Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAMBANG

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. H. Maulana Yusuf, MS.,MT
NIP. 195909251988111001

Disusun Oleh:
Ewin Para Jenggi
03021381722113

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN DAN GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
Soal
1. Coba saudara jelaskan tentang pengelolaan lingkungan tambang brrdasarkan
a.Pendekatan sosial ekonomi
b.Pendekatan kelembagaan
c.Pendekatan teknologi
2. Berikan contoh-contoh dalam kasus pertambangan mineral dan batubara
Jawab
1. Pengelolaan Lingkungan Tambang
a. Pendekatan Sosial Ekonomi

Dalam pendekatan ini, setiap komponen lingkungan dianggap mempunyai


harga ekonomi dan dilakukan evaluasi terhadap perubahan lingkungan. Jika
diketahui harga lingkungan sangat mahal. Maka diharapkan manusia akan berhati-
hati terhadap lingkungannya. Dalam ekonomi lingkungan, barang lingkungan
dianggap sebagai barang produksi sehingga faktor lingkungan
diinternalkan/dimasukkan ke dalam biaya produksi. Dengan demikian lingkungan
merupakan barang yang sangat berharga. Keragaman sosial budaya dalam
masyarakat akan mempengaruhi pandangan dalam pemanfaatan sumberdaya alam
dan lingkungan, sehingga tidak dapat dilakukan generalisasi dalam pengelolaan
lingkungan di tiap wilayah masyarakat. Jadi pengelolaan lingkungan akan bersifat
lokal dan spesifik untuk suatu wilayah tertentu. Harus diperhatikan juga adanya
indigenous knowledge (pengetahuan lokal) yang merupakan kearifan
tradisional/masyarakat setempat dalam pengelolaan lingkungan.Pendekatan social
ekonomi yang dapat dilakukan pemrakarsa antara lain:
1. Memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang rencana usaha atau
kegiatan.
2. Memberikan ganti rugi yang wajar dan tanpa perantara, jika terjadi
pembebasan lahan.
3. Mengutamakan penduduk sekitar rencana usaha atau kegiatan menjadi
tenaga kerja.
4. Memberdayakan masyarakat, misalnya dalam pendidikan anak-anak yang
kurang mampu dan bantuan lainnya bagi masyarakat sekitar usaha atau
kegiatan.
Pendekatan social ekonomi dilakukan pada setiap tahap kegiatan, baik pada
tahap prakonstruksi, kontruksi, maupun pada tahap pasca kontruksi (operasional).
Pendekatan ini diperlukan untuk mencegah terjadinya konflik antar-masyarakat
maupun antar masyarakat dengan pihak perusahaan (pemrakarsa).
Contoh pada tahap prakontruksi (persiapan). Rencana kegiatan pembebasan lahan
berpotensi menimbulkan dampak penting berupa keresahan masyarakat. Dalam hal
ini, pendekatan social ekonomi yang dapat dilakukan pemrakarsa, anatara lain
adalah :
1. Pemrakarsa bersama instasi terkait melakukan penyuluhan kepada masyarakat
tentang rencana kegiatan dan manfaatnya bagi masyarakat, daerah, dan atau
Negara.
2. Pemrakarsa melakukan pendekatan musyarawah – mufakat dengan pemilik tanah
(tidak melalui prantara atau pihak ketiga) untuk menentukan besar nilai tanah,
tanaman, dan atau bangunan, dengan tetap berpedoman pada ketentuan yang
berlaku.
3. Penduduk menerima uang penggantian tanah secara utuh, pemrakarsa tidak
menggunakan jasa pihak ketiga dan sebaiknya pembayaran dilakukan melalui
bank.
4. Pemrakarsa mengutamakan penduduk yang terkena pembebasan lahan menjadi
tenaga kerja. Sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan perusahaan.
Kegiatan pengangkutan material menimbulkan dampak penting berupa kerusakan
jalan dan pencemaran debu pada musim kemarau. Sebelum masyarakat protes,
sebaiknya pemrakarsa melakukan perbaikan. Untuk itu, pemrakarsa memperbaiki
jalan yang rusak dan melakukan penyiraman jalan pada musim kemarau. Dengan
demikian diharapkan tidak terjadi konflik antara masyarakat dengan pihak perusahaan

b. Pendekatan Kelembagaan

Pendekatan ini dilakukan dengan jalan melakukan penataan dan pengaturan


terhadap manusia sebagai pelaku lingkungan, sehingga perilaku manusia dapat
terkendali, yang pada akhirnya diharapkan dampak negartif dari kegiatannya
terhadap lingkungan akan berkurang atau dapat diatasi.
Pendekatan ini dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
 mengikat (ada konsekuensi hukuman), seperti AMDAL (Peraturan
Pemerintah No. 51 Th 1993). UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan), UPL
(Upaya Pemantauan Lingkungan), baku mutu, tata ruang dll.
 Suka rela (ada konsekuensi di masyarakat nasional/internasional) seperti
ecolabelling, sertifikat halal
Pendekatan kelembagaan dapat dilakukan pemrakrsa, antara lain :
1. Menaati peraturan perundang-perundangan yang berlaku.
2. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, sesuai dengan masalah yang
timbul.
Sehubungan dengan contoh diatas ( kegiatan pembebasan lahan ), pendekatan
kelembagaan (instituti) dilakukan pemrakarsa dengan instansi terkait. Pemrakrsa
bekerja sama dengan Badan Pertahanan Nasional ( BPN), camat dan kepala desa/
lurah untuk memberikan penjelasan untuk melakukan penyuluhan tentang usaha atau
kegiatan yang akan dilakukan. Demikian juga dalam pedataan lahan, tanaman
tumbuh, dan bangunan yang dibebaskan, serta penentuan besarnya ganti rugi harus
dicapai melalui musyarawah-mufakat, tanpa adanya tekanan atau intimidasi terhadap
anggota masyarakat.
Untuk melakukan perbaikan jalan, misalnya, pemrakarsa dapat berkerja sama
dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU), sedangkan untuk pemercanaan udara dan
perairan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup Sehat
(BLHD). Dalam masalah ketenagakerjaan, pemrakarsa melakuakn koordinasi dengan
Dinas Tenaga Kerja dan masalah sosial lainnya bekerja sama dengan Dinas Sosial
atau instansi yang membidangi masalah yang timbul.

c. Pendekatan Teknologi

Pendekatan teknologi yang dapat digunakan atau dilakukan pemrakarsa, antara


lain dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan dalam mencegah dan
menaggulangi masalah yang timbul. Pendekatan teknologi dalam pengelolaan
lingkungan dilakukan pada tahap kontruksi dan pasca kontruksi. Pada prinsipnya
pendekatan teknologi adalah penggunaan teknologi yang dapat meminimalkan
dampak lingkungan dan secara ekonomis tidak merugikan pemrakarsa.

Sebagai contoh pendekatan teknologi adalah pada pekerjaan pembukaan lahan


perkebunan besar dan penting berupa erosi pendekatan teknologi untuk menekan
erosi dapat dilakukan dengan membuat saluran pembuangan (drainase) pada tempat-
tempat tertentu, mengolah tanah menurut garis kontur, untuk menahan laju aliran
permukaan. Setelah pengelolaha tanah selesai, pada lokasi yang kemiringan
lerengnya lebih dari 8% dibuat teras dilakukan penanaman tanaman penutup tanah.
Untuk mencegah terjadinya tanah longsorn dapat dilauka dengan penanaman pohon-
pohonan ditempat-tempat yang terjal atau membuat tanggul tanah longor.

Pencemaran udara dapat ditanggulangi dengan cara pegurangan polutan yang


masuk ke udara misalnya dengan menggunakan alat penangkap debu atau saringan
debu. Penanganan pencemaran udara pada prinsipnya adalah dengan cara
mengurangi emsi gas pencemar sehingga gas yang masuk ke udara tidak berbahaya
lagi.

2. Contoh dalam kasus pertambangan mineral dan batubara

a. Penutupan lokasi pit 1 west milik PT Adimitra Baratama Nusantara yang


lokasinya berjarak 100 meter dari permukiman warga. Penutupan dilakukan
setelah jalan amblas dan menghancurkan enam rumah warga. Aktivis Pokja 30
Samarinda, sektor pertambangan tidak pernah memberikan dampak signifikan
terhadap kas Kaltim. Pemasukan daerah sebesar Rp10 triliun justru disumbang
oleh pajak kendaraan bermotor.

Akibat pertambangan yang tidak terkendali, sektor pertanian di Kaltim pun


terpukul. Lahan persawahan harus bergeser karena didesak lokasi pertambangan.
pertanian dan pertambangan adalah dua sektor yang bakal sulit berdampingan.
Limbah pertambangan berpengaruh langsung terhadap keberlangsungan tanaman
padi. "Kawasan bekas tambang juga sudah tidak bisa lagi dikelola menjadi
sawah," Area persawahan di Kaltim tersisa 59 ribu hektare dengan jumlah
produksi 253.700 ton beras per tahun. Selama ini, produksi beras defisit 172.300
ton dibanding total konsumsi 426 ribu ton.

Penurunan produksi beras pun ditambah minat rendah para petani dalam
mengembangkan pertanian. Beberapa petani tradisional beralih mengembangkan
komoditas perkebunan seperti kelapa sawit dan karet. "Menanam padi butuh
modal dan usaha lebih besar di Kaltim. Kualitas lahan di Kaltim tidak bisa
dibandingkan dengan di Jawa dan Sulawesi, Pemprov Kaltim tetap berpeluang
mengupayakan produksi beras. Kaltim masih menyisakan 250 ribu hektare lahan
yang bisa disulap menjadi persawahan.
b. Kawasan pesisir dan laut juga tidak luput dari eksploitasi, lebih dari 16 titik
reklamasi, penambangan pasir, pasir besi, dan menjadi tempat pembuangan
limbah tailing Newmont dan Freeport. Demikian juga hutan kita, setidaknya
3,97 juta hektar kawasan lindung terancam pertambangan, tak luput
keanekaragaman hayati di dalamnya. Tak hanya hutan, sungai kita pun
dikorbankan. Jumlah daerah aliran sungai (DAS) yang rusak parah meningkat
dalam 10 tahun terakhir. Dari sekitar 4.000 DAS yang ada di Indonesia, sebanyak
108 DAS mengalami kerusakan parah. ESDM dinilai melakukan pembiaran atas
kehancuran ini dan dibayar dengan kematian warga, kerusakan lahan, dan
berubahnya pola ekonomi masyarakat. Melihat kondisi inilah, Jatam menuntut
secara tegas agar Energi dan Sumber Daya Mineral tunduk kepada UU No
32/2009 dan tidak mengintervensi Kementerian Lingkungan Hidup, segera
menghentikan izin usaha pertambangan dan mengevaluasi perusahaan yang
merusak lingkungan, menutup segera tambang di wilayah hutan untuk menahan
laju daya rusak tambang.

c. PT Indominco Mandiri, anak perusahaan PT ITM. Demi meningkatkan


produksi pertambangannya, perusahaan tersebut berusaha mengalihkan aliran
sungai sehingga perusahaan bisa melakukan penambangan di Sungai Santan
termasuk anak Sungai Santan, yakni Sungai Kare dan Sungai Pelakan.

Penurunan kualitas sungai yang ditandai dengan perubahan warna air diikuti juga
dengan matinya ikan-ikan yang selama ini menjadi sumber penghidupan ekonomi
masyarakat setempat. Semenjak beroperasinya PT Indominco Mandiri di daerah
hulu Sungai Santan, warga merasakan kualitas sungai semakin menurun yang
memberi dampak langsung bagi kehidupan masyarakat lokal.

Di sisi lain, Direktur Jendral Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah
mengatakan bahwa PT Indominco Mandiri pernah mendapatkan peringkat Biru
pada Program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Proper) tahun 2014. Namun, untuk tahun 2015, hasil Proper PT
Indominco tidak diumumkan.

Anda mungkin juga menyukai