Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak bumi merupakan energi yang tak terbarukan. Beberapa teori menyatakan
bahwa minyak bumi berasal dari mikro organisme yang mengalami perubahan
komposisi dan struktur karena proses biokimia di bawah pengaruh tekanan dan suhu
tertentu dalam rentang waktu yang sangat panjang sehingga butuh waktu yang lama
untuk bisa terbentuk kembali. Sementara itu tingginya tingkat ketergantungan
masyarakat dunia pada minyak bumi. Mendarong eksplorasi yang besar-besaran
sehingga menyebabkan cepat habisnya cadangan minyak bumi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana alur & pola pemanfaatan minyak bumi ?
b. Seberapa besar kebutuhan minyak bumi di Indonesia ?
c. Apakah Indonesia kekurangan minyak bumi ?
d. Apa usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan minyak bumi ?
e. Bagaimana ketersidian sumberdaya minyak bumi di Indonesia ?

1.3 Tujuan

a. Memahami alur & pola pemanfaatan minyak bumi.


b. Mengetahui seberapa besar kebutuhan minyak bumi di Indonesia.
c. Mengetahui apakah Indonesia kekurangan minyak bumi.
d. Mengetahui apa usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan minyak bumi.
e. Mengetahui Bagaimana ketersidian sumberdaya minyak bumi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alur dan Pola Pemanfaatan Energi Minyak Bumi

Minyak bumi atau petroleum - bahan bakar fosil yang merupakan bahan baku untuk
bahan bakar minyak, bensin dan banyak produk-produk kimia - merupakan sumber
energi yang penting karena minyak memiliki persentase yang signifikan dalam
memenuhi konsumsi energi dunia. Citra yang sangat negatif dari minyak adalah - mirip
dengan pembakaran batubara - pemakaian bahan bakar minyak adalah kontributor
terbesar untuk peningkatan CO2 di atmosfir bumi. Tumpahan-tumpahan minyak dari
kapal-kapal tanker juga telah menyebabkan kerusakan berat pada lingkungan hidup
bumi.Minyak bumi memiliki komposisi tertentu yang bisa dipisahkan menjadi beberapa
fraksi berdasarkan perbedaan titik didih setiap komponennya. Proses pemisahannya
menggunakan destilasi bertingkat. Setiap komponen yang telah terpisah, kemudian
diolah kembali agar menjadi bahan yang berguna bagi kehidupan, seperti bensin,
minyak tanah, lilin, pelumas, dan aspal. Saat dilakukan pemisahan melalui destilasi,
minyak bumi tidak akan menghasilkan senyawa tunggal melainkan berupa kumpulan
senyawa dengan isomernya. Hasil pemisahan berupa fraksi minyak bumi, simak
Gambar2.1 berikut ini.
Gambar2.1
Pemanfaatan Minyak Bumi

1. Liquified Petroleum Gas (LPG atau Elpiji)

Gas yang sering kita gunakan untuk memasak ini merupakan salah satu olahan
dari minyak bumi Squad. LPG didominasi gas propana (C3H8) dan butana (C4H10)
yang telah dimampatkan sehingga menjadi cair dan ditempatkan ke dalam tabung logam
bertekanan tinggi. Selain itu, LPG juga mengandung sedikit hidrokarbon lain seperti
etana (C2H6) dan pentana (C5H12).

2. Bensin

Bahan bakar kendaraan bermotor ini tersusun dari hidrokarbon rantai lurus,
mulai dari C5 sampai C11. Bensin atau yang biasa juga disebut sebagai Bahan Bakar
Minyak (BBM) ini berguna bagi kendaraan roda dua, tiga ataupun empat

3. Nafta

Nafta merupakan bahan baku dan harus diolah pada tahap kedua, jadi nafta tidak
dapat langsung digunakan Squad. Biasanya, nafta banyak digunakan sebagai bahan
baku pembuat plastik, pelarut, karet dan industri petrokimia lainnya. Nafta juga
digunakan sebagai bahan baku produksi komponen bensin oktan tinggi seperti
pertamax.

4. Kerosin

Kerosin merupakan salah satu komponen minyak mentah yang banyak


dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Pada zaman dahulu, kerosin digunakan
sebagai bahan bakar kompor minyak dan lampu minyak sebelum kompor gas dan lampu
bohlam banyak digunakan seperti sekarang ini Squad. Selain digunakan untuk kompor
minyak dan lampu minyak, kerosin juga digunakan sebagai bahan bakar mesin jet yang
secara teknikal lebih dikenal dengan nama avtur (aviation turbine).

5. Solar

Solar adalah bahan bakar diesel yang paling umum di Indonesia. Solar
merupakan campuran alkana dengan rantai C15H32–C16H34. Hasil olahan minyak
bumi yang satu ini digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel pada kendaraan
bermotor Squad. Contohnya antara lain ada bus, truk, kereta api diesel dan traktor.
Selain itu, solar juga dapat menjadi bahan bakar pada mesin industri.

6. Pelumas

Pelumas merupakan zat kimia yang umumnya cairan dan diberikan di antara dua
benda yang bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan
pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Jadi, selain
mengurangi gaya gesek, pelumas juga dapat melindungi mesin dari karat. Contoh dari
pelumas adalah oli mesin yang digunakan pada mesin pembakaran dalam.

7. Aspal

Pada dasarnya, aspal adalah bahan hidrokarbon yang bersifat melekat dan
berwarna hitam kecoklatan. Selain itu, aspal juga tahan terhadap air. Sebenarnya, aspal
adalah hasil hasil residu dari proses distilasi yang tidak menguap. Selain aspal, hasil
residu yang lain juga ada parafin yang digunakan sebagai bahan baku dari lilin. Oh iya,
aspal juga sering disebut dengan bitumen.
Gambar2.2

B. Seberapa Besar Kebutuhan Minyak Bumi di Indonesia

Naiknya harga minyak mentah jenis Brent hingga ke US$ 85/barel menjadi salah
satu pemicu terpuruknya nilai tukar rupiah hingga di atas level Rp 15.000/dolar
Amerika Serikat (AS). Dengan naiknya harga minyak maka impor bahan bakar minyak
(BBM) Indonesia juga akan meningkat sehingga akan menyedot cadangan devisa Bank
Indonesia. Sebab konsumsi energi nasional terbesar berupa BBM.Data Kementerian
ESDM mencatat konsumsi energi Indonesia pada 2017 mencapai 1,23 miliar Barrels Oil
Equivalent (BOE) naik 9% dari tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut yang berbentuk
BBM mencapai 356,33 juta BOE atau 28,88% dari total konsumsi. Kemudian terbesar
kedua adalah dalam bentuk biomasa sebanyak 306,25 BOE atau 24,82%. Sedangkan
konsumsi biofuel baru mencapai 79,43 juta BOE atau 6,44% dari total.Sementara
berdasarkan peruntukannya, energi nasional terbesar digunakan untuk keperluan rumah
tangga, yaitu mencapai 382,94 juta BOE atau 31% dari total. Kemudian terbesar kedua
untuk sektor transportasi 361,7 juta BOE atau sekitar 29,31% dan ketiga untuk industri
sebesar 273,86 juta BOE atau 22,19% dari total konsumsi energi nasional.

Diagram 2.1
Sumber : Kementerian ESDM, 2018

Data Kementerian ESDM mencatat konsumsi energi Indonesia pada 2017 mencapai
1,23 miliar Barrels Oil Equivalent (BOE) naik 9% dari tahun sebelumnya. Dari jumlah
tersebut yang berbentuk BBM mencapai 356,33 juta BOE atau 28,88% dari total
konsumsi. Kemudian terbesar kedua adalah dalam bentuk biomasa sebanyak 306,25
BOE atau 24,82%. Sedangkan konsumsi biofuel baru mencapai 79,43 juta BOE atau
6,44% dari total.
Sementara berdasarkan peruntukannya, energi nasional terbesar digunakan untuk
keperluan rumah tangga, yaitu mencapai 382,94 juta BOE atau 31% dari total.
Kemudian terbesar kedua untuk sektor transportasi 361,7 juta BOE atau sekitar 29,31%
dan ketiga untuk industri sebesar 273,86 juta BOE atau 22,19% dari total konsumsi
energi nasional.

C. Apakah Indonesia Kekurangan Minyak Bumi ?

Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran energi yang didorong pesatnya laju


pertambahan penduduk dan pesatnya industrialisasi duniamengakibatkan terkurasnya
cadangan energi dalam jumlah besar, khususnya energi fosil yang merupakan sumber
energi utama dunia. Pemulihan ekonomi global yang dimotori pertumbuhan ekonomi
tinggi di Asia yang diiringi peningkatan permintaan energi untuk industri dan konsumsi,
turut mendorong kenaikan harga energi dunia.

Proporsi minyak bumi sebagai sumber utama energi saat ini mencapai 40% dari
total permintaan energi dunia, namun cadangannya terus berkurang. Pada tahun 2011
pertumbuhan permintaan minyak bumi dunia mencapai 1,7%. Peningkatan produksi
yang hanya mencapai 0,9% serta cadangan minyak bumi global yang makin
berkurangmenyebabkan negara-negara termasuk Indonesia rentan terhadap risiko
terjadinya krisis energi dunia. Kerentanan energi global ini juga sangat dipengaruhi
kondisi lain seperti geopolitik. Ketidakstabilan politik di kawasan Timur tengah dan
Teluk Persia juga ikut berpengaruh kepada kestablian harga dan pasokan energi dunia.

Indonesia, dalam upayanya meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi, ikut


terdampak kondisi energi, baik di tingkat global maupun secara nasional. Cadangan
minyak bumi terbukti saat ini di Indonesia diprediksi 9 milyar barel, dengan tingkat
produksi rata-rata 0,5 milyar barel per tahun, dan diperkirakan akan habis dalam waktu
18 tahun. Cadangan gas diperkirakan 170 TSCF (trilion standart cubic feed) sedangkan
kapasitas produksi mencapai 8,35 BSCF (billion standart cubic feed). Sedangkan,
cadangan batubara diperkirakan 57 miliar ton dengan kapasitas produksi 131,72 juta ton
per tahun.

EBT merupakan pilihan efektif dalam jangka panjang untuk mengatasi ancaman
krisis energi. Meskipun demikian, disadari bahwa pemanfaatan EBT di Indonesia masih
belum optimal. Potensi EBT di Indonesia sendiri sangat tinggi, diantaranya terdapat
potensi energi panas bumi yang mencakup 40% dari cadangan dunia (27 GW) tetapi
baru dimanfaatkan sebesar 800 MW. Selain itu terdapat potensi energi terbarukan
lainnya yang seperti energi surya dan energi hidro. Kendala lain yang dihadapi dalam
pemanfaatan energi baru terbarukan disebabkan teknologi pemanfaatannya masih belum
terjangkau. Selain itu pemberian subsidi terhadap bahan bakar fosil menyebabkan harga
energi alternatif belum kompetitif.

Indonesia Defisit Minyak Sejak 2003

Produksi dan Konsumsi minyak (1965-2017)


Grafik 2.1
Sumber : BP Global Company, 2018

Konsumsi minyak yang cenderung meningkat dibarengi dengan merosotnya


produksi membuat Indonesia mengalami defisit minyak sejak 2003. Data BP
menunjukkan produksi minyak Indonesia pada 2003 sebesar 1,18 juta barel per hari
sementara konsumsi mencapai 1,23 juta barel. Artinya terjadi defisit 54 ribu barel per
hari. Setelah itu, produksi minyak nasional semakin turun sedangkan konsumsi kian
meningkat. Produksi minyak indonesia pada 2017 hanya tinggal 949 ribu barel per hari
sementara konsumsi meningkat menjadi 1,65 juta barel sehingga dibutuhkan 702 barel
per hari untuk memenuhi kebutuhan minyak domestik. Pertamina setiap tahun
mengimpor minyak dari luar negeri menutup defisit tersebut.

D. Usaha Untuk Memenuhi Kebutuhan Minyak Bumi

Minyak bumi, gas dan batubara masih akan terus mendominasi pemenuhan
kebutuhan energi nasional. Di masa mendatang ketergantungan terhadap energi fosil
harus diminimalisir melalui optimalisasi pemanfaatan EBT secara bertahap. Mixing
energy antara energi fosil dan EBT hanya dapat dilakukan dengan dukungan
infrastruktur energi yang memadai, mengingat ketidaksesuaian antara persebaran
sumber energi dan konsumen di Indonesia. Untuk merealisasikannya dibutuhkan
regulasi yang mendukung, riset dan teknologi, investasi, maupun perubahan pola
konsumsi masyarakat yang lebih hemat dan bijak untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya krisis energi di masa mendatang.
Hal yang tidak bisa dipungkiri lagi, penggunaan energi dari fosil (minyak bumi,
batu bara, gas alam) masih tinggi. Berdasarkan Handook of Energy & Economic
Statistics of Indonesia 2016 (HEESI 2016), tiga sumber utama pasokan energi di
Indonesia masih dipegang oleh energi fosil yaitu minyak bumi & produknya, batu bara,
dan gas alam & produknya. Untuk EBT sendiri, peringkat teratas pemasok tertinggi oleh
energi yang berasal dari biomassa, air (hydro power), kemudian diikuti dengan
geothermal dan. Namun persentase perbandingan penggunaan energi fosil dan energi
terbarukan masih sangat jomplang. Dari data HEESI 2016, batu bara memasok sekitar
24,8 % kemudian 30,2 % oleh minyak bumi dan 19,03 % oleh gas alam dengan total
sebesar 74,14 %.

Dampak buruk terhadap lingkungan dan jumlah pasokan yang semakin menurun
menjadi salah satu alasan utama pergantian penggunaan energi fosil menjadi energi
alternatif atau Energi Baru Terbarukan (EBT). Namun ketika kembali melihat data, saya
sendiri merasa dibohongi, karena penggunaan energi fosil sebenarnya terlihat masih di
prioritaskan dan sangat bertolak belakang kicauan media yang sering membahasan
EBT.

Lantas tidak serta merta besok, lusa, minggu depan, bulan depan bahkan tahun
depan kita bisa langsung beralih menggunakan EBT atau mulai mengganti pasokan
energi kita sedikit demi sedikit. Hal ini semakin sulit dilakukan di daerah padat
pendudukperkotaan, dimana suplai energi sudah dapat dengan mudah diakses dengan
harga jauh lebih terjangkau dibandingkan EBT.

Namun masyarakat masih tetap dapat mengurangi produksi emisi gas dari
penggunaan energi fosil, yang saat ini banyak dikenal dengan sebutan konservasi
energi. Konservasi energi adalah pengguanaan energi dengan efisiensi dan rasional
tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan [2]. Potensi
konservasi energi pada semua sektor memiliki peluang penghematan sangat besar, yaitu
10% - 35%. Penghematan dapat direalisasikan dengan cara mudah, dapat mencapai 10-
15%, sedangkan penghematan dengan investasi dapat meraih sampai 30%. Konservasi
energi perlu dilakukan terkait dengan permasalahan kelangkaan energi di masa depan.
Upaya ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan energi
terbarukan, namun sektor industri juga harus menjalankan kebijakan konservasi energi.
Salah satunya industri terkait konstruksi, penting bagi pemilik dan perancang bangunan
untuk mengintegrasikan strtegi efisiensi energi pad tahap desan awal untuk
diimplementasikan pada tahap-tahap konstruksi, pengadaan dan operasional bangunan.

Salah satu kebijakan pemerintah yaitu Kebijakan Industri hijau yaitu industri yang
dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan
industi dan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat [3]. Kebijakan ini ditetapkan dalam undang-undang Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Perindustrian. Untuk mewujudkan industri hijau, pemerintah akan merumuskan
kebijakan, penguatan kapasitas terkait kelembagaan, standardisasi dan pemberian
fasilitas.

Pelaksanaan industri hijau dapat tercapai apabila penggunaan bahan baku, energi,
dan limbah/emisi dapat diminimalisir. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan
sumber daya dan energi yang efisien, eco-design, daur ulang rendah karbon, guna
menghasilkan produk yang bersih. Untuk itu diperlukan dukungan kelembagaan,
insentif, standard dan sertifikasi, research and development, pembiayaan, pendidikan
dan pelatihan, bantuakn teknis, dan sistem informasi. Saat ini pemerintah menfokuskan
industri hijau pada empat jenis industri karena mulai menggunakan EBT sebagai
sumber energi yaitu CPO, indusri pulp dan kertas, serta industri gula, bahkan sudah
berkembang luas karena EBT juga mulai digunakan pada indsutri semen.

Berikut ini pemanfaatan EBT pada 4 industri yang sudah saya sebutkan diatas:

Industri Industri crude palm oil (CPO) banyak menghasilkan limbah padat seperti
tandan kosong, serat, dan cangkang dan limbah cair (POME). Cangkang dan serat
digunakan sebagai bahan bakar boiler sedangkan tandan kosong digunakan sebagai
pupuk dan penyubur tanah. Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan limbah
cair yang menghasilkan biogas (anaerobik) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
PLTG. Nilai kalor cangkang dan serat rata-rata sekitar 20.093 kJ/kg dan 19.055 kJ/kg,
sedangkan nilai kalor biogas sekitar 5.350 kkal/m3.

Industri pulp dan kertas juga berhasil mengolah hasil samping non-condensate gas
menjadi bio-methanol pengganti minyak bakar, mengolah sludge menjadi bio-sludge
sebagai sumber energi untuk boiler, dan memanfaatkan reject pellet (limbah plastik)
pada industri kertas.

Pada industri gula tebu, produksi bagasse sebagai limbah memiliki potensi untuk
dijadikan energi biomassa, namun produksi bagasse tidak mencukupi kebutuhan energi
industri gula (hanya 78%), sehingga diperlukan bahan bakar lain, seperti minyak residu,
kayu, sekam, moulding, cacahan tebu, minyak solar dan lainnya.

Pada industri semen, jenis energi alternatif yang digunakan sangat beragam mencakup
ban bekas, sampah, limbah plastik, tempurung kelapa, makanan bekas, oil sludge,
kemasan bekas, rice husk, dan lainnya. Berbeda dengan ketiga industri terpilih di atas,
pemanfaatan energi alternatif pada industri semen tidak di disain sejak awal sehingga
merupakan tambahan yang memerlukan modifikasi tersendiri dalam proses penyediaan
dan pemanfaatan energi alternatif. Penggunaan energi alternatif pada industri semen
secara ekonomi menguntungkan dan kendala yang dapat terjadi adalah kontunuitas
pasokan energi alternatif

Manusia secara per-orangan juga dapat melakukan konservasi energi. Sebagai


konsumen cerdas, banyak yang bisa dilakukan untuk menghemat listrik yang
digunakan,mulai dari memilik peralatan elektronik hemat energi, pengoperasian alat
elektronik yang benar sampai membuat bangunan dengan pakem bangunan hijau [4].
Hal yang disebutkan diatas salah satunya berupa kebiasaan sehari-hari, sepeerti
mematikan listrik yang tidak digunakan terlihat sederhana namun jika dilakukan oleh
ratusan hingga milyaran manusia dimuka bumi, maka dapat mengurangi konsumsi
penggunaan energi dalam jumlah yang sangat besar.

E. Ketersedian Sumberdaya Minyak Bumi di Indonesia


Cadangan minyak bumi nasional, baik berupa cadangan terbukti maupun cadangan
potensial mengalami peningkatan pada periode 2012-2013. Cadangan potensial
minyak pada tahun 2013 sebesar 3,85 miliar barel, sedangkan cadangan terbukti
sebesar 3,69 miliar barel.

Sebaran cadangan minyak bumi Indonesia sebagian besar terdapat di wilayah


Sumatera yang mencapai 62,1% dari total cadangan minyak bumi nasional atau sebesar
5,02 miliar barel. Sedangkan Jawa dan Kalimantan masing-masing memiliki cadangan
minyak bumi sebesar 1,81 miliar barel dan 0,57 miliar barel. Sisanya sebesar 0,14
miliar barel terdapat di daerah Papua, Maluku, dan Sulawesi.
Gambar2.3

Gambar 2.4
Cadangan dan Produksi Minyak Bumi Indonesia

Pada dasarnya, belum ada data yang pasti mengenai berapa cadangan minyak bumi
yang ada dalam perut bumi Indonesia. Pada tahun tertentu, jika tidak ditemukan
cadangan baru, maka secara otomatis cadangan yang ada pada tahun tersebut akan lebih
kecil daripada tahun sebelumnya. Namun, jika ternyata ditemukan cadangan yang baru,
keadaan bisa saja menjadi sebaliknya.

Tren cadangan minyak bumi Indonesia dari tahun 2004 hingga 2011 menunjukkan
angka penurunan. Berikut ini adalah data resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral mengenai data cadangan minyak bumi di Indonesia sampai dengan tahun 2011.

Tabel 2.1

Anda mungkin juga menyukai