Anda di halaman 1dari 18

6

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Thiess merupakan salah satu kontraktor tambang batubara yang telah
berdiri sejak tahun 1937. PT. Thiess pertama kali dibangun oleh thiess bersaudara
dengan kontrak pertamanya adalah pengerjaan jalan independen untuk
Department of Main Roads Queensland di Darling Downs. Kelima bersaudara
Thiess berhasil mencapai puncak prestasi di bidang konstruksi. Mereka
memenangkan kontrak terbesar yang diberikan kepada sebuah perusahaan
Australia pada proyek Snowy Mountains Hydro-Electric Scheme yang legendaris.
Hal ini melambungkan nama perusahaan ke panggung nasional dan penyelesaian
infrastruktur utama antara lain bendungan, pelabuhan, terowongan, jalan raya,
bandara, rumah sakit dan bangunan komersial.

Pada Tahun 1944 Australia digoncang oleh kekurangan batubara sehingga


memberikan kesempatan bagi Thiess bersaudara untuk melakukan diversifikasi
operasinya. Mereka berhasil memenangkan dua kontrak untuk memindahkan
lapisan tanah penutup pada Tambang Batubara Blair Athol di Queensland dan
Tambang Batubara Muswellbrook di New South Wales. Kontrak ini menandai
awal hubungan Thiess dengan industri pertambangan.

Pada tahun 1983 PT. Thiess diakuisisi oleh Leighton Group dan 5 tahun
kemudian Thiess membawa keahlian teknik pertambangannya ke Indonesia. PT.
Thiess memenangkan kontrak pertambangan di Kalimantan dan menjadi ujung
tombak semua kegiatan Leighton Group di Indonesia sehingga Thiess menjadi
salah satu perusahaan kontraktor tambang batubara terbesar di dunia.

Sebagai salah satu kontraktor pertambangan terbuka terbesar di dunia,


Thiess mendapatkan kontrak sepanjang umur tambang dari PT Kaltim Prima Coal
7

(KPC). Kontrak ini merupakan perpanjangan dari kontrak jangka panjang untuk
aktivitas penambangan di Tambang KPC yang dimulai pada tahun 1989 dengan
pekerjaan tanah, pemipaan, pembuatan tangki, kilang pengolahan air dan
pekerjaan tambahan lainnya sehingga sampai saat ini PT. Thiess melakukan
serangkaian layanan kontrak pertambangan untuk tiga pit KPC mencakup
perencanaan, stripping, peledakan, pengangkutan lapisan tanah penutup,
penambangan dan stockpile.

Produksi batubara rata-rata Thiess di Indonesia di lokasi ini adalah 11 MT


per tahun dari 105 bank cubic meter lapisan tanah penutup. Penambangan di
berbagai pit di sini didominasi oleh penambangan terbuka dan dinding tinggi
sesuai kebutuhan dengan total tenaga kerja di proyek ini berjumlah lebih dari
2.300 personel untuk pekerjaan administrasi, operasi penambangan dan
perawatan.

Adapun visi yang dimiliki oleh PT. Thiess adalah menjadi penyedia
layanan pertambangan terdepan di dunia, sedangkan misinya adalah menghasilkan
keuntungan yang berkelanjutan bagi para pemegang saham dengan
menyampaikan proyek kepada klien serta menyediakan karir yang aman,
menguntungkan, dan memuaskan bagi karyawan. PT. Thiess memiliki 4 prinsip
untuk mencapai visi dan misi tersebut yaitu integritas, akuntabilitas, inovasi, dan
penyampaian.

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah


PT. Thiess jobsite PT KPC secara geogafis terletak pada 116°-118° BT dan
1°34’ LU-1°17’ LS, berada di Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur,
Provinsi Kalimantan Timur. Sangatta berada pada 150 Km di sebelah Utara Kota
Samarinda dan 300 km di sebelah Utara Kota Balikpapan. Lokasi daerah
penambangan terletak di sebelah Utara Sungai Sangatta yang berjarak 20 Km
dari Pantai Timur Kalimantan dapat dilihat pada gambar 2.1.
8

Wilayah penambangan PT. KPC dibagi menjadi dua blok, yaitu blok
Lembak yang terletak di sebelah utara kota Sangatta dan blok Samarinda yang
terletak di sebelah utara kota Samarinda. Blok Lembak terbagi lagi menjadi dua
wilayah, yaitu wilayah Pinang dan wilayah Bengalon.
Untuk mencapai lokasi tersebut dapat melalui beberapa alternatif rute
perjalanan :
a. Melalui rute darat : Balikpapan–Samarinda–Simpang Bontang–Sangatta
dengan total jarak 370 km, dengan rincian 150 km dari Samarinda dan 220
km dari Balikpapan, dengan kondisi jalan aspal agak rusak terutama jalur
Samarinda–Bontang dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat.
b. Melalui rute darat : Bontang–Simpang Bontang–Sangatta, dengan jarak 65
km, dengan kondisi jalan aspal yang cukup baik dan dapat ditempuh dengan
kendaraan roda empat.
c. Melalui udara : dapat ditempuh dengan pesawat Cassa atau Twin otter dari
bandara Sepinggan Balikpapan ke bandara Tanjung Bara di Sangatta selama
50 menit.

Sumber : Mining Operation Division PT. Kaltim Prima Coal


Gambar 2.1
9

Lokasi Daerah PKP2B PT. Kaltim Prima Coal

2.3 Keadaan Geologi


2.3.1 Fisiografi Regional

Fisiografi Cekungan Kutai seperti terlihat pada Gambar 2.2.


Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan Tersier yang terbesar di
Indonesia, luasnya 165.000 km2 dan kedalamannya kurang lebih mencapai
14.000 m. Di bagian utara, Cekungan Kutai dibatasi oleh Sesar
Sangkulirang dan Sesar Bengalon, sedangkan dibagian selatan dibatasi
oleh Sesar Adang.

sumber : Biantoro, 1992; op cit. Sukmayana, 2009

Gambar 2.2

Fisiografi Cekungan Kutai


10

Secara tektonik, Cekungan Kutai dipisahkan dari Cekungan


Tarakan di utara oleh Punggungan Mangkalihat dan dipisahkan dari
Cekungan Barito di selatan oleh Adang flexure (Adang patenosfer-fault).
Bagian barat Cekungan Kutai dibatasi Tinggian Kuching yang tersusun
oleh batuan metasedimen berumur Kapur dan sedimen berumur Paleosen,
sedangkan bagian timur Cekungan Kutai terbuka ke Selat Makassar
dengan kedalaman air laut mencapai lebih dari 2000 meter (Allen &
Chambers, 1998; op cit. Resmawan, 2007).

2.3.2 Geologi Regional Cekungan Kutai

A. Kerangka Tektonik

Kerangka tektonik Kalimantan Timur selain dipengaruhi


oleh perkembangan tektonik regional yang melibatkan interaksi
Lempeng Pasifik, Hindia-Australia dan Eurasia, juga dipengaruhi
oleh tektonik regional di bagian Asia Tenggara (Biantoro, 1992; op
cit. Resmawan, 2007).

Pada Tersier Awal, Cekungan Kutai dan Cekungan Barito


merupakan satu cekungan besar berarah utara timurlaut – selatan
baratdaya. Kedua cekungan tersebut mulai terpisah setelah
pengangkatan Blok Meratus, dicirikan oleh kelurusan zona
patenosfer yang dikontrol oleh Sesar Adang atau disebut South
Kutai Boundary Fault. Pemisahan ini diduga terjadi selama Miosen
Tengah, berdasarkan fasies yang berbeda pada lapisan sedimen.

Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada


Kala Eosen Tengah yang diikuti oleh fase pelenturan dasar
cekungan yang berakhir pada Oligosen Akhir. Peningkatan tekanan
karena tumbukan lempeng mengakibatkan pengangkatan dasar
cekungan ke arah baratlaut yang menghasilkan siklus regresif
utama sedimentasi klastik di Cekungan Kutai dan tidak terganggu
11

sejak Oligosen Akhir hingga sekarang (Ferguson & Mc Clay,


1997; op cit. Resmawan, 2007). Pada Kala Miosen Tengah
pengangkatan dasar cekungan dimulai dari bagian barat Cekungan
Kutai yang bergerak secara progresif ke arah timur sepanjang
waktu dan bertindak sebagai pusat pengendapan. Selain itu juga
terjadi susut laut yang berlangsung terus-menerus sampai Miosen
Akhir.

B. Stratigrafi Regional

Sedimen Tersier yang diendapkan di Cekungan Kutai di


bagian timur sangat tebal dengan fasies pengendapan yang
berbeda-beda dan memperlihatkan siklus genang - susut laut
(transgresi - regresi) seperti halnya cekungan - cekungan lain di
bagian barat Indonesia.

Urutan transgresif ditemukan sepanjang daerah tepi


cekungan berupa lapisan klastik berbutir kasar yang bercampur
dengan lempung laut dalam, dan juga paparan karbonat.
Pengendapan pada lingkungan laut terus berlangsung hingga
Oligosen dan menandakan genang laut maksimum. Secara umum
dijumpai lapisan turbidit berselingan dengan serpih laut dalam dan
batugamping terumbu ditemukan secara lokal.

Urutan regresif di Cekungan Kutai mencakup lapisan


klastik delta hingga paralik yang banyak mengandung lapisan-
lapisan batubara dan lignit sehingga membentuk kompleks
endapan delta. Siklus delta yang berumur Miosen Tengah
berkembang secara cepat ke arah timur dan tenggara. Progradasi ke
arah timur dan tumbuhnya delta berlangsung terus sepanjang waktu
diselingi tahapan–tahapan genang laut secara lokal. Tiap siklus
dimulai dengan endapan paparan delta (delta plain) sampai
12

ditempat yang lebih dalam, diendapkan endapan front delta dan


pro-delta.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Sangatta dapat dilihat


pada gambar 2.3 (Sukardi et al., 1995) membagi satuan
lithostratigrafi daerah Kutai Timur menjadi 6 (enam) formasi
dengan urutan dari tua ke yang muda adalah sebagai berikut dapat
dilihat pada gambar 2.4.

Formasi Pamaluan (Tmp) : Batulempung dengan sisipan tipis


napal, batupasir dan batubara. Bagian atas terdiri dari batulempung
pasiran yang mengandung sisa tumbuhan dan beberapa lapisan
tipis batubara. Secara umum bagian bawah lebih gampingan dan
mengandung lebih banyak foraminifera plankton dibanding dengan
bagian atasnya. Fosil penunjuk terdiri dari Globigerinoides
primordius, Globigerinoides trilobus, Globigerinita sp. yang
berumur N.4-N.5 atau Te5 Bawah (Miosen Awal). Lingkungan
pengendapan berkisar dari neritik dalam sampai neritik dangkal.

Formasi Bebuluh (Tmbe) : Batugamping dengan sisipan


batulempung, batulanau, batupasir dan sedikit napal. Batugamping
mengandung koral dan foraminifera besar. Batugamping dari
formasi ini adalah terumbu dan tebaran batugamping terumbu.
Berumur Miosen Awal, dengan tebal diperkirakan beberapa ratus
meter, formasi ini ditutupi selaras oleh Formasi Pulaubalang.

Formasi Pulau Balang (Tmpb) : Perselingan batupasir dengan


batulempung dan batulanau, setempat bersisipan tipis lignit,
batugamping atau batupasir gampingan. Berumur Miosen Awal –
Miosen Tengah. Sedimentasinya diperkirakan terjadi di daerah pro-
delta, dengan tebaran terumbu di beberapa tempat.

Formasi Balikpapan (Tmbp) : Batupasir, batulempung, lanau, tuf


dan batubara. Pada perselingan batupasir kuarsa, lempung dan
13

lanau memperlihatkan struktur silang siur. Setempat mengandung


sisipan batubara dengan ketebalan antara 20-40 cm. Lempung
berwarna kelabu, getas, mengandung muskovit, bitumen dan
oksida besi. Tebal formasi ±2000 meter, dengan lingkungan
pengendapan muka daratan-delta. Umur formasi ini Miosen
Tengah - Miosen Akhir. Formasi ini tertindih selaras oleh Formasi
Kampungbaru.

Formasi Kampungbaru (Tmpk) : Batulempung pasiran,


batupasir dengan sisipan batubara dan tuf, setempat mengandung
lapisan tipis oksida besi dan bintal limonit. Berumur Miosen
Akhir-Plio Plistosen, dengan lingkungan pengendapan delta
sampai laut dangkal dengan tebal formasi antara 500 - 800 meter.

Endapan Aluvial (Qal) : Material lepas berupa lempung dan


lanau, pasir, lumpur, dan kerikil, merupakan endapan pantai, rawa,
dan sungai.

1170 15’ BT 1170 30’ BT


PETA GEOLOGI
DAERAH SANGATTA, KUTAI TIMUR,
KALIMANTAN TIMUR
U

0 25 km
Keterangan:
0030’ LU 00 30’ LU
Qal Endapan Alluvial

Tmpk Formasi Kampungbaru

Tmbp Formasi Balikpapan

Tmpb Formasi Pulaubalang

Tmbe Formasi Bebuluh


Tmp
Formasi Pamaluan
00 15’ LU 00 15’ LU
20
:Antiklin : Strike/Dip :Sesar Mendatar

:Sesar Naik
:Sinklin

117 15’ BT
0
1170 30’ BT

Sumber : Sukardi et al., 1995

Gambar 2.3
14

Peta Geologi Lembar Sangatta, Kalimantan Timur Skala 1:250.000

Sumber : Supriatna & Rustandi, 1995; op cit. Resmawan, 2007

Gambar 2.4

Kolom Stratigrafi daerah Kutai Timur, Cekungan Kutai bagian utara

C. Struktur Geologi Regional

Pembentukan struktur geologi di Cekungan Kutai sangat


dipengaruhi oleh adanya spreading di sepanjang Selat Makassar
yang menimbulkan sesar - sesar mendatar dengan arah pergerakan
baratlaut - tenggara serta memisahkan Pulau Kalimantan dan Pulau
Sulawesi. Pola struktur Cekungan Kutai dipengaruhi oleh
pengangkatan Tinggian Kuching yang tegasannya berasal dari arah
baratlaut. Pengangkatan ini terus berlangsung hingga
mengakibatkan berkurangnya kestabilan. Akibat ketidakstabilan ini
maka terjadi pelengseran batuan ke arah timur. Gambar 2.5
15

menunjukkan gambaran struktur geologi di Cekungan Kutai,


struktur yang ada adalah Antiklinorium Samarinda yang berarah
baratlaut-tenggara, Sesar Bengalon, Sesar Sangkulirang dan Sesar
Adang.

Struktur geologi yang berkembang di dalam Cekungan


Kutai adalah lipatan dan sesar. Batuan tua seperti Formasi
Pamaluan, Formasi Bebuluh dan Formasi Pulaubalang umumnya
terlipat kuat dengan kemiringan sekitar 400, tetapi ada juga yang
mencapai 750, sedangkan batuan yang berumur lebih muda seperti
Formasi Balikpapan dan Formasi Kampungbaru pada umumnya
terlipat lemah, namun di beberapa tempat dekat zona sesar ada
yang terlipat kuat.

Di daerah ini terdapat 3 (tiga) jenis sesar, yaitu sesar naik,


sesar normal dan sesar mendatar. Sesar naik diduga terjadi pada
Miosen Akhir yang kemudian dipotong oleh sesar mendatar yang
terjadi kemudian, sedangkan sesar turun terjadi pada Kala Pliosen
(Supriatna dan Rustandi, 1995; op cit. Resmawan, 2007).

Proses pembentukan lipatan di Cekungan Kutai terdapat


dua pendapat, yaitu:

1. Menurut Ott, 1987, Darman & Sidi, 2000; op cit. Resmawan, 2007,
menyatakan bahwa pola struktur pada Cekungan Kutai disebabkan
oleh adanya proses gelinciran akibat gaya gravitasi (gravity
sliding) pada batuan dasar yang mempunyai plastisitas tinggi
akibat adanya pengangkatan Tinggian Kuching selama Zaman
Tersier.
2. Menurut Mc Clay dkk, 2000; op cit. Resmawan, 2007, menyatakan
bahwa struktur di daerah dataran Cekungan Kutai merupakan hasil
dari tektonik delta, yaitu gabungan dari sedimentasi yang cepat dan
gaya tektonik. Akibat penumpukan terjadi pelengseran lateral yang
16

mengakibatkan pelengseran lateral yang mengakibatkan lipatan


dan sesar-sesar turun, kemudian mengalami reaktivasi menjadi
sesar naik akibat gaya kompresi.

Sumber : Allen & Chambers, 1998 op cit. Sukmayana, 2009


Gambar 2.5
Struktur Geologi Cekungan Kutai

D. Geologi Regional Daerah Sangatta

Daerah Sangatta terletak di antara Delta Mahakam dan


Tinggian Mangkalihat yang merupakan Cekungan Kutai bagian
utara. Berdasarkan hasil analisis dari Formasi Balikpapan di daerah
Sangatta, dapat disimpulkan bahwa sistem delta di Sangatta
merupakan perkembangan delta tersendiri, yang berkembang di
bagian utara Cekungan Kutai dan terpisah dari sitem Delta
Mahakam purba di bagian selatan (Sadirsan dkk, 1994; Snedden
dkk, 1996; op cit. Setiadi, 2008). Di sebelah barat cekungan terjadi
pengangkatan yang disertai erosi yang menyebabkan di daerah
17

timur (sekitar Sangatta) terjadi sedimentasi, sebaliknya jika


pengangkatan di sebelah barat berkurang intensitasnya maka
terjadi transgresi dari timur berlangsung ke arah barat.

Di kawasan Sangatta pengendapan delta yang cepat pada


Miosen Tengah mulai membebani endapan lempung tebal berumur
Tersier dan mengakibatkan masa lempung yang belum mampat
(kompak) itu menjadi labil. Akibatnya masa lempung mencuat,
berdiapirik menerobos sedimen regresif di atasnya, sehingga di
kawasan ini ditemui suatu struktur antiklin yang sempit,
memanjang dan sejajar dengan garis pantai. Struktur antiklin
sempit ini dipisahkan oleh sinklin-sinklin yang lebar. Proses
pembentukan struktur ini berlangsung setahap demi setahap,
beruntun bersamaan dengan progradasi pengendapan delta.

Sistem delta Sangatta ini terbentuk bersamaan dengan


Proto-delta Mahakam dan diperkirakan mulai berlangsung sejak
Miosen Awal (Duval dkk, 1992; Snedden dkk, 1996; op cit.
Setiadi, 2008). Penurunan dasar cekungan selama Kala Eosen
hingga Oligosen Awal menyebabkan terjadinya transgresi regional
yang berlangsung dari timur ke barat (Setiadi, 2008).
18

Tmpb

Tmb
Tmpb a

Tmba

e
LOCATION MAP D

clin
U

Anti
Le D
k mb U
a

u
ura
S.

clin
Fa
ul

Sek
Le

Syn
t
mb
ak

e
BENGALON

Penebanga
Ran
tau Fault

n
Oa Tmpb
t
ul
Fa Tpkb

n
g alo
P

alo n
S. Beng

S.
Sek
PORT

ura
SITE

u
Sepaso Baru

Qa

it
S. Qa

ra
Be
n ga
lon

St
Tmpb
Tmba
e

NORTH
clin

r
PINANG

sa
Syn

Tmba

as
Runtu

Tmpb

ak
Lemba

Tmpb Tmp

M
lt
Fau
k

MELAWAN PINANG Villa


Syn

NORTH DOME U EAST


clin

D PINANG
ine

WEST
e

PINANG
Anticl

Tmba LEGEND
MELAWAN
WEST L imit o f L emb ak Blo ck
Melawan

(DU 417) 90,706 Ha


L imit o f KPC Exp lo itatio n
Tanjung Bara (DU1517) 9,618 Ha
ta

Sangatta Seam Su b cro p


angat

Papa
Baru
Charlie
S. S

Teluk Qa
Lingga
KUTAI NATIONAL PARK Tpkb
Qa
Tmba

Sangatta Tmpb
S.
Scale 1:100000 Sa Tmp
ng
0 2. 5 10Km att
a
5 River
Ro ad

PETAREGIONAL
GEOLOGI DAERAH SANGATTA
GEOLOGY
LEMBAK EXPLORATION BLOCK

Sumber: PT. KPC


D r a w n b y d r a ftin g s e c tio n - P&T- g e o lo g y /L e mb a k 2 .p r s

Gambar 2.6 Peta Geologi Regional Daerah Sangatta


19

FIGURE 9
STRATIGRAPHY COLUMN OF PINANG & MELAWAN AREAS
(Rev iewed 31.12.95 Mine Geology Dept. PT Kaltim Prima Coal)

STRATIGRPHIC
THICKNESS
(Metres)
LITHO -
FORMATION LOGICAL
COAL SEAM LITHOLOGICAL CHARACTERISTICS
COLUMN NAME

1500 Mudstone, sandstone, siltstone, thin coal sequence


K1 (Additional coal seams continue above this section)

Kedapat
1400 Mudstone, siltstone, sandstone and coal.
MA1 Main West Pinang coal deposit sequence containing
Mandili coal seams from the Sangatta to Kedapat seam.
BALIKPAPAN 1300 Mudstones typically show ironstone nodules and bands.
P7
BEDS P6
P5 Sandstone beds up to 10 metres thick.
P4
P3
1200 P2
P1
Pinang
MI 1
1100 Middle
Sangatta Dominantly mudstone, siltstone with thick channel
B2 sandstone units (10-30 metres thick)
B1
1000 Bintang In the South of Pinang area, the Prima and Bintang

Prima seams are significant reserves but these seams thin


to the north where the sandstone units become more
900 predominant in the sequence.

800 Melawan

Benu
700 Jorang

600 Tempudau
Pamungkas

500 Coal seam 0.5 to 2.00 metre thick only, usually with
high Sulpur content (>1.00%).
North Melawan Fluvial sandstone with coal detritus in upper of interval
400
Bara Mutu

Gendeng

PULAU 300 Panjol


BALANG

Coal seams in this interval Dominantly mudstone and siltstone interval with thin
200
have not been named calcareous sandstone beds, fine grained thin coralline
limestone and bioturbated sandstone in lower part of interval

100 No Coal of economic significance in this part of the sequence

0
Limestone, coralline marker bed at base of coal sequence
PAMALUAN Mudstone, fine laminated calcareous sandstone thin
Limestone bands.
DRAWN BY DRAFTING SECTION -P&T- GEOLOGY\STRATA1.PRS
* NB: Coal Seam Names - Local Interpretation and Nomenclature
Sumber : PT. KPC

Gambar 2.7 Kolom Stratigrafi Daerah Pinang


20

2.4 Iklim dan Curah Hujan

Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Sangatta dan sekitarnya


beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau
dan musim hujan. Musim hujan terjadi pada bulan November sampai
dengan bulan Juli, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juli
sampai dengan bulan Oktober.
Rata-rata curah hujan bulanan 10 tahun terakhir dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2016 adalah 2155 mm dengan curah hujan tertinggi
pada bulan November tahun 2014 yaitu 384 mm dan curah hujan terendah
pada bulan September tahun 2015 yaitu 7 mm dapat dilihat pada tabel 2.1
dan grafik 2.1.

YEAR JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC ANNUAL
2007 353 282 203 214 258 168 232 134 161 64 208 167 2444
2008 193 205 194 172 88 187 120 165 145 179 195 234 2077
2009 167 176 249 243 150 92 131 61 14 137 138 317 1875
2010 236 72 205 311 251 263 331 160 140 119 129 208 2427
2011 158 149 333 221 275 146 53 89 118 185 225 277 2227
2012 211 381 213 283 230 88 177 104 189 92 230 251 2447
2013 276 271 308 286 240 89 83 184 129 104 241 240 2450
2014 157 94 120 209 149 149 127 147 75 40 384 367 2017
2015 307 182 171 247 197 199 50 14 7 33 220 136 1763
2016 92 59 200 124 237 157 136 71 224 209 118 195 1822
Max 353 381 333 311 275 263 331 184 224 209 384 367 2450
Min 92 59 120 124 88 88 50 14 7 33 118 136 1763
Average 215 187 219 231 207 154 144 113 120 116 209 239 2155

Tabel 2.1 Curah Hujan Bulanan Tahun 2007-2016

Sumber : Departemen Environment PT. Thiess.


21

Grafik 2.1

Curah Hujan Bulanan Tahun 2007-2016

Rainfall Graph

450

400

350

300
Rainfall (mm)

250

200

150

100

50

0
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

2007 2008 2009 2010 2011


2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Departemen Environment PT. Thiess.

2.5 Kegiatan Penambangan

Metode penambangan yang dilakukan oleh PT. Thiess adalah tambang


terbuka dengan metode truck and shovel. Tahapan kegiatan penambangan tersebut
akan dilakukan dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut:

2.4.1 Development

Kegiatan development merupakan tahapan pembangunan


infrastruktur untuk menunjang kegiatan penambangan. Kegiatan ini
22

dilakukan sebelum kegiatan penambangan dimulai. Pekerjaan yang


dilakukan pada kegiatan development diantaranya sebagai berikut:

1. Pra-konstruksi tambang, terdiri dari :


a. Pembangunan kantor
b. Pengadaan peralatan penambangan
c. Rekruitmen karyawan.
2. Konstruksi tambang, terdiri dari :
a. Pembersihan lahan
b. Konstruksi jalan tambang
c. Konstruksi penyaliran tambang
d. Penentuan disposal, pengolahan, dan stockpile
e. Pembangunan kantor lapangan, mess, power plant, dan
bengkel.

2.4.2 Tahapan Penambangan

Apabila kegiatan development telah selesai dilakukan,


maka kegiatan penambangan siap untuk dilaksanakan. Tahapan
kegiatan penambangan batubara yang akan dilakukan oleh
kontraktor PT. Thiess meliputi:

1. Pembersihan lahan (Land Clearing)


Pembersihan lahan merupakan langkah awal proses
penambangan. Kegiatan ini dimulai dari pembersihan area kerja
dari tumbuh-tumbuhan yang ada seperti pepohonan dan semak.
Kegiatan ini dilakukan bertahap sesuai dengan arah kemajuan
penambangan yang telah dirancang.
2. Pengupasan tanah penutup (overburden)
Pengupasan tanah penutup dilakukan untuk menghilangkan
material yang menutupi endapan batubara yang ingin
ditambang. Proses Pengupasan tanah penutup menggunakan
23

metode Pemboran dan Peledakan. Metode ini dilakukan untuk


membongkar massa tanah penutup yang memiliki kekerasan
yang tinggi sehingga sulit untuk ditambang langsung oleh
excavator.
3. Pengambilan Batubara
Proses pengambilan batubara tidak langsung menggunakan
dump truck dan excavator, tetapi menggunakan metode
pemboran dan peledakan seperti halnya pengupasan tanah
penutup. Metode ini dilakukan karena dengan adanya pemboran
dan peledakan dinilai lebih ekonomis dibandingkan jika
langsung menggunakan excavator
4. Pemuatan dan Pengangkutan
Pemuatan adalah pekerjaan untuk mengambil dan memuat
material hasil pembongkaran baik itu lapisan tanah penutup
maupun batubara ke dalam alat angkut, sedangkan
pengangkutan adalah proses pemindahan material dari lokasi
penggalian ke lokasi disposal ataupun stockpile.
5. Rehabilitasi
Kegiatan rehabilitasi lahan pasca tambang adalah sebagai
bentuk usaha mempebaiki atau memulihkan kembali lahan yang
usak sebagai akibat dari kegiatan usaha penambangan, agar rona
awalnya dapat berfungsi kembali secar optimal untuk dapat
dibudidayakan.

Anda mungkin juga menyukai