X-1
bidang utama, yaitu pendidikan, kesehatan, pembangunan saranan atau
prasarana umum seperti tempat ibadah, bantuan bencana alam, upaya
pelestarian alam dan kebudayaan (Parahita, 2012). Berikut model dalam bentuk
kerangka pikir pemberdayaan masyarakat sekitar tambang yang dapat
dilaksanakan industri tambang.
Industri
/perusahaan
Pertambangan
Departemen Hubungan
masyarakat
musyawarah
Tokoh-tokoh Aparat :
Tokoh-tokoh
masyarakat Kecamatan
agama & kepala
Desa adat
Dusun
Umpan balik
Kesehatan:
Saranan &
Pelayanan Pendidikan:
Ekonomi : prasarana :
kesehatan Pendirian
Bantuan Perbaikan
gratis, sekolah,
modal UKM jalan, tempat
pendirian beasiswa
ibadah
puskesmas
SELURUH MASYARAKAT DI
SEKITAR KAWASAN
PERTAMBANGAN
X-2
desan dan dusun yang langsung bersentuhan dan dekat dengan masyarakat, dan
tokoh-tokoh agama dan adat yang dihormati dan dihargai masyarakat. Ke tiga
tokoh tersebut dapat menjadi penghubung antara perusahaan dan masyarakat.
Selain itu, mereka lebih mengerti dan memahami kebutuhan masyrakat.
Pada dasarnya kebutuhan dan permasalahan masyarakat sekitar tambang
terkait atas 4 bidang utama, yaitu ekonomi, sarana dan prasarana, pendidikan dan
kesehatan. Bidang ekonomi, perusahaan dapat memberi bantuan modal usaha
kecil menengah untuk masyarakat agar dapat berwirausaha dan mandiri. Bantuan
moda ini dapat digunakan untuk membuat warung makan, bengkel, berjualan
sayur atau bahkan memperluas usahataninya. Apabila masyarakat sekitar kawasan
pertambangan lebih banyak yang bekerja sebagai usahatani maka pinjaman modal
dapat diberikan untuk meningkatkan dan memperluas usahataninya, modal dapat
digunakan petani untuk membeli pupuk, pestisida, benih dan lain-lain.
Bidang sarana dan prasarana seperti pembangunan jembatan, perbaikan jalan
raya, pendirian tempat peribadatan misalnya masjid dan gereja. Pada umumnya
desa yang belum tersentuh program pembangunan dari pemerintah pusat
diperhadapkan masalah jalan rusak sehingga mempersulit akses ke luar dari desa
untuk berbagai keperluan misalnya menjual hasil panen. Dengan demikian,
perbaikan jalan dan jembatan dapat mempermudah akses masyarakat sekitar
kawasan tambang dengan daerah luar.
Bidang kesehatan, pendirian puskesmas sangat membantu masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatannya terlebih lagi
di kawasan pertambangan sangat sering dijumpai berbagai penyakit akibat polusi
dari aktivitas eksploitasi sumberdaya alam. Berbagai penyakit yang mungkin saja
menyerang masyarakat sekitar tambang, yaitu penyakit asma dan gangguan
pernafasan lainnya, kusta dan diare akibat pencemaran air dan udara. Oleh karena
itu, masyarakat perlu penanganan segera terlebih lagi jika terjadi kecelakaan kerja
oleh buruh tambang sehingga ketersediaan puskesmas dan perawat atau petugas
kesehatan menjadi suatu keharusan untuk menjamin kenyamanan masyarakat dan
karyawan atau buruh perusahaan.
Bidang pendidikan, pendirian sekolah di sekitar kawasan pertambangan akan
mempermudah generasi muda untuk melanjutkan sekolah tanpa perlu menempuh
perjalanan jauh untuk bersekolah. Sekolah tersebut diperuntukan bagi anak-anak
dari masyarakat sekitar dan anak-anak karyawan perusahaan. Selain itu,
X-3
perusahaan hendaknya mengeluarkan beasiswa misalnya beasiswa S1 untuk
mahasiswa yang berprestasi.
Yang terakhir adalah evaluasi untuk melihat keberhasilan program
pemberdayaan dalam menyentuh dan menyelesaikan permasalahan masyarakat.
Sehingga diperlukan feedback atau umpan balik dari masyarakat ke perusahaan.
Evaluasi tersebut juga sangat dibutuhkan perusahaan untuk membuat laporan
pertanggungjawaban perusahaan kepada pemerintah daerah dan pusat. Melalui
evaluasi diharapkan program pemberdayaan masyarakat dapat lebih ditingkatkan
dan diperbaiki kekuarangannya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera
sesuai tujuan CSR.
Bentuk CSR
Berdasarkan Pasal 1 PP 93 Tahun 2010, bentuk pengeluaran Corporate
Social Responsibility (CSR) yang dapat dikurangkan sampai jumlah tertentu dari
penghasilan bruto dalam rangka penghitungan penghasilan kena pajak bagi wajib
pajak terdiri atas:
a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, yang
merupakan sumbangan untuk korban bencana nasional yang disampaikan
secara langsung melalui badan penanggulangan bencana atau disampaikan
secara tidak langsung melalui lembaga atau pihak yang telah mendapat izin
dari instansi/lembaga yang berwenang untuk pengumpulan dana
penanggulangan bencana;
b.Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, yang merupakan
sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan di wilayah
sekitar tambang yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan
pengembangan.
c. Sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakan sumbangan berupa
fasilitas pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan.
d. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, yang merupakan
sumbangan untuk membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu
atau gabungan organisasi cabang/jenis olahraga prestasi yang disampaikan
melalui lembaga pembinaan olah raga; dan
e.Biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum
dan bersifat nirlaba.
X-4
X.2 Biaya Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
X-5
CSR bagi perusahaan adalah pengeluaran, begitu pula dengan pajak yang harus
mereka bayarkan. Sederhananya, membayar pajak sekaligus mengeluarkan
anggaran untuk kegiatan CSR berarti pengeluaran ganda bagi perusahaan.
Perhitungan ekonomis akan melihat pengeluaran ini sebagai kerugian perusahaan.
Oleh karena itu, para pengusaha mendorong Pemerintah untuk segera
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) atas implementasi Undang-Undang
(UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang pembebasan pajak dari tanggung jawab
sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR). Pasalnya, saat ini
perseroan terpaksa harus rela dipotong anggaran CSR-nya hanya untuk pajak
CSR sebesar 30-35%. Padahal, di Amerika Serikat misalnya, dengan
pertimbangan penguatan kelompok-kelompok masyarakat sipil, maka perusahaan
yang menyumbang kepada kelompok yang masuk dalam kategori 501 (c) 3, akan
mendapatkan pemotongan pajak. Hal tersebut juga terjadi di beberapa negara
Eropa.
Oleh karena itu, kabar mengenai akan dikeluarkannya peraturan pemerintah
(PP) tentang pengurangan pajak yang drafnya selesai dibahas pada 30 November
mendatang mendapat banyak masukan dari para pengusaha. RPP ini merupakan
turunan dari UU No 36 Tahun 2008tentang Perubahan Keempat atas UU No 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh). Di dalam RPP tersebut, donasi
untuk kegiatan sosial atau filantropi akan menjadi pengurang pembayaran pajak
penghasilan (PPh) pribadi maupun perusahaan. Para pengusaha berharap RPP
tersebut juga mengatur mengenai pengurangan pajak untuk program tanggung
jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/ CSR).
Meskipun pemotongan pajak (tax deduction) merupakan bentuk yang popular
di luar negeri dan menjadi wacana yang hangat di negeri ini, namun
keberlakuannya di Indonesia tetap memerlukan pertimbangan masak-
masak. Pertama dan merupakan hal yang penting adalah pemotongan pajak dapat
menjadi isu yang sensitif dan berpotensi membuat jarak yang lebih besar di antara
perusahaan dan pemangku kepentingan saat ini yang sebenarnya berada dalam
kondisi yang dapat dikatakan low trust. Hal ini menimbulkan pertanyaan,
bagaimanakah solusi atas permasalahan tersebut?
Kedua, pemotongan pajak yang merupakan salah satu bentuk insentif pajak
harus mempertimbangkan kinerja. Sistem insentif bagi yang berkinerja tinggi
X-6
haruslah diimbangi dengan sistem insentif bagi yang kinerjanya rendah demi
terciptanya keadilan
Perlakuan PPh Terhadap Biaya CSR Perusahaan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 yang merupakan perubahan terakhir
dari Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983, telah mengatur tentang perlakuan
Pajak Penghasilan atas pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan dalam
rangka Corporate Social Responsibility (CSR). Ketentuan tentang hal ini diatur
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf I, j, k, l, dan m, di mana ditegaskan bahwa besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap
BUT), ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk di antaranya
adalah :
Bentuk CSR
Berdasarkan Pasal 1 PP 93 Tahun 2010, bentuk pengeluaran Corporate
Social Responsibility (CSR) yang dapat dikurangkan sampai jumlah tertentu dari
penghasilan bruto dalam rangka penghitungan penghasilan kena pajak bagi wajib
pajak terdiri atas:
a.Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional, yang
merupakan sumbangan untuk korban bencana nasional yang disampaikan
secara langsung melalui badan penanggulangan bencana atau disampaikan
secara tidak langsung melalui lembaga atau pihak yang telah mendapat izin
X-7
dari instansi/lembaga yang berwenang untuk pengumpulan dana
penanggulangan bencana;
Pengertian “bencana nasional” adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis, yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Sedangkan yang dimaksud dengan “badan penanggulangan bencana“
adalah badan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menampung,
menyalurkan, dan/atau mengelola sumbangan yang berkaitan dengan bencana
nasional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana.
b.Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, yang merupakan
sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan di wilayah
Republik Indonesia yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan
pengembangan;
Yang dimaksud dengan “penelitian” adalah kegiatan yang dilakukan menurut
kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi,
data dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian
kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi
keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk penelitian di
bidang Seni dan Budaya.
Yang dimaksud dengan “pengembangan” adalah kegiatan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu
pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi,
manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau
menghasilkan teknologi.
Yang dimaksud dengan “lembaga penelitian dan pengembangan” adalah
lembaga yang didirikan dengan tujuan melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan di Indonesia termasuk perguruan tinggi terakreditasi.
c.Sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakan sumbangan berupa
fasilitas pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan;
X-8
Yang dimaksud dengan “fasilitas pendidikan” adalah prasarana dan sarana
yang dipergunakan untuk kegiatan pendidikan termasuk pendidikan
kepramukaan, olahraga, dan program pendidikan di bidang seni dan budaya
nasional.
Yang dimaksud dengan “lembaga pendidikan” adalah lembaga yang bergerak
di bidang pendidikan, termasuk pendidikan olah raga, seni dan/atau budaya,
baik pendidikan dasar dan menengah yang terdaftar pada dinas pendidikan
maupun perguruan tinggi terakreditasi.
d.Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, yang merupakan
sumbangan untuk membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu
atau gabungan organisasi cabang/jenis olahraga prestasi yang disampaikan
melalui lembaga pembinaan olah raga; dan
Yang dimaksud dengan “lembaga pembinaan olahraga” adalah organisasi
olahraga yang membina, mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau
gabungan organisasi cabang/jenis olahraga prestasi.
Yang dimaksud dengan “olahraga prestasi” adalah olahraga yang membina dan
mengembangkan atlit secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui
kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan.
e.Biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum
dan bersifat nirlaba.
Persyaratan Agar Dapat Dikurangkan
Pengeluaran CSR berupa sumbangan dan/atau biaya dalam bentuk
sebagaimana disebutkan di atas dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
dengan syarat:
X-9
4. lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki NPWP, kecuali
badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang tentang Pajak Penghasilan; dan
5. Penerima sumbangan dan/atau biaya CSR bukan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud Undang-Undang tentang Pajak
Penghasilan dengan Wajib Pajak pemberi.
X-10
sumbangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu maksimal 5%
atau sebesar Rp3.000.000.000,00
Apabila Wajib Pajak memberikan sumbangan sebesar Rp5.000.000.000,00
maka yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto hanya sebesar
Rp3.000.000.000,00.
Bentuk Sumbangan atau Biaya
Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional , penelitian dan
pengembangan , fasilitas pendidikan , dan dalam rangka pembinaan olahraga
dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang. Yang dimaksud “barang” di
sini dapat berupa barang yang diproduksi atau diperoleh oleh Wajib Pajak
pemberi sumbangan.
Jika diberikan dalam bentuk barang, maka nilai sumbangan ditentukan
berdasarkan:
X-11
X-12