Anda di halaman 1dari 18

Mewujudkan Harmonisasi antara Hak dan Kewajiban

Warga Negara dengan Negara

DOSEN: Thomas Supono, S.E,M.A.P

MATA KULIAH: Pendidikan Kewarganegaraan

DISUSUN OLEH:

1. Anastasia Belinda (2017310095)

2. M. Bagas Satria Arifandikia (6071801105)

3. Archangela Rachel Dharmaputri (6091801020)

4. Michael Michio (6181801016)

5. Adiraka Dwinanda (2017420129)

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG

2018
Hak dan kewajiban memang tidak bisa lepas dari kehidupan berbangsa dan
bernegara. Hal ini harus dipatuhi dan diterima oleh kedua pihak antara masyarakat
dan pemerintah. Pedoman dasar dari hak dan kewajiban dapat dilihat di Pancasila
dan UUD 1945 yang menjadi pegangan Bangsa Indonesia. Berikut adalah paparan
hak dan kewajiban warga negara serta implikasinya dalam kehidupan sehari – hari:

HAK WARGA NEGARA INDONESIA

1. Pasal 27 UUD 1945


(1) “Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjungjung hukum dan pemerinatah itu dengan
tidak ada kecualinya”.
 (2) “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.”
(3) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.”
Dalam realitanya ialah ayat (1) sudah mulai jarang terlihat kesetaraan dalam
hadapan hukum. Hukum begitu gampang disogok oleh uang dan materi
sehingga hukum terasa tumpul ke atas tajam ke bawah. Contohnya koruptor
yang hukumannya tergolong lebih ringan dibanding warga miskin yang
mencuri sandal tetangganya.
Ayat (2) menjelaskan kesejahteraan warga negara, yang sampai saat ini
menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Sebagian sudah berusaha
pemerintah penuhi seperti pemberian subsidi dalam bentuk beras, edukasi,
kesehatan, dll. Penyediaan lapangan kerja pun mulai meningkat, tetapi tetap
saja masih banyak pengangguran dan para pekerja di jalanan yang tidak
layak.
Ayat (3) mengenai bela negara dapat berbentuk dalam berbagai aspek
seperti masuknya warga negara menjadi anggota TNI. Kami rasa hal ini
sudah dipenuhi oleh pemerintah sebagai upaya pengamanan serta kesadaran
warga terhadap negaranya sendiri.

2. Pasal 28 UUD 1945


”Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”
Pasal ini memberikan kebebasan untuk warga negara dalam aspek
pemberian pendapat (freedom of speech) juga kebebasan untuk berkumpul.
Sebagai negara yang demokratis, seharusnya aspirasi diajukan kepada
dewan yang berwajib, yakni DPR atau DPRD. Kebebasan untuk demonstrasi
pun sudah ada dengan syarat pelaksanaan sesuai prosedur. Dewasa ini,
DPR dan DPRD dianggap telah gagal menampung aspirasi sehingga
demonstasi sering dilakukan. Terlebih, banyak terjadi tudingan miring
mengenai kritik sehingga terasa keamanan dalam berpendapat belum ada.

3. Pasal 28 A         
”Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya”
Sudah dilaksanakan oleh pemerintah dimana kehidupan manusia bebas
ditentukan oleh dirinya sendiri tetapi tetap terikat oleh peraturan dan norma
yang berlaku.

4. Pasal 28 B
(1) ”Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.”
(2) ”Setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”
Ayat (1) pemerintah telah melakukan aksi yakni adanya KUA dan Catatan
Sipil untuk mengatur pengesahan pernikahan dan kelahiran anak dengan
beberapa kondisi yakni salah satunya kesamaan agama.
Ayat (2) menunjukkan salah satu ayat yang berusaha menghindari kejadian
genosida dan diskriminasi yang terjadi di tahun 1998. Dengan munculnya
presiden Abdurrachman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, diskriminasi
terhadap warga ras tiongkok mulai berkurang karena adanya keterbukaan
terhadap budaya tersebut. Semakin kesini, pemerintah sudah mulai
menghindari hal ini, hanya saja dari masyarakatnya masih sering terjadi
sehingga apa yang dikerjakan pemerintah terkesan nihil.

5. Pasal 28 C
(1) ”Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”
(2) ”Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya”
Ayat (1) sudah mulai dilakukan oleh pemerintah, terlebih Presiden Joko
Widodo mengaplikasikan Kartu Indonesia Pintar untuk akses pendidikan bagi
masyarakat yang tidak mampu.
Ayat (2) sudah diusahakan oleh pemerintah.

6. Pasal 28 D
(1) ”Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlidungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.”
(2) ”Setiap orang berhak untuk berkerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.”
(3) ”Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.”
(4) “Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.”
Sama seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa kesetaraan di
hadapan hukum sudah mulai berkurang. Segala kesempatan telah dibuka
oleh pemerintah mengenai pekerjaan dan pemerintahan dengan kondisi-
kondisi tertentu (terutama dalam pemerintahan). Terlebih, status
kewarganegaraan diberikan dengan suatu persyaratan.

7. Pasal 28 E
(1) “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali.”
(2) “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya.”
(3) ”Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.”
Kebebasan beragama dalam teori sudah terlaksana, namun dalam praktek
dan manifestasinya dianggap pemerintah kurang mengakomadasi. Yang
sering terjadi adalah gampangnya mayoritas beragama sedangkan yang
dianggap minoritas untuk mendapatkan izin pembangunan tempat ibadah
saja sulit. Maka dari itu, dianggap pemerintah belum maksimal dalam
memenuhi hak beragama warga negara.

8. Pasal 28 F
”Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”
Kebebasan manusia untuk menggunakan teknologi guna meningkatkan
produktivitas komunikasi dan informasi telah dipenuhi oleh pemerintah
dengan batasan yakni UU ITE, sehingga segala bentuk kejahatan secara
online atau digital sudah bisa ditangani. Terlebih, hak ini pun berlaku untuk
para pengusaha yang berperan aktif dalam bidang informasi dan
telekomunikasi yang pengelolaannya pun diatur dalam UU yang lain.

9. Pasal 28 G
(1) ”Setiap orang berhak atas perlindung diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasinya.”
(2) ”Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.”
Pasal ini berkaitan dengan hak warga negara untuk mendapatkan rasa aman
dan perlindungan yang praktiknya sudah sangat jelas dilihat dari adanya
POLRI dan TNI untuk melindungi negara, juga dengan adanya hukum
sebagai pelindung yang paling dasar.
10. Pasal 28 H
(1) ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal
dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.”
(2) ”Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.”
(3) ”Setiap orang berhak atas imbalan jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.”
(4) ”Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapapun.”
Mengenai jaminan, pemerintah telah membuat jamninan kesehatan yakni
BPJS. Menurut kami idenya sudah ada dan praktiknya pun sudah diterapkan,
namun dari segi pelayanan dbelum bisa dikatakan berhasil karena para
pengguna BPJS tidak dilihat setara seperti pasien yang lain sehingga
pelayanannya tidak menjadi prioritas. Juga, hak pilih sudah diberikan kepada
masyarakat melalui pemilu yang diadakan.

11. Pasal 28 I
(1) ”Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun.”
(2) ”Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yanbg bersifat diskriminatif
atas dasar apaun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan
yang bersifat diskriminatif itu.”
(3) ”Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.”
(4) ”Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah.”
(5) ”Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.”
Perlindungan hak asasi manusia sudah cukup marak dilakukan oleh
pemerintah dengan pembuatan KPAI, KOMSES HAM, dll. Ini menunjukkan
komitmen bangsa dalam menegakkan HAM. Apalagi dengan berita bahwa
kasus pembunuhan Munir mau dilanjutkan penyelidikannya merupakan suatu
pemenuhan hak asasi manusia.

12. Pasal 28 J
(1) ”Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”
(2) ”Dalam menajalani hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimabangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
Upaya pemerintah dalam sosialisasi pentingnya hak asasi manusia mungkin
telah dilakukan namun aksinya minim. Dengan adanya berita bahwa suporter
Persija ada yang meninggal dikarenakan pengeroyokan oleh suporter Persib
menunjukkan minimnya pengetahuan warga negara terhadap hak asasi
manusia.

13. Pasal 33
(1) ”Perekonomian disusun sebagi usaha bersama berdasarkan atas azas
kekeluargaan”
(2) ”Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.”
(3) ”Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Pasal ini mengatur tentang kebebasan berekonomi yang juga menyangkut
pada kesejahteraan masyarakat. Yang terjadi adalah banyak pengusaha
swasta yang menguasai sektor-sektor vital negara sehingga pengelolaan
pemerintah terbatas. Contohnya Freeport, dimana kekayaan disana sangat
penting untuk hajat warga Papua. Maka dari itu, seharusnya pemerintah
mementingkan pembentukan BUMN yang mengatur pengelolaan sumber
daya vital dibandingkan dengan adanya sektor swasta yang menguasainya.

NB : Masih banyak pasal lain yang menyangkut hak warga negara, tetapi dianggap
sudah termasuk/mirip dengan pasal-pasal yang telah disebutkan dan diuraikan di
atas.

KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA

 Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945: Tentang Pajak

Pasal ini bertujuan untuk mewajibkan warga negaranya untuk membayar dan
melaporkan pajaknya di kantor pajak yang telah ditentukan sesuai dengan
tempat tinggalnya. Salah satu usaha pemerintah agar kewajiban ini dapat
terlaksana adalah dengan mengeluarkan kebijakan tax amnesty yang
merupakan sebuah kebijakan pengampunan pajak bagi warga negara yang
memiliki harta yang disimpan di luar negeri, sehingga mereka hanya perlu
mengungkap seluruh hartanya dan membayar denda pajak. Namun setelah
dilaksanakannya kebijakanan ini pun masih banyak warga negara yang tidak
membayar pajak sesuai dengan harta yang dimilikinya maupun tepat waktu.

 Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945: Tentang Kedudukan Orang


Lain.

Pasal ini mewajibkan setiap warga negara untuk membela negaranya di saat
kapanpun, terutama ketika negaranya sedang dalam masalah ataupun
sedang mengalami kericuhan dengan negara lain. Jadi sebagai warga negara
Indonesia, kita tidak boleh bersikap acuh di saat negara kita sedang
menghadapi masalah melainkan kita harus ikut serta mendukung dan
membela negara kita karena kita adalah bagian dari negara Indonesia.
Namun sayangnya masih banyak orang yang bersikap tidak peduli dan
mengabaikan keadaan negaranya di saat negaranya dalam keadaan kritis.
 Pasal 28 J ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945: Tentang Menghormati
Hak Asasi Manusia

Setiap warga negara memiliki hak asasi manusianya masing-masing, maka


dari itu kita tidak boleh membiarkan hak kita sebagai warga negara
menghalangi hak milik orang lain. Dari situlah muncul kewajiban bagi setiap
warga negara untuk menghormati hak asasi manusia, karena untuk menjaga
hak asasi manusia kita harus memulainya dari diri kita masing-masing untuk
tidak hanya menuntut hak kita, melainkan kita juga harus menjaga hak milik
orang lain. Bila dilihat dari berita sehari-hari mulai dari perampokan hingga
pembunuhan yang sering terjadi maka dapat dikatakan bahwa masih banyak
warga negara Indonesia yang belum melaksanakan kewajibannya untuk
menjaga hak asasi manusia.

 Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945: Tentang Usaha Pertahanan


dan Keamanan Negara.

Pasal ini memberi kewajiban bagi setiap warga negara untuk ikut serta dalam
usaha pertahan dan keamanan negara agar masyarakat siap saat negara
membutuhkan mereka. Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk
melaksanakan kewajiban ini seperti bergabung dalam militer atau pihak
kepolisian. Jika dilihat dari jumlah militer dan polisi yang ada di Indonesia saat
ini dapat dikatakan bila sudah banyak warga negara yang telah
melaksanakan kewajibannya dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.

 Pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945: Tentang Mengikuti


Pendidikan Dasar.

Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk mengikuti pendidikan dasar


hingga batas yang telah ditentukan oleh pemerintah yaitu setidaknya tamat
SMA. Dalam hal ini tidak hanya warga yang harus memiliki kemauan untuk
memiliki pendidikan, tetapi pemerintah juga harus memberi dukungan kepada
warganya dalam bidang pendidikan dengan memfasilitasi dan membiayai bagi
warga yang kurang mampu untuk membiayai dirinya maupun anaknya untuk
mengikuti pendidikan dasar. Namun pada kenyataannya masing banyak anak
yang belum bisa lanjut sekolah hingga jenjang SMA bahkan tidak jarang ada
yang tidak sekolah sama sekali.

Kewajiban Warga Negara Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003:

 Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa

Setiap warga diwajibkan untuk taat kepada Tuhannya dan menjalani ajaran
agamanya dengan benar sesuai dengan kepercayaannya masing-masing demi
memajukan Indonesia, bukan memecahbelah Indonesia. Jadi ketakwaan kepada
Tuhan YME ini bukan hanya mengacu pada bidang agama, tetapi juga dalam bidang
sosial mengenai bagaimana perilaku kita sehari-hari dalam kehidupan
bermasyarakat. Seperti yang kita ketahui sekarang ini banyak permasalahan di
negara kita yang berbau agama, munculnya gerakan radikal dan separatis yang
mengatasnamakan agama menjadi bukti gagalnya implementasi ketakwaan kepada
Tuhan YME.

 Melaksanakan Ketertiban Dunia

Sebagai warga negara Indonesia, kita diwajibkan dan diharapkan untuk menjaga
ketertiban di dalam masyarakat dengan cara saling menghormati, memiliki sikap
toleran, serta mematuhi peraturan yang tercantum dalam UU negara. Seringkali
karena keegoisan manusia, hal yang disebutkan barusan terlupakan untuk
memenuhi kepentingan sendiri. Hal ini menyebabkan timbulnya ketidaktertiban yang
berpotensi mengakibatkan kekacauan. Dilihat dari keseharian kita maka kewajiban
untuk melaksanakan ketertiban dunia dapat terbilang belum terlaksana karena
masih banyaknya kerusuhan maupun keributan yang ditimbulkan oleh masyarakat.
HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :

1.  Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara
dan negara pada umumnya berupa peranan (role).

2.  Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara
Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.

Hak Warga Negara Indonesia :

–   Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak
atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).

–   Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).

–   Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah (pasal 28B ayat 1).

–   Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan Berkembang”

–   Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya
dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya
demi

meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat
1)

–   Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).

–   Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta

perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).

–   Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia  :

–   Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :

segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

–   Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945

menyatakan  : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya

pembelaan negara”.

–   Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :

Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain

–   Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang.


Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.”

–   Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat
(1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan
30, yaitu :

1.  Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai
kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.

2.  Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di
dalam

hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada
ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.

3.  Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

4.  Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam
pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan
undang-undang.

Menurut kami negara belum melaksanakan tugasnya dengan baik dikarenakan


masih banyak hak dan kewajiban warga negara yang belum terpenuhi, seperti “hak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”, buktinya masih banyak masyarakat
Indonesia yang pengangguran dan kemiskinan masih sangat besar dan tersebar
luas di negara Indonesia.
Membangun Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia

Hak dan kewajiban asasi manusia merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Seseorang tidak dapat menikmati hak yang dimilikinya,
sebelum memenuhi apa yang yang menjadi kewajibannya. Misalnya, dalam proses
pembelajaran di sekolah, kalian tidak akan mendapatkan pemahaman yang baik
dalam sebuah pelajaran apabila tugas-tugas dalam mata pelajaran tersebut tidak
kalian kerjakan. Kemudian, seorang pekerja tidak akan mendapatkan kenaikan upah
apabila tidak menampilkan kinerja yang baik. Dengan demikian, dapat dipastikan
antara hak asasi dan kewajiban asasi dalam perwujudannya harus diharmonisasikan
atau diseimbangkan oleh setiap orang.

Bagaimana caranya mengharmonisasikan hak dan kewajiban asasi dalam


kehidupan sehari-hari? Salah satu cara untuk mengharmonisasikan hak dan
kewajiban asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan
menghindarkan diri kita dari sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri. Sikap
egois dapat menyebabkan seseorang untuk selalu menuntut haknya, sementara
kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyai sikap egois akan
menghalalkan segala cara agar haknya dapat terpenuhi, meskipun caranya dapat
melanggar hak orang lain.
Upaya untuk mengharmonisasikan hak dan kewajiban asasi manusia merupakan
salah satu bentuk dukungan terhadap penegakan HAM yang dilakukan oleh
pemerintah. Sebagai warga negara dari bangsa dan negara yang beradab sudah
sepantasnya sikap dan perilaku kita mencerminkan sosok manusia beradab yang
selalu menghormati keberadaan orang lain secara kaffah. Sikap tersebut dapat
kalian tampilkan dalam perilaku di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
bangsa dan negara.

Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini menjadi
amat penting untuk di kaji mendalam mengingat negara kita sedang menumbuhkan
kehidupan demokrasi. Betapa tidak, di satu pihak implementasi hak dan kewajiban
menjadi salah satu indikator keberhasilan tumbuhnya kehidupan demokrasi. Di lain
pihak hanya dalam suatu negara yang menjalankan sistem pemerintah demokrasi,
hak asasi manusia maupun hak dan kewajiban warga negara dapat terjamin.
Pengaturan hak asasi manusia maupun hak dan kewajiban warga negara secara
lebih operasional kedalam berbagai peraturan perundang-undang sangat
bermanfaat. Pengaturan demikian itu akan menjadi acuan bagi penyelenggaraan
negara agar terhindar dari tindakan sewenang-wenang ketika mengoptimalkan tugas
kenegaraan. Sedangkan bagi masyarakat atau warga negara hal itu merupakan
pegangangan atau pedoman dalam mengaktualisasikan hak-haknya dengan penuh
rasa tanggung jawab (Handayani, 2015: 2-3).

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap
warga Negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang
layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga Negara yang belum merasakan
kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah
dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak dari pada kewajiban.
Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi
mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini,
maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu
tidak ada akan terjadi kesenjangan social yang berkepanjangan.

Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, dengan cara


mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga Negara harus tau hak
dan kewajibannya. Seprti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan
yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan
masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan
pernah seimbang, apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Oleh
karena itu, diperlukannya harmoni kewajiban dan hak Negara dan warga Negara
agar terciptanya kehidupan bernegara yang harmonis dan berkesinambungan antara
kepentingan rakyat dalam pemenuhan hak dan kewajibannya oleh Negara.
STUDI KASUS

1. Kisah Bayi Debora dan Pentingnya Implementasi Hak atas Kesehatan


KEPALA Dinas Kesahatan DKI Jakarta, Koesmedi, menilai ada
kelalaian dari pihak Rumah Sakit Mitra Keluarga terkait dengan kematian bayi
Tiara Debora Simanjorang (4 bulan). Kesimpulan itu hasil penggalian data
dan informasi terhadap pihak RS Mitra Keluarga, demikian dilaporkan oleh
berbagai media di Indonesia akhir-akhir ini. Polemik atas peristiwa ini
mencuat setelah viral di media massa, bahwa terdapat dugaan keterlambatan
penanganan oleh rumah sakit karena persoalan pembiayaan sehingga korban
tidak bisa ditangani difasilitas ICU. Meskipun, pihak rumah sakit mendalilkan
bahwa mereka tetap melakukan penanganan medis secara maksimal
terhadap korban, walaupun pada akhirnya korban tidak dapat diselamatkan.
Tentu kebenaran atas klaim penyebab kematian korban versi rumah sakit,
problem adiministrasi dan pelayanan medis, lamanya waktu penanganan,
persoalan jaminan kesehatan dengan fasilitas BPJS dan berbagai keterangan
keluarga korban masih memerlukan verifikasi dari otortitas kesehatan dalam
hal ini Kementerian Kesehatan RI. Akan tetapi, tidak bisa dihindari adalah
rencana dari peran kepolisian yang akan melakukan pemeriksaan secara
meteriil peristiwa tersebut guna menentukan ada atau tidaknya tindak pidana
yang menyebabkan kematian korban.

2. Problem Solving
Dari kasus diatas kita mengetahui bahwa pihak rumah sakit telah
melakukan kelalaian terhadap hak kesehatan bayi Debora, dimana kita tahu
bahwa hak atas kesehatan secara tegas telah dijamin dalam instrumen
hukum dan HAM, baik nasional dan internasional. Instrumen nasional merujuk
pada ketentuan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945, Pasal 9 ayat (3) UU Nomor
39 Tahun 1999 tentang HAM, dan UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Solusi dalam menangani kasus ini:

Untuk mencapai perwujudan hak kesehatan tersebut, negara harus


melakukan tindakan sekurang-kurangnya 4 (empat) hal yaitu:
a. Menyusun ketentuan-ketentuan untuk melakukan pengurangan tingkat
kelahiran-mati dan kematian anak serta perkembangan anak yang sehat.
b. Melakukan perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri.
c. Melakukan pencegahan, pengobatan dan pengendalian segala penyakit
menular, endemik, penyakit lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. Penciptaan kondisi-kondisi yang akan menjamin semua pelayanan dan
perhatian medis dalam hal sakitnya seseorang.

Adapun penerapan dalam memenuhi hak kesehatan warga Negara adalah


sebagai berikut:

Pertama, ketersediaan. Pelaksanaan fungsi kesehatan publik dan fasilitas


pelayanan kesehatan, barang dan jasa-jasa kesehatan, juga program-
program, harus tersedia dalam kuantitas yang cukup.

Kedua, aksesibilitas. Fasilitas kesehatan, barang dan jasa, harus dapat


diakses oleh tiap orang:

- Tidak diskriminasi, harus dapat diakses oleh semuaa, terutama oleh


masyarakat yang marginal.
- Akses secara fisik, fasilitas kesehatan, barang dan jasa harus dapat
terjangkau secara fisik dengan aman bagi semua, terutama bagi kelompok
yang rentan atau marginal.
- Akses ekonomi, fasilitas kesehatan, barang dan jasa harus dapat
terjangkau secara ekonomi bagi semua, memastikan bahwa pelayanan ini,
yang tersedia baik secara privat maupun publik, terjangkau oleh semua,
termasuk kelompok yang tidak beruntung secara sosial. Kesamaan
mensyaratkan bahwa masyarakat miskin tidaklah harus dibebani biaya
kesehatan secara tidak proporsional dibandingkan dengan masyarakat
kaya.
- Akses informasi, aksesibilitasnya mencakup hak untuk mencari dan
menerima atau membagi informasi dan ide, mengenai masalah-masalah
kesehatan.

Ketiga, penerimaan. Segala fasilitas kesehatan, barang dan pelayanan harus


diterima oleh etika medis dan sesuai secara budaya, misalnya menghormati
kebudayaan individu-individu, kaum minoritas, kelompok dan masyarakat,
sensitif terhadap jender dan persyaratan siklus hidup.

Keempat, kualitas. Selain secara budaya diterima, fasilitas kesehatan,


barang dan jasa harus secara ilmu dan secara medis sesuai serta dalam
kualitas yang baik.

Selain itu, pemerintah berkewajiban melakukan pemaksaan terhadap


kualitas bisnis bidang kesehatan untuk melakukan pemulihan terhadap hak-
hak korban. Apabila korban meninggal dunia dan terbukti hasil pemeriksaan
secara hukum menunjukan adanya kelalaian dan/atau kesengajaan, maka
terdapat kewajiban untuk mempertanggungjawabkan secara pidana. Dengan
demikian diharapkan, masyarakat Indonesia akan semakin menikmati standar
kesehatan tertinggi yang dapat dijangkau dan kondusif. Ini sebagai bagian
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka
pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan
dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional.

Anda mungkin juga menyukai