Selanjutnya, dalam ketentuan Pasal 28C ayat (1) dan ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
mengatur mengenai hak setiap orang untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan memajukan
dirinya untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya. Adapun Pasal 31 ayat (1), ayat
(3) dan ayat (5) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa:
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Selanjutnya dalam Pasal 28H ayat (1) dan ayat (2) juga menyatakan bahwa berhak hidup
sejahtera lahir dan batin serta berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
Berdasarkan Pasal 27 ayat (2), Pasal 28A, Pasal 28C ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 28H
ayat (1) dan ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, gambaran bahwa negara adalah bertanggung
jawab untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali sehingga
tujuan nasional negara untuk meningkatkan kesejahteraan umum dapat tercapai. Upaya
peningkatan kesejahteraan lansia adalah: memperpanjang usia harapan hidup dan waktu
produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan, menjaga sistem nilai budaya dan
kekeluargaan bangsa Indonesia serta mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Walaupun banyak dari mereka yang sudah berusia lanjut masih produktif dan mampu
berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, namun karena
faktor usia Anda akan menghadapi banyak keterbatasan dan memerlukan bantuan untuk
meningkatkan kesejahteraan Anda dalam berbagai hal.
Oleh karena itu, upaya peningkatan kesejahteraan terus dilakukan secara efisien dan berhasil
serta komprehensif dan berkesinambungan, diperlukan peraturan perundang-undangan
sebagai landasan hukum guna memberikan arahan dan kepastian hukum bagi Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Hal ini menjadi dasar bagi Pemerintah untuk mengambil
kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia agar lebih terkoordinasi, terpadu, dan
berkelanjutan guna mencapai tujuan nasional sebagaimana diamankan dalam UUD 1945.
Lanjut Usia pada Peraturan perundang-undangan ini ialah sebagai dasar hukum yang utama
bagi pemerintah daerah di dalam pembentukan peraturan daerah Tentang Kota Ramah Lanjut
Usia. Beberapa penjelasan terkait Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tersebut yaitu:
Bab I
Pasal 1:
Point 1: Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas.
Point 2: Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau Jasa
Point 3:Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Point 11: Pemberdayaan adalah setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental
spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan
sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Pasal 5:
1. Lanjut Usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
2. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada Lanjut Usia
BAB V: Pemberdayaan
1
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Pasal 9: Pemberdayaan Lanjut Usia dimaksudkan agar Lanjut Usia tetap dapat melaksanakan
fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Pasal 10 : Pemberdayaan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 9 ditujukan pada lanjut usia
potensial dan lanjut usia tidak Potensial melalui upaya peningkatan kesejahteraan sosia1
Pasal 11: Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi Lanjut Usia potensial meliputi:
Pasal 12: Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi Lanjut Usia tidak potensial meliputi:
Pasal 22:
(1) Masyarakat mempunyai hak dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan
dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial Lanjut Usia.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
perseorangan, keluarga, kelompok, masyarakat, organisasi sosial, dan atau organisasi
kemasyarakatan.
3.1.3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki oleh setiap individu hanya karena mereka
adalah manusia. Hak-hak ini dianggap bawaan, tidak dapat dicabut, dan tidak bergantung
pada faktor-faktor seperti ras, agama, jenis kelamin, kebangsaan, atau status sosial. Hak asasi
manusia meliputi berbagai hal, termasuk hak-hak sipil, politik. Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia mengatur bahwa lanjut usia mempunyai hak
yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta diberikan hak
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada
lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, sebagaimana yang diatur
pada Pasal 5, yang meliputi:
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU
tentang HAM), Pemerintah wajib dan bertanggung Jawab menghormati, melindungi,
menegakan, dan memajukan hak asasi Manusia yang diatur dalam UU tentang HAM,
peraturan perundangundangan lainnya, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia
Yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia. Berikut hak asasi Manusia dan
kebebasan dasar manusia yang diatur dalam UU tentang HAM, meliputi:
Kemudian Pasal 42 UU tentang HAM menyatakan bahwa “Setiap warga negara yang
berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan,
pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak
sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. 2 Artinya, lansia
(orang yang telah lanjut usia) memiliki hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang
memadai, bantuan keuangan jika diperlukan, akses terhadap pendidikan atau pelatihan yang
sesuai dengan kebutuhan mereka, dan dukungan psikososial untuk meningkatkan kualitas
hidup mereka. Hak-hak ini bertujuan untuk menjaga kesejahteraan dan martabat individu
yang sudah lanjut usia sehingga mereka dapat tetap berpartisipasi dalam masyarakat dengan
baik.
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Berdasarkan hal tersebut, maka RUU Kesejahteraan Lanjut Usia harus
mengakomodasi setiap hak yang diatur oleh undang-undang tentang hak asasi manusia,
karena setiap warga negara termasuk Lanjut Usia juga berhak atas perlindungan yang sama,
dan tidak dianggap diskriminatif. RUU Kesejahteraan Lanjutan Usia harus mengambil
pendekatan berbasis hak, dengan mempertimbangkan berbagai aspek antara lain ekonomi,
sosial, budaya Kesehatan, dll. Misalnya bentuk pemberian hak tersebut adalah: Hak
kesehatan, asuransi, jaminan hari tua, dan jaminan pensiun melalui jaminan sosial, lebih
mudah mendapatkan sarana dan prasarana yang memadai, serta diberikan kesempatan dan
tempat untuk mencari uang kerja dan aktualisasi diri.
Kesejahteraan Sosial merupakan suatu kondisi yang harus diwujudkan bagi seluruh
warga negara di dalam pemenuhan kebutuhan material, spiritual, dan sosial agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Hal
ini merupakan salah satu amanat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945 alinea keempat yang menyatakan bahwa negara melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Undang-undang ini mengatur tentang kesejahteraan sosial, serta kewajiban dan tanggung
jawab Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial, antara lain:
a. rehabilitasi sosial;
b. jaminan sosial;
d. perlindungan sosial.
(2) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan dalam
bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan.
(3) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan dalam
bentuk tunjangan berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan “asuransi kesejahteraan sosial” yaitu asuransi yang secara
khusus diberikan kepada warga negara tidak mampu dan tidak terakses oleh sistem asuransi
sosial pada umumnya yang berbasis pada kontribusi peserta, sedangkan yang dimaksud
dengan “bantuan langsung berkelanjutan” yaitu bantuan yang diberikan secara terus menerus
untuk mempertahankan taraf kesejahteraan sosial dan upaya mengembangkan kemandirian. 3
Artinya asuransi ini ditujukan untuk orang-orang yang tidak dapat berpartisipasi dalam
program asuransi sosial yang memerlukan pembayaran kontribusi atau premi. Hal ini
mungkin mencakup warga lanjut usia yang tidak lagi bekerja dan mungkin tidak memiliki
pendapatan yang cukup. Maka, RUU tentang Kesejahteraan Lanjut Usia perlu
memperhatikan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang bukan hanya dilihat dalam bidang
ekonomi saja.
a. Pemerintah; dan
b. Pemerintah daerah
3
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
b. Melaksanakan kesejahteraan sosial di wilayahnya/bersifat lokal, termasuk tugas
pembantuan;
c. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang
menyelenggarakan kesejahteraan sosial;
d. Memelihara taman makam pahlawan; dan
e. Melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan Kesetiakawanan sosial
a. Penetapan kebijakan kesejahteraan sosial yang bersifat lokal selaras dengan kebijakan
pembangunan nasional dan Provinsi di bidang kesejahteraan sosial;
b. Koordinasi pelaksanaan program kesejahteraan sosial di Wilayahnya;
c. Pemberian izin dan pengawasan pengumpulan sumbangan dan penyaluran bantuan
sosial sesuai dengan Kewenangannya;
d. Pemeliharaan taman makam pahlawan; dan
e. Pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial.
Undang-undang ini mengatur tentang tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam
upaya kesehatan yang harus memperhatikan fungsi sosial, nilai, norma agama, sosial budaya,
moral, dan etika Profesi. Secara spesifik
Pasal 138 (ayat 1): Upaya pemeliharaan kesehatan bagi usia lanjut Harus ditujukan untuk
menjaga agar tetap hidup sehat dan Produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
Pasal 138 (ayat 2): Pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok usia lanjut untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara
sosial dan ekonomi”4
4
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3.1.6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah:
Pasal 12:
Pasal 2: Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia ditujukan pada lanjut usia
potensial dan lanjut usia tidak potensial.
Pasal 4: Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dilaksanakan oleh dan menjadi
tanggung jawab Pemerintah dan masyarakat.
Pasal 27 ayat (2) : kemudahan Hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung
yang meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman
termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia.
Yang dimaksud dengan aksesibilitas pada bangunan gedung meliputi Jalan masuk,
jalan keluar, hubungan horizontal antarruang, hubungan vertikal dalam bangunan gedung dan
sarana transportasi vertikal, serta penyediaan akses evakuasi bagi pengguna bangunan
gedung, termasuk kemudahan mencari, menemukan, dan menggunakan alat pertolongan
dalam keadaan darurat bagi penghuni dan terutama bagi para penyandang cacat, lanjut usia,
dan wanita hamil, terutama untuk bangunan gedung pelayanan umum. Aksesibilitas harus
memenuhi fungsi dan persyaratan kinerja, ketentuan tentang jarak, dimensi, pengelompokan,
jumlah dan daya tampung, serta ketentuan tentang konstruksinya.
Yang dimaksud dengan Mudah, antara lain kejelasan dalam mencapai ke lokasi, diberi
keterangan dan menghindari risiko terjebak, nyaman, antara lain melalui ukuran dan syarat
yang memadai, aman, antara lain terpisah dengan jalan ke luar untuk kebakaran, kemiringan
permukaan lantai, serta tangga dan bordes yang mempunyai pegangan atau pengaman.
Pasal 31 ayat (1) : Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan
Lanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung, kecuali rumah tinggal.6
Rumah tinggal tunggal, khususnya rumah inti tumbuh dan rumah sederhana sehat, tidak
diwajibkan dilengkapi dengan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut
6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
usia. Bangunan gedung fungsi hunian seperti apartemen, flat atau Sejenisnya tetap diharuskan
menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia.Dengan
demikian, penyelenggaraan gedung bangunan telah mengatur substansi yang terkait dengan
penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi lanjut usia.
Pasal 62 ayat (1) huruf d UU tentang Jalan, menyatakan bahwa “masyarakat berhak
memperoleh manfaat atas penyelenggaraan jalan Sesuai dengan standar pelayanan minimal
yang ditetapkan”.7 Adapun salah satu tujuan pengelolaan jalan adalah mewujudkan layanan
jalan yang andal dan sangat baik serta berpihak pada kepentingan umum. Pelayanan yang
dapat diandalkan adalah pelayanan jalan yang baik memenuhi standar pelayanan minimal
yang meliputi aspek aksesibilitas (kemudahan pencapaian), mobilitas, kondisi jalan,
keselamatan, dan kecepatan perjalanan rata-rata, saat aktif yang dimaksud dengan
keunggulan adalah selalu memberikan pelayanan yang optimal.
7
Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Peraturan Menteri Sosial ini merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Di dalam peraturan ini secara
khusus diatur mengenai kriteria dan indikator pengembangan kawasan ramah Lanjut Usia.
bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan pemenuhan hak lanjut usia, perlu
mendorong Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah untuk mengembangkan kawasan ramah
lanjut usia. Hal tersebut antara lain tercantum dalam:
Pasal 6
Ayat (2) Kebijakan ke lanjut usiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk:
8
Peraturan Menteri Sosial Nomor 4 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Ramah Lanjut Usia