Disusun oleh:
HARRY SABARNO
03021381722091
Dosen Pengajar:
RR. YUNITA BAYUNINGSIH, S.T., M.T.
NIP 197803232008122002
Jawaban.
A. Judul Penelitian: Reduksi Emisi Gas Buang Dengan Memanfaatkan
Sumber Energi Terbarukan Serbuk Pinus Dan Bahan Pengikat Kulit Kerang
Dan Pati Gadung Pada Campuran Biobriket Batubara
1. Nama Biomasa : Serbuk pinus, Bahan Pengikat kulit kerang dan pati gadung
pada campuran biobriket batubara
2. Komposisi yang digunakan
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : Bahan
baku utama, Batubara dari PT. Batubara Bukit Asam (Persero)tbk Tanjung
Enim Sumatera Selatan Bahan baku pembuatan briket : Kulit Kerang, Pati
gadung dan pinus. Alat yang digunakan Ball Mill, Neraca Analitik, Ro‐Tap,
Stopwatch, Neraca Analitik, Cetakan briket, Wajan + sendok pengaduk, Beker
Gelas.
Variable penelitian yang digunakan terdiri dari variable yang divariasikan,
yaitu : Persen padatan bahan pengikat (binder) kulit kerang dan pinus 10 %,
12,5 %, 15 %, 17,5 %. Sedangkan variable tetap, persen padatan pati gadung 10
%, ukuran gadung, partikel batubara masing‐masing 50, 100 dan pinus 100
mesh. Lama pembriketan 3 jam.
3. Prosedur Pembuatan
a. Pengambilan sampel batubara dari PT. Batubara Bukit Asam di Tanjung
Enim Sumatera Selatan secara langsung di lapangan. Sedangkan gadung dan
pinus yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari hutan wisata punti
kayu kota Palembang Sumatera Selatan
b. Preparasi dan analisa bahan baku briket Bahan baku yang digunakan untuk
pembuatan briket pada penelitian ini sebagaimana ditunjukkan Gambar 1,
searah jarum jam terdiri dari batubara, kulit kerang, gadung dan pinus.
Analisis batubara dimaksudkan untuk mengetahui kualitas daripada batubara.
Pada penelitian ini, sampel batubara dianalisa menggunakan analisis
proksimat dan ultimat (ASTM 3172).
c. Menyiapkan per sampel batubara dengan ukuran 100 mesh yang telah
dianalisa kualitas. Siapkan binder campuran kulit kerang dengan pati
gadung dan pinus dengan persen padatan masing‐ masing 10 % campurkan
serbuk batubara, kulit kerang, pati gadung dan pinus sesuai denngan
komposisi yang telah ditentukan kemudian diaduk sampai homogen.
d. Adonan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cetakan briket yang
berbentuk silinder dengan ukuran diameter 5 cm dan tinggi 5 cm.
Kemudian keringkan pada suhu kamar hingga didapat biobriket batubara
Lakukan untuk masing‐masing persen padatan
e. Analisis kualitas briket untuk mengetahui kualitas briket batubara
dilakukan analisis proksimat, zat terbang dan total sulfur, nilai kalori.
f. Pengolahan dan analisa data pengolahan data dilakukan terhadap data yang
telah didapat dari percobaan pembriketan batubara untuk mendapatkan data
reduksi unsur‐unsur kimia dan total sulfur dalam biobriket batubara Untuk
mendapatkan gambaran hubungan antara penambahan biomasa terhadap
reduksi unsur‐kimia biobriket batubara dilakukan analisa data. Sehingga hasil
yang didapat merupakan jawaban atas permasalahan penelitian.
0.008
Pe
0.007
ng
ur 0.006
an
0.005
ga (gr
n am 0.004
M /de 0.003
as tik
sa )
La 0.002
ju
0.001
0
0 120 240 360 480 600 720 840 960 1080
Waktu (detik)
pati kanji 1 gram pati kanji 2 gram pati kanji 3 gram
Grafik pengaruh komposisi pere-kat pati kanji (1 gram, 2 gram dan 3 gram) terha-
dap laju pengurangan massa biobriket cam-puran sabut kelapa dan batubara 70% :
30%
Laju pembakaran biobriket dengan perekat pati pada awalnya naik sampai
mencapai optimum, sedangkan pada biobriket yang bahan perekatnya tetes tebu
pada awalnya juga naik tapi pada saat titik tertentu sebelum mencapi optimum,
laju pembakaran akan turun. Hal ini disebabkan karena volatile matter yang
dimiliki pati kanji masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan tetes tebu. Pada
biobriket dengan perekat pati kanji, semakin banyak campuran pati kanji maka
kemungkinan terbakarnya semakin cepat karena nilai volatile matter yang
semakin tinggi tetapi yang lebih menarik disini laju pembakan dicapai pada
waktu yang sama.
C Judul Penelitian: Pengaruh Komposisi Dan Ukuran Serbuk Briket Yang
Terbuat Dari Batubara Dan Jerami Padi Terhadap Karakteristik Pembakaran
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa bahan baku arang batubara mempunyai
rendemen sebesar 68,549% dan nilai kalor 6150,740 kal/g. Sedangkan arang
jerami padi memiliki rendemen sebesar 24,619% dan nilai kalor 4751,184 kal/g.
Rendemen arang digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembuatan
arang. Ditinjau dari besarnya rendemen maka bahan baku jerami padi ini telah
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa proses pembuatan biobriket proses
pembentukan arang dapat menghasilkan rendemen sebesar 20-30 %. Sedangkan
nilai kalor arang batubara sebesar 6150,740 kal/g telah melampaui standar SNI
01-6235-2000 tentang briket arang yaitu minimum 5000 kal/g dan untuk jerami
padi sebesar 4751,184 kal/g perlu penambahan campuran bahan baku lain yang
mempunyai nilai kalor lebih tinggi sebagai pendukung sehingga menghasilkan
kalor yang memenuhi standart SNI yaitu batubara. Dengan campuran kedua bahan
baku berpotensi sebagai bahan baku pembuatan briket.
Secara umum pembakaran briket dibagi menjadi tiga tahap. Pertama adalah
tahap pengeringan/pemanasan dengan pengurangan massa yang lambat. Tahap
kedua adalah devolatilisasi yang ditunjukkan dengan pengurangan massa yang
cepat dan ketiga pembakaran arang yang ditunjukan dengan pengurangan massa
yang lambat.Pengaruh komposisi campuran bahan baku terhadap laju pembakaran
pada beberapa variasi ukuran partikel dilakukan pada semua sampel briket. Briket
dialiri udara dengan kecepatan konstan yaitu 0,3 m/s pada temperatur lingkungan
rata-rata 30oC dan suhu tungku rata-rata 500oC. Gambar 4.7 berikut merupakan
grafik laju pembakaran briket komposisi campuran arang batubara dan jerami padi
pada ukuran partikel 35 dan 50 mesh.
Pada di atas dapat dilihat bahwa tahap pengeringan pada briket seluruh
komposisi batubara dan jerami padi membutuhkan waktu pengeringan rata-rata ±8
menit, hal ini terkait dengan kadar air yang dimiliki oleh briket. Untuk komposisi
jerami padi lebih cepat mengering dikarenakan lebih banyak kadar air dari grafik
terlihat komposisi jerami padi lebih cepat mengering ini dikarenakan dalam
pengujian tidak dimulai dengan suhu lingkungan. Sedangkan tahap devolatilisasi
dan tahap pembakaran pada briket komposisi 100% jerami padi lebih lama dari
briket dengan komposisi 100% batubara. Hal ini disebabkan oleh briket dengan
komposisi 100% batubara mengandung volaitile matter lebih besar dari briket
dengan komposisi 100% jerami padi dan selanjutnya sesuai dengan komposisi
campuran bahan baku. Sedangkan variasi ukuran partikel tidak begitu
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan volatile matter sehingga proses
devolatisasi kedua briket hampir sama. Laju pembakaran tertinggi tercapai pada
komposisi 100% batubara (4,81 g/menit) pada pada ukuran partikel 35 mesh
terjadi pada menit ke-8. Hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi kandungan
jerami padi maka semakin cepat proses pembakaran serta laju pembakaran,
sedangkan perbedaan ukuran partikel sangat berpengaruh secara signifikan
terhadap waktu pembakaran, hal ini disebabkan bahwa semakin kecil ukuran
partikel maka briket semakin padat sehingga semakin sulit oksigen masuk
menyebabkan waktu pembakaran serta laju semakin lama.
D Judul Penelitian: Karateristik Bio-Briket Berbahan Baku
Batubara Dan Batang/Ampas Tebu Terhadap Kualitas Dan Laju
Pembakaran
Hasil uji proksimat briket bio-batu bara TP (50 g) dan PP (50 g) setelah
proses pembriketan. Dalam tabel terlihat bahwa ada perbedaan kandungan kadar
air, abu, zat terbang, karbon terikat dan nilai kalori setelah proses pembriketan.
Bahan Kadar Zat Kadar Karbon kalori
baku air terbang abu terikat (kal/g)
(%) (%) (%) (%)
Briket TP
5,23 23,87 24,37 51,06 4874,96
(50 g)
Briket PP
4,17 18,39 25,76 51,68 5157,87
(50 g)
Hasil uji proksimat pada Tabel campuran batu bara proses pirolisis dan tanpa
proses pirolisis berpengaruh terhadap kadar air, abu, zat terbang, karbon terikat
dan nilai kalori briket bio-batu bara yang diuraikan sebagai berikut.
a. Pengaruh Campuran Batu Bara Pirolisis dan tanpa Pirolisis terhadap Kadar Air
Proses pirolisis dan tanpa pirolisis batu bara berpengaruh pada kadar air briket
bio-batu bara. Setelah proses pembriketan, kadar air briket TP (50 g) lebih tinggi
karena batu bara yang tidak mengalami proses pirolisis mengandung kadar air
2,75%, sehingga sangat berpengaruh pada briket bio-batu bara. Batu bara memiliki
kadar air berupa inhernt moisture atau air bawaan dari batu bara dan free moisture
atau air yang yang menempel pada permukaan batu bara (Sukandarrumidi, 2017).
Di lain pihak, briket bio-batu bara PP (50g) mengandung kadar air lebih kecil
daripada TP (50 g). Kadar air batu bara yang telah mengalami proses pirolisis
hanya sebesar 0,89%, sehingga pada saat proses pembriketan membantu
menurunan kadar air briket bio-batu bara PP (50 g).
b Pengaruh Campuran Batu Bara Pirolisis dan tanpa Pirolisis terhadap Zat
TerbangProses pembriketan berpengaruh terhadap zat terbang briket bio-batu bara
TP (50 g) dan PP (50 g) disebabkan penambahan perekat tanah lempung dan
kapur (CaO). Penambahan kapur dan tanah lempung pada briket bio-batu bara
dapat mengurangi kandungan emisi, sehingga volatile matter juga berkurang
setelah proses pembriketan. Penambahan kapur dan tanah lempung pada briket
bio-batu bara dapat mengurangi kandungan emisi, sehingga volatile matter juga
berkurang setelah proses pembriketan, selain berkurangnya emisi juga
dikarenakan telah berkurangnya zat terbang (volatile matter) yang terdapat dalam
batu bara sebagai akibat karbonisasi (Budiyanto dkk., 2008).
c. Pengaruh Campuran Batu Bara Pirolisis dan tanpa Pirolisis terhadap KadarAbu
Kadar abu briket bio-batu bara mengalami kenaikan setelah proses pembriketan.
Kadar abu yang tinggi disebabkan karena adanya penambahan tanah lempung dan
kapur. Tetapi dari hasil uji proksimat batu bara, kadar karbon terikat PP (50 g)
lebih besar daripada TP (50 g). Kemungkinan besar pada saat pembakaran, karbon
terikat terbakar habis, sehingga dihasilkan abu dalam jumlah yang banyak. Hal ini
sesuai dengan teori, dimana semakin lama waktu karbonisasi, maka kadar abu
semakin meningkat karena karbon akan habis terbakar dan menyisakan abu yang
merupakan hasil pembakaran (Junary dkk., 2015).
d Pengaruh Campuran Batu Bara Pirolisis dan tanpa Pirolisis terhadap Karbon
Terikat Batu bara memiliki kandungan kadar karbon terikat yang lebih tinggi
daripada biomassa, tetapi setelah dipirolisis mengalami kenaikan karbon terikat,
karena berkurangnya kadar air, kadar abu dan zat terbang pada saat pirolisis.
Semakin berkurang kadar air, kadar abu dan zat terbang, maka akan semakin
tinggi karbon terikat pada material tersebut. Briket memiliki kadar air, kadar abu
dan kadar menguap yang tinggi, maka kadar karbon terikat semakin tinggi (Hasan
dkk., 2017).
e Pengaruh Campuran Batu Bara Pirolisis dan tanpa Pirolisis terhadap Nilai
Kalori Nilai kalori batu bara tanpa pirolisis sebesar 5762,77 kal/g, sedangkan
proses pirolis mengalami kenaikan sebesar 6481,78%. Ketika proses pembriketan,
terjadi penurunan nilai kalori pada briket bio-batu bara, karena adanya
penambahan perekat tanah lempung dan kapur. Pengikat anorganik seperti PVA,
semen, lempung dan natrium silikat mempunyai kelemahan yaitu adanya
tambahan abu yang berasal dari pengikat, sehingga dapat menghambat
pembakaran dan menurunkan nilai kalor (Maharsa dan Muhammad., 2012).
Daftar Pustaka