Anda di halaman 1dari 19

Laporan Geologi Indonesia

Cekungan Kutai - Kalimantan

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Aulia Ainun Najib (101217106)


Ghafirly Armada (101217111)
Fachri Fathlan (101217112)
Sukma Karmita K (101217113)

Fakultas Teknik Eksplorasi dan Produksi


Teknik Geologi
Universitas Pertamina
2020
i. Daftar Isi

Daftar Isi
i. Daftar Isi ............................................................................................................................... 2

ii. Daftar Gambar ...................................................................................................................... 3

I. Fisiografi .............................................................................................................................. 4

II. Struktur Geologi dan Tektonik Cekungan Kutai .............................................................. 5

II.1. Struktur Geologi Cekungan Kutai .................................................................................... 5

II.2. Evolusi Tektonik dan Sejarah Geologi Cekungan Kutai ................................................. 7

III. Stratigrafi Cekungan Kutai ................................................................................................. 10

IV. Petroleum System Cekungan Kutai .................................................................................... 14

V. Model Lingkungan Pengendapan ....................................................................................... 16

VI. Tabel Cekungan Kutai ........................................................................................................ 17

VII. Referensi ............................................................................................................................ 18


ii. Daftar Gambar
Daftar Gambar

Gambar 1. Letak Cekungan Kutai dan Kerangka Tektonik Pulau Kalimantan (Bachtiar, A. 2006).
......................................................................................................................................................... 4
Gambar 2. Elemen struktur regional Cekungan Kutai (van de Weerd dan Armin, 1992). ............. 6
Gambar 3. Rekonstruksi penampang pada Paleosen-Eosen Tengah (60-40 jtl). a) Pada Paleosen,
Upper Kutai merupakan suatu cekungan busur depan, dan Lower Kutai merupakan Oceanic
Basin b) pada Paleosen hingga Eosen Tengah, Cekungan Kutai berkembang menjadi cekungan
busur belakang (Asikin dkk., 1995). ............................................................................................... 9
Gambar 4. Rekonstruksi pergerakan lempeng pada Kapur Akhir (80-60 jtl), memperlihatkan
tahap pertama dari membukanya Laut Cina Selatan yang memisahkan Kalimantan dari Daratan
Cina (Asikin dkk., 1995). ................................................................................................................ 9
Gambar 5. Rekonstruksi lempeng pada Eosen-Oligosen Awal (40-32 Juta tahun y.l). (Asikin dkk.,
1995)................................................................................................................................................ 9
Gambar 6. Rekonstruksi lempeng pada Miosen Tengah-sekarang. (Asikin dkk., 1995). ............. 10
Gambar 7. Rekonstruksi lempeng pada Oligosen Akhir-Miosen Tengah (32-16 jtl). Tahap kedua
membukanya Laut Cina Selatan (Asikin dkk., 1995). .................................................................... 9
Gambar 8. Stratigrafi dan Kerangka Tektonik Cekungan Kutai (Satyana, et.al., 1999) ............... 11
Gambar 9. Model Lingkungan Pengendapan Cekungan Kutai ..................................................... 16
I. Fisiografi
Kalimantan terdiri dari beberapa zona. Pada bagian Utara Pulau Kalimantan
merupakan zona Pegunungan Kinabalu, bagian Barat laut terdapat jajaran Pegunungan
Muller dan Pegunungan Schwaner serta pada bagian Selatan terdapat Pegunungan
Meratus. Secara menyeluruh cekungan kutai merupakan cekungan yang berada di
Kalimantan timur yang bertepatan di atas bagian utara cekungan barito .Cekungan kutai
secara geografis terletak pada 3 LU- 2 LS dan 113 – 118 BT .
Cekungan Kutai berbatasan di sebelah utara dengan Tinggian Mangkalihat, Zona
Sesar Bengalon, dan Sangkulirang. Di sebelah selatan berbatasan dengan Zona Sesar
Adang yang bertindak sebagai zona sumbu cekungan sejak akhir Paleogen hingga
sekarang (Moss dan Chamber, 1999). Di sebelah barat berbatasan dengan Central
Kalimantan Range yang dikenal sebagai Kompleks Orogenesa Kuching, berupa
metasedimen kapur yang telah terangkat dan telah terdeformasi. Di bagian timur
berbatasan dengan Selat Makassar. Kerangka tektonik di Kalimantan bagian timur
dipengaruhi oleh perkembangan tektonik regional yang melibatkan interaksi antara
Lempeng Pasifik, Lempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia, serta dipengaruhi oleh
tektonik regional di asia bagian tenggara (Biantoro et al., 1992)

Gambar 1. Letak Cekungan Kutai dan Kerangka Tektonik Pulau Kalimantan (Bachtiar, A. 2006).
II. Struktur Geologi dan Tektonik Cekungan Kutai
II.1. Struktur Geologi Cekungan Kutai
Cekungan Kutai terbentuk sebagai bagian dari bagian tenggara dari Kraton Sunda
yang dipengaruhi oleh tiga lempeng utama yakni Eurasia, India-Australia, dan Pasifik.
Struktur batuan dasar dari Cekungan Kutai merupakan produk tektonik Mesozoik Akhir
hingga Tersier Awal. Pada kala Paleosen hingga Eosen Awal pada wilayah ini terjadi
pengangkatan dan juga erosi dari Paparan Sunda. Aktivitas tektonik ini berlanjut dengan
peregangan dan penipisan kerak pada tepian benua dan pemekaran lantai samudra di Laut
Sulawesi. Episode ini membentuk rift terisi sedimen sungai dan danau, pensesaran
bongkah pada tepi bukaan, serta intrusi gunungapi pada bagian tengah bukaan. Elemen
tektonik ini memisahkan bagian barat Sulawesi dari bagian timur Kalimantan. Sementara
itu, pemekaran lantai samudra di Laut Sulawesi meluas ke Selat Makasar pada kala
Oligosen Tengah. Setelah tektonik ekstensi di sepanjang Selat Makasar, terbentuk
rendahan pada Cekungan Kutai. Proses penurunan suhu pada tepi benua dan poros
cekungan tersebut juga berakibat pada pengendapan “post-rift-sag”. Pada saat ini, terjadi
suatu transgresi besar yang menghasilkan lautan luas epikontinental, pertumbuhan
karbonat pada paparan dan juga pengendapan suspensif dan “massflow” pada rendahan
cekungan. Pada awal Miosen Tengah tektonik kompresif bekerja pada tepian Paparan
Sunda yang mengakibatkan karbonat paparan dan endapan delta pada tepian rendahan
Makasar terlipat kuat serta terangkat dengan topografi tinggian membentuk antiklinorium
Samarinda, sementara itu di kawasan Mahakam dan paparan di selatan telah mengalami
perubahan oleh sedimentasi klastik progradatif. Antiklinorium Samarinda selanjutnya
menjadi suatu daerah sumber pasir kuarsa bagi tahap regresi berikutnya. Demikian juga,
Kalimantan Tengah menjadi sumber klastik kasar mengisi lepas pantai Cekungan Kutai
dan rendahan Selar Makasar. Sejak kala Neogen pusat pengendapannya bergeser kearah
lepas pantai. Pada kala Pliosen terjadi penurunan pada bagian utara dasar cekungan dan
berlanjut menjadi suatu lereng paparan regresif. Sementara itu, Sulawesi Barat menjadi
sumber klastik pengisi Selat Makasar.
Gambar 2. Elemen struktur regional Cekungan Kutai (van de Weerd dan Armin, 1992).
II.2. Evolusi Tektonik dan Sejarah Geologi Cekungan Kutai
Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan yang cukup kompleks dan
terbentuk diawali pada umur Jurasik hingga kala miosen tengah. Evolusi tektonik di
cekungan Kutai menurut Asikin (1995) terdiri dari 8 kejadian utama, antara lain:

a. Berpisahnya lempeng Australia dari Antartika pada masa Jurasik hingga Kapur Awal,
yang memulai pergerakan dari lempeng India-Australia menuju ke Utara. Dalam waktu
ini, Cekungan Kutai masih bagian dari Lempeng Kontinen Eurasia yang dipisahkan dari
Gondwana oleh lautan Tethys.

b. Terbukanya Laut Cina Selatan selama Kapur Akhir untuk pertama kali yang diikuti
oleh pemekaran samudra (spreading) yang terjadi pada masa Eosen Tengah,. Dalam
kurun waktu ini, Kalimantan berada di sebelah Pulau Hainan yang terpisah dari daratan
Cina dan berkembang ke arah selatan yang mengakibatkan terbentuknya cekungan Pre-
Laut Cina Selatan. Bagian batas timur dari Kalimantan mencerminkan seri dari suatu seri
struktur regangan dengan arah strike utama NE. Kejadian rift pertama ini mengakibatkan
pembentukan intra-cratonic graben di daratan Cina dan Kalimantan sepanjang patahan
ekstensi yang berarah NE-SW. Rifting ini kemungkinan berkaitan dengan tahap awal dari
ekstrusi daratan Sunda (Tapponier, 1986).

c. Subduksi dari kerak samudra India-Australia terhadap kerak kontinen Sunda yang
membentuk kompleks subduksi Meratus pada Kapur akhir hingga Paleosen Awal. Pada
masa ini, punggungan Kutai yang terletak di bagian barat dari danau Kutai kemungkinan
terbentuk sebagai kelanjutan dari pembentukan zona subduksi Meratus. Cekungan Kutai
atas (Upper Kutai Basin), yang terletak di bagian Barat dari punggungan Kutai terbentuk
sebagai bagian dari fore arc basin dan busur magmatik. Sebagai konsekuensinya
Cekungan Kutai bawah (Lower Kutai Basin) masih berperan sebagai cekungan samudra
tanpa pengendapan sedimen yang signifikan pada masa ini. Mendekati akhir dari kejadian
ini, fragmen kontinen dari Gondwana yang dikenal dengan blok Kangean-Paternosfer
mengalami collision dengan kompleks subduksi Meratus. Pemotongan ini disebabkan
oleh sayatan dari aktifitas magmatik.
d. Subduksi Lupar pada Paleosen Akhir hingga Miosen Tengah. Subduksi ini merupakan
hasil dari kelanjutan proses rifting pada Laut Cina selatan yang memicu terjadinya proses
pemekaran (Spreading). Pada masa ini, Cekungan Kutai Atas (Upper Kutai basin)
merupakan busur magmatik, dan Cekungan Kutai Bawah (Lower Kutai basin) merupakan
suatu back arc basin, yang dicerminkan oleh pengendapan formasi Mangkupa dan
formasi Marah/Berium. Cekungan ini terletak di bagian barat yang terbentuk di bagian
atas dari kerak transisi yang terdiri dari accretional wedge dan busur magmatik, dimana
Cekungan Kutai dilandasi oleh kerak kontinen sebagai bagian dari kompleks collisional
Kangean-Paternosfer fragmen allochtonous kontinen.

e. Terjadinya collision antara lempeng India dengan Asia pada Eosen tengah, yang
memicu perputaran berlawanan arah jarum jam dari Kalimantan. Kejadian ini dihasilkan
oleh modifikasi kembali lempeng besar Asia. Pergerakan terjadi sepanjang struktur
patahan strike-slip, (patahan Sungai Merah, NNE-SSW Vietnam Selatan, Adang dll.),
yang menyatu menjadi sebuah rotasi besar yang berlawanan arah jarum jam dari
Kalimantan dengan lantai samudera Sulawesi dan membuka serta mekarnya sebagian
besar dari laut Cina Selatan. Pergerakan patahan strike slip en-echelon berasosiasi dengan
displacement besar ke arah selatan dari fragmen Asia sepanjang patahan Sungai Merah, di
lempeng Indo-Cina hingga zona Lupar di Kalimantan, telah menghasilkan transtension
(wrench) basin di Laut Cina Selatan (Cekungan Natuna) dan di bagian Kalimantan
Tengah dan Barat.

f. Pemekaran di selat Makasar pada masa Eosen tengah hingga Oligosen akhir.
Penekanan ke arah tenggara berhubungan dengan terjadinya ekstrusi dari fragmen
kontinen yang terpicu oleh terjadinya collision antara lempeng India terhadap Asia. Hal
ini mengakibatkan pembentukan regangan di Selat Makasar yang mengaktivasi kembali
patahan-patahan tua yakni Adang, Mangkalihat, Baram Barat, dan lain-lain. Selama masa
ini Cekungan Kutai didefinisikan sebagai rift basin. Pengangkatan dan deformasi
regangan sepanjang shear paralel pada batuan dasar kerak kontinen telah menghasilkan
pemekaran (rifting) tersebut.
g. Tahap kedua membukanya laut Cina Selatan pada masa Oligosen Akhir hingga
Miosen Awal yang diikuti oleh collision antara Lempeng Palawan-Red Bank (Miosen
Awal) yang diakhiri oleh proses pemekaran (akhir dari Miosen Awal), dan mengakhiri
terjadinya rotasi dari Kalimantan (Miosen Tengah), dan terjadinya pengangkatan
Tinggian Kucing.

h. Collision dari kontinen Banggai-Sula terhadap Sulawesi, dan pada saat yang sama
terjadi pengangkatan Pegunungan Meratus pada Miosen Tengah.

Gambar 3. Rekonstruksi penampang pada Paleosen-


Eosen Tengah (60-40 jtl). a) Pada Paleosen, Upper
Gambar 4. Rekonstruksi pergerakan Kutai merupakan suatu cekungan busur depan, dan
lempeng pada Kapur Akhir (80-60 jtl),
Gambar 6. Rekonstruksi Lower Kutai merupakan Oceanic Basin b) pada
memperlihatkan tahap lempeng
pertama pada
dari
Oligosen Akhir-Miosen Tengah
membukanya Laut Cina Selatan yang (32-16 Paleosen hingga Eosen Tengah, Cekungan Kutai
memisahkan
jtl). Kalimantan
Tahap kedua dari Daratan
membukanya Laut berkembang menjadi cekungan busur belakang
Cina (Asikin dkk., 1995).
Cina Selatan (Asikin dkk., 1995). (Asikin dkk., 1995).

Gambar 5. Rekonstruksi lempeng pada Eosen-


Oligosen Awal (40-32 Juta tahun y.l). (Asikin
dkk., 1995).
Figure 7 Rekonstruksi lempeng pada Oligocene Akhir - Gambar 7. Rekonstruksi lempeng pada
Mocene Tengah (32-16 jtl). Tahap kedua membukanya Miosen Tengah-sekarang. (Asikin dkk.,
Laut cina Selatan (Asikin dkk, 1995).
1995).

III. Stratigrafi Cekungan Kutai


Stratigrafi daerah Cekungan Kutai merupakan endapan-endapan sedimen Tersier
sebagai hasil dari siklus transgresi dan regresi laut dan memiliki kesebandingan dengan
cekungan Barito serta Cekungan Tarakan (Satyana et al., 1999 dalam Rienno Ismail,
2008). Urutan transgresif dapat ditemukan dengan baik di sepanjang daerah pinggiran
cekungan tanpa endapan klastik yang berbutir kasar dan serpih yang diendapkan pada
lingkungan paralis hingga laut dangkal Urutan regresif Cekungan Kutai mengandung
endapan klastik delta hingga paralis yang banyak mengandung lapisan batubara dan
lignit.Sistem delta yang berumur Miosen Tengah berkembang secara cepat ke arah timur
dan ke arah tenggara. Progradasi ke arah timur dan tumbuhnya delta yang terus menerus
sepanjang waktu diselang-selingi oleh fasa transgresif secara lokal (Koesoemadinata,
1978 op cit Satyana et al., 1999 dalam Rienno Ismail, 2008). Batupasir yang terbentuk di
delta plain dan delta front yang regresif berumur Miosen Tengah merupakan reservoir di
sejumlah lapangan minyak dan gas bumi di Cekungan Kutai. Batuan tertua yang ada di
Cekungan Kutai berupa batuan metamorf yang menjadi pembentuk batuan dasar dan
berumur Paleozoikum dan Mesozoikum (Satyana et al., 1999 dalam Rienno Ismail,
2008).Di atas batuan dasar ini secara tidak selaras diendapkan Formasi Kiham Haloq
berupa alluvial berumur Paleosen yang terletak dekat dengan batas cekungan bagian barat
(Moss dan Chambers, 2000 dalam Rienno Ismail, 2008).Pada kala Eosen cekungan terus
mengalami pendalaman akibat pemekaran batuan dasar, sehingga terjadi peristiwa
transgresi yang mengendapkan Formasi Mangkupa berupa serpih yang diendapkan pada
lingkungan laut terbuka hingga marginal marine (Satyana et al., 1999 dalam Rienno
Ismail, 2008).

Gambar 8. Stratigrafi dan Kerangka Tektonik Cekungan Kutai (Satyana, et.al., 1999)

Berikut merupakan urutan stratigrafi Cekungan Kutai dari Endapan yang tua ke muda :
a. Lapisan Boh
Endapan Tersier Tertua adalah Lapisan Boh (Boh Beds), tersusun atas serpih, batulanau,
dan batupasir halus. Lapisan ini berumur Awal Eosen Tengah, ditunjukkan oleh
keberadaan foraminifera Globorotalia bullbrooki. Tersingkap di area hulu Sungai
Mahakam, Sungai Boh, secara lokal di Tanjung Mangkalihat, dan di bagian utara
cekungan yaitu daerah Bungalun, Tabalar, dan Sungai Karang (Van Bemmelen, 1949)
b. Lapisan Keham Halo
Pada saat peralihan Eosen Tengah – Eosen Akhir terdapat suatu fase regresi yang sangat
kuat, diperlihatkan oleh adanya clastic wegde yang dilanjutkan dengan endapan marine
berumur Eosen Akhir – Oligosen Awal. Unit klastik tersebut dinamakan Lapisan Keham
Halo, tersusun dari batupasir dan konglomerat yang berkembang sangat tebal di bagian
barat Cekungan Kutai, yaitu mencapai ketebalan 1400 – 2000 m.
c. Lapisan Atan
Unit marine yang berada di atas Lapisan Keham Halo yang terdiri dari serpih dan
mudstone dikenal sebagai Lapisan Atan yang berumur Eosen Akhir – Oligosen Awal,
berkembang mencapai ketebalan 200 – 400 m. unit marine ini sangat kaya akan
foraminifera, dan menunjukkan suatu kisaran umur menerus antara P15 –P21 (N2).
d. Formasi Marah
Formasi Marah diendapkan pada Kala Oligosen Akhir (N2/ N3), diendapkan secara tidak
selaras di atas Lapisan Atan. Ketidakselarasan ini disebabkan oleh suatu fase tektonik
yang secara kuat menyebabkan terbentuknya struktur geologi di daerah tersebut dan
mengubah sumber sediment dari selatan menjadi dari arah barat. Proses ini merefleksikan
pola pengendapan di Cekungan Kutai hingga saat ini. Formasi Marah tersusun oleh
batupasir, konglomerat, dan sedikit endapan vulkanik klastik, dengan sisipan serpih dan
batu bara yang signifikan. Bahan klastik ini berasal dari arah barat. Penyebarannya ke
arah timur tidak diketahui secara pasti namun diperkirakan mencapai hilir Sungai
Mahakam resen. Formasi Marah berkembang mencapai ketebalan 120 m.
e. Formasi Pamaluan
Formasi Pamaluan yang merupakan suatu unit serpih – batulanau marine diendapkan
secara selaras di atas Formasi Marah pada Kala Oligosen Akhir, yang merupakan satu
paket pengendapan transgresif. Ketebalan formasi ini mencapai 1000 m. Analisa
foraminifera mengindikasikan bahwa formasi ini berada pada kisaran zona N3 – N5
(BPPKA Pertamina, 1997).
f. Kelompok Bebulu
Di atas Formasi Pamaluan diendapkan batugamping dari Formasi Maruat. Lapisan
batugamping ini membentuk platform melebihi sebagian Cekungan Kutai dengan
ketebalan mencapai 100 – 200 m. umur formasi adalah Miosen Awal, atau berada pada
kisaran N6 – N9. Formasi Maruat pada kisaran N8 – N9 diendapkan bersamaan dengan
Formasi Pulau Balang secara selaras dengan perubahan fasies secara lateral. Formasi
Pulau Balang tersusun atas batulempung dan serpih dengan perselingan ataupun sisipan
batugamping dan batupasir. Unit ini berkembang mencapai ketebalan 1500 m. kedua
formasi ini merupakan anggota Kelompok Bebulu.
g. Kelompok Balikpapan
Kala Miosen Tengah dimulai dengan pengendapan secara tidak selaras di atas
batugamping Formasi Maruat yaitu Formasi Mentawir bersamaan dengan Formasi
Gelingseh secara selaras dengan perubahan fasies secara lateral, Kelompok Balikpapan
(Marks et.al., 1982). Formasi Mentawir tersusun atas batupasir massif dengan ukuran
butir halus – sedang, mengalami perselingan dengan batulempung, batulanau, serpih, dan
batubara. Unit ini berkembang setebal 540 m di Balikpapan namun menyerpih ke arah
offshore. Formasi Gelingseh terdiri dari batulempung, batulanau dan batupasir. Formasi
ini diendapkan sepanjang Miosen Tengah atau berada pada kisaran N9 – N14. di atas
Formasi Mentawir dan Formasi Gelingseh diendapkan secara selaras Formasi Klandasan,
Kelompok Balikpapan. Keseluruhan formasi di atas merupakan Kelompok Balikpapan,
terendapakan dalam rentan umur sepanjang Miosen Tengah – Miosen Akhir. Kisaran
waktu ini ditutup oleh suatu proses regresi besar, hal ini diindikasikan oleh kehadiran unit
klastik yang lebih muda, dikenal sebagai Formasi Kampung Baru.
h. Formasi Kampung Baru
Kala Pliosen – Kuarter diawali dengan pengendapan Formasi Kampung Baru, diendapkan
di sepanjang rentang Pliosen dengan kontak secara tidak selaras dengan Kelompok
Balikpapan. Formasi ini tersusun oleh batupasir, batulanau, serpih, dan kaya akan
batubara. Unit klastik yang lebih kasar berkembang di bagian bawah dari formasi dengan
kisaran ketebalan 30 – 120 m. Ke arah timur, batupasir berubah fasies menjadi unit serpih.
Unit klastik halus pada bagian teratas dari formasi ini memberikan bukti yang baik akan
adanya fase transgresi pada Pliosen Akhir, diperlihatkan dengan berkembangnya fasies
karbonat.keseluruhan formasi ini diendapkan di sepanjang rentang Kala Pliosen.
i. Kelompok Mahakam
Kala Pleistosen – Resen ditandai dengan pengendapan fasies deltaic yang dikenal dengan
Formasi Handil Dua. Formasi ini diendapkan bersamaan dengan unit fasies laut yang
berkembang kea rah lepas pantai yang dikenal dengan Formasi Attaka. Bagian atas dari
kedua formasi ini mencerminkan proses pengendapan system Delta Mahakam saat ini.
IV. Petroleum System Cekungan Kutai
Cekungan Kutai merupakan salah satu penghasil hidrokarbon yang cukup besar di
Kalimantan. Berdasarkan stratigrafi, diketahui pengendapan di daerah Kutai adalah
sedimen yang terakomodasi pada zaman Tersier, dengan jenis lingkungan pengendapan
berupa laut dalam pada saat Transgresi (Eocene - Miocene awal) dan deltaic-fluvial pada
saat Regresi (Miocene tengah - sekarang).
Pengendapan Induk di cekungan Kutai ada 3, yaitu batubara, lempung organik
dan mudstone laut dalam. Batubara dan lempung organik berasosiasi dengan lingkungan
pengendapan dari fluvial delta-plain sampai delta-front, sedangkan marine mudstone
berasosiasi dengan dengan lingkungan dari distal delta-front sampai abyssal plane.
Pada Lower Kutai Basin terdapat sedimen laut dalam yang diketahui memiliki
jenis endapan karbonat shale dan batu bara bersifat karbonat yang berada di lingkungan
humid terrestrial. Dua tipe batubara yang teridentifikasi yaitu tipe lipnitic (lebih
cenderung minyak) dan tipe vitrinic (lebih cenderung gas). Endapan ini memiliki
kecenderungan campuran oil dan gas dan menjadi Reservoir pada cekungan Kutai.
a. Batuan Induk
Analisis batuan induk yang dilakukan oleh Oudin dan Picard (1982) serta Burus
dkk (1992) di daerah Mahakam menyimpulkan bahwa batuan induk yang membentuk
hidrokarbon di daerah itu berjenis ”humic”. Serpih yang berasosiasi dengan Batubara
yang terendapkan diantara endapan paparan pantai yang merupakan anggota dari
formasi Balikpapan dan Kampung Baru, kaya akan kandungan bahan organik. Batuan
ini memiliki kerogen yang melimpah yang berasal dari endapan darat yang banyak
mengandung sisa tumbuhan. Analisis hidrokarbon di Cekungan Kutai menunjukan
bahwa minyak yang berasal dari batuan induk ini mencapai tingkat kematangan
sedang-akhir. Kandungan TOC pada batuan induk ini bervariasi dan dipengaruhi oleh
struktur dan elemen sikuen (Burrus dkk., 1992). Di bagian dasar dari sikuen dengan
jenis endapan laut dan pro delta, nilai TOC rata-rata nya adalah 1%. Batupasir
endapan delta anggota batuan induk tidak memiliki kerogen, dan serpih yang
berseling dengan batupasir ini memiliki TOC 2,5 - 8%. Pada bagian atas dari sikuen
ini lapisan batubara dengan ketebalan 0,1 - 5 meter memiliki TOC di atas 80%.
b. Kematangan
Tingkat kematangan batuan induk yang berumur Miosen awal sangat tinggi
dengan nilai Ro lebih dari 0,4%. Hal ini dapat dikenali dari peta kematangan
permukaan dan data sumur.
c. Batuan Reservoir
Batuan reservoir utama yang berumur Miosen Akhir-Pliosen pada umunya
merupakan batupasir yang berasal dari endapan paparan delta, delta front,
prodelta/marine, dan fasies prograding lowstand. Pada arah struktur Badak-Nilam-
Handil, objektif reservoirnya merupakan endapan bar dan endapan sungai yang
berumur Miosen Tengah-Akhir. Reservoir ini merupakan anggota dari Grup
Balikpapan dan juga Formasi Kampung Baru (Miosen Akhir-Pliosen). Batupasir ini
hadir dalam lapisan yang multilayer, dengan ketebalan 0,5 - 30 meter, porositas rata-
rata 14 - 19%, permeabilitas rata-rata 1 – 3.000 md dan kumulatif ketebalan netpay
antara 200-300 meter. Pada formasi Kampung Baru, batupasirnya merupakan endapan
delta front dengan porositas rata-rata 25 - 30% dan permeabilitas rata-rata 2 - 300 md.
Pada tren struktur Attaka-Tunu-Bakapai, reservoir utamanya berumur Miosen Akhir-
Pliosen dari formasi Kampung Baru. Fasies batupasir dari reservoir ini bervariasi, dari
endapan upper tidal delta hingga marine delta front. Porositas rata-rata dari reservoir
ini adalah 16 - 30%. Pada bagian bawah dari lapisan reservoir ini, fasies pro delta
hadir dengan kualitas batupasir yang buruk. Pada tren struktur Sisi-Nubi-Dian, fasies
prograding lowstand dariperlapisan batupasir yang berumur Miosen Akhir-Pliosen
dari Formasi Kampung Baru dan batuan karbonat berumur Pliosen menjadi reservoir
yang paling potensial.

Batuan reservoir utama penghasil hidrokarbon berupa batupasir endapan delta


yang berumur Miosen Awal – Miosen Tengah dari Formasi Pamaluan, Pulubalang,
dan Balikpapan dengan porositas berkisar 15% - 30%. Di daerah Tanjung, batuan
sedimen dari Formasi Tanjung bagian bawah menjadi batuan reservoir dengan
kualitas baik-sangat baik. Di daerah Mamahak, batuan reservoir merupakan batupasir
dan konglomerat dari Formasi Kehamhaloq. Di daerah Teweh, batuan reservoirnya
merupakan batuan karbonat Oligosen yang terisolasi.

d. Perangkap
Perangkap yang paling berperan dalam akumulasi hidrokarbon di Cekungan Kutai
merupakan perangkap struktural dengan tipe closure empat arah, seperti yang
ditemukan di Lapangan Badak, Handil, Bekapai, dan Attaka. Selain itu, perangkap
stratigrafi pula menjadi perangkap yang paling penting pada saat ini, namun lebih sulit
diidentifikasi keberadaannya bila dibandingkan dengan perangkap struktur.
Kombinasi dari perangkap struktur dan stratigrafi lebih umum ditemukan pada
lapangan-lapangan di Cekungan Kutai. Perangkap hidrodinamik juga berperan dalam
akumulasi hidrokarbon di Cekungan Kutai. Perangkap hidrodinamik ini terutama
berhubungan dengan aliran hidrodinamik dari air meteorik dan tekanan yang tinggi
pada aliran tersebut. Perangkap hidrokarbon yang berkembang berupa perangkap
struktur berupa perangkap lipatan dan perangkap sesar inversi, maupun kombinasi
antara lipatan dan sesar naik, disamping itu beberapa perangkap stratigrafi umum
dijumpai pada kawasan ini berupa pembajian dari lensa-lensa batupasir.
e. Migrasi
Migrasi primer yang merupakan ekspulsi dari hidrokarbon dari batuan induk yang
telah matang dapat diperhitungkan dari beberapa metoda pendekatan, seperti indeks
plot silang kematangan – produksi dan pemodelan kinetik. Dengan menggunakan plot
silang Ro-OPI, secara semu dapat terlihat bahwa hidrokarbon terekspulsi pada
Ro=0.7%. Pada Ro 1.2%, semua cairan dari hidrokarbon akan terkonversi menjadi
gas dan memicu migrasi sekunder. Model Kinetik menunjukan bahwa efisiensi
ekspulsi dari batuan induk yang berumur Miosen berkisar antara 25% - 40%. Migrasi
sekunder dari batuan induk menuju reservoir kebanyakan dipengaruhi oleh
strukturisasi yang intensif pada area tersebut. Mekanisme yang dominan yakni migrasi
vertikal sepanjang sistem patahan. Pada beberapa area, ditemukan migrasi lateral.
Rembesan minyak dan gas ditemukan sepanjang Zona Patahan Saka Kanan-Loa
Haur-Separ

V. Model Lingkungan Pengendapan

Gambar 9. Model
Lingkungan Pengendapan
Cekungan Kutai
Berdasarkan kolom stratigrafi, lingkungan pengendapan Cekungan Kutai pada
waktu Miocene Awal merupakan pengendapan laut dalam, laut dangkal, zona
transisi(delta), hingga fluvial. Pola pengendapan pada masa itu adalah progradasi tinggi.
Endapan turbidit laut dalam dan supply sedimen yang mengisi lembahan berasosiasi
dengan kondisi lowstand pada zona waktu N4-N7. Tipe delta Miocene Awal pada bagian
selatan adalah wave-dominated, sementara bagian tengah dan utara merupakan tipe delta
tidal-dominated dan fluvial-dominated.

Pada Cekungan Kuta, delta Mahakam berperan cukup banyak dalam


mengendapkan sedimen. Pola sedimentasi Delta Mahakam diawali oleh fase regresi dan
mengakumulasi sedimen cukup tebal. Hal itu terlihat dari hubungannya dengan fasies
sedimentasi yang berbeda yang menunjukkan adanya siklus regresi dan transgrasi.
Pengendapan sedimen pada delta mahakam menunjukkan zona daerah delta-plain hingga
delta-front.

VI. Tabel Cekungan Kutai


VII. Referensi

Burrus, J., Brosse, E., Choppin de janvry,G., Grosjean, Y., Oudin, J.L.,1992, Basin Modelling In
The Mahakam Delta Based On the Integrated 2D Model Temispack. Indonesian Pet.
Assoc., 21st Annual Convention Proceeding I.
Courteney, S., Cockcroft, P. Lorentz, R. A. Miller, R. Ott, H. L. Prijosoesilo, P. Suhendan, A. R.

& Wight, A. W. R. 1991. Indonesia-Oil and Gas Field Atlas. Volume 2 Central
Sumatra. Indonesian Petroleum Association.
Duval, B.C., G.C. de Janvry, and B.Loiret, 1992, Detailed Geoscience Re-Interpretation of
Indonesia’s Mahakam Delta Score, Oil and Gas Journal, 10 Agustus 1992.

Marks, E.L., Sujatmiko, L. samuel, H. Dhanutirto, T. Ismoyati, dan B.B. Sidik, 1982, Cenozoic
stratigraphic nomenclature in East Kutei Basin, Kalimantan, Indonesian Pet. Assoc., 11th
Annual Convention Proceeding.

Oudin, J.L., dan P.F. Picard, 1982, Genesis of Hydrocarbons in the Mahakam Delta and the
Relationship Between their distribution and the overpressured zones. , Indonesian Pet.
Assoc., 11th Annual Convention Proceeding.

Anda mungkin juga menyukai