunkan keturunan apabila dikawinkan, demikian pula terjadi pada species yang berbeda meskipun jumlah kromosom sama contoh lihat Tabel 1. Tabel 1. Jumlah kromosom dan kemampuan Reproduksi

SPECIES Mongolian wild horse (E. przewalskii) (66 kromosom) African Zebra (E. burchelli) (44 krom) American bison (Bison bison) (60 krom) SPECIES American bison (Bison bisaon) (60 krom) Domestic goat (Capra hircus) (60 krom) Domestic goat (Capra hircus) (60 krom)

SPECIES Domestic horse (E.caballus) (64 Kromosom) Donkey (E. asinus) (62 krom) Zebu (Bos indicus) (60 krom) SPECIES Domestic cattle (Bos taurus) (60 kromosom)

KROMOSOM 65 krom

HASIL CROSS Fertility ?

53 krom

Steril

60 krom fertile KROMOSOM 60 krom

Females are

HASIL CROSS Male F1 are sterile Anak lahir mati Embrio diresorbsi, abortus 6 mg

Barbary sheep (59) (Ammotragus larcia) (58 krom) Domestic sheep (Ovis aries) (54 krom) (57)

Pemeriksaan kromosom dapat dilakukan dengan mengambil darah, darah dari sum-sum kaki misalnya pada mencit atau tikus dilakukan pemberian Colchicin/colcimid. Prinsipnya pada saat metaphase kromosom berada ditengah. Kemudian sel-sel tersebut dihancurkan lalu dibuat preparat hapus dengan pewarnaan giemza. Kromosom yang terlihat diphoto, lalu digunting kromosomnya dan disusun sesuai dengan ukuranya, sehingga terbentuk susunan karyotipe. B. PENOTIF Secara penotif dapat dilihat alat kelamin/organ kelamin (gentalia jantan dan betina dapat dibedakan dengan jelas. Pada jantan, alat kelamin dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu alat kelamin primer, sekunder dan tersier. Pada Jantan alat kelamin primer adalah testis, yang berperanan menghasilkan sel-sel kelamin jantan yaitu spermatozoa dan menghasilkan hormon jantan yaitu testosteron. Sedangkan alat kelamin sekunder adalah sekelompok kelenjar-kelenjar pelengkap (asesoris), seperti kelenjar vesikulares, prostata, bulbourethralis dan cowper dan saluran-saluran terdiri

atas epididymis dan vas deferens. Kelenjar tersebut berfungsi menghasilkan zat-zat organik yang dibutuhkan oleh sperma seperti energi, selain itu sebagai alat transportasi. Alat kelamin trisier adalah alat kelamin luar yaitu preputeum, penis, dan scrotum.

Tabel 2. Ukuran Testis, bobot lahir dan dewasa beberapa ternak Jenis Ternak Berat(gr). Bobot Testis Sapi bali Sapi Madura Sapi Ongol Sapi PO Sapi Grati Semental Brahman Herford Santa getrudis FH 250-350 300-345 200-510 350-500 300-320 300-350 350-365 Lingkaran Testis(cm) 15,0-20,0 14,0-17,0 14,5-16,9 16,0-20,0 20,0-26,0 37,2 36,7 36,4 40,5 40,2 Bobot lahir(kg) 50-75 50-75 50-75 79-87 70-80 Bobot Dewasa(kg) 300-400 250-300 300-400 400-600 800-910

Penotif hewan betina dapat dilihat pada alat kelaminnya, terutama alat kelamir primer yaitu ovarium, yang berperanan menghasilkan telur (ova) setiap siklus birahi. Selain itu juga berperanan menghasilkan hormon seperti estrogen. Sedangkan alat kelamin skunder adalah vagina, cervix, uterus, infundibulum. Sedangkan alat kelamin trisier adalah vulva, kelenjar mammae. PERKEMBANGAN EMBRIONAL AWAL Pada umumnya hewan multiseluler terdapat tingkatan perkembangan awal yang ditandai terjadinya gametogenesis, yang meliputi pematangan sel-sel gamet. Selanjutnya terjadi penyatuan antara gamet pasangan yang disebut fertilisasi. Seterusnya akan terjadi fase perkembangan awal yang secara fundamental sama pada semua hewan yaitu terjadi

cleavage dan gastrulasi yaitu proses pembentukan lapisan germinal (germ layers). Sel telur yang telah dibuahi akan mengalami serang kaian proses pembelahan mitosis yang bersifat melengkapi unit-unit penyususnan tubuh organisme. Proses pada sel yang bersifat membentuk sel baru, yaitu sel-sel individual yang banyak disebut cleavage atau pembelahan sel yang specifik. Sel telur yang telah dibuahi mengalami pembelahan menjadi sel-sel yang lebih kecil, yaitu disebut blastomer. Setiap sel anak memperoleh jumlah kromosom yang sama dengan kromosom induknya (zigote). Pada setiap mitosis, blastomer yang dibentuk, besarnya mengalami reduksi. Sejumlah blastomer menyusun struktur seperti bola berongga yang disebut morula. Blastomer terus membelah membentul blastula, sedangkang rongga dalamnya disebut blastocoel. Selama pembentukan blastula, Blastocoel diisi cairan. Selanjunya sel-sel blastula menyusung suatu struktur yaitu lapisan germinal primer melaluik proses gastrulasi. Lapisan tersebut terdiri atas ektoderm, mesoderm dan entoderm yang mengandung materi, sehingga bagian-bagian embrio mampu melakukan diferensiasi. Proses cleavage pada zigote berlangsung dibagioan protoplasma yang aktif. Dilain pihak, dibagian dalam cadangan zat makanan yang berupa kuning telur /kunir (yolk), tidak ikut terlibat secara langsung pada proses pembelahan dan berfungsi menghambat proses mitosis. Dalam hal ini jumlah kunir menyebar secara merata di dalam telur mempengaruhi cleavage dan mengerakan lapisan germinal ke tempatnya. Berdasarkan atas banyaknya dan penyebaran kunir cleavage diklasifikasikan sebagai berikut: A. Cleavage total, Terdapat pada ovum holoblastik yaitu seluruh bagian ovum mengalami pembelahan.Cleavage total terdiri atas: 1. Equal, pada ovum isolesital, yaitu ovum yang sedikit mengandung kunir, blastomer yang dibentuk kurang lebih sama besar, misalnya Amphioxus, Marsupial (Kangguru) dan mamalia yang berplasenta. 2. Unequal, pad ovum telolesital, yaitu ovum yang mengandung banyak kunir telur, kunir yang bersifat memperlambat mitosis yang terkumpul pada kutub vegetal (vegetal pole), blastomer yang terbentuk sedikit, tetapi setiap blastomer lebih besar. Keadaan ini ditemukan pada telur ikan golongan rendah dan ampibia. B. Cleavage partial, Pada ovum meroblastik yang membelah adalah bagian protoplasma. 1. Diskoidal, Pada ovum telolesital, mitosis hanya terjadi di bagian kutub animal atau animal pole. Keadaan tersebut ditemukan pada ovum golongan ikan yang lebih tinggi, reptil golongan aves dan mamalia monotremata. 2. Superfisial, Pada ovum sentrolesital, mitosis hanya terjadi dibagian sitoplasma perifer. Keadaan tersebut ditemukan pada arthropoda. Penyatuan ovum dengan spermatozoa disebut fertilisasi. Penembusan ovum oleh spermatozoa dan pengabungan kedua inti menjadi zigot menandakan mulainya suatu individu. Tetapi ada juga ovum yang tanpa dibuahi dapat berkembang biak disebut dengan parthenogenesis, contohnya pada hewan crustace, insecta dan rotifer. Pada hewan invertebrata tertentu sering hanya ditemuin satu polar bady yang tidak terjadi reduksi jumlah chromosom. Ada juga sperma suatu species dapat membuahi telur sepecies lain

misalnya mada mule (kuda x keledai) keturunan hybrid ini biasanya in fertile tapi sifatnya lebih kuat dari pada induknya. Peristiwa fertilisasi sel kelamin jantan dan betina harus dalam keadaan maturitas yang sesuai. Pada vertebrata sebelum penembusan oleh spermatozoa dimulai, melepaskan polar body pertama, baru dapat dibuahi. Pada mamalia polar body ke dua masih ada tetapi daalam keadaan terhambat. Selama kejadian-kejadian pendahuluan fertilisasi, maka pembelahan meiosis ke dua berlangsung sempurna. Dalam proses terjadinya fertilisasi ada dua komponen yang sangat berperanan adalah ovum dan spermatozoa. Sebagaimana sel-sel lainnya ovum juga mempunyai inti, cytoplasma, dinding, mitochondria, golgi body dan reticulum endoplasmic. Demikian pula spermatozoa kecuali cytoplasma tidak dimiliki spermatozoa, sedangkan inti berada di kepala, mitochondrio, body golgi berada dibagian tegah (leher ) spermatozoa. Telur (Ovum) Pada cytoplasma ada bagian yang aktif terdiri dari organel-organel sel seperti mitochondria, lisosom, golgi dan bagian yang pasif adalah yolk (kuning telur/kunir). Klasifikasi ovum dapat dibedakan berdasarkan jumlah kuning telur, letak kuning telur dan cara pembelahannya. A. Klasifikasi telur (ovum) menurut jumlah kuning telur (deutoplasma) adalah 1.Oligolicethal Ovum yang mempunyai jumlah deutoplasma (yolk= kuning telur) sangat sedikit didalam cytoplasma (ooplasma). Contohnya pada telur amphiopxus dan eutheria 2. Mesolicethal/ Mediolicethal Ovum yang mempunyai jumlah deutoplasma sedang berupa lapisan di daerah kutup vegetal telur. Contohnya pada amphibia 3. Polylicethal/Mengalecithal Ovum yang memiliki jumlah deutoplasma sangat banyak sekali, membentuk lapisan yang mengisi hampir semua telur, sedangkan inti dan sedikit cytoplasma menempati hanya daerah puncak kutub animal. Contoh terdapat pada hewan Pisces, Reptilia, Aves dan Monotremata. B. . Klasifikasi telur (ovum) menurut letak kuning telur (deutoplasma) adalah 1. Isolecithal Ovum yang memiliki jumlah kuning telur sedikit dan letaknya menyebar merata, contohnya: mammalia seperti manusia, sapi, domba. Kerbau . 2. Teliolecithal Ovum yang memiliki jumlah kuning telur lebih banyak dan terkumpul pada daerah vegetal pole, misalnya aves 2. Centrolecithal Ovum yang memiliki kuning telur (deutoplasma )relatif banyak dibandingkan dengan volume telur, tapi tyerletak bagian tengah dan cytoplasma berada disebelah luar. Contoh terdapat pada insecta, arthropoda. C. . Klasifikasi telur (ovum) berdasarkan cara pembelahan inti ovum adalah 1. Pembelahan holoblastik yaitu pembelahan inti ovum secara total atau menyeluruh. Hasil pembelahan menghasilkan blastomer yang ;

a. equal dimana ukuran blastomer hasil cleavage hampir sama, ini terdapat pada ovum isolecithal, misalnya amphioxus. b. Unequal dimana ukuran blastomer hasil cleavage tidak sama, karena selsel blastomer yang mendekat ke kutub vegetal (Vegetal pole) atau yang mengarah ke kuning telur pembelahannya agak lambat dibandingkan blastomer yang mengarah ke kutub animal (Animal pole). Keadaan ini kuning telur menghambat mitosis, sehingga blastomernya tidak sama besar ukurannya dan lebih sedikit jumlahnya, misalnya pada ovum telolecithal yaitu telur amphibia dan ikan derajat rendah. 2. Pembelahan Meroblastik yaitu pembelahan yang terjadi hanya pada daerah protoplasma. Pembelaha meroblastik ini ada dua macam yaitu: a. Pembelahan Discoidal dimana pembelahan mitosis hanya terjadi pada kutub animal, misalnya pada reptil. b. Pembelahan super fical dimana pembelahan mitosis hanya terjadi pada cytoplasma perifer, misalnya pada anthropoda. Telur (ovum) dilindungi oleh tiga macam selaput yaitu 1. Selaput primer yaitu selaput tipis yang menempel diovum disebut membran vitellina. 2. Selaput sekunder yaitu selaput yang dihasilkan oleh sel-sel folikel (follicle), yang terletak disebelah luar selaput primer. Pada mammalia disebut zona pellucida. Pada insecta dan cylostomata disebut chorion, sedangka pada amphibia, reptilia, aves disebut zona radiata 3. Selaput tertier, selaput ini terbentuk setelah terjadi fertilisasi, yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar saluran kelamin betina. Selaput lendir pada Pisces dan amphibia, serta albumen (putih telur) shel pada reptelia, aves dan Monotremata.

Anda mungkin juga menyukai