PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia
manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat
atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai
manusia1. Hak asasi manusia tediri atas dua hak yang paling fundamental, yaitu hak
persamaan dan hak kebebasan. Tanpa adanya kedua hak ini maka akan sulit untuk
menegakkan hak asasi lainnya.
Dalam era reformasi ini masalah hak asai manusia adalah sesuatu hal yang sering kali dibahas
karena hak asasi manusia lebih di perhatikan dan dijunjung tinggi dalam era reformasi ini, hal
ini ditandai dengan lahirnya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada tanggal 10
desember 1948. Dengan adanya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia ini maka hak-hak
dasar setiap individu lebih diakui dan di junjung tinggi sehingga setiap individu memiiki hakhak yang sama di mata dunia sesuia dengan yang tercantum dalam Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia.
Salah satu instrumen Hak Asasi Manusia yang terdapat dalam Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia adalah Hak Atas Hidup Layak yang tercantum dalam pasal 25 ayat 1
yang berbunyi :
Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan
kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat
menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan
lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya2.
1 Hukum Hak Asasi Manusia, PUSHAM UII, Yogyakarta, 2008, hlm 11.
2 Pasal 25 ayat (1) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, hlm 5.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Atas Hidup Layak
Hak untuk mendapat penghidupan layak dilihat dalam penggolongan Hak Asasi Manusia
berdasarkan generasinya, adalah merupakan generasi kedua. Yang dimaksud dengan generasi
kedua adalah berarti tergolong ke dalam hak ekonomi, sosial dan budaya (ekosob).
Keistimewaan dari hak ekosob adalah bahwa hak ini termasuk hak yang positif, yang berarti
negara harus berperan secara aktif untuk memastikan hak ini dipenuhi. Misalkan
menyediakan perumahan layak, memastikan warga negaranya mendapat makanan yang
cukup dan menyediakan prasarana lainnya sehingga warga negaranya dapat hidup layak3.
Hak atas hidup layak tercantum dalam pasal 25 ayat (1) Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia yang berbunyi Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk
kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian,
perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas
jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia
lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar
kekuasaannya4, dan pasal 11 ayat (1) dan (2) Kovenan Internasional ekonomi sosial budaya
(ekosob) yang berbunyi:
1. Negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang atas standar kehidupan yang
layak baginya dan keluarganya, termasuk pangan, sandang dan perumahan, dan atas
perbaikan kondisi hidup terus menerus. Negara Pihak akan mengambil langkah-langkah yang
memadai untuk menjamin perwujudan hak ini dengan mengakui arti penting kerjasama
internasional yang berdasarkan kesepakatan sukarela.
2. Negara Pihak pada Kovenan ini, dengan mengakui hak mendasar dari setiap orang untuk
bebas dari kelaparan, baik secara individual maupun melalui kerjasama internasional, harus
mengambil langkah-langkah termasuk program-program khusus yang diperlukan untuk;
a) Meningkatkan cara-cara produksi, konservasi dan distribusi pangan, dengan sepenuhnya
memanfaatkan pengetahuan teknik dan ilmu pengetahuan, melalui penyebarluasan
3 Right to an adequate standard of living,
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Right_to_an_adequate_standard_of_living#, diakses 19 oktober 2015, pukul
20:00 WIB.
pengetahuan tentang asas-asas ilmu gizi, dan dengan mengembangkan atau memperbaiki
sistem pertanian sedemikian rupa, sehingga mencapai suatu perkembangan dan pemanfaatan
sumber daya alam yang efisien;
b) Memastikan distribusi pasokan pangan dunia yang adil yang sesuai kebutuhan, dengan
memperhitungkan masalah-masalah Negara-negara pengimpor dan pengekspor pangan.
Berdasarkan pasal 25 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan pasal 11 Kovenan
Internasional ekonomi sosial budaya (ekosob) hak atas hidup layak dapat didefinisikan
sebagai hak untuk mendapatkan kebutuhan dasar (sandang,pangan,papan) pada tingkat yang
memadai dan dalam hal untuk mencapai hak tersebut negara wajib untuk menjamin dan
memfasilitasi demi tercapainya hak atas hidup layak5.
Dalam komentar umum no.12 ekonomi sosial budaya yang membahas tentang Hak Atas
Bahan Pangan yang Layak menjabarkan standar Hak Atas Bahan Pangan Layak adalah
sebagai berikut:
perawatan
Bebas dari substansi-substansi yang merugikan, menetapkan kebutuhan atas
ekonomi)
Keterjangkauan bahan pangan bagi setiap orang (aksebilitas fisik)7.
Analisis kasus
Berdasarkan contoh kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
7 Komentar Umum 12, Paragraf 8,9,10,13
8 Sumber: http://www.sinarharapan.co/news/read/140612070/Warga-Tinggal-di-KolongJembatan-Ditertibkan-span-span-, diakses 26 Oktober 2015, pukul 14:00 WIB.
7
Di Indonesia standar Hak Atas Hidup Layak, khususnya dilihat dari standar Hak Atas
Tempat Tinggal yang layak belum terpenuhi sesuai dengan standar-standar yang telah
2.4 Solusi
Warga kolong jembatan juga merupakan warga negara indonesia yang berhak atas
penyediaan fasilitas bagi kehidupan yang layak.
Untuk mewujudkan penyediaan fasilitas bagi kehidupan yang layak untuk warga
kolong jembatan terdapat beberapa solusi yang dapat diambil oleh pemerintah solusi tersebut
yakni:
9 Undang Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat (1).
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari bahasan yang telah diuraikan sebelumnya kami menarik kesimpulan bahwa Standar Hak
Atas Hidup Layak di Indonesia masih jauh dari standar-standar Hak Atas Hidup Layak yang
telah ditetapkan dalam Komentar Umum Ekonomi Sosial Budaya (Ekosob), baik itu standar
Hak Atas Tempat Tinggal yang Layak maupun standar Hak Atas Bahan Pangan yang Layak.
Pemerintah kurang menaruh perhatian terhadap Hak Atas Hidup Layak bagi setiap
warga negara, khusus nya kurang memperhatikan atas tersedianya Hak Atas Tempat Tinggal
yang Layak. Hal ini dapat kita lihat dari kasus warga yang tinggal di kolong jembatan yang
sangat tidk memenuhi standar-standar Hak Atas Tempat Tinggal yang Layak, ditambah pula
dalam hal bahan pangan warga yang tinggal dikolong jembatan tidak memenuhi standarstandar Hak Atas Bahan Pangan yang Layak sehingga dapat di simpulkan bahwa warga yang
tinggal dikolong jembatan masih sangat jauh untuk dikatakan kedalam kategori Hidup yang
Layak.
3.2 Saran
Sebagai
makhluk
sosial
manusia
harus
mampu
mempertahankan
dan
memperjuangkan HAM dengan sendirinya, terutama Hak Atas Hidup yang Layak. Disamping
manusia harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM dengan sendirinya,
Negara memiliki kewajiban untuk menjaga, melindungi, dan menjamin telaksananya HAM
setiap individu khususnya menjamin terlaksananya Hak Atas Hidup Layak.
Daftar Pustaka
PUSHAM UII. 2008. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta : PUSHAM UII
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Right_to_an_adequate_standard_of_living#
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 10 Desember 1948
11