Anda di halaman 1dari 8

UUD 1945 Pasal 27 Dan 28 Tentang Hak Asasi Manusia

UUD 1945 Pasal 27 Dan 28 Tentang Hak Asasi Manusia

Isi Pasal 27 dan 28 Tentang Hak Asasi Manusia

Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. 2)

Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

BAB XA 2)
HAK ASASI MANUSIA

Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. 2)

Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah. 2)
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2)

Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. 2)
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. 2)

Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 2)
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja. 2)
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. 2)
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. 2)

Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. 2)
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya. 2)
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. 2)
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia. 2)

Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. 2)
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain. 2)

Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.2)
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. 2)
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat. 2)
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun. 2)

Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. 2)
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.2)
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban. 2)
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah. 2)
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan. 2)

Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2)
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis. 2)
perbedaan HAM pada UUD
1945 sebelum dan sesudah
diamandemen
May 20, 2010Uncategorized

A. Pendahuluan

Hak Asasi Manusia sama artinya dengan hak-hak konstitusional karena statusnya yang
lebih tinggi dalam hirarki norma hukum biasa, karena memperbincangkan kerangka
normatif dan konsepsi hak-hak konstitusional sesungguhnya tidaklah jauh berbeda
dengan bicara hak asasi manusia.
Perubahan UUD 1945 hasil amandemen lebih baik dibandingkan dengan konstitusi
sebelum diamandemen, dalam membangun sistem ketatanegaraan, salah satu bukti
utamanya terkait dengan meluasnya pengaturan jaminan hak-hak asasi manusia. Dari
beberapa isi jaminan hak-haknya, UUD 1945 mengatur jauh lebih lengkap Hak Asasi
Manusia dibandingkan sebelum amandemen, ditempatkan dalam suatu undang-undang
dasar. 5 pasal (hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,
kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan, jaminan kemerdekaan beragama dan berkepercayaan, serta hak atas
pengajaran, hak atas akses sumberdaya alam) menjadi setidaknya 17 pasal (dengan
38 substansi hak-hak yang beragam) yang terkait dengan hak asasi manusia.
Meluasnya jaminan hak-hak asasi manusia melalui pasal-pasal di dalam UUD 1945
merupakan kemajuan dalam membangun pondasi hukum bernegara untuk memperkuat
kontrak penguasa-rakyat dalam semangat konstitusionalisme Indonesia. Semangat
konstitusionalisme Indonesia harus mengedepankan dua aras bangunan politik hukum
konstitusinya,yakni pertama, pembatasan kekuasaaan agar tidak menggampangkan
kesewenang-wenangan, dan kedua, jaminan penghormatan, perlindungan dan
pemenuhan hak-hak asasi manusia. Kemajuan pasal-pasal hak asasi manusia dalam
konstitusi merupakan kecenderungan global di berbagai negara tentang diakuinya
prinsip universalisme hak-hak asasi manusia. Dan, diyakini secara bertahap akan
memperkuat pada kapasitas negara dalam mendorong peradaban martabat
kemanusiaan. Dam sebelum diamandemen hak asasi manusia dalam UUD 1945 justru
sama sekali tidak diimplementasikan. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dikebiri atas nama stabilisasi politik dan
ekonomi, dan hal tebukti pada kasus PKI dan Priok dan dalam makalah ini saya akan
menjelaskan perbedaan HAM sebelum dan sesudah di amandemen yang cukup
signifikan
B. ISI

Memasukkan hak-hak asasi manusia ke dalam pasal-pasal konstitusi atau Undang


Undang dasar merupakan salah satu ciri konstitusi moderen.Sejak dideklarasikannya
sejumlah hak-hak asasi manusia dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia atau
biasa disebut DUHAM 1948 (Universal Declaration of Human Rights), yang kemudian
diikuti oleh sejumlah kovenan maupun konvensi internasional tentang hak asasi
manusia, maka secara bertahap diadopsi oleh negara-negara sebagai bentuk
pengakuan rezim normatif internasional yang dikonstruksi untuk menata hubungan
internasional. Di Indonesia HAM merupakan faktor yang krusial untuk di masukkan ke
dalam Undang Undang Dasar. Meskipun demikian, dalam konteks sejarah dan secara
konsepsional, Undang-Undang Dasar 1945 yang telah lahir sebelum DUHAM memiliki
perspektif hak asasi manusia yang cukup progresif, karena sebagaimana ditegaskan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alinea 1:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Di saat rezim Orde Baru di bawah Soeharto berkuasa, konsepsi jaminan hak asasi
manusia dalam UUD 1945 justru sama sekali tidak diimplementasikan. Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dikebiri
atas nama stabilisasi politik dan ekonomi, dan hal tersebut jelas nampak dalam
sejumlah kasus seperti pemberangusan simpatisan PKI di tahun 1965-1967 , peristiwa
Priok dan penahanan serta penculikan aktivis partai pasca kudatuli. Sementara
penyingkiran hak-hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
terlihat menyolok dalam kasus pembunuhan aktivis buruh Marsinah, pengusiran warga
Kedungombo, dan pembunuhan 4 petani di waduk Nipah Sampang. Praktis, pelajaran
berharga di masa itu, meskipun jaminan hak asasi manusia telah diatur jelas dalam
konstitusi, tidak sertamerta di tengah rezim militer otoritarian akan
mengimplementasikannya seiring dengan teks-teks konstitusional untuk melindungi
hak-hak asasi manusia.
Setelah situasi tekanan politik ekonomi yang panjang selama lebih dari 30 tahun,
desakan untuk memberikan jaminan hak asasi manusia pasca Soeharto justru
diakomodasi dalam pembentukan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia. Pasal-pasal di dalam undang-undang tersebut nyatanya cukup
memberikan pengaruh pada konstruksi pasal-pasal dalam amandemen UUD 1945,
terutama pada perubahan kedua (disahkan pada 18 Agustus 2000) yang memasukkan
jauh lebih banyak dan lengkap pasal-pasal tentang hak asasi manusia. Bandingkan
saja kesamaan substansi antara UUD 1945 dengan UU Nomor 39 Tahun 1999
Dengan pasal-pasal hak asasi manusia yang diperlihatkan di atas, maka terpetakan
bahwa: (i) Pasal-pasalnya menyebar, tidak hanya di dalam Bab XIA tentang Hak Asasi
Manusia. Sejumlah pasal tentang hak asasi manusia terlihat pula di luar Bab XIA
(terdapat 8 substansi hak); (ii) UUD 1945 pasca amandemen telah mengadopsi jauh
lebih banyak dan lengkap dibandingkan sebelumnya, baik menyangkut hak-hak sipil
dan politik maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya; (iii) Banyak sekali ditemukan
kesamaan substantif sejumlah pasal-pasal hak asasi manusia, baik di dalam maupun di
luar Bab XIA, sehingga secara konseptual tumpang tindih, repetitif dan tidak ramping
pengaturannya. Misalnya, hak untuk beragama maupun berkepercayaan diatur dalam
tiga pasal, yakni pasal 28E ayat (2), pasal 28I ayat (1), dan pasal 29.
Meskipun dengan sejumlah kekurangan secara konseptual, pengaturan normatif pasal-
pasal hak asasi manusia yang demikian sudah cukup maju, apalagi mengatur secara
eksplisit tanggung jawab negara dalam penghormatan, perlindungan dan pemenuhan
hak asasi manusia ( pasal 28I ayat (4) dan ayat (5) UUD 1945 pasca amandemen).
Konsepsi tanggung jawab hak asasi manusia dalam UUD 1945 lebih menonjol
kewajiban warga negara dibandingkan tanggung jawab utama negara, dalam hal ini
pemerintah. Sebagaimana terlihat, kewajiban warga negara dalam soal hak asasi
manusia diatur secara terpisah dan khusus (vide: pasal 28J), namun secara konseptual
pengaturannya kurang tepat karena memasukkan konsep derogasi di dalam pasal 28J
ayat (2), yang seharusnya dalam konstitusi sebagai hukum (hak) dasar tidaklah perlu
mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap hal-hal yang umum atau mendasar
sifatnya.

Konsep derogasi haruslah spesifik, atau diterapkan dalam kondisi tertentu yang sifatnya
darurat dan tidak semua hak bisa dibatasi atau dikurangi, karena ada sejumlah hak-hak
yang sifatnya “non-derogable rights” (hak-hak yang tidak bisa sama sekali dibatasi atau
dikurangi), seperti hak hidup dan hak untuk bebas dari penyiksaan dan perbudakan.
Secara konseptual, perbaikan terhadap pasal-pasal yang menyangkut hak-hak asasi
manusia adalah membongkar dan menata ulang berbasiskan pada substansi yang
tegas penormaan dan rumusannya, dan menghapus pasal-pasal repetitif nan tumpang
tindih. Sedangkan menyangkut tanggung jawab hak asasi manusia, perubahan UUD
1945 perlu pula mengatur secara tegas dan progresif tanggung jawab utama negara,
dalam hal ini pemerintah, untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak asasi
manusia.

C.Penutup

HAM pada UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen sangat berbeda,perbaikan
isi UUD 1945 atau amandemen UUD 1945 membuat Hak Hak asasi manusia
masyarakat Indonesia sangat di perhatikan dan menjadi faktor utama kenapa pasal 28
tentang HAM isinya diamandemen karena pada jaman Orde Baru atau pada jaman
Presiden Soeharto HAM masyarakat Indonesia banyak di langgar karena pembantaian
dan kerusuhan seperti peristiwa PKI tahun 1965 dan peristiwa yang terbaru tahun 1998
dan pada akhirnya setelah perubahan UUD sampai 4 kali,barulah UUD 1945 setelah
diamandemen berubah total,perubahan UUD 1945 tentang Hak Asasi Manusia setelah
diamandemen membuat HAM dibagi pada bab XA pasal 28A-J dan itu membuat Hak
Asasi Manusia indonesia dijamin dan di lindungi oleh negara tetapi kadang kadang
HAM di Indonesia kurang di pedulikan sehingga masih banyak pelanggaran
HAM,contohnya peristiwa Priok jilid II kemarin tentang penggusuran makam yang
memakan korban dari polisi maupun warga,sehingga perlu kesadaran dari warga dan
pemerintah Indonesia agar tercfipta Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

C. Daftar Pustaka

1. Amandemen Undang Undang Dasar 1945 perubahan pertama,kedua,ketiga dan


keempat
2. UUD 1945 sebelum perubahan atau sebelum diamandemen
3. http://www.find-pdf.com/cari-
perbedaanHAM%20pada%20uud%201945%20%20sesudah diamandemen.html

Isi Pasal 29 UUD 1945 Tentang Kebebasan Beragama


Isi Pasal 29 UUD 1945 Tentang Kebebasan Beragama

Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Penjelasan dari kedua pasal di atas:

Dari isi pasal 29 ayat 1 dijelaskan ideologi negara Indonesia dalah Ketuhanan yang
Maha Esa, oleh karena segala kegiatan di negara Indonesia harus berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Dan itu besifat mutlak. Prinsip Ketuhanan yang ditanamkan dalam UUD 1945
merupakan perwujudan dari pengakuan keagamaan. Oleh karena itu, setiap orang bebas
memeluk agama dan beribadah menurut agamanya yang warganya anggap benar dan berhak
mendapatkan pendidikan yang layak, serta hak setiap warga negara untuk mendapatkan tempat
tinggal yang layak dan nyaman untuk tinggal dan berhak menentukan kewarganegaraan sendiri.

Berikutnya, dari isi pasal 29 ayat 2 dijelaskan bahwa setiap warga negara memiliki
agama dan kepercayaanya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Dan tidak ada
yang bisa melarang orang untuk memilih agama yang diyakininya. Setiap agama memiliki cara
dan proses ibadah yang bermacam-macam, oleh karena itu setiap warga negara tidak boleh untuk
melarang orang beribadah. Supaya tidak banyak konflik-konflik yang muncul di Indonesia.
Pasal 30 UUD 1945
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara. **)
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. **)
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan
negara. **)
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan
hukum. **)
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di
dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-
undang.

Pasal 31 UUD 1945


Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. ****)
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. ****)
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. ****)
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen
dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. ****)
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.

Pasal 32 UUD 194


Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional lndonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
****)
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. ****)

Pasal 34 UUD 1945


Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. ****)

(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. ****)

(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak. ****)

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang. ****)

KETETAPAN

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


NOMOR VII/MPR/2001
TENTANG
VISI INDONESIA MASA DEPAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
BAB II
CITA-CITA LUHUR BANGSA INDONESIA
Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah digariskan oleh para pendiri negara seperti dicantumkan
dalam alinea kedua Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sebagai berikut :
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”
Dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, disebutkan pula :
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan Kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”
Cita-cita luhur tersebut adalah cita-cita sepanjang masa yang harus selalu diupayakan
pencapaiannya. Dalam rangka mewujudkannya, disusunlah Visi Indonesia 2020.

Penjelasan Pasal 5 UUD 1945


Kekuasaan membentuk undang-undang
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengenai kekuasaan
membentuk undang-undang yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) dilakukan hanya
terhadap ayat (1) dengan rumusan sebagai berikut.

Rumusan perubahan

Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Rumusan naskah asli

Pasal 5
(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk un-dang-undang dengan persetujuan Dewan
Perwa-kilan Rakyat.
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya.

Perubahan ayat (1) dari Pasal 5 itu dimaksudkan untuk meneguhkan kedudukan dan peranan
DPR sebagai lembaga legislatif yang memegang kekuasaan legislatif (membentuk undang-
undang) sebagaimana tercantum pada Pasal 20 ayat (1) hasil Perubahan Pertama, dan Presiden
yang memegang kekuasaan ekse-kutif (menjalankan undang-undang) tetap diberi hak untuk
mengajukan rancangan undang-undang (RUU) kepada DPR [Pasal 5 ayat (1) hasil Perubahan
Pertama].

Perubahan pasal ini memindahkan titik berat kekuasaan legislasi nasional yang semula berada di
tangan Presiden, beralih ke tangan DPR. Pemberdayaan DPR tidak menyebabkan DPR lebih kuat
dibandingkan Presiden karena kedua lembaga tersebut berada dalam kedudukan yang
seimbang/setara.

Berkaitan dengan kekuasaan legislatif itu, dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 antara lain diatur lewat ketentuan bahwa Presiden dan DPR mempunyai
wewenang yang sama untuk membahas setiap rancangan undang-undang untuk kemudian
disetujui bersama [Pasal 20 ayat (2) hasil Perubahan Pertama]. Anggota DPR diberi hak untuk
mengajukan usul rancangan undang-undang (Pasal 21 hasil Perubahan Pertama), dan Presiden
mempunyai hak untuk menetapkan peraturan peme-rintah menetapkan menjalankan undang-
undang [Pasal 5 ayat (2)] serta peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang [Pasal 22
ayat (1)]. Selain itu DPR mempunyai hak melakukan pengawasan terhadap presiden/pemerintah
sebagai salah satu ciri sistem presidensial yang kita anut [Pasal 20A ayat (1)].

Anda mungkin juga menyukai