Anda di halaman 1dari 14

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN TERKAIT

3.1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Pembukaan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945), yaitu “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan Bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan Kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial”. Khususnya pada tujuan yang kedua yaitu “…memajukan kesejahteraan
umum”, jika tujuan ini dikristalisasi maka berarti negara bertanggung jawab untuk
meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Tujuannya dijelaskan
dalam beberapa artikel di badan. Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,” juga Pasal
28A menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup dan berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.” Pasal 27 terdapat dalam BAB yang mengatur tentang warga negara
dan penduduk sementara, sedangkan Pasal 28 terdapat dalam BAB yang mengatur tentang
hak asasi manusia. Secara khusus, Pasal 28A mengatur secara khusus hak atas pembelaan
hidup dan penghidupan bagi setiap warga negara, tanpa memandang usia.

Selanjutnya, dalam ketentuan Pasal 28C ayat (1) dan ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
mengatur mengenai hak setiap orang untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan memajukan
dirinya untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya. Adapun Pasal 31 ayat (1), ayat
(3) dan ayat (5) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa:

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

Selanjutnya dalam Pasal 28H ayat (1) dan ayat (2) juga menyatakan bahwa berhak hidup
sejahtera lahir dan batin serta berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
Berdasarkan Pasal 27 ayat (2), Pasal 28A, Pasal 28C ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 28H
ayat (1) dan ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, gambaran bahwa negara adalah bertanggung
jawab untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali sehingga
tujuan nasional negara untuk meningkatkan kesejahteraan umum dapat tercapai. Upaya
peningkatan kesejahteraan lansia adalah: memperpanjang usia harapan hidup dan waktu
produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan, menjaga sistem nilai budaya dan
kekeluargaan bangsa Indonesia serta mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Walaupun banyak dari mereka yang sudah berusia lanjut masih produktif dan mampu
berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, namun karena
faktor usia Anda akan menghadapi banyak keterbatasan dan memerlukan bantuan untuk
meningkatkan kesejahteraan Anda dalam berbagai hal.

Oleh karena itu, upaya peningkatan kesejahteraan terus dilakukan secara efisien dan berhasil
serta komprehensif dan berkesinambungan, diperlukan peraturan perundang-undangan
sebagai landasan hukum guna memberikan arahan dan kepastian hukum bagi Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Hal ini menjadi dasar bagi Pemerintah untuk mengambil
kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia agar lebih terkoordinasi, terpadu, dan
berkelanjutan guna mencapai tujuan nasional sebagaimana diamankan dalam UUD 1945.

3.1.2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia pada Peraturan perundang-undangan ini ialah sebagai dasar hukum yang utama
bagi pemerintah daerah di dalam pembentukan peraturan daerah Tentang Kota Ramah Lanjut
Usia. Beberapa penjelasan terkait Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tersebut yaitu:

Bab I

Pasal 1:

Point 1: Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas.

Point 2: Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau Jasa
Point 3:Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Point 11: Pemberdayaan adalah setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental
spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan
sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Bab III: Hak dan Kewajiban

Pasal 5:

1. Lanjut Usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
2. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada Lanjut Usia

Diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi:

a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual;


b. Pelayanan kesehatan;
c. Pelayanan kesempatan kerja;
d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan;
e. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana Umum;
f. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
g. Perlindungan sosial; dan
h. Bantuan sosial.1

BAB IV: Tugas dan Tanggung Jawab

Pasal 7: Pemerintah bertugas mengarahkan. Membimbing. Dan menciptakan suasana yang


menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial Lanjut Usia.

Pasal 8: Pemerintah, masyarakat, dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya


peningkatan kesejahteraan sosial Lanjut Usia.

BAB V: Pemberdayaan

1
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Pasal 9: Pemberdayaan Lanjut Usia dimaksudkan agar Lanjut Usia tetap dapat melaksanakan
fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Pasal 10 : Pemberdayaan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 9 ditujukan pada lanjut usia
potensial dan lanjut usia tidak Potensial melalui upaya peningkatan kesejahteraan sosia1

Pasal 11: Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi Lanjut Usia potensial meliputi:

a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual;


b. Pelayanan kesehatan;
c. Pelayanan kesempatan kerja;
d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan;
e. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana,
dan prasarana umum;
f. Pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
g. Bantuan sosial.

Pasal 12: Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi Lanjut Usia tidak potensial meliputi:

a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual;


b. Pelayanan kesehatan;
c. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan
prasarana umum;
d. Pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
e. Perlindungan sosial.

BAB VII: Peran Masyarakat

Pasal 22:

(1) Masyarakat mempunyai hak dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan
dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial Lanjut Usia.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
perseorangan, keluarga, kelompok, masyarakat, organisasi sosial, dan atau organisasi
kemasyarakatan.

3.1.3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki oleh setiap individu hanya karena mereka
adalah manusia. Hak-hak ini dianggap bawaan, tidak dapat dicabut, dan tidak bergantung
pada faktor-faktor seperti ras, agama, jenis kelamin, kebangsaan, atau status sosial. Hak asasi
manusia meliputi berbagai hal, termasuk hak-hak sipil, politik. Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia mengatur bahwa lanjut usia mempunyai hak
yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta diberikan hak
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada
lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, sebagaimana yang diatur
pada Pasal 5, yang meliputi:

1. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual;


2. Pelayanan kesehatan;
3. Pelayanan kesempatan kerja;
4. Pelayanan pendidikan dan pelatihan;
5. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana
Umum;
6. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
7. Perlindungan sosial;
8. Bantuan sosial.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU
tentang HAM), Pemerintah wajib dan bertanggung Jawab menghormati, melindungi,
menegakan, dan memajukan hak asasi Manusia yang diatur dalam UU tentang HAM,
peraturan perundangundangan lainnya, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia
Yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia. Berikut hak asasi Manusia dan
kebebasan dasar manusia yang diatur dalam UU tentang HAM, meliputi:

1). Hak untuk Hidup;


2). Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan;

3). Hak Mengembangkan Diri;

4). Hak Memperoleh Keadilan;

5). Hak atas Kebebasan Pribadi;

6). Hak atas Rasa Aman;

7). Hak atas Kesejahteraan;

8). Hak Turut Serta dalam Pemerintahan;

9). Hak Wanita; dan

10). Hak Anak.

UU tentang HAM mengatur mengenai hak-hak tertentu yang secara Eksplisit


ditujukan bagi orang yang berusia lanjut, khususnya terkait penerapan hak atas kesejahteraan.
Pada Pasal 41 ayat (2) UU tentang HAM menyatakan bahwa “Setiap penyandang cacat,
orang yang berusia Lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak memperoleh kemudahan
dan perlakuan khusus”. Yang dimaksud dengan “kemudahan dan perlakuan khusus” ialah
pemberian pelayanan, jasa, atau penyediaan fasilitas dan sarana demi kelancaran, keamanan,
kesehatan, dan keselamatan.

Kemudian Pasal 42 UU tentang HAM menyatakan bahwa “Setiap warga negara yang
berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan,
pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak
sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. 2 Artinya, lansia
(orang yang telah lanjut usia) memiliki hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang
memadai, bantuan keuangan jika diperlukan, akses terhadap pendidikan atau pelatihan yang
sesuai dengan kebutuhan mereka, dan dukungan psikososial untuk meningkatkan kualitas
hidup mereka. Hak-hak ini bertujuan untuk menjaga kesejahteraan dan martabat individu
yang sudah lanjut usia sehingga mereka dapat tetap berpartisipasi dalam masyarakat dengan
baik.

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Berdasarkan hal tersebut, maka RUU Kesejahteraan Lanjut Usia harus
mengakomodasi setiap hak yang diatur oleh undang-undang tentang hak asasi manusia,
karena setiap warga negara termasuk Lanjut Usia juga berhak atas perlindungan yang sama,
dan tidak dianggap diskriminatif. RUU Kesejahteraan Lanjutan Usia harus mengambil
pendekatan berbasis hak, dengan mempertimbangkan berbagai aspek antara lain ekonomi,
sosial, budaya Kesehatan, dll. Misalnya bentuk pemberian hak tersebut adalah: Hak
kesehatan, asuransi, jaminan hari tua, dan jaminan pensiun melalui jaminan sosial, lebih
mudah mendapatkan sarana dan prasarana yang memadai, serta diberikan kesempatan dan
tempat untuk mencari uang kerja dan aktualisasi diri.

3.1.4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial merupakan suatu kondisi yang harus diwujudkan bagi seluruh
warga negara di dalam pemenuhan kebutuhan material, spiritual, dan sosial agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Hal
ini merupakan salah satu amanat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945 alinea keempat yang menyatakan bahwa negara melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Undang-undang ini mengatur tentang kesejahteraan sosial, serta kewajiban dan tanggung
jawab Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial, antara lain:

BAB III: Kesejahteraan Sosial

Pasal 6: kesejahteraan sosial meliputi:

a. rehabilitasi sosial;

b. jaminan sosial;

c. pemberdayaan sosial; dan

d. perlindungan sosial.

Pasal 9: Jaminan Sosial

(1) Jaminan sosial dimaksudkan untuk:


a. menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, Lanjut Usia terlantar, penyandang cacat
fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami
masalah ketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.

b. menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas jasa-jasanya.

(2) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan dalam
bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan.
(3) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan dalam
bentuk tunjangan berkelanjutan.

Yang dimaksud dengan “asuransi kesejahteraan sosial” yaitu asuransi yang secara
khusus diberikan kepada warga negara tidak mampu dan tidak terakses oleh sistem asuransi
sosial pada umumnya yang berbasis pada kontribusi peserta, sedangkan yang dimaksud
dengan “bantuan langsung berkelanjutan” yaitu bantuan yang diberikan secara terus menerus
untuk mempertahankan taraf kesejahteraan sosial dan upaya mengembangkan kemandirian. 3
Artinya asuransi ini ditujukan untuk orang-orang yang tidak dapat berpartisipasi dalam
program asuransi sosial yang memerlukan pembayaran kontribusi atau premi. Hal ini
mungkin mencakup warga lanjut usia yang tidak lagi bekerja dan mungkin tidak memiliki
pendapatan yang cukup. Maka, RUU tentang Kesejahteraan Lanjut Usia perlu
memperhatikan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang bukan hanya dilihat dalam bidang
ekonomi saja.

BAB V: Tanggung Jawab dan Wewenang

Pasal 24: kesejahteraan sosial menjadi tanggung jawab:

a. Pemerintah; dan
b. Pemerintah daerah

Pasal 29: Tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan


kesejahteraan sosial meliputi:

a. Mengalokasikan anggaran untuk kesejahteraan sosial dalam anggaran pendapatan dan


belanja daerah;

3
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
b. Melaksanakan kesejahteraan sosial di wilayahnya/bersifat lokal, termasuk tugas
pembantuan;
c. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang
menyelenggarakan kesejahteraan sosial;
d. Memelihara taman makam pahlawan; dan
e. Melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan Kesetiakawanan sosial

Pasal 30: Wewenang pemerintah kabupaten/kota dalam kesejahteraan sosial meliputi:

a. Penetapan kebijakan kesejahteraan sosial yang bersifat lokal selaras dengan kebijakan
pembangunan nasional dan Provinsi di bidang kesejahteraan sosial;
b. Koordinasi pelaksanaan program kesejahteraan sosial di Wilayahnya;
c. Pemberian izin dan pengawasan pengumpulan sumbangan dan penyaluran bantuan
sosial sesuai dengan Kewenangannya;
d. Pemeliharaan taman makam pahlawan; dan
e. Pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial.

3.1.5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-undang ini mengatur tentang tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam
upaya kesehatan yang harus memperhatikan fungsi sosial, nilai, norma agama, sosial budaya,
moral, dan etika Profesi. Secara spesifik

Pasal 138 (ayat 1): Upaya pemeliharaan kesehatan bagi usia lanjut Harus ditujukan untuk
menjaga agar tetap hidup sehat dan Produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan
martabat kemanusiaan.

Pasal 138 (ayat 2): Pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok usia lanjut untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara
sosial dan ekonomi”4

4
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3.1.6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah:

Pasal 12:

(1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. Pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
e. Ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat;
f. Sosial.

3.1.7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya


Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia:

Peraturan Pemerintah ini merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 13


Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Di dalam paraturan ini secara khusus diatur
kewenangan Pemerintah daerah untuk memberikan Penghargaan Kesejahteraan sosial Lanjut
Usia kepada perseorangan, keluarga, kelompok dan Organisasi sosial dan/atau organisasi
kemasyarakatan yang berperan penting dalam pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan
sosial di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Hal tersebut antara lain tercantum dalam:

Bab I: Ketentuan Umum

Pasal 2: Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia ditujukan pada lanjut usia
potensial dan lanjut usia tidak potensial.

Bab II: Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

Pasal 4: Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dilaksanakan oleh dan menjadi
tanggung jawab Pemerintah dan masyarakat.

Pasal 5: Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dilaksanakan


secara terkoordinasi antar Pemerintah dan masyarakat.5
5
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Lanjut Usia
3.1.8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung

Undang-undang ini mengatur tentang Bangunan Gedung. Ketentuan mengenai


penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, dan keselarasan bangunan
gedung dengan lingkungannya. Bahwa dalam pembangunan nasional bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Terkait dengan kesejahteraan lanjut usia, dalam
UU tentang Bangunan Gedung telah mengatur persyaratan bangunan gedung bagi Lanjut
usia. Dalam persyaratan keandalan bangunan salah satunya Adalah kemudahan. Persyaratan
kemudahan yang dimaksud dalam

Pasal 27 ayat (2) : kemudahan Hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung
yang meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman
termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

Yang dimaksud dengan aksesibilitas pada bangunan gedung meliputi Jalan masuk,
jalan keluar, hubungan horizontal antarruang, hubungan vertikal dalam bangunan gedung dan
sarana transportasi vertikal, serta penyediaan akses evakuasi bagi pengguna bangunan
gedung, termasuk kemudahan mencari, menemukan, dan menggunakan alat pertolongan
dalam keadaan darurat bagi penghuni dan terutama bagi para penyandang cacat, lanjut usia,
dan wanita hamil, terutama untuk bangunan gedung pelayanan umum. Aksesibilitas harus
memenuhi fungsi dan persyaratan kinerja, ketentuan tentang jarak, dimensi, pengelompokan,
jumlah dan daya tampung, serta ketentuan tentang konstruksinya.

Yang dimaksud dengan Mudah, antara lain kejelasan dalam mencapai ke lokasi, diberi
keterangan dan menghindari risiko terjebak, nyaman, antara lain melalui ukuran dan syarat
yang memadai, aman, antara lain terpisah dengan jalan ke luar untuk kebakaran, kemiringan
permukaan lantai, serta tangga dan bordes yang mempunyai pegangan atau pengaman.

Pasal 31 ayat (1) : Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan
Lanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung, kecuali rumah tinggal.6

Rumah tinggal tunggal, khususnya rumah inti tumbuh dan rumah sederhana sehat, tidak
diwajibkan dilengkapi dengan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut
6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
usia. Bangunan gedung fungsi hunian seperti apartemen, flat atau Sejenisnya tetap diharuskan
menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia.Dengan
demikian, penyelenggaraan gedung bangunan telah mengatur substansi yang terkait dengan
penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi lanjut usia.

3.1.9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

Pasal 62 ayat (1) huruf d UU tentang Jalan, menyatakan bahwa “masyarakat berhak
memperoleh manfaat atas penyelenggaraan jalan Sesuai dengan standar pelayanan minimal
yang ditetapkan”.7 Adapun salah satu tujuan pengelolaan jalan adalah mewujudkan layanan
jalan yang andal dan sangat baik serta berpihak pada kepentingan umum. Pelayanan yang
dapat diandalkan adalah pelayanan jalan yang baik memenuhi standar pelayanan minimal
yang meliputi aspek aksesibilitas (kemudahan pencapaian), mobilitas, kondisi jalan,
keselamatan, dan kecepatan perjalanan rata-rata, saat aktif yang dimaksud dengan
keunggulan adalah selalu memberikan pelayanan yang optimal.

Penyelenggaraan jalan berdasarkan UU Jalan, harus dengan mempertimbangkan situasi


pihak-pihak tertentu seperti warga negara dengan Lanjut Usia untuk menyediakan jalan
sebagai sarana dan Infrastruktur publik yang memperhatikan prinsip manfaat, keamanan,dan
memberikan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan Minimum. Berdasarkan hal
tersebut, RUU Kesejahteraan Lanjut Usia perlu dilakukan pengelolaan kemudahan
penggunaan fasilitas, sarana, dan infrastruktur umum untuk lansia. Layanan ini dimaksudkan
sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan terhadap Lanjut Usia. Pelayanan untuk
memperlancar penggunaan utilitas dan prasarana umum dimaksudkan untuk memberikan
aksesibilitas terutama di tempat-tempat umum yang mobilitasnya menghambat Lanjut Usia.
Tersedia sarana dan prasarana umum memfasilitasi mobilitas lansia di tempat umum, seperti
jalan raya untuk kursi roda, trotoar untuk orang yang menggunakan tongkat, penyediaan
jembatan penyeberangan orang dengan eskalator, termasuk lift untuk gedung bertingkat yang
perlu di prioritas untuk Lanjut Usia.

3.1.10 Peraturan Menteri Sosial Nomor 4 Tahun 2017 tentang Pedoman


Pengembangan Kawasan Ramah Lanjut Usia

7
Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Peraturan Menteri Sosial ini merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Di dalam peraturan ini secara
khusus diatur mengenai kriteria dan indikator pengembangan kawasan ramah Lanjut Usia.
bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan pemenuhan hak lanjut usia, perlu
mendorong Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah untuk mengembangkan kawasan ramah
lanjut usia. Hal tersebut antara lain tercantum dalam:

Pasal 2: Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah,


Pemerintah Daerah, masyarakat, dan dunia usaha dalam pengembangan Kawasan Ramah
Lanjut Usia

Pasal 3: Pengembangan Kawasan Ramah Lanjut Usia bertujuan Untuk:

a. Tersedianya wilayah dan masyarakat dengan fasilitas yang mendukung


kebutuhan serta pemenuhan hak Lanjut Usia;
b. Terwujudnya peran Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan
dunia usaha dalam Upaya peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia;
c. Terwujudnya Lanjut Usia yang mandiri, sehat, aktif, dan Produktif; dan;
d. Terwujudnya perlindungan dan pendampingan bagi Lanjut Usia yang
mengalami keterbatasan fisik, mental, Sosial, dan ekonomi.

Pasal 5: Kriteria Kawasan Ramah Lanjut Usia terdiri atas:

a. Memiliki kebijakan kelanjutusiaan;


b. Keagamaan dan mental spiritual;
c. Kesehatan;
d. Kesempatan kerja;
e. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum;
f. Perumahan dan kawasan permukiman;
g. Ruang terbuka dan bangunan;
h. Transportasi;
i. Penghormatan dan inklusi sosial;
j. Partisipasi sosial;
k. Partisipasi sipil;
l. Dukungan komunitas dan pelayanan sosial;
m. Komunikasi dan informasi;
n. Bantuan hukum; dan/atau
o. Perlindungan Lanjut Usia dari ancaman dan tindak kekerasan.

Pasal 6

Ayat (2) Kebijakan ke lanjut usiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk:

a. Peraturan daerah; atau


b. Peraturan kepala daerah. 8

8
Peraturan Menteri Sosial Nomor 4 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Ramah Lanjut Usia

Anda mungkin juga menyukai